Home / Romansa / Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO / Bab 57. Apa Kau Mencintainya?

Share

Bab 57. Apa Kau Mencintainya?

Author: Silvania
last update Last Updated: 2025-03-12 16:03:09

"Itu... tadi saya sedang memijat kaki Nyonya dan tidak berani langsung kemari!" jawab Emily terbata, napasnya sedikit tersengal karena tergesa-gesa.

"Ya sudah, lupakan saja. Cepat duduk! Ada hal yang ingin aku sampaikan!"

Emily segera masuk, diikuti Arlen yang berjalan di belakangnya. Mereka duduk berseberangan, suasana di antara mereka terasa tegang.

"Begini, Emily!" Arlen mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya dan menyodorkannya kepada Emily.

Emily menatap benda itu dengan ragu. "Apa ini, Tuan?" tanyanya pelan.

"Buka saja!"

Tangannya sedikit gemetar saat Emily membuka amplop tersebut. Matanya menelusuri isi dokumen di dalamnya, membaca setiap kata dengan perlahan. Setelah selesai, dia menunduk dalam, ekspresinya sulit ditebak.

"Kau ingin membalaskan dendammu, bukan? Aku akan membantumu, Emily!" suara Arlen terdengar mantap.

Emily menggeleng lemah. "Ini tidak akan berlaku, Tuan. Tuan Arnold memegang surat perjanjian hitam di atas putih tentang pernikahan kontrak kami. Saya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 58. Hanya Mengikuti Kata Hati

    Arlen sudah tahu bagaimana Arnold di dunia bisnis, jadi tidaklah mudah untuknya membantu Emily lepas dari Arnold jika Arnold mempertahankan Emily. "Untuk saat ini kau tidak perlu memikirkan apa-apa, cukup rawat nenekku sebaik mungkin!" Emily mengangguk, di sapunya kedua pipinya yang basah. Emily menegakkan kepalanya dan menatap Arlen yang sedari tadi terus menatapnya. "Terima kasih Tuan Arlen! Saya hanya ingin hidup saya damai. Saya tahu betul tidak mungkin mengembalikan masa lalu yang sudah hancur, terlebih mengembalikan kehadiran kedua orang tua saya." "Ya, kau benar. Aku tidak akan bisa mengembalikan kebahagiaanmu yang dulu, tapi aku akan berusaha membuat ke depannya jauh lebih baik." Tanpa sengaja Arlen mengucapkan janji untuk melindungj Emily. Melihat Emily yang kehilangan kedua orang tuanya dan tidak memiliki siapa siapa lagi ditambah hidupnya yang tragis di tangan Arnold, membuatnya iba. Ya hanya perasaan iba, tidak lebih. "Kembalilah menemani nenek, dia pasti kesep

    Last Updated : 2025-03-12
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 59. Apa Selama Ini Salah Menduga?

    Arnold kembali ke ruangannya setelah mengantarkan Sarah ke mobilnya. Baru saja ia memasuki ruangan, permintaan Sarah untuk menceraikan Emily kembali berkelebat dalam benaknya. "Apakah aku harus menceraikan Emily?" Arnold menggeleng, ada perasaan tidak rela kalau harus melepaskan wanita itu, tapi apa alasannya Arnold sendiri juga tidak tahu. Arnold urung duduk, ia melangkah menuju lemari penyimpanan berkas dan meraih amplop yang berisi surat gugatan cerai dari pengadilan. Dibukanya amplopnya, Arnold hendak membaca kembali isi surat gugatan itu, tapi saat ia mengeluarkan suratnya, beberapa lembar foto ikut terjatuh. Arnold menunduk, dipungutnya foto-foto tersebut satu per satu. Nafas Arnold rasanya tercekat di tenggorokan saat menatap wajah lugu Emily. Ia sangat cantik bahkan tanpa make up sekalipun. Satu per satu ditatapnya foto istri keduanya tersebut, hampir di semua foto Emily tersenyum manis, Arnold benci mengakuinya tapi Emily memang sangat cantik padahal latar foto itu sa

