Share

88. Sudah Terlambat?

last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-05 22:08:24

**

Sudah terlambat?

Seharusnya itu bukanlah sebuah pernyataan yang mengagetkan. Bukankah Karan sudah tahu semuanya? Ia bahkan sudah bertemu dengan pria yang ia pikir suami Kiran dua kali. Pria tampan bermata sipit yang waktu itu, kan? Memangnya apa lagi hubungannya dengan Kiran kalau bukan suami istri? Bahkan ia dengan senang hati menyebut Axel putranya, kan?

Ya, seharusnya Karan tidak perlu lagi merasa kaget dan terpukul seperti ini. Tapi tidak bisa. Setelah menemukan bahwa semua ini fakta dan bukan hanya dugaannya, rasanya justru jauh, jauh lebih menyesakkan.

Maka, pria itu bergumam pelan seraya mengalihkan pandangan dari Mila ke atas meja yang masih kosong, sebab sedari tadi keduanya hanyut dalam percakapan sampai Karan lupa memesan sesuatu. “Ah, ya … Ibu Mila–”

“Panggil tante saja.”

“Tante.” Karan mengulum senyum. “Ya, ya. Saya juga sudah tahu, kok. Saya sudah bertemu Axel dua kali. Dan tentu saja, saya juga sudah ketemu sama ayah barunya.”

Mila sudah membuka mulut hendak mengatak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Yayuk Istikanah
majut terus karang perjuangkan cintamu
goodnovel comment avatar
Yayuk Istikanah
ayo thor.. .satukan kiran dan karan ingin lihat mereka bahagia , .makasih aemangat uodate
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sebatas Istri Di Atas Kertas   89. Tidak Percaya

    **“Aku mencintaimu. Menikahlah denganku.”Reita meraih sepasang tangan Kiran. Menggenggamnya dengan hangat, kemudian mengecupnya lembut. Membuat perempuan itu tertegun dalam diam.Tidak ada kata yang bisa Kiran ucapkan. Ia hanya memandang Reita yang juga tengah memusatkan atensi kepadanya. Pria itu tersenyum kecil dan memiringkan kepala, memberikan afeksi lembut kepada jemari Kiran yang masih belum ia lepaskan.“Re-Rei-San … saya ….”“Tidak apa-apa, aku akan menunggumu. Jika tidak saat ini, mungkin besok atau lusa.”Kiran tercekat. Ia masih tak bisa mengatakan apapun, hanya bisa menunduk dengan menyesal. Reita memiliki sebagian besar yang perempuan impikan dari sosok suami idaman. Ia tampan rupawan, baik hati, finansialnya juga tidak buruk. Namun entah mengapa Kiran seperti memiliki satu sekat dalam hati yang belum bisa ia buka.“Maafkan aku, Rei-San.”“No, you shouldn’t.” Pria itu masih tersenyum, memandangi Kiran dengan lembut sekali. “Aku bilang, aku akan menunggu. Tidak masalah u

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-06
  • Sebatas Istri Di Atas Kertas   90. Galau

    **Hari sudah cukup larut ketika Kiran memastikan putranya sudah tidur lelap. Ia menutup pintu kamar pelan-pelan sebelum melangkah dalam hening, ke arah luar ruangan. Tak ada siapapun di rumah itu, sebab Mila belum pulang dari kafe. Kiran memilih langsung pulang ke rumah setelah jalan-jalan bersama Reita dan Axel tadi sore tanpa mampir ke tempat kerjanya lebih dahulu, sebab ia lelah. Lelah hati dan pikiran.“Axel sudah tidur?” Reita meletakkan ponsel yang sedang menyala dalam genggaman tangannya begitu melihat Kiran datang. Pria itu sedang duduk di sofa ruang tamu yang berpenerangan lembut temaram.Kiran mengangguk, menjawabnya, “Sudah. Terimakasih banyak, Rei-San. Terimakasih sudah menggendongnya sampai ke kamar, padahal Axel sudah besar dan pasti berat.”Reita hanya tertawa kecil. Benar, pria itu tadi menggendong Axel dari stasiun hingga ke rumah karena si bocah sudah kelelahan dan tertidur dalam perjalanan pulang.“Aku tidak pernah keberatan, Kiran-Kun.”Kiran mengulum senyum. “And

