Mata Myesha membulat sempurna. Mulutnya menganga ketika melihat dua garis merah yang tercetak di alat tes kehamilan. Seperti yang dibaca Myesha tadi. Dua garis merah itu artinya adalah jika dirinya positif hamil.Mendapati kenyataan itu, tentu saja membuat Myesha tidak bisa berkata-kata. Jelas hasil ini tidak diharapkan. Jelas jika ditelisik lagi, anak yang dilahirkannya adalah anak di luar nikah. Tentu saja karena pernikahannya tidak sah secara hukum.Myesha semakin hancur. Di saat dia sudah pergi dari kehidupan Finn, kenyataan ini harus diterimanya. Tentu saja ini membuatnya merasa bingung, apa yang harus dilakukannya sekarang jika kenyataan dirinya hamil seperti ini. Jelas ini adalah masalah.Dalam keadaan seperti ini, Myesha tidak tahu harus berbuat apa. Tidak mungkin dirinya harus minta pertanggungjawaban Finn. Karena Finn saja tidak berharap dirinya ada di sisinya.“Aku harus bagaimana?” Myesha benar-benar bingung. Dia tidak dapat menemukan jawaban tepat atas masalah yang dihada
Myesha segera masuk ke rumah. Alangkah terkejutnya ketika melihat ibunya sedang memukuli seorang pria. Tampak pria itu berjongkok sambil menutupi wajahnya agar pukulan kena di wajahnya.“Kurang ajar. Berani-beraninya kamu melakukan itu.” Bu Mirna terus memukul. Tidak memberi ampun sama sekali.Myesha bingung. Siapa gerangan pria itu. Apa alasan ibunya memukul pria itu. Namun, alih-alih memikirkan hal itu, Myesha memilih untuk melerai. Dia segera menarik tubuh sang ibu. Menjauh dari tubuh pria itu.“Bu.” Myesha berusaha untuk menyadarkan sang ibu.Haidar yang melihat hal itu pun juga ikut membantu. Dia menarik pria yang dipukuli oleh ibu Myesha untuk menjauh. Paling tidak itu agar pria itu selamat dari ibu Myesha.“Bu, berhenti. Kasihan.” Myesha berusaha menjauhkan tubuh sang ibu.“Kenapa kasihan? Dia memang pantas dipukul.” Bu Mirna masih saja tidak terima dihentikan oleh sang anak.“Kenapa saya pantas dipukul, Bu. Saya benar-benar tidak mengerti kenapa Ibu memukul saya.” Pria itu men
Beberapa waktu sebelumnya.Bu Mirna yang melihat Myesha pergi segera masuk ke kamarnya. Dia ingin memastikan apa yang terjadi pada anaknya. Pikirannya melayang membayangkan jika sang anak memiliki penyakit parah. Hingga membuatnya sakit sejak pulang kemarin.Bu Mirna mengedarkan pandangan ketika berada di kamar Myesha. Dia memilih membuka lemari anaknya. Mengecek apakah anaknya menyembunyikan sesuatu.Satu per satu pakaian Myesha disingkap. Dia mencari mungkin saja sang anak menyembunyikan sesuatu. Sayangnya, saat pakaian disingkap satu per satu. Tidak ditemukannya sesuatu di sana.Bu Mirna memikirkan lagi. Di mana dirinya harus mencari lagi. Saat kembali mengedarkan pandangan. Hingga akhirnya, dia menemukan sebuah laci di samping tempat tidur. Dengan segera, Bu Mirna mengayunkan langkahnya ke laci tersebut. Membukanya untuk mencari sesuatu di sana.Alangkah terkejut Bu Mirna ketika mendapati alat tes kehamilan. Yang dicarinya adalah obat, tetapi yang ditemukannya justru alat tes keha
Finn mengembuskan napasnya. Ternyata tidak semudah itu memeluk Myesha. Apalagi ada ibunya. Di mata sang ibu, dia dan Myesha belum memiliki hubungan. Ditambah lagi kini mereka punya anak di luar nikah. Jelas membuat ibu Myesha lebih melindungi anaknya.“Enak saja kamu main peluk-peluk!” Bu Mirna tidak rela jika anaknya dipeluk begitu saja.Myesha merasa tidak tega sekali. Melihat Finn yang tersungkur. Dia segera berusaha untuk membantunya. Namun, sang ibu menarik tangan Myesha.“Jangan bantu-bantu dia.” Bu Mirna langsung mencegah Myesha.Finn menegakkan tubuhnya sendiri. Dia merasa malu sekali ketika tidak boleh memeluk dan tidak boleh menerima bantuan dari Myesha. Namun, mengingat dia salah, jadi tentu saja dia terima saja. Dari pada kesempatan bersama Myesha terlepas.“Kembalilah ke tempat dudukmu.” Bu Mirna memberikan perintah pada Finn. Tak mau Finn dekat-dekat dengan anaknya dulu.Finn segera bangkit. Kemudian duduk di dekat Haidar. Finn pasrah ketika diminta untuk duduk. Tinggal
