Seminggu berlalu begitu cepatnya. Seminggu ini Myesha benar-benar jarang turun ke lantai bawah. Dia lebih banyak menghabiskan waktu di kamarnya. Apalagi dia merasa jika tubuhnya beberapa minggu ini tidak enak. Myesha berpikir jika itu semua terjadi karena memikirkan masalah yang sedang dihadapinya.Selama seminggu ini, Myesha mengemasi barang-barang miliknya. Beruntung memang barang-barangnya tidak banyak. Hanya ada satu koper besar. Jadi nanti jika dia pergi, tak terlalu kesulitan.Hari ini adalah di mana putusan pembatalan pernikahan antara Finn dan Myesha. Sejak semalam Myesha tidak bisa tidur sama sekali. Hari ini adalah akhir dari perjalanan kisahnya dengan Finn. Setelah ini, dia akan memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya. Memulai hidup baru kembali. Tentu saja dengan identitasnya sendiri.Pagi ini Myesha bersiap untuk pergi ke pengadilan. Dia memakai pakaian serba hitam. Pertama, karena dia ingin saja memakainya. Kedua, dia ingin berkabung atas matinya Zelda dalam dirin
Finn membawa koper Myesha turun. Koper cukup besar membuat Finn kesulitan untuk membawanya. Entah apa saja yang dibawa Myesha, Finn sampai heran apa saja yang dibawa Myesha, sampai kopernya berat sekali.Finn yang membawa koper Myesha berhenti di depan pintu rumah. Dia menunggu pengacara datang. Hari ini, dia akan pergi bersama dengan pengacara. Pergi ke pengadilan bersama-sama.“Kenapa harus pergi bersama?” Myesha merasa heran. Karena biasanya Finn tidak pergi ke pengadilan bersama.“Agar kamu sampai di pengadilan dengan selamat.” Finn menjawab dengan penuh keyakinan.Memangnya ada apa jika berangkat sendiri?Myesha hanya menganggap aneh sikap Finn itu.Mobil pengacara akhirnya datang juga. Pengacara segera turun untuk menyapa Finn dan Myesha. Finn pun segera memasukkan koper ke dalam bagasi. Kemudian masuk ke mobil. Dia duduk di kursi belakang bersebelahan dengan Myesha.Tak ada obrolan, mereka berada dalam pikirannya masing-masing. Myesha memikirkan jika nanti dia akan naik bus saj
“Saya tidak tahu, Dok.” Finn menggeleng. Dia memang benar-benar tidak tahu.Dokter mengecek keadaan Myesha dibantu dengan suster. Ternyata tekanan darah pasien rendah. Mungkin itulah yang menyebabkan pasien pingsan.“Kita tunggu pasien sadar dulu. Untuk tahu apakah ada tanda-tanda hamil atau tidak.” Dokter tidak bisa memberikan sembarang obat. Mengingat pasiennya adalah seorang wanita bersuami. Yang kemungkinan pingsan karena kehamilan.Finn mengangguk. Mengikuti apa yang dikatakan dokter. Dia menunggu Myesha di sampingnya. Melihat Myesha yang jatuh pingsan jelas membuatnya sangat khawatir. Jelas dia tidak tega melihat Myesha yang seperti itu.“Apa dia jangan-jangan hamil?” Finn mencoba menebak. Rasanya Finn tidak sanggup jika sampai itu terjadi. Jelas jika itu terjadi, anak yang dikandung Myesha adalah anak di luar nikah. Karena mereka tidak terikat oleh pernikahan.Myesha perlahan membuka matanya. Kepalanya terasa berdenyut membuatnya kesulitan membuka matanya. Saat matanya terbuka
Seminggu yang laluTinggal seminggu ini Finn dan Myesha akan resmi membatalkan pernikahan. Finn masih membayangkan bagaimana kelak hidupnya akan seperti apa. Terbiasa dengan Myesha tentu saja membuat Finn seolah kehilangan arah hidupnya.“Maaf aku terlambat.” Nathan menarik kursinya. Tadi temannya menghubungi untuk datang ke restoran. Karena itu, dia segera datang ke restoran setelah selesai praktik malam.“Tidak apa-apa. Aku juga baru datang.” Finn mengangkat gelas berisi kopi miliknya.Nathan segera memanggil pramusaji. Memesan minuman untuknya. Dia memesan secangkir kopi untuk menemani Finn yang lebih dulu memesan kopi.“Kamu belum pulang?” Nathan yang melihat Finn belum berganti baju, mengambil kesimpulan.“Iya, aku menyelesaikan pekerjaanku.” Finn menjawab kemudian menyesap kopi miliknya.“Sudah tahu banyak pekerjaan, kenapa tidak langsung pulang?” Nathan merasa temannya itu aneh.“Aku ingin memberikan ruang untuk Myesha di rumah. Jika aku tidak di rumah pasti dia kan lebih lelua