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-07
  • Sebatas Istri Di Atas Kertas   91. Permintaan Maaf

    **Mila terdiam mendengar pertanyaan itu. Ia memandang keponakannya dengan intens. Namun, ia pikir sebaiknya memang segera meluruskan semua ini sebelum segalanya menjadi semakin berlarut-larut. Maka, wanita itu menghela napas.“Sebelumnya, Tante tanya, Ki. Apakah kamu dan Reita sudah memiliki ikatan? Kalian menjalin hubungan?”Pandangan Kiran naik perlahan, beradu tatap dengan tantenya. “Dia memang menyatakan perasaannya kepadaku, Tan. Hari ini.”“Dan kamu jawab apa?”“Aku bilang, aku masih nggak bisa memutuskan. Tapi dia juga bilang dia nggak buru-buru. Dia akan nunggu aku sampai aku bisa balas perasaannya.”“Kamu suka sama dia? Menurutmu, kamu akan jawab apa nantinya?”Kiran diam dan mengalihkan pandang kepada langit-langit ruangan yang temaram. “Itulah, aku aja ragu sama diriku sendiri.”Sekali lagi hela napas terdengar dari sekitar Mila. Wanita itu berujar pelan. “Karena ternyata Karan juga masih mengharapkan kamu. Dia memang datang untuk mencarimu.”“Dia sudah punya keluarga,” tu

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-09
  • Sebatas Istri Di Atas Kertas   92. Satu Hari Bersama Axel

    **Bocah kecil itu memandang Karan dengan manik jernihnya yang berbinar. Raut wajahnya terlihat takut, namun sekaligus tertarik.“Halo, Axel,” sapa Karan dengan senyum tersungging. Ia membalas pandangan bocah manis itu dengan tatapan lembut.“Mama, ini Paman yang Axel ceritakan waktu itu.” Si bocah bertutur dengan polos kepada ibunya. “Paman yang bisa ngomong kayak kita.”“Honto?” Kiran menanggapi pernyataan putranya, pura-pura tidak ingat dengan apa yang bocah tersebut ceritakan. “Axel kapan bertemu sama beliau itu?”“Sudah lama. Paman, Paman ke sini naik apa?”Karan tidak bisa menahan senyum. Karena justru pertanyaan semacam itu yang diajukan bocah ini kepada dirinya. Meski ia merasa sedikit sedih. Axel memanggilnya dengan sebutan paman. “Naik kereta, Sayang,” jawab Karan, masih dengan senyum manis tersungging. “Paman mau ketemu Axel, makanya datang ke sini.”“Ketemu Axel?”“Benar sekali.”“Kenapa mau ketemu Axel?” “Axel mau jalan-jalan sama Paman, nggak?”Untuk sesaat, kedua nera

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-11
  • Sebatas Istri Di Atas Kertas   93. Berpamitan

    **Kata-kata Karan sebelum ia berpamitan pulang malam itu tak urung membuat Kiran tidak bisa memejamkan mata sesudahnya. Semalaman suntuk ia terjaga, hanya berguling ke kanan dan ke kiri di atas futon. Gelisah memikirkan, apakah ia harus mengatakan perasaan yang sebenarnya kepada mantan suaminya itu, atau tetap memendamnya. Sekali lagi membiarkannya berlalu dan terlupakan saja.“Mama!”Perempuan itu terkesiap saat tangan mungil sang putra menarik ujung bajunya.“Mama melamun terus.”“Ah, maaf, Sayang.”“Mama pusing, ya? Axel kalau pusing suka melamun.”Kiran tersenyum manis. Ia mengusap lembut pipi kemerahan pangeran kecil itu. “Nggak, Baby. Mama hanya nggak bisa tidur semalam, makanya sekarang agak mengantuk.”“Mama habis lihat film hantu, ya? Kok nggak bisa tidur?”Sekali lagi, Kiran terkekeh kecil mendengar celetukan putra kecilnya itu. Ia menggusak surai lembut Axel sementara menempatkan mangkuk sereal di atas meja.Ini hari libur sekolah, ngomong-ngomong. Jadi Kiran tidak terburu

