Share

Bab 42. Cincin Berlian

Penulis: Silvania
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-07 23:09:59

Darah Sarah mendidih.

Pasti ibu mertua sialan itu yang membelikannya.

Sarah semakin kesal saat menyadari Arnold terus menerus mencuri pandang ke arah Emily.

"Arnold, kau sudah tahu Emily ada di sini. Apa kau mau menginap di rumah Mama malam ini?" tanya Nyonya Ruby tiba-tiba.

Mendengar pertanyaan itu, Sarah langsung tersentak.

Jelas sekali ibu mertuanya ingin menyatukan kembali Arnold dan Emily.

Bagaimana dengan aku? Apa dia akan menyuruhku pulang sendirian?

Sarah harus mencari alasan agar Arnold tidak menginap di rumah ibunya bersama Emily.

Dia segera membisikkan sesuatu di telinga suaminya.

"Honey, bagaimana kalau kita kembali ke rumah?"

Arnold menoleh sekilas. "Pestanya belum selesai, honey. Lagipula Mama meminta kita menginap. Bagaimana kalau kita menginap saja?"

Tidak!

Sarah menekan pikirannya yang berkecamuk. Dia tidak bisa membiarkan itu terjadi.

Wajahnya mendadak berubah sendu.

"Tapi aku tidak enak badan, kepalaku sakit setelah Emily menamparku tadi.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 43. Biarkan Aku Membawanya Pulang

    Arnold tetap diam, fokus pada setir kemudi, seolah tak mendengar pertanyaan Sarah. "Arnold!" seru Sarah dengan nada lebih tinggi. Arnold tersentak, lalu menoleh ke arah istrinya. "Ya, ada apa?" "Apa yang kalian bicarakan tadi? Aku melihatmu begitu serius berbicara dengan Emily!" Arnold menghela napas sebelum menjawab dengan santai, "Aku memintanya untuk kembali pulang ke rumah." Sarah terdiam sejenak, matanya melebar, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. "APA?! Apa aku tidak salah dengar? Bukankah kau bilang akan menceraikannya?!" serunya penuh emosi. Hatinya membara saat mendengar suaminya meminta Emily kembali ke rumah mereka. "Arnold, pikirkan lagi! Bagaimana mungkin kau ingin membawanya kembali? Apa kau lupa bagaimana wanita itu menjual dirinya? Kau melihatnya dengan mata kepalamu sendiri!" Arnold menghela napas berat. "Bisa saja dia kekurangan uang, makanya dia melakukannya, tapi…" "Aku tidak mau! Aku tidak terima kalau kau akan membawanya

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-08
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 44. Aku Akan Menjemputmu!

    Sarah mengutuk mertuanya dalam hati. Dasar tua bangka! Awas saja kalau harta warisan sudah jatuh ke tangan Arnold. Aku akan membuat kalian menderita! Meski kesal, ia tetap memasang senyum terbaiknya. "Apa kau tidak ikut berbelanja, Emily?" tanyanya dengan suara lembut yang dibuat-buat. "Tidak, aku hanya melihat-lihat," jawab Emily datar. Ia memang tidak terlalu suka berbelanja barang-barang mewah. "Seharusnya kau ikut juga. Bukankah biasanya kau selalu menghabiskan uang suamimu?" sindir Sarah dengan tatapan menusuk. Nyonya Ruby menoleh ke arah Sarah dan Emily, tetapi lagi-lagi ia memilih mengabaikan ucapan Sarah. Tidak lama kemudian, pelayan datang membawa kue dan buah-buahan. "Kau seharusnya tidak perlu repot-repot, Sarah. Kalau aku menginginkannya, aku bisa meminta pelayan membelikannya untukku," kata Nyonya Ruby datar. "Sarah tidak merasa repot, Ma. Sungguh!" Suasana sempat hening sampai tiba-tiba suara ketukan sepatu pantofel bergema. Tak lama, Arnold muncul. "

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-08
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 45. Balasan Emily

    Tatapan Arnold menunjukkan bahwa ia adalah pria yang dominan dan tak bisa dibantah. Namun, Emily yang sekarang bukanlah Emily yang dulu—yang hanya menerima perlakuan kasar Arnold tanpa melawan. Sarah dan Arnold pun meninggalkan kediaman William. Di perjalanan menuju rumah, Sarah memasang wajah sendu dan menatap Arnold dengan mata berkaca-kaca. "Sayang, bisakah kau menceraikan Emily?" tanyanya penuh harap. "Tentu saja tidak bisa! Kontrak yang ku tandatangani bersama Emily tidak bisa dilanggar!" Mendengar jawaban Arnold, Sarah mengepalkan tangannya. Bisa-bisanya Arnold menolak permintaannya kali ini! Padahal, Sarah tahu suaminya menikahi Emily hanya untuk menjadikannya ibu pengganti. Namun, semakin ke sini, sikap Arnold semakin berubah. Ia sering sekali menatap Emily, padahal dulu ia tampak cuek. Sarah hanya bisa menahan diri untuk saat ini. Tapi bukan Sarah namanya kalau tidak memikirkan cara untuk menjauhkan Arnold dari Emily. *** Keesokan harinya, Sarah kembali mengun

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-08
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 46. Aku Akan Membalaskan nya!

