Myesha melihat Finn dari balik jendela lantai atas. Dilihatnya Finn sudah pergi dengan mobilnya. Myesha kini hanya bisa melihat Finn dari kejauhan. Tentu saja hal itu membuat Myesha merasakan sesak di dadanya. Biasanya Finn selalu memeluk dan mendaratkan kecupan di dahinya ketika pergi. Namun, kini semua sudah sirna. Tak ada lagi pelukan atau pun kecupan. Myesha sadar jika kini semua sudah berubah.Myesha berusaha untuk menerima dengan lapang dada. Dia akan berada di rumah Finn sampai persidangan pembatalan selesai. Jika sudah selesai, dia akan memilih untuk kembali ke kampung halamannya. Memulai hidup barunya.Sesuai dengan permintaan Finn, Myesha akhirnya memutuskan untuk segera mengemasi barang-barangnya. Membawanya ke lantai atas.Myesha menuruni anak tangga. Menuju ke lantai bawah. Dengan langkah pasti, dia masuk ke kamarnya dan Finn. Saat membuka pintu, aroma maskulin tercium. Itu membuatnya seketika merindukan Finn.Tak mau berlama-lama di kamar Finn, Myesha segera mengemasi pa
Finn pulang dan segera masuk ke rumah. Saat melintas di meja makan, dia melihat makanan tersusun rapi di atas meja. Embusan napas tertiup ketika menebak siapa yang memasak untuknya.“Bi ....” Finn memanggil asisten rumah tangga.Asisten rumah tangga yang sedang menutup pintu segera berlari mengejar Finn. Memastikan kenapa majikannya itu memanggilnya.“Iya, Den.”“Rapikan makanan ini. Malam ini aku tidak makan.” Finn memerintah seraya mengayunkan langkahnya. Masuk ke kamarnya.Asisten rumah tangga hanya termenung. Padahal Myesha sudah memasak ini bersama Mama Risha, tetapi Finn tidak mau memakan juga.Dari lantai atas Myesha mendengar jelas perintah Finn pada asisten rumah tangga. Rasa sesak menyusup masuk ke dalam dadanya. Penolakan Finn sudah menegaskan jika memang dirinya sudah tidak punya tempat di hati Finn.“Aku tidak boleh menangis.” Myesha berusaha menghapus air matanya yang jatuh ke pipinya. Berusaha untuk kuat menahan sesak di dadanya. Ini adalah hukuman untuknya. Jadi dia ha
[Besok persidangan pembatalan pernikahan kita. Jadi bersiaplah. Pengacara akan datang dan kamu bisa pergi dengannya.]Satu pesan masuk ke ponsel Myesha. Pesan itu dikirim oleh Finn. Memberitahu perihal persidangan besok.Melihat pesan itu tubuh Myesha lemas. Besok adalah babak baru dalam hidupnya. Jadi tentu saja dia harus bersiap. Datang ke persidangan dan mengikuti segala prosedur.Terkadang hidup tak selamanya indah. Semua rencana Myesha tak ada yang sejalan. Semua sirna begitu saja. Hilang tak tersisa.Waktu pertama kali memutuskan bekerja sama dengan Nyonya, tak terpikir dirinya akan terjebak cinta pada Finn. Hingga saat cinta itu datang tiba-tiba Myesha berbunga-bunga, hingga lupa dengan statusnya. Kini saat cintanya sudah terpatri, semua sirna. Kembali ke tempat semula.Dengan persidangan ini, identitas Myesha akan kembali. Finn yang statusnya menikah akan berubah menjadi belum menikah. Semua seolah kembali ke titik awal lagi.Tanpa membalas pesan Finn, Myesha segera meletakkan