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-12
  • Sebatas Istri Di Atas Kertas   94. Deep Talk

    **“ … Kiran?”Kiran terlonjak kaget saat merasakan sentuhan di bahunya. Saat sadar dirinya melamun dari tadi, maka ia buru-buru mengusap wajah dengan telapak tangan.“Ah, sorry, Rei-San. Anda bilang apa, tadi?”Pria yang sedang duduk di samping Kiran itu terdiam sesaat. Sebelum mengangkat kedua sudut bibirnya menjadi lengkungan manis.“It’s okay.” “Ah, ini kacau sekali. Entah apa yang terjadi dengan diriku hari ini.”“Kamu hanya harus mengejarnya, Kiran.”Perempuan itu menatap pria di sampingnya dengan wajah tidak mengerti. “Apa maksud anda, Rei-San?”“Aku tahu, kamu tidak ingin kehilangan dia lagi. Jujurlah kepada hatimu sendiri, hm?”“Saya benar-benar tidak mengerti apa yang anda sedang bicarakan.”“Aku tahu kamu mengerti.” Reita beranjak dari tempatnya duduk, dan bersiap-siap meninggalkan tempat, kemudian. “Kiran, kamu pantas bahagia. Aku akan mendukung apapun keputusanmu selama kamu bahagia karenanya. Aku sama sekali tidak masalah apapun itu, hanya saja, kamu harus bahagia. Aku

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-13
  • Sebatas Istri Di Atas Kertas   95. Pelukan Pertama dan Terakhir

    **Apakah semuanya memang sudah terlambat?Tapi Kiran masih tetap tidak bisa melakukan apapun. Tidak bisa memulai bagaimana seharusnya. Karan sudah pergi hari ini, begitu yang ia dengar dari tantenya. Dan pada akhirnya, Kiran tetap membiarkan pria itu pergi lagi.Langit kota Kyoto sedang bertabur bintang malam ini. Udara sejuk nyaman memeluk, saat Kiran berdiam diri di halaman belakang rumahnya. Netranya memandang tak bosan-bosan pada gelaran angkasa raya yang penuh pendar-pendar cantik di atas sana.“Kiran?” Suara Mila terdengar memanggil. Membuat perempuan itu menoleh.“Ya, Tante?”“Ada Pak Reita di dalam. Katanya mau ngobrolin sesuatu. Tante juga mau minta izin bawa Axel ke rumah Ani-Obasan, ya? Sebentar aja, katanya ulang tahun kecil-kecilan.”“Oke, Tan.” Kiran mengangguk seraya tersenyum. “Bilang aja sama Reita kalau aku di sini.”“Kamu mau ajak si Pak Guru ganteng gelap-gelapan di sini? Are you sure?”Mila akhirnya hanya terkikik geli saat Kiran melayangkan bombastic side eye. W

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-15
  • Sebatas Istri Di Atas Kertas   96. Ayahnya Axel?

    **“Ayahnya Axel? Benar nggak, Mama? Mama, benar nggak?”Nyatanya, pertanyaan itu Axel ulang-ulang selama beberapa hari sesudahnya. Membuat Kiran pusing.“Axel ….” Akhirnya, hari ini Kiran berujar dengan lembut. Terpaksa mengalah dengan ego, perempuan itu berjongkok di hadapan sang putra dan tersenyum lembut kepadanya. “Memangnya kalau benar dia ayahnya Axel, Axel mau bagaimana, Nak?”“Mau marah.”Kedua alis Kiran terangkat otomatis. “Kok mau marah?”“Iya. Karena nggak datang-datang. Kan Axel kangen. Terus kemarin cuma datang sebentar, sekarang sudah kembali lagi ke Indonesia. Berarti ayahnya Axel nggak sayang sama Axel.”Ah, Kiran lupa. Putranya kini sudah besar dan semakin pintar mengekspresikan rasa.Perempuan itu tersenyum dan kembali mengusap pucuk kepala sang putra.“Axel, kita cukup hidup bertiga saja di sini, ya. Axel, Mama, dan Obasan. Meski nggak ada ayah, tapi selama ini kita baik-baik saja kan, Nak? Selanjutnya, Mama juga akan pastikan semuanya seperti itu. Kita akan selal

