Share

Bab 13. Sepotong Ingatan Lain

Alena memegangi pergelangan kakinya dengan wajah sendu dan berurai air mata.

"Alena, kamu baik-baik saja? Apanya yang sakit?" tanya Dewangga panik sambil berjongkok di depan wanita itu. "Apa kakimu terkilir?"

"Sepertinya begitu, Dewangga," jawab Alena sambil mengangguk penuh kasihan. "Pinggangku juga sakit."

Maura menyaksikan adegan itu. Hatinya kembali berdenyut, lebih sakit dari sebelumnya.

"Kalau begitu kita ke rumah sakit sekarang," ajak Dewangga sambil membantu Alena berdiri.

"Aku gak apa-apa, Dewangga," jawab Alena sambil menggeleng. Dia berdiri dengan pincang sambil berpegangan kuat pada tangan Dewangga. "Maura cuma gak sengaja dorong aku."

Maura tercengang.

Mengapa Alena berbohong dan menuduhnya? Terlebih wanita itu mengadu pada Dewangga seperti itu.

Maura mempertahankan kesabarannya. "Alena, mengapa kam—"

"Segera minta maaf, Maura," potong Dewangga dengan tatapan dingin yang menghujam.

Hati Maura memanas, juga berdarah. Maura menggeleng. "Mengapa aku harus meminta maaf?"

"Sud
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status