Mereka bertiga keluar dari kamar menuju ke ruang tamu. Mereka duduk di ruang tamu. Haidar dan Finn duduk bersebelahan, sedangkan Myesha duduk di depan mereka. Myesha masih bingung dengan keadaan sang ibu. Sang ibu pastinya sangat terpukul sekali.“Haidar, aku minta maaf kamu harus melihat hal seperti ini.” Myesha menatap Haidar. Apa yang terjadi benar-benar membuatnya malu sekali. Jelas sekali ini tak patas diketahui oleh orang lain.“Tidak apa-apa, Sha.” Haidar tersenyum. Dalam situasi ini tentu saja membuat dia paham.Finn yang melihat interaksi Myesha dengan pria lain, justru terbakar cemburu. Dia merasa Myesha justu mengabaikannya. Namun, dia memilih untuk diam dulu. Ingin melihat sejauh apa kedekatan dua orang yang sedang bicara itu.“Aku minta tolong padamu untuk tidak mengatakan pada siapa-siapa perihal ini. Karena aku malu ketika orang tua aku hamil di luar nikah.” Myesha sedikit menundukkan kepalanya. Merasa tidak enak sekali membahas hal ini pada Haidar.Haidar tahu pasti My
Myesha mengangguk. Dia menuruti permintaan sang ibu. Lagi pula, kemarin Finn sudah bilang akan bertanggung jawab.“Sekalian, mintalah Haidar ke sini juga. Mungkin dia bisa ke rumah saat istirahat nanti.” Ada yang harus dibicarakan dengan Haidar.“Baik, Bu.” Myesha kembali mengangguk.Myesha segera keluar dari kamarnya. Menuju ke kamarnya. Mencari ponselnya. Padahal Finn memintanya mengaktifkan ponselnya itu, tetapi tidak dilakukannya.Saat mendapatkan ponselnya, Myesha segera mengaktifkan ponselnya itu. Sambil perlahan mendudukkan tubuhnya di atas tempat tidur.Pesan masuk bertubi-tubi membuat Myesha hanya bisa terheran. Ternyata sebanyak itu Finn menghubunginya. Karena ada yang lebih penting dibanding mengecek pesan tersebut, Myesha mengabaikannya. Dia segera menghubungi Finn untuk bicara dengan Finn.“Halo.” Suara Finn langsung terdengar ketika sambungan telepon terhubung. Padahal baru saja terhubung, tetapi ternyata Finn langsung mengangkatnya. Memang dari kemarin dia menunggu Myes
Sesuai dengan keinginan Bu Mirna kemarin, Finn tinggal di rumah Haidar. Itu dikarenakan Bu Mirna takut jika Finn tidak datang jika tinggal jauh dari rumahnya. Alhasil, dia meminta Haidar untuk membawa Finn tinggal di rumahnya. Kebetulan Haidar tinggal. Orang tua Haidar sudah meninggal. Jadi Haidar tinggal sebatang kara.“Kamu tidur saja di kamar ini.” Haidar meminta Finn untuk tidur di kamarnya. Dia akan tidur di bekas orang tuanya nanti.Finn mengangguk. Dia mengikuti saja apa yang dikatakan Haidar. Dia melihat kamar Haidar yang rapi. Walaupun sederhana, tetapi cukup rapi.“Aku akan kembali bekerja.” Haidar memang hanya izin sebentar tadi. Jadi dia tidak bisa berlama-lama.Finn mengalihkan pandangan setelah melihat kamar Haidar, Finn mengalihkan pandangan pada Haidar. “Kamu meninggalkan aku sendiri di rumah ini tidak takut?”“Takut apa?” Haidar merasa aneh dengan pertanyaan Finn.“Takut barang-barangmu di sini hilang.” Finn melihat rumah Haidar. Jika dilihat, Haidar bukan dari keluarg
Suara ketukan terdengar. Haidar yang sedang menyesap teh manis hangatnya, mengalihkan pandangannya. Ketukan pintu yang terus terdengar membuat Haidar akhirnya berdiri. Segera mengayunkan langkahnya untuk membuka pintu.Saat membuka pintu dilihatnya seorang pria. Jika Haidar boleh menebak. Mungkin usianya tiga puluh lima sampai empat puluh.“Maaf cari siapa?” Haidar menatap pria di depannya itu.“Saya ingin mengantarkan jas milik Pak Finn.”Haidar melihat jas yang terbungkus rapi dibawa oleh pria di depannya itu. Ternyata Finn sempat memesan jas untuk pernikahan. Jika dilihat jas yang dipesan Finn tampak mahal. Karena dari bungkus jas itu tertera brand ternama.“Finn sedang mandi. Anda bisa titipkan ke saya.”“Baiklah.” Pria tersebut memberikan jas pada Haidar. Kemudian berpamitan. Karena memang kedatangannya hanya untuk mengantarkan jas.Haidar masuk ke rumah. Tepat saat dia hendak ke kamar Finn, tampak pria itu keluar dari kamar mandi. Rambutnya tampak basah karena memang baru saja F