    Last Updated : 2025-03-12
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 60. Pertama Kalinya

    Napasnya mulai tidak beraturan. Arnold memilih untuk keluar dari kamar Emily saat semuanya terasa membayanginya; kemarahannya, kasarnya dia, dan tangis Emily. Saat Arnold menutup pintu kamar Emily, Sarah datang dan menatapnya dengan tatapan emosi. "Apa yang kamu lakukan di sini, Hon?" tanya Sarah dengan mata berkabut emosi. Alih-alih menjawab pertanyaan Sarah, Arnold justru bertanya balik. "Dari mana saja kamu? Bukankah kamu sudah pergi dari tadi? Kenapa baru kembali?" Pertanyaan Arnold yang bertubi-tubi membuat Sarah kelimpungan. Sarah diam membisu, otaknya blank, bingung harus menjawab apa. "Kenapa hanya diam? Apa kamu menyembunyikan sesuatu dariku?" tanya Arnold dengan tatapan penuh selidik. Arnold terbawa emosi setelah melihat beberapa kebenaran akan Emily, ia menyalahkan dirinya sendiri yang sejak awal mencap Emily sebagai wanita jalang yang hanya ingin uangnya. Terlebih selama ini ia selalu mendengarkan perkataan Sarah. "T-tadi aku pergi mengunjungi sahabatku yang seda

    Last Updated : 2025-03-13
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 61. Berhasil Menemukan Emily

    Air matanya bercucuran, Sarah terduduk di lantai dengan tangisan yang semakin pilu. Empat tahun pernikahan mereka, Sarah tidak pernah selemah ini, ia sangat ceria, wajahnya selalu dihiasi oleh senyuman, bahkan tak pernah sekalipun Arnold melihatnya menangis. Melihat Sarah yang terluka karena perbuatannya, sorot mata Arnold mendadak sayu. Bagaimanapun hidupnya hingga hari ini adalah pemberian Sarah, lalu bagaimana bisa ia menyakiti wanita rapuh ini? Arnold merunduk, diraihnya tubuh Sarah dan dibantunya untuk berdiri. Arnold menatap lamat wajah yang penuh dengan air mata itu dan diusapnya kedua pipinya. "Maaf, aku tidak bermaksud melukai hatimu, aku terbawa emosi." Arnold memberi kecupan pada puncak kepalanya. Kepandaian Sarah meratapi kemalangannya membuat Arnold kembali jatuh pada permainan wanita itu. Empat tahun, bukan waktu yang sebentar, Sarah sudah terlatih memanfaatkan kondisinya pasca kejadian waktu itu untuk menarik simpati Arnold. Dan dalam pelukan Arnold, diam-dia

    Last Updated : 2025-03-13
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 62. Apa Yang Kau Buang?

    Suara dalam dan datar yang sangat familier di telinga Sarah terdengar menusuk di telinganya. Wajah Sarah seketika memucat. Bak maling yang tertangkap basah, Sarah tidak bisa menjawab pertanyaan Arnold. "Sarah! Apa yang kau buang?" ulangnya dengan tatapan tajam yang menusuk manik matanya. Arnold keluar dari kamar mandi dan bersiap untuk pergi, ia mencari-cari Sarah untuk berpamitan dan tidak menemukan istrinya tersebut di mana pun, saat ia hendak keluar, Arnold tidak sengaja melihat pintu ruang kerjanya terbuka. Arnold membawa langkahnya memasuki ruangan itu dan melihat Sarah membuang sesuatu ke dalam tempat sampah. "Ti-Tidak ada, itu aku hanya membuang kertas tidak terpakai," jawabnya terbata-bata. Arnold tidak percaya begitu saja, sampah seperti apa yang barusan Sarah buang? Kenapa Arnold merasa Sarah membuang sesuatu yang penting? Arnold bergegas maju dan hendak meraih penutup bak sampah, namun Sarah memeluknya dari belakang. "Honey, aku tahu di mana Emily." Arn