    Arnold mengusap kedua pipi istrinya. Ia tampak sangat cemas. "Apa yang terjadi? Katakan padaku!" tanyanya dengan tidak sabar. "Emily! Emily pelakunya!" jawab Sarah sambil menangis sesenggukan. "Emily? Kau yakin dia yang melakukannya? Maksudku, bagaimana bisa?" "Kau meragukanku, Honey?" Sarah menatapnya tidak percaya. Arnold, yang selama ini selalu mempercayainya, kini justru meragukannya. "Tidak, bukan begitu. Aku tidak pernah meragukanmu, sungguh! Hanya saja, bagaimana bisa dia seberani itu?" "Aku juga tidak tahu. Dia bahkan mengataiku mandul!" Sarah kembali menangis semakin kencang. "Wanita seperti itu yang ingin kau bawa pulang ke rumah dan menjadi ibu dari anakmu? Aku takut nanti anakmu sifatnya akan sama seperti ibunya!" ucap Sarah sambil terisak. "Ceritakan padaku apa yang terjadi, semuanya dari awal!" pinta Arnold. "Kenapa? Kau masih meragukanku? Kalau kau tidak percaya padaku dan mengira aku berbohong, tanyakan saja kepada para pelayan di rumah mamamu! Mereka m

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-09
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 47. Meminta Detektif Untuk Menyelidiki

    Nyonya Ruby menutup teleponnya tanpa menunggu jawaban. Wajahnya yang biasanya tenang kini tampak keruh oleh amarah. Sementara itu, di rumahnya, Arnold menatap ponselnya dengan dahi berkerut. Kenapa Mama terdengar begitu marah? pikirnya. Tanpa berpikir lama, ia mengambil kunci mobil dan bergegas menuju kediaman orang tuanya. Kebetulan sekali, ia juga ingin mengadukan perbuatan Emily kepada Mamanya agar wanita itu tidak lagi mendapat perlindungan. Mobil Arnold melaju dengan kecepatan tinggi, pikirannya dipenuhi bayangan Emily. Rasa frustrasi menyelimutinya. Wanita itu memang tidak tahu diuntung! gerutunya dalam hati. Setibanya di rumah orang tuanya, ia langsung turun dan masuk dengan tergesa-gesa. Di dalam, Nyonya Ruby sudah menunggunya di ruang keluarga. Wajahnya dingin, matanya menatap tajam ke arah putranya. “Duduk!” titah Nyonya Ruby, suaranya penuh wibawa, tetapi tampak jelas bahwa ia menahan emosi. Arnold mengernyit. Apa Emily memutarbalikkan fakta dan menuduh Sarah melukain

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-09
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 48. Siapa Sebenarnya Emily?

    Seorang wanita paruh baya dengan tubuh semampai menghampiri Emily, matanya yang tajam memperhatikan gadis itu yang tampak kebingungan. “Kau mencari siapa?” tanyanya ketika melihat Emily menengok ke sana kemari, wajahnya tampak cemas. Emily segera menoleh dan mengangguk sopan sebelum menjawab, “Saya mencari penjaga apartemen ini, Nyonya. Saya ingin menyewa unit.” Wanita itu mengamati Emily sejenak, lalu tersenyum tipis. “Ah, kau mau menyewa unit? Mari, mari ikut denganku!” ucapnya sembari berbalik dan berjalan menyusuri lorong. Emily mengikuti langkahnya dengan hati-hati. Apartemen ini memang terlihat tua, tetapi setidaknya bisa menjadi tempat berlindung sementara. Sesekali, ia melirik ke kanan dan kiri, mengamati dinding yang mulai kusam dan koridor yang agak gelap. Mereka berhenti di depan sebuah pintu yang sudah terbuka. Wanita itu melangkah masuk lebih dulu, lalu mempersilakan Emily masuk. “Silakan, ini kamar saya,” ucapnya sembari berjalan menuju sofa dan duduk dengan santai