Myesha sampai di pengadilan. Bersama pengacara dia masuk bersama dengan pengacara. Tampak di sana sudah ada Finn, Nathan, dan pengacara. Karena tempat duduk di sebelah Finn kosong, terpaksa mereka duduk di sana.“Selamat pagi, Pak.” Pengacara Myesha mengulurkan tangan pada Finn.“Pagi, Pak.” Finn menerima uluran tangannya.Pengacara Myesha bergeser ke pengacara Finn dan Nathan. Mengulurkan tangan bergantian pada dua orang tersebut. Tubuh pengacara yang bergeser membuat Neta yang di belakang jadi berhadapan dengan Finn secara langsung.Finn menatap Myesha, kemudian mengulurkan tangan pada Myesha. Myesha yang tadinya tertunduk pun segera menegakkan kepalanya. Melihat Finn yang sedang mengulurkan tangannya. Untuk sesaat dia hanya memandangi tangan Finn saja. Membuat Finn menggantungkan tangannya di udara.“Apa kamu akan diam saja?” Finn sudah lama menunggu, jadi tentu saja dia ingin Myesha segera memegang tangannya.Mendengar suara Finn, Myesha segera menerima uluran tangan Finn. Menjaba
Myesha memegangi kepalanya. Seminggu ini kepalanya begitu pusing sekali. Setiap pagi selalu saja dirinya muntah. Myesha merasa tubuhnya benar-benar tidak nyaman sekali. Dia menduga karena banyak pikiran, membuatnya sakit.“Aku harus kuat. Hari ini persidangan.” Myesha berusaha untuk menguatkan dirinya.Myesha adalah orang yang jarang minum obat. Jadi saat kepalanya pusing seperti ini, dia hanya perlu tidur sebentar saja. Nanti rasa pusingnya perlahan akan hilang.Finn yang di lantai bawah menikmati sarapannya. Hari ini adalah sidang, dan dia harap saksi akan datang. Jika tidak dia akan benar-benar memasukkan mereka penjara.“Bi, apa Myesha sudah turun?” Lidah Finn mulai terbiasa mengucapkan nama Myesha.“Belum. Sejak pagi belum turun. Biasanya sebelum Den Finn bangun, dia selalu turun untuk sekadar minum teh hangat, tapi sedari tadi dia belum turun.”Mendapati jawaban dari asisten rumah tangga membuat Finn memikirkan, kenapa Myesha tidak bangun. Hal itu menjadi kekhawatiran bagi Finn.
Seminggu berlalu begitu cepatnya. Seminggu ini Myesha benar-benar jarang turun ke lantai bawah. Dia lebih banyak menghabiskan waktu di kamarnya. Apalagi dia merasa jika tubuhnya beberapa minggu ini tidak enak. Myesha berpikir jika itu semua terjadi karena memikirkan masalah yang sedang dihadapinya.Selama seminggu ini, Myesha mengemasi barang-barang miliknya. Beruntung memang barang-barangnya tidak banyak. Hanya ada satu koper besar. Jadi nanti jika dia pergi, tak terlalu kesulitan.Hari ini adalah di mana putusan pembatalan pernikahan antara Finn dan Myesha. Sejak semalam Myesha tidak bisa tidur sama sekali. Hari ini adalah akhir dari perjalanan kisahnya dengan Finn. Setelah ini, dia akan memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya. Memulai hidup baru kembali. Tentu saja dengan identitasnya sendiri.Pagi ini Myesha bersiap untuk pergi ke pengadilan. Dia memakai pakaian serba hitam. Pertama, karena dia ingin saja memakainya. Kedua, dia ingin berkabung atas matinya Zelda dalam dirin
Finn membawa koper Myesha turun. Koper cukup besar membuat Finn kesulitan untuk membawanya. Entah apa saja yang dibawa Myesha, Finn sampai heran apa saja yang dibawa Myesha, sampai kopernya berat sekali.Finn yang membawa koper Myesha berhenti di depan pintu rumah. Dia menunggu pengacara datang. Hari ini, dia akan pergi bersama dengan pengacara. Pergi ke pengadilan bersama-sama.“Kenapa harus pergi bersama?” Myesha merasa heran. Karena biasanya Finn tidak pergi ke pengadilan bersama.“Agar kamu sampai di pengadilan dengan selamat.” Finn menjawab dengan penuh keyakinan.Memangnya ada apa jika berangkat sendiri?Myesha hanya menganggap aneh sikap Finn itu.Mobil pengacara akhirnya datang juga. Pengacara segera turun untuk menyapa Finn dan Myesha. Finn pun segera memasukkan koper ke dalam bagasi. Kemudian masuk ke mobil. Dia duduk di kursi belakang bersebelahan dengan Myesha.Tak ada obrolan, mereka berada dalam pikirannya masing-masing. Myesha memikirkan jika nanti dia akan naik bus saj