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-17

Bab terbaru

  • Sebatas Istri Di Atas Kertas   Extra Part 4

    **Musim Panas, South Carolina.Emily menekan tombol bel apartemen Reita. Menunggu beberapa saat hingga si empunya apartemen membukakan pintu untuknya. “Hai, Rei,” sapa gadis itu sembari memamerkan senyum manisnya yang biasa.“Em?”“Sibuk?”“Tidak, aku sedang berkemas. Masuklah.”Raut wajah Emily seketika berbeda setelah mendengar kata-kata terakhir Reita. Ia melangkah masuk, dan mendapati sebuah koper besar yang terbuka di atas lantai.“Reita, kau berkemas?”“Yup. Aku akan pulang ke Jepang liburan musim panas ini.” Reita menjawab ringan dengan masih sibuk memilah ini itu. Tidak memperhatikan sama sekali wajah si gadis yang mendadak saja berubah menjadi mendung.“Kau sendiri akan ke mana, Em? Apakah sudah ada rencana?”Emily diam-diam memasukkan lagi dua lembar kertas yang tadinya akan ia tunjukkan kepada lelaki itu. Ia beranjak mendudukkan diri di sofa dan memilih memperhatikan Reita dari kejauhan saja.“Aku? Aku tidak pernah liburan ke mana-mana. Aku akan bekerja part time saja unt

  • Sebatas Istri Di Atas Kertas   Extra Part 3

    **Musim dingin, South Carolina.Lebih dari satu musim Reita Lee meninggalkan Kyoto yang tenteram dan damai untuk mengasingkan diri ke negeri Paman Sam yang justru sebenarnya bukan tujuan tepat. Seratus delapan puluh derajat berbeda dengan tempat asalnya, negeri matahari terbit yang penuh sopan santun. Beruntungnya, Reita memilih negara bagian Carolina selatan yang cukup ramah dan tenang jika dibanding dengan negara lain Amerika.Lebih dari satu musim berlalu, dan bahkan pria itu sudah menyingkir ke belahan bumi yang lain, namun ia belum juga bisa menghapus bayangan perempuan dari Indonesia itu. Kiran Cahya Rengganis, yang begitu ia kagumi sebab ketangguhannya menghadapi hidup.Reita merapatkan coat yang ia kenakan. Awal November datang, mengirim awan-awan kelabu yang sehari-hari bakal menumpahkan berjuta-juta kubik air langit dari pagi hingga malam. Hawa dingin dan muram memenuhi sudut kota indah itu.“I hate winter,” gerutu pria itu seraya mengamankan diri ke sebuah factory outlet s

  • Sebatas Istri Di Atas Kertas   Extra Part 2

    **“Pingsan lagi?”Karan sedang berada di kantor tempatnya bekerja saat mendapat telepon dari Mila. Tantenya itu mengatakan bahwa sang istri pingsan lagi di kafe, namun menolak dibawa ke rumah sakit.“Sekarang gimana, Tan?”“Nggak bisakah kamu pulang aja, begitu?”Karan menengok arloji yang melingkari pergelangan tangannya. Mendapati bahwa jam kantor memang segera berakhir.“Aku akan minta izin pulang cepet, deh. Bilang sama Kiran, tunggu sebentar, gitu, ya?”“Cepetan ya, Kar.”Terburu-buru, Karan menghadap manajer sekaligus rekan kerjanya untuk meminta izin pulang beberapa menit lebih awal. Sebenarnya tidak perlu minta izin secara formal juga tak mengapa. Sebab kepala manajer tersebut adalah sahabat Karan sendiri.Jadi tempat pria itu bekerja sekarang adalah sebuah homestay sekaligus agen wisata yang ia kelola bersama kawannya, seorang pria berkebangsaan Inggris. Bisnis kecil yang belakangan prospeknya berkembang semakin bagus.“What’s going on?” Pria bule bernama Steve itu bertanya