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-09
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 49. Hari Pertama Bekerja

    Hari Pertama di Kediaman Sebastian Hari pertama bekerja di Kediaman Sebastian, Emily sudah mengenakan seragam khas pelayan berwarna hitam dengan celemek putih. Seragam itu pas di tubuhnya, bahkan terasa sedikit ketat, membingkai lekuk tubuhnya yang berisi. Meski merasa sedikit canggung, Emily berusaha untuk tetap percaya diri. Pagi itu, setelah merapikan diri, ia bergegas keluar dari kamarnya, menuju kamar Nyonya Audrey—nenek dari Arlen—yang terletak di lantai bawah, dekat dengan ruang tengah. Begitu sampai, ia menarik napas dalam-dalam sebelum mengetuk pintu dengan pelan. Tok... tok... tok... Menunggu sejenak, lalu ia membuka pintu dan masuk dengan langkah penuh kehati-hatian. Semua yang harus dilakukannya telah dituliskan oleh John, kepala pelayan di rumah ini, sehingga Emily tidak merasa ragu dalam bertindak. Di dalam kamar yang luas dengan nuansa klasik elegan, ia melihat Nyonya Audrey sudah duduk di atas tempat tidurnya. Kepala wanita tua itu bersandar pada sandaran tempat t

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-10
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 50. Sarah Mengambil Perhiasan Emily

    "Bukankah ini waktunya makan?" tanyanya saat melihat Emily tidak memegang apa pun di tangannya. Nyonya Audrey punya jadwal khusus dan semua itu sudah sesuai arahan Dokter yang menanganinya. Emily langsung berdiri dan membungkuk hormat. Arlen memicingkan matanya, menatap seragam yang dikenakan Emily. Karena langsung bekerja, John memberikannya seragam bekas pengasuh lama, sehingga ukurannya agak sempit di tubuh Emily. Arlen tiba-tiba teringat sesuatu yang dikatakan asistennya semalam. Nama Emily Rose terdengar tidak asing. Asistennya memang belum memberi tahu secara pasti dan meminta Arlen menunggu hingga ada informasi yang valid. Meski demikian, Arlen memiliki firasat buruk. "Ganti pakaianmu!" titahnya, lalu membalikkan badan dan keluar dari kamar neneknya. Emily menatap Nyonya Audrey, meminta kepastian. "Gantilah," ucap Nyonya Audrey dengan lembut. Seragam yang dikenakan Emily memang kurang pas. Bawahannya terlalu pendek karena tubuh Emily lebih tinggi dibandingkan pe

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-10

Bab terbaru

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 180. Memadu Kasih

    Arnold membalas pelukan Emily erat-erat, seolah berusaha mentransfer seluruh perasaannya ke dalam pelukan itu. "Aku hanya ingin kau bahagia bersamaku!" bisiknya dengan suara serak. Sebenarnya, di dalam hatinya, Arnold belum sepenuhnya yakin untuk mempertahankan kandungan Emily. Ada ketakutan, ada keraguan yang menyesakkan dadanya. Namun, menolak permintaan Emily saat ini terasa seperti meruntuhkan dinding harapan yang mulai dibangun di antara mereka. Ia tidak sanggup berkata tidak. "Sudah, sekarang tidurlah," ucap Arnold lembut, membelai rambut Emily dengan penuh kasih sayang. "Kau harus banyak beristirahat. Besok kita harus memeriksakan kandunganmu." Dengan hati-hati, Arnold membantu Emily berbaring. Ia menyelimutinya dengan gerakan penuh perhatian, memastikan setiap bagian tubuhnya terlindungi dari dingin. Belum sempat Emily menutup mata, ia berkata dengan suara lirih, hampir seperti sebuah gumaman penuh kecemasan, "Kalau aku tidak ada nanti, apa kau akan mencari gant-" "Diam!"

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 179. Terimakasih Telah Mempertahankannya

    "Jahe. Bukankah wangi?" Emily tertawa kecil dan mendekatkan bibirnya untuk mencium Arnold. Namun, alih-alih membalas ciuman, Arnold malah berlari ke kamar mandi. Tak lama, suara muntah terdengar keras dari dalam. Emily terpaku, bingung. "Kenapa dia muntah, padahal wanginya enak sekali?" Dengan perasaan tak enak, Emily membereskan tas kerja dan jas Arnold di walk-in closet. Saat hendak keluar, Arnold muncul dengan langkah gontai, kancing kemeja terbuka, wajahnya pucat. "Sayang, kau sakit?" tanya Emily khawatir, hendak menghampirinya. Namun Arnold segera mengangkat tangan, menghentikannya. "Diam di sana... jangan mendekat. Kepalaku pusing." Emily membeku, wajahnya berubah sendu. Perlahan ia mundur, mengambil toples permen jahe dan keluar kamar, meninggalkan Arnold yang masih berusaha menahan rasa pusingnya. "Apa yang terjadi dengannya?" bisik Emily pada dirinya sendiri, hatinya penuh tanda tanya. Emily melangkah pelan menuju dapur, mengembalikan toples permen jahe ke te