    Last Updated : 2025-03-13
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 63. Pulang Tau Mendapat Masalah

    "Tuan, Nona bekerja di Kediaman Sebastian sebagai pengasuh Nyonya Besar Sebastian." Kata-kata Robert memecah suasana hening di dalam mobil. Arnold seketika sadar dan mencoba menghapus semua isi pertengkaran tentang Sarah di benaknya. Arnold sontak membuka matanya. "Sebastian Building Group, maksudmu?" "Betul sekali, Tuan!" Rahang Arnold tampak berkedut, ia tidak suka miliknya tinggal bersama laki-laki lain. Terlebih itu dengan Arlen! "Nona Emily tinggal bersama neneknya Tuan Arlen, sementara Tuan Arlen sendiri hanya seminggu sekali mengunjungi sang nenek!" jelas Robert, ia tidak ingin masalah ini semakin melebar karena Arlen sendiri adalah salah satu pebisnis ternama saingan Arnold. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih lima jam, mobil yang membawa Arnold tiba di depan Kediaman Sebastian. "Jadi, di rumah ini istriku bersembunyi?" Arnold menyeringai. Mobil memasuki pintu masuk, tidak sulit untuk Arnold masuk ke dalam pagar tinggi kediaman Sebastian dengan identitasnya seb

    Last Updated : 2025-03-14
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 64. Ceraikan Istri Pertamamu

    Emily menggeleng keras. "Tidak akan! Kembalilah ke rumahmu dan urus saja istri kesayanganmu itu!" Suara Emily melengking, membuat sudut bibir Arlen terangkat ke atas. "Emily!" bentak Arnold. "Anda tuli?" tanya Arlen sarkas. Ia tak pernah semuak ini sebelumnya dengan orang, tapi Arnold benar-benar menyebalkan. Arnold mengepalkan tangan, amarahnya memuncak. Tak terima diejek, ia melayangkan pukulannya ke wajah Arlen. Tinju keras itu mendarat di pipi kanan lelaki itu, membuatnya terhuyung ke belakang. Tak jauh dari dua lelaki itu, Emily menjerit histeris. Tanpa pikir panjang, Emily merangsek maju dan memukuli dada Arnold dengan kedua tangannya. Amarah dan luka hatinya meledak begitu saja. Semua yang ia pendam selama ini, rasa sakit, kecewa, air mata dan pengorbanan melebur jadi satu. "Dasar laki-laki kurang ajar!" Namun, pukulan Emily tak berarti apa-apa bagi Arnold. Lelaki itu tetap berdiri kokoh, seolah tak merasakan apapun. Ia bahkan menatap Emily dengan tatapan sendu, s

    Last Updated : 2025-03-14
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 65. Maukah Kamu Jadi Sekretaris Ku?

    Selepas kepergian Arnold, Arlen mencari Emily, ia tahu wanita itu butuh dukungan. "Emily, apa kita bisa bicara berdua?" Pertanyaan Arlen membuat Emily tersentak, ia yang sedang melamun di depan wastafel setelah mencuci mukanya berbalik menghadap Arlen, yang entah sejak kapan berada di belakangnya. "Bi-bicara apa?" jawab Emily dengan gugup. "Bicara tentang hidupmu, ke depannya." Kening Emily tampak berkerut, ia tidak mengerti dengan maksud Arlen. Arlen bergerak lebih dekat, ia lalu menarik tangan Emily hingga membuat Emily terkesiap. Tidak biasanya Arlen memperlakukannya seperti ini. "Apa kamu mau menjadi sekretarisku? Emily menatap Arlen dengan tatapan tak percaya. "Maaf, Tuan. Bisa diulangi? Apa maksudnya?" Mendengar perkataan Emily, Arlen malah tertawa. "Maukah kamu menjadi sekretarisku?" ulangnya. "Sekretaris?" Arlen mengangguk. "Tapi… Nyonya?" "Nanti aku yang akan mengurusnya, kamu tinggal jawab mau atau tidak?" Sedikit mendesak, Arlen butuh jawab