Myesha turun dari taksi. Dia mencari bus tujuan Surabaya. Beruntung, saat Myesha datang, bus belum berangkat. Jadi Myesha bisa ikut. Kenek bus membantu Myesha memasukkan koper miliknya. Myesha pun akhirnya bisa masuk dan duduk di bus dengan tenang.Myesha mengatur napasnya. Walaupun tidak benar-benar lari, tetapi membuat Myesha lelah. Karena dia harus berjalan cepat. Beruntung dia dapat busnya. Jika tidak, dia pasti harus menunggu besok. Jika sampai besok, dia tidak tahu harus ke mana.“Tiket.” Kenek bus meminta biaya tiket dari Myesha.Myesha segera mengambil uangnya. Uang yang dikumpulkan oleh Myesha selama ini dari tips klien-kliennya. Myesha memang tidak membawa apa pun saat pergi. Semuanya sudah Myesha tinggalkan di rumah Finn.“Ini.” Myesha memberikan uang dari dompetnya.“Ini tiket dan kupon makan. Jadi nanti jika bus berhenti Ibu bisa makan di sana.” Kenek bus memberikan tiket.Myesha menerima tiket dan kupon makan. Ada rasa syukur dalam hatinya. Karena bisa mendapatkan kupon
Myesha sampai di kampung halamannya. Langkahnya terasa berat ketika sampai di kampungnya dengan keadaan yang seperti ini. Pulang dalam keadaan sedih.Tak mau sampai ibu dan adiknya ikut sedih, akhirnya Myesha memilih untuk menutupi kesedihan itu. Di tidak mau sampai kesedihan itu terlihat oleh dua orang yang dicintai.Setelah turun dari bus, Myesha menggunakan angkutan kecil ke rumahnya. Beruntung uangnya masih cukup untuk naik bus. Jadi paling tidak, dia tidak perlu berjalan dari terminal. Untuk sampai di rumahnya, Myesha harus berjalan terlebih dahulu. Sejujurnya Myesha malas. Karena pasti saat berjalan, tetangganya akan melihatnya.“Myesha.”Saat baru saja langkahnya diayunkan beberapa langkah, terdengar suara memanggil. Myesha segera menoleh untuk tahu siapa gerangan yang memanggilnya. Ternyata itu adalah temannya semasa sekolah. Pria itu mengendarai motornya dan menghampirinya.“Haidar.” Myesha tersenyum ketika melihat temannya itu.Haidar menghentikan motornya tepat di samping M
Myesha menikmati makannya. Makan masakan sang ibu membuatnya begitu bersemangat. Sayangnya, baru saja makanan itu masuk ke dalam mulutnya, rasa mual seketika menghinggapi. Myesha segera ke kamar mandi. Memuntahkan makanan yang berada di dalam mulutnya itu.“Sha, kamu tidak apa-apa?” tanya Bu Mirna.Myesha segera membasuh mulutnya dan segera keluar. Kepalanya seketika terasa begitu pusing sekali. Bu Mirna pun membawa Myesha duduk di ruang makan.“Myesha mungkin kelelahan, Bu. Pendingin ruangan di bus semalam terasa sekali. Jadi mungkin Myesha masuk angin.” Myesha menatap pada sang ibu yang tampak cemas sekali.“Ibu buatkan teh hangat dulu kalau begitu.” Bu Mirna segera berlalu keluar. Dia ingin membuat teh agar meredakan rasa mual yang dirasakan.Myesha hanya memikirkan kenapa dirinya terus mual. Terakhir ke rumah sakit, dokter menanyakan tentang jadwal datang bulan. Myesha mulai berpikir, apakah dirinya hamil atau tidak?Sepertinya, aku harus beli alat tes kehamilan. Untuk mengetahui
Finn sampai di Surabaya. Malamnya kota tak jauh beda dengan ibu kota. Mobil yang memadati jalanan membuat perjalanan sedikit terhambat. Tepat jam delapan Finn baru sampai hotel. Tadi pagi, memang dia sempat ke kantor dulu sebelum pergi. Tidak mau pekerjaannya mengganggu dia yang sedang ingin menemui Myesha.Sesampainya di hotel, Finn segera membersihkan tubuhnya. Perjalanan tadi membuat tubuhnya semakin lengket. Jadi ingin segera dia membersihkan tubuhnya.Sekitar setengah jam Finn membersihkan tubuhnya. Dia keluar dengan handuk yang melilit di pinggangnya. Tepat saat Finn yang baru keluar, suara ponselnya terdengar. Dengan segera Finn mengambil ponselnya. Melihat siapa gerangan yang menghubunginya. Ternyata dia adalah pimpinan proyek.“Halo.” Finn menyapa.“Pak Finn, saya sudah mendapatkan alamat yang Anda berikan.” Pimpinan proyek memberitahu di seberang sana.Mendengar hal itu membuat hati Finn lega. Kemarin, sengaja dirinya meminta tolong pada pimpinan proyek di area sini. Mencari