“Saya tidak tahu, Dok.” Finn menggeleng. Dia memang benar-benar tidak tahu.Dokter mengecek keadaan Myesha dibantu dengan suster. Ternyata tekanan darah pasien rendah. Mungkin itulah yang menyebabkan pasien pingsan.“Kita tunggu pasien sadar dulu. Untuk tahu apakah ada tanda-tanda hamil atau tidak.” Dokter tidak bisa memberikan sembarang obat. Mengingat pasiennya adalah seorang wanita bersuami. Yang kemungkinan pingsan karena kehamilan.Finn mengangguk. Mengikuti apa yang dikatakan dokter. Dia menunggu Myesha di sampingnya. Melihat Myesha yang jatuh pingsan jelas membuatnya sangat khawatir. Jelas dia tidak tega melihat Myesha yang seperti itu.“Apa dia jangan-jangan hamil?” Finn mencoba menebak. Rasanya Finn tidak sanggup jika sampai itu terjadi. Jelas jika itu terjadi, anak yang dikandung Myesha adalah anak di luar nikah. Karena mereka tidak terikat oleh pernikahan.Myesha perlahan membuka matanya. Kepalanya terasa berdenyut membuatnya kesulitan membuka matanya. Saat matanya terbuka
Myesha mengembuskan napasnya yang terasa berat. Usia kandungannya sudah sembilan bulan. Tinggal menunggu hari kelahiran saja. Bu Mirna setiap hari ke rumah Myesha. Kebetulan, rumah memang berbeda beberapa blok saja. Jadi masih bisa dijangkau oleh Bu Mirna. Tak hanya Bu Mirna, Mama Risha juga bolak-balik ke rumah Finn. Melihat keadaan menantunya.“Finn sebaiknya kamu tidak bekerja dulu. Ini sudah mendekati tanggal perkiraan hari kelahiran.” Mama Risha memberikan peringatan pada sang anak.“Iya, Ma. Aku memang tidak bekerja.” Sejak hari ini, Finn memutuskan untuk mengerjakan pekerjaanya di rumah saja. Mengingat sang istri akan melahirkan.“Bagus. Jadi kamu bisa menunggu istrimu. Takut-takut jika dia tiba-tiba melahirkan.” Mama Risha merasa was-was. Takut jika menantunya melahirkan. Tidak ada suaminya.Finn yang baru saja mengobrol dengan ibunya menyusul sang istri yang berada di kamar. Sang istri sedang merapikan baju-baju untuk dibawa jika tiba-tiba ke rumah sakit.“Sayang.” Finn meman
Finn dan Myesha langsung segera bergegas untuk ke rumah sakit. Mereka ingin menengok anak Stela dan Sean. Setelah mencari nomor kamar, akhirnya mereka masuk ke kamar tersebut. Tampak Stela yang sedang menggendong anaknya di sana. Sang suami-Sean berada di sebelahnya.“Myesha, Finn.” Stela sudah mendengar cerita tentang Finn dan Myesha. Jadi kini dia sudah tahu nama asli Myesha.Myesha menghampiri Stela dan memberikan ucapan selamat. Dia yang melihat sang anak yang cantik sekali. Tampak menggemaskan sekali.“Selamat, Se.” Finn mengulurkan tangan pada Sean.“Terima kasih.” Sean tersenyum sambil menerima uluran tangan dari Finn.“Lihatlah lucu sekali. Boleh aku menggendongnya?” Myesha begitu bersemangat sekali.“Tentu saja.” Stela mengizinkan Myesha untuk menggendongnya.Myesha memindah bayi yang berjenis kelamin perempuan itu ke tangannya. Dia begitu gemas melihat wajah cantik anak Stela.“Siapa namanya?” Myesha menatap Stela. Penasaran sekali.“Auretta Alexandria.” Stela memberitahu na