    Last Updated : 2025-03-14

Latest chapter

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 180. Memadu Kasih

    Arnold membalas pelukan Emily erat-erat, seolah berusaha mentransfer seluruh perasaannya ke dalam pelukan itu. "Aku hanya ingin kau bahagia bersamaku!" bisiknya dengan suara serak. Sebenarnya, di dalam hatinya, Arnold belum sepenuhnya yakin untuk mempertahankan kandungan Emily. Ada ketakutan, ada keraguan yang menyesakkan dadanya. Namun, menolak permintaan Emily saat ini terasa seperti meruntuhkan dinding harapan yang mulai dibangun di antara mereka. Ia tidak sanggup berkata tidak. "Sudah, sekarang tidurlah," ucap Arnold lembut, membelai rambut Emily dengan penuh kasih sayang. "Kau harus banyak beristirahat. Besok kita harus memeriksakan kandunganmu." Dengan hati-hati, Arnold membantu Emily berbaring. Ia menyelimutinya dengan gerakan penuh perhatian, memastikan setiap bagian tubuhnya terlindungi dari dingin. Belum sempat Emily menutup mata, ia berkata dengan suara lirih, hampir seperti sebuah gumaman penuh kecemasan, "Kalau aku tidak ada nanti, apa kau akan mencari gant-" "Diam!"

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 179. Terimakasih Telah Mempertahankannya

    "Jahe. Bukankah wangi?" Emily tertawa kecil dan mendekatkan bibirnya untuk mencium Arnold. Namun, alih-alih membalas ciuman, Arnold malah berlari ke kamar mandi. Tak lama, suara muntah terdengar keras dari dalam. Emily terpaku, bingung. "Kenapa dia muntah, padahal wanginya enak sekali?" Dengan perasaan tak enak, Emily membereskan tas kerja dan jas Arnold di walk-in closet. Saat hendak keluar, Arnold muncul dengan langkah gontai, kancing kemeja terbuka, wajahnya pucat. "Sayang, kau sakit?" tanya Emily khawatir, hendak menghampirinya. Namun Arnold segera mengangkat tangan, menghentikannya. "Diam di sana... jangan mendekat. Kepalaku pusing." Emily membeku, wajahnya berubah sendu. Perlahan ia mundur, mengambil toples permen jahe dan keluar kamar, meninggalkan Arnold yang masih berusaha menahan rasa pusingnya. "Apa yang terjadi dengannya?" bisik Emily pada dirinya sendiri, hatinya penuh tanda tanya. Emily melangkah pelan menuju dapur, mengembalikan toples permen jahe ke te

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 178. Memulai Dari Nol

    Hanya suara tarikan napas berat yang terdengar, membebani suasana yang sudah suram. Arnold tidak mau menjawab, seolah setiap kata hanya akan memperburuk keadaan. Dia memilih membenamkan Emily ke dalam pelukannya, merangkulnya erat seakan tak ingin melepaskan. "Aku sangat mencintaimu dan tidak ingin kehilanganmu," bisik Arnold dengan suara bergetar, lebih kepada dirinya sendiri daripada kepada Emily. Jawaban itu sebetulnya sudah sangat jelas, namun Emily tetap bertahan dengan pikirannya sendiri. Dia paham, cinta sebesar apapun tidak bisa menahan waktu. Cepat atau lambat, mereka akan menghadapi perpisahan itu. Emily hanya ingin, sebelum saat itu datang, dia bisa meninggalkan sesuatu—seorang penerus, darah daging mereka. "Ayo kita makan," ucap Arnold kemudian, suaranya lembut tapi memaksa, tidak ingin mereka tenggelam terlalu dalam dalam kesedihan. Dengan berat hati, Arnold melepaskan pelukannya, lalu berdiri sambil tetap menggenggam jemari Emily. Sentuhan itu seperti tali penyel

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 177. Jangan Gugurkan, Aku mohon...