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 178. Memulai Dari Nol

    Hanya suara tarikan napas berat yang terdengar, membebani suasana yang sudah suram. Arnold tidak mau menjawab, seolah setiap kata hanya akan memperburuk keadaan. Dia memilih membenamkan Emily ke dalam pelukannya, merangkulnya erat seakan tak ingin melepaskan. "Aku sangat mencintaimu dan tidak ingin kehilanganmu," bisik Arnold dengan suara bergetar, lebih kepada dirinya sendiri daripada kepada Emily. Jawaban itu sebetulnya sudah sangat jelas, namun Emily tetap bertahan dengan pikirannya sendiri. Dia paham, cinta sebesar apapun tidak bisa menahan waktu. Cepat atau lambat, mereka akan menghadapi perpisahan itu. Emily hanya ingin, sebelum saat itu datang, dia bisa meninggalkan sesuatu—seorang penerus, darah daging mereka. "Ayo kita makan," ucap Arnold kemudian, suaranya lembut tapi memaksa, tidak ingin mereka tenggelam terlalu dalam dalam kesedihan. Dengan berat hati, Arnold melepaskan pelukannya, lalu berdiri sambil tetap menggenggam jemari Emily. Sentuhan itu seperti tali penyel

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 177. Jangan Gugurkan, Aku mohon...

    Arnold beranjak dari duduknya dan kembali masuk ke dalam walk-in closet. Langkahnya mantap namun terasa berat, seakan ada beban yang ikut menyeret setiap gerakan. Tidak berselang lama, dia keluar dengan membawa sebuah amplop berwarna putih di tangannya. Tangannya sedikit gemetar, tapi ekspresi wajahnya tetap tenang, seolah berusaha menyembunyikan badai yang tengah mengamuk di dalam dadanya. Dia lalu duduk perlahan di samping Emily yang sejak tadi terlihat gelisah, menggigit bibir bawahnya dan menunduk, menghindari tatapan. Arnold meletakkan amplop itu di atas pahanya, dengan sengaja memastikan Emily tahu betapa pentingnya isi dari amplop tersebut. “St. Thomas Hospital,” ucapnya pelan, namun nadanya tegas dan penuh makna. Emily menatap amplop itu dengan mata membulat. Hatinya berdebar hebat, napasnya memburu. Tiba-tiba saja pikirannya dipenuhi dengan berbagai kemungkinan buruk. Tangannya mulai berkeringat, dan ia bahkan belum berani menyentuh amplop itu. "Ini pasti berat untukmu,"

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 176. Menagih Janji

    Arnold mengusap puncak kepala Emily hingga ke punggungnya, berulang kali hingga akhirnya Emily bangun dari tidurnya. Sentuhan itu lembut dan penuh perhatian, seakan ingin meredakan beban di hati sang istri. Napas Emily yang semula berat perlahan menjadi teratur, tapi matanya masih tampak sembab. Dengan gerakan cepat Emily menyeka sudut mata dan pipinya yang basah karena air mata. Ia tidak ingin terlihat rapuh di hadapan Arnold, terlebih setelah apa yang baru saja terjadi. "Kau menangis?" tanya Arnold saat melihat Emily menyeka wajahnya. Suaranya lembut, ada nada khawatir yang tak bisa disembunyikan. Emily tidak menjawab, dia turun dari kasur melalui sisi sebelah kanannya untuk menghindari Arnold. Emily sedang kesal dan enggan menatap suaminya yang menjadi serba salah. Ia berjalan pelan menuju jendela, membiarkan sinar matahari menyinari wajahnya yang masih tampak murung. "Kita pulang, Sally, tolong bereskan barang-barang Emily. Aku akan meminta supir untuk kemari." Arnold be

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 175. Tidak Bertanggungjawab