Usia kandungan Myesha sudah mencapai enam bulan. Semakin kandungan Myesha besar, semakin rasa mual itu hilang. Kini Myesha sudah makan dengan lahap sekali. Apalagi jika mama mertuanya membawa makanan untuknya. Dia akan langsung memakannya.Hari ini rencananya mereka akan memeriksakan kandungannya ke dokter. Mereka selalu mengambil waktu di hari sabtu di mana Finn libur.“Apa hari ini kita bisa lihat jenis kelamin anak kita?” Finn menatap sang istri.“Entah, tidak.” Myesha tersenyum. Dia memang mau ini menjadi kejutan. Namun, mama mertuanya begitu penasaran sekali karena ingin melihat cucunya.“Kenapa kamu tidak mau tahu?” Finn menatap sang istri yang sedang berada di depan kaca. Sang istri sedang sibuk merapikan dress panjang yang dipakainya.Sejak hamil Myesha ebih banyak memakai dress panjang atau dress dibawah lutut. Itu untuk memudahkan dirinya bergerak dan agar perutnya lebih nyaman.“Aku mau ini jadi kejutan.” Myesha merasa akan sangat spesial jika tahu saat anaknya lahir.“Tapi
“Apa rasanya sudah enak?” Mama Risha bertanya pada Bu Mirna.Bu Mirna yang sedang mencicipi masakan merasakan rasa masakan tersebut. Hari ini Bu Mirna dan Mama Risha memasak bersama. Setelah kemarin saling mengobrol tentang masakan, mereka sepakat memasak bersama.“Rasanya sudah enak.” Bu Mirna tersenyum memberikan pendapatnya pada Mama Risha.“Wah … kalau sudah begini, aku bisa membuatnya jika ada arisan.” Mama Risha begitu senang.Hari ini mereka sedang masak rawon. Mama Risha memang tidak bisa membuat masakan itu, alhasil dia meminta Bu Mirna untuk mengajari. Tentu saja Bu Mirna dengan senang hati membantu Mama Risha.Myesha yang sedang duduk menonton televisi mendengar percakapan mama mertuanya dan ibunya. Myesha ikut senang dengan kedekatan dua wanita itu.“Ibu sepertinya bisa buka kelas masak, atau buka jasa catering.” Myeshi mengomentari ibunya yang sedang mengajari Mama Risha memasak.Myesha menoleh pada adiknya. Dia membenarkan ucapan sang adik. Ibunya memang jago memasak. Se
Myesha begitu senang ketika ibunya ada di rumah. Dia bisa meminta sang ibu memasakkan makanan kesukaannya. Ketika hamil seperti ini, tentu saja membuatnya ingin makan masakan sang ibu.“Apa keluarga Finn menerima kamu yang sudah berbohong?” Bu Mirna yang sedang asyik memasak bertanya pada sang anak.“Mereka menerima, Bu. Myesha juga tidak menyangka mereka akan menerima Myesha.” Myesha begitu senang sekali ketika mama mertuanya menerimanya.“Ibu ikut senang. Ibu juga mau meminta maaf juga pada mereka jika nanti bertemu.” Bu Mirna begitu senang mendengar akan hal itu. Namun, sebagai orang tua, tentu saja dia ingin meminta maaf pada orang tua Finn agar.“Nanti jika bertemu dengan mama dan papa, Ibu bisa sampaikan.” Myesha selalu bangga pada ibunya. Dia memang belajar banyak dari sang ibu tentang arti meminta maaf dan juga memaafkan.Mereka berdua memasak bersama. Memang waktu seperti ini selalu dimanfaatkan untuk bersama-sama.***Myesha mengambilkan baju untuk sang suami. Finn sedang ma
“Halo, Bu. Apa kabar?” Myesha menghubungi sang ibu. Sudah lama Myesha tidak menelepon ibunya.“Baik, Sha. Kamu sendiri bagaimana? Bagaimana keadaan kehamilanmu?” Bu Mirna di seberang sana bertanya.“Kehamilan Myesha baik, Bu. Mual sudah mulai berkurang perlahan.” Kandungan Myesha sudah mencapai empat bulan. Jadi perlahan mual yang dirasakan mulai berkurang.“Syukurlah. Ibu ikut senang dengarnya?” Bu Mirna di seberang sana merasa senang ketika anaknya baik-baik saja. Bagi orang tua, mendengar anaknya sehat sudah lebih dari cukup.“Apa Myeshi sudah selesai ujiannya?” Adik Myesha sedang ujian akhir sekolah. Jadi tentu saja membuatnya memikirkan adiknya itu.“Dia sudah ujian. Semua sudah selesai tinggal menunggu saja.” Bu Mirna menjelaskan.“Apa berarti dia libur?” Myesha begitu penasaran sekali. Karena setahunya ada jeda waktu sambil menunggu hasil akhir kelulusan.“Iya, Mbak aku libur. Apa Mbak Myesha mau mengajakku ke sana?” Suara Myeshi terdengar dari sambungan telepon.“Aku akan bica