    Arnold beranjak dari duduknya dan kembali masuk ke dalam walk-in closet. Langkahnya mantap namun terasa berat, seakan ada beban yang ikut menyeret setiap gerakan. Tidak berselang lama, dia keluar dengan membawa sebuah amplop berwarna putih di tangannya. Tangannya sedikit gemetar, tapi ekspresi wajahnya tetap tenang, seolah berusaha menyembunyikan badai yang tengah mengamuk di dalam dadanya. Dia lalu duduk perlahan di samping Emily yang sejak tadi terlihat gelisah, menggigit bibir bawahnya dan menunduk, menghindari tatapan. Arnold meletakkan amplop itu di atas pahanya, dengan sengaja memastikan Emily tahu betapa pentingnya isi dari amplop tersebut. “St. Thomas Hospital,” ucapnya pelan, namun nadanya tegas dan penuh makna. Emily menatap amplop itu dengan mata membulat. Hatinya berdebar hebat, napasnya memburu. Tiba-tiba saja pikirannya dipenuhi dengan berbagai kemungkinan buruk. Tangannya mulai berkeringat, dan ia bahkan belum berani menyentuh amplop itu. "Ini pasti berat untukmu,"

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 176. Menagih Janji

    Arnold mengusap puncak kepala Emily hingga ke punggungnya, berulang kali hingga akhirnya Emily bangun dari tidurnya. Sentuhan itu lembut dan penuh perhatian, seakan ingin meredakan beban di hati sang istri. Napas Emily yang semula berat perlahan menjadi teratur, tapi matanya masih tampak sembab. Dengan gerakan cepat Emily menyeka sudut mata dan pipinya yang basah karena air mata. Ia tidak ingin terlihat rapuh di hadapan Arnold, terlebih setelah apa yang baru saja terjadi. "Kau menangis?" tanya Arnold saat melihat Emily menyeka wajahnya. Suaranya lembut, ada nada khawatir yang tak bisa disembunyikan. Emily tidak menjawab, dia turun dari kasur melalui sisi sebelah kanannya untuk menghindari Arnold. Emily sedang kesal dan enggan menatap suaminya yang menjadi serba salah. Ia berjalan pelan menuju jendela, membiarkan sinar matahari menyinari wajahnya yang masih tampak murung. "Kita pulang, Sally, tolong bereskan barang-barang Emily. Aku akan meminta supir untuk kemari." Arnold be

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 175. Tidak Bertanggungjawab

    Sementara itu, di ruangan Dokter Lexa. Arnold tengah menunggu Dokter Lexa yang sedang menangani pasien melahirkan sesar. Waktu terasa berjalan sangat lambat. Jarum jam yang berdetak di dinding seakan sengaja memperpanjang kegelisahan yang merayap dalam dada Arnold. Sesekali ia menatap layar ponselnya, namun tak satu pun pesan masuk. Pikirannya kacau, hatinya berkecamuk. Arnold duduk dengan gelisah, dia benar-benar kaget saat mengetahui Emily sudah mengetahui kehamilannya, padahal akan lebih mudah kalau Emily tidak tahu sehingga Dokter bisa memberikannya obat penggugur kandungan, seperti saran awal Dokter Lexa yang ditanggapi Arnold dingin tadi malam. Suara langkah kaki terdengar memasuki ruangan. Pintu dibuka perlahan dan wajah lelah Dokter Lexa muncul di ambang pintu. "Tuan Arnold, maaf menunggu lama." Dokter Lexa menarik kursinya dan duduk dengan wajah muram. Beberapa helai rambut terurai dari sanggulnya yang sedikit berantakan, menunjukkan betapa berat kasus yang baru saja ia

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 174. Tidak Menginginkannya?