  • Sebatas Istri Di Atas Kertas   Extra Part 1

    **Kiran sebelumnya tidak pernah berani berekspektasi, apa yang terjadi saat sepasang pengantin baru berbulan madu. Pernikahan pertamanya dengan Karan dulu berjalan dengan amat suram, ingat?Jangankan bulan madu, tidur satu ranjang pun tidak terjadi. Meski pada akhirnya malam pertama itu tetaplah berlangsung, namun sudah lewat berbulan-bulan sejak hari pernikahan mereka. Tetaplah beda rasanya dengan yang sengaja melewatkan bulan madu dan malam pertama pada hari-hari pertama pernikahan.“Nikmati saja waktu kalian, nggak usah khawatir sama Axel. Tante yang akan jaga dia, meskipun kalian tinggal bulan madu satu bulan penuh,” goda Mila, beberapa hari setelah Kiran dan Karan sah sebagai sepasang suami istri.“Ah, Tante apa-apaan, sih.” Perempuan itu berusaha menyembunyikan rona wajahnya yang jelas tergambar di kedua pipi. Membuat Mila tergelak keras.“Aku sih gas aja mau berapa lama pun, Tan. Asal Kiran mau aja,” celetuk Karan, menambah panas suasana saja.“Kalian berdua emang pro banget k

  • Sebatas Istri Di Atas Kertas   102. Kembali Bersamamu

    **Kiran masih bisa mengingat dengan jelas, hari pernikahan pertamanya dengan Karan yang penuh dengan rasa sedih dan putus asa. Bagaimana pria itu tak henti melemparkan tatapan atau kata-kata yang sarat kebencian kepadanya. Bagaimana ia dengan sangat takut mencium tangan pria itu saat pak penghulu mengucap kata sah untuk pertama kalinya.Kemudian pada malam pertama, di mana ia harus tinggal satu kamar dengan Karan, kemudian hanya kata-kata menyakitkan hati yang ia terima alih-alih suasana hangat pengantin baru.Sekarang, pada pernikahan yang kedua, Kiran merasakan gugup pada skala yang sama, namun dengan suasana hati yang sangat amat berbeda. Gugup yang ini adalah … gugup yang menyenangkan. Ia takut sekali, namun juga tidak sabar.“Apa Mama takut? Mama takut apa?” Axel mendekat. Bocah kecil itu sudah berdandan dengan rapi. Nanti, Axel akan ikut ke kantor KBRI untuk mendapatkan surat pernyataan menikah dan beberapa prosedur lain yang harus dilakukan sebagaimana warga negara Indonesia y

  • Sebatas Istri Di Atas Kertas   101. Melamar

    **“Mas, jangan begini.” Kiran mendorong pelan bahu yang lebih tua. “Kita bukan lagi sepasang suami istri yang sah. Nggak enak kalau ada yang lihat nanti. Apalagi, ini udah tengah malam.”Membuat pelukan erat Karan terpaksa harus lepas meski ia menampakkan wajah yang sangat tidak rela.“Aku masih kangen,” gerutu pria itu pelan, “Apa nggak boleh kalau aku menginap di sini?”“Jangan sembarangan, Mas. Jangan kayak anak muda gitu, lah. Udah, sana pulang aja, kamu!”Karan mencebikkan bibir, membuat satu yang lain mau tak mau jadi gemas. Kiran bahkan sudah lupa kalau mantan suaminya ini pada suatu waktu yang lampau pernah memiliki sikap yang clingy begini.“Serius, aku nggak boleh menginap? Tetangganya pada jauh, kok. Nggak akan ada yang lihat.”“Mas, jangan macam-macam. Pulang sekarang, atau kamu nggak boleh datang lagi sama sekali?”Pria rupawan itu tertawa kecil. Ia raih kembali sang mantan istri ke dalam pelukan hangat serta mendaratkan kecupan singkat pada puncak kepala perempuan itu.