Pagi-pagi sekali Mama Risha sudah datang. Myesha dan Finn yang masih tidur pun sampai buru-buru bangun karena kedatangan mamanya itu. Hari ini Finn masih libur. Setelah sabtu kemarin dia ke dokter kandungan. Hari minggu ini, dia berencana bermalas-malasan di rumah. Namun, semua sirna ketika kedatangan sang mama.“Mama mau apa datang pagi-pagi ke sini sudah mengalahkan ayam jago hendak berkokok. Apa Mama sedang mau gantikan ayam jago membangunkan orang-orang?” Finn menyindir sang mama yang datang pagi-pagi sekali.Myesha yang mendengar hal itu langsung menyenggol sang suami. Mengingatkan sang suami yang menegur sang mama mertua.“Sembarangan. Mama itu mau ajak Myesha olahraga sambil ke pasar.” Mana Risha menjelaskan apa alasannya ke sini.“Pasar?” Finn terkejut ketika mamanya ingin mengajak istrinya ke pasar. “Ma, aku susah payah kerja, kenapa istriku diajak ke pasar. Istriku harus ke supermarket, bukan ke mal.” Finn merasa mamanya benar-benar tidak masuk akal karena mengajak istrinya
Pemeriksaan akhirnya berakhir. Myesha, Finn, Mama Risha, dan Papa Adrian keluar dari ruangan pemeriksaan. Mereka menuju ke apotek yang berada di rumah sakit. Mama Risha dan Papa Adrian duduk agak sedikit jauh dari Myesha dan Finn. Banyaknya orang yang juga mengantre obat membuat mereka tidak bisa duduk bersama.“Kamu lihat wajah mama dan papa tadi? Mereka tampak senang ketika melihat baby muffin di layar USG.” Finn berbinar mengingat papa dan mamanya tadi.“Iya, aku lihat. Mereka benar-benar tampak begitu senang sekali. Aku berharap mereka memaafkan aku.” Myesha berharap hal itu. Karena sampai detik ini dia masih belum dapat maaf.“Tenanglah, ini adalah jalan untuk kita. Apalagi, kita tidak berhenti berusaha. Jadi yakinlah jika mama dan papa akan menerima kamu dan anak kita.” Finn tersenyum.“Iya.” Myesha mengangguk. Dia berharap hal yang sama yang diharapkan oleh sang suaminya.Di ujung kursi ruang tunggu berjarak beberapa kursi, Mama Risha dan Papa Adrian duduk, sambil mengobrol.“
Mama Risha mengintip di balik gorden ketika ada mobil yang melintas. Seolah dia sedang menunggu seseorang.Papa Adrian yang sedang menikmati tehnya sambil membaca koran di teras pun menoleh ketika sang istri mengintip di jendela yang berada tepat di depannya.“Sini.” Papa Adrian memberikan isyarat pada sang istri.Mama Risha segera keluar. Ikut duduk di teras bersama sang suami. “Kenapa?”“Kenapa mengintip?” Papa Adrian begitu penasaran sekali karena tumben sekali istrinya melakukan itu. “Apa kamu sedang menunggu seseorang?” Papa Adrian tersenyum.“Tidak.” Mama Risha menggelak.Papa Adrian menerawang ke dalam bola mata Mama Risha. Namun, dia jelas melihat kebohongan di dalam matanya.“Kamu menunggu Finn dan Myesha?” Papa Adrian menebak.Setiap hari libur Finn dan Myesha selalu datang. Walaupun Mama Risha dan Papa Adrian mengabaikan, tetapi mereka tetap datang. Sudah hampir dua bulan Mama Risha dan Papa Adrian tidak menegur Finn dan Myesha. Dibanding Mama Risha, Papa Adrian lebih mau