    "Katakan apa itu?" Arnold tidak kalah antusias. Dia juga ikut tersenyum saat melihat Emily tersenyum lebar. Setelah apa yang terjadi pada Emily tadi malam—mimpi buruk, tangisan tertahan, dan tatapan kosong yang begitu dalam—senyum lebarnya membuat Arnold bisa sedikit melupakan kepedihannya. Seolah senyum itu adalah cahaya pertama setelah malam yang panjang. "Tutup matamu," pinta Emily sambil mengusap rahang tegas Arnold. Sentuhan lembut jarinya menyapu bulu-bulu halus yang tumbuh tidak teratur karena Arnold pasti tidak mencukurnya beberapa hari ini. Emily selalu menyukai sisi acak Arnold yang satu ini, tampak maskulin namun tetap tenang dan penuh kehangatan. "Baiklah, cepat beritahu aku kejutannya." Arnold menutup matanya dengan patuh, menarik napas panjang seolah ingin menyerap momen bahagia itu sedalam mungkin. Senyum manis masih terukir di bibirnya, begitu tulus dan penuh harapan. Emily menoleh sesaat ke arah Sally yang berdiri tidak jauh dari mereka. Sally, sahabat sekaligus

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 173. Test Pack

    Emily menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Rasa mual yang datang tiba-tiba membuat tubuhnya melemas. Ia bergegas menuju wastafel dan memuntahkan seluruh isi perutnya tanpa bisa ditahan. Nafasnya tersengal-sengal, bahunya naik turun menahan ketidaknyamanan. Di sampingnya, Arnold yang sedari tadi menemaninya sigap mengusap punggung istrinya, mencoba memberikan ketenangan. "Apa buburnya tidak enak?" tanyanya lembut, meski wajahnya menyiratkan kekhawatiran. Emily menggeleng pelan. "Enak, mungkin aku masuk angin... atau karena tadi malam aku tidak sempat makan." Suaranya terdengar lemah. Setelah merasa lebih baik dan mualnya sedikit mereda, Emily kembali ke tempat tidur, wajahnya masih pucat. "Makan lagi ya, Sayang," bujuk Arnold, mengangkat sendok dengan penuh harap. Emily menggeleng lagi, lebih tegas kali ini. "Aku benar-benar tidak selera." Arnold tidak menyerah. "Apa mau makan yang lain?" Dia tidak ingin membiarkan Emily melewati waktu makan, terlebih sekarang ia tengah men

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 172. Cinta Yang Nyaris Hilang

    Mendengar perkataan Papa William, Arnold tersenyum miring. Senyum sinis yang tak menutupi betapa getir hatinya. Bisa-bisanya, pikir Arnold, Papa William masih saja bertindak semaunya. Walau dia kepala keluarga dan Arnold hanyalah anaknya, bukan berarti setiap kata-kata sang ayah adalah perintah mutlak yang harus dituruti. "Arnold tidak akan pernah kembali lagi ke Maurer!" ucapnya tegas, sorot matanya tak main-main. Dulu, dia mungkin akan menuruti apa pun—menikahi Emily karena permintaan orang tua, menjalankan perusahaan keluarga tanpa banyak tanya. Tapi sekarang, semua itu sudah berubah. "Papa sudah tua, Nak. Kalau bukan kamu, lantas siapa lagi yang akan menjalankannya?" suara Papa William pelan, lebih kepada nada memohon daripada perintah. Ada getar halus yang tertangkap di ujung kalimatnya—ketakutan akan kehilangan, atau mungkin penyesalan. "Maaf, Pa. Arnold benar-benar tidak bisa." Jawabannya tegas namun lembut. Bukan untuk melukai hati ayahnya, tapi karena dia tahu, sudah wa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status