  • Sebatas Istri Di Atas Kertas   100. Ayo Kita Menikah Lagi

    **Kiran menemukan Mila sedang berada di dapur rumah. Perempuan itu tidak peduli sang tante sedang apa, ia menabrak tubuhnya dan memeluknya dari belakang. Diam dengan posisi seperti itu sampai beberapa saat waktu berlalu. “Kiran, hei … kok tiba-tiba?”Kiran tenggelamkan wajahnya di punggung sang tante sembari mendengung tidak jelas. Entah apa yang ia katakan.“Apa, sih? Tante nggak dengar kamu ngomong apa. Sini, biar Tante balik badan dulu, eh!”Perempuan itu mundur perlahan, membiarkan Mila membalikkan tubuh dan menghadap ke arahnya. Menemukan wajah yang lebih muda terlihat membara seperti sedang terkena demam.“Kamu baik-baik saja? Kok wajahnya merah begitu? Apa jangan-jangan kamu kedinginan? Karan biarin kamu di luar ruangan terlalu lama?”Tadinya, Kiran kan berpamitan untuk bertemu dengan Karan sebentar. Ketika pulang, kenapa keadaannya seperti ini?“Tante ….”“Gimana, Ki?”“Aku nggak menemukan alasan untuk menolak dia lagi.”Nah, sampai di titik ini, Mila akhirnya mengerti walau

  • Sebatas Istri Di Atas Kertas   99. Langkah Maju

    **“Axel sudah sembuh, Mama. Ayo kita pulang sekarang.”Bocah manis itu berujar dengan gembira setelah dua hari penuh berada di rumah sakit. Ia sudah kembali sehat dan ceria seperti biasa.“Mama, Axel mau sekolah. Axel boleh sekolah, kan?”“Jangan dulu.” Kiran mengusap surai hitamnya yang lembut. “Besok saja, ya. Kalau badannya sudah benar-benar enakan.”“Tapi sekarang nggak ada Rei-Sensei ya, Mama?” Axel bergumam, wajahnya mendadak murung saat menyebut nama Reita. “Nggak ada yang antar Axel dan ajakin Axel jalan-jalan beli taiyaki lagi.”“Kan bisa sama Mama,” hibur Kiran sembari memberikan senyuman manis lagi. Dua tahun dekat seperti ayah dan anak, tak pelak meninggalkan kenangan yang pasti sulit dilupakan oleh bocah itu.“Kenapa Rei-Sensei pergi ya, Mama?”“Kan Rei-Sensei sudah bilang kalau mau sekolah lagi, Nak. Beliau sedang mengejar cita-cita, jadi kita semua harus mendukung.”“Nggak ada yang ajak Axel jalan-jalan lagi.”“Siapa bilang? Kan bisa jalan-jalan sama Papa.”Sepasang ib

  • Sebatas Istri Di Atas Kertas   98. Telepon Tengah Malam

    **Kiran sungguh tidak ingin. Ia tidak ingin mendengar suara mantan suaminya, terutama pada tengah malam seperti ini. Namun suara rengekan lemah dari sang putra membuatnya tidak memiliki pilihan lain.“Telepon aja,” desak Mila, “Nggak ada salahnya, pun. Ini demi anak kalian.”Anak kalian? Betapa anehnya istilah itu. Kiran yang susah payah membesarkan Axel sendirian rasanya tidak rela jika ada yang menyebut bocah manis itu anak orang lain.“Kiran, ayolah. Apa lagi yang kamu tunggu?”“Baiklah, baiklah.” Kesal, namun Kiran tidak bisa menolak. Ia kemudian menjauh sementara mendial nomor ponsel Karan yang sebelumnya sudah disimpan Mila di sana. Setengah berharap pria itu sudah jauh terlelap dan tidak akan mengangkat panggilannya. Namun apa yang terjadi, justru pada dengung nada sambung detik pertama, teleponnya seketika diangkat.“Kiran?” Suara husky itu terdengar dari seberang, membuat Kiran buru-buru berdehem untuk mengatasi gugup. “Ada apa, Kiran? Kenapa menelepon malam-malam?”“Sorry,

DMCA.com Protection Status