    Sementara itu, di ruangan Dokter Lexa. Arnold tengah menunggu Dokter Lexa yang sedang menangani pasien melahirkan sesar. Waktu terasa berjalan sangat lambat. Jarum jam yang berdetak di dinding seakan sengaja memperpanjang kegelisahan yang merayap dalam dada Arnold. Sesekali ia menatap layar ponselnya, namun tak satu pun pesan masuk. Pikirannya kacau, hatinya berkecamuk. Arnold duduk dengan gelisah, dia benar-benar kaget saat mengetahui Emily sudah mengetahui kehamilannya, padahal akan lebih mudah kalau Emily tidak tahu sehingga Dokter bisa memberikannya obat penggugur kandungan, seperti saran awal Dokter Lexa yang ditanggapi Arnold dingin tadi malam. Suara langkah kaki terdengar memasuki ruangan. Pintu dibuka perlahan dan wajah lelah Dokter Lexa muncul di ambang pintu. "Tuan Arnold, maaf menunggu lama." Dokter Lexa menarik kursinya dan duduk dengan wajah muram. Beberapa helai rambut terurai dari sanggulnya yang sedikit berantakan, menunjukkan betapa berat kasus yang baru saja ia

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 174. Tidak Menginginkannya?

    "Katakan apa itu?" Arnold tidak kalah antusias. Dia juga ikut tersenyum saat melihat Emily tersenyum lebar. Setelah apa yang terjadi pada Emily tadi malam—mimpi buruk, tangisan tertahan, dan tatapan kosong yang begitu dalam—senyum lebarnya membuat Arnold bisa sedikit melupakan kepedihannya. Seolah senyum itu adalah cahaya pertama setelah malam yang panjang. "Tutup matamu," pinta Emily sambil mengusap rahang tegas Arnold. Sentuhan lembut jarinya menyapu bulu-bulu halus yang tumbuh tidak teratur karena Arnold pasti tidak mencukurnya beberapa hari ini. Emily selalu menyukai sisi acak Arnold yang satu ini, tampak maskulin namun tetap tenang dan penuh kehangatan. "Baiklah, cepat beritahu aku kejutannya." Arnold menutup matanya dengan patuh, menarik napas panjang seolah ingin menyerap momen bahagia itu sedalam mungkin. Senyum manis masih terukir di bibirnya, begitu tulus dan penuh harapan. Emily menoleh sesaat ke arah Sally yang berdiri tidak jauh dari mereka. Sally, sahabat sekaligus

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 173. Test Pack

    Emily menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Rasa mual yang datang tiba-tiba membuat tubuhnya melemas. Ia bergegas menuju wastafel dan memuntahkan seluruh isi perutnya tanpa bisa ditahan. Nafasnya tersengal-sengal, bahunya naik turun menahan ketidaknyamanan. Di sampingnya, Arnold yang sedari tadi menemaninya sigap mengusap punggung istrinya, mencoba memberikan ketenangan. "Apa buburnya tidak enak?" tanyanya lembut, meski wajahnya menyiratkan kekhawatiran. Emily menggeleng pelan. "Enak, mungkin aku masuk angin... atau karena tadi malam aku tidak sempat makan." Suaranya terdengar lemah. Setelah merasa lebih baik dan mualnya sedikit mereda, Emily kembali ke tempat tidur, wajahnya masih pucat. "Makan lagi ya, Sayang," bujuk Arnold, mengangkat sendok dengan penuh harap. Emily menggeleng lagi, lebih tegas kali ini. "Aku benar-benar tidak selera." Arnold tidak menyerah. "Apa mau makan yang lain?" Dia tidak ingin membiarkan Emily melewati waktu makan, terlebih sekarang ia tengah men

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 172. Cinta Yang Nyaris Hilang

    Mendengar perkataan Papa William, Arnold tersenyum miring. Senyum sinis yang tak menutupi betapa getir hatinya. Bisa-bisanya, pikir Arnold, Papa William masih saja bertindak semaunya. Walau dia kepala keluarga dan Arnold hanyalah anaknya, bukan berarti setiap kata-kata sang ayah adalah perintah mutlak yang harus dituruti. "Arnold tidak akan pernah kembali lagi ke Maurer!" ucapnya tegas, sorot matanya tak main-main. Dulu, dia mungkin akan menuruti apa pun—menikahi Emily karena permintaan orang tua, menjalankan perusahaan keluarga tanpa banyak tanya. Tapi sekarang, semua itu sudah berubah. "Papa sudah tua, Nak. Kalau bukan kamu, lantas siapa lagi yang akan menjalankannya?" suara Papa William pelan, lebih kepada nada memohon daripada perintah. Ada getar halus yang tertangkap di ujung kalimatnya—ketakutan akan kehilangan, atau mungkin penyesalan. "Maaf, Pa. Arnold benar-benar tidak bisa." Jawabannya tegas namun lembut. Bukan untuk melukai hati ayahnya, tapi karena dia tahu, sudah wa

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status