Share

66. Menyerah

last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-02 19:53:42

**

“Karan?”

Kedua mata Kiran sontak melebar kala ia melihat perempuan itu berdiri di ambang pintu kafe. Nevia, ya. Sekarang ia sedang mengayun langkah mendekat, menghampiri suaminya yang masih belum sempat ia membuat pergerakan apapun.

“Nev?”

“Kamu lagi apa di sini sama dia?” Nevia menunjuk Kiran dengan terang-terangan. Wajahnya biasa saja, tidak menyiratkan emosi apapun. Namun, tetap saja Kiran yang merasa rikuh sendiri. Rasanya seperti sedang bermain belakang dengan suami orang. Padahal secara harfiah, status keduanya masih sama sampai detik ini.

“Oh, itu, Nev ….”

“Nggak ada. Aku cuma kebetulan lagi makan siang, terus dia datang.”

“Dia datang?” Nevia memutar pandangan dengan heran kepada Kiran yang masih kebingungan di tempat. “Kamu sengaja dateng ke sini buat ketemu sama Karan, begitu?”

Kiran mengernyit, untuk sesaat ia merasa akan merendah. Namun selanjutnya, ia pikir mengapa harus melakukan hal itu?

“Ya, aku sengaja datang.” Begitulah akhirnya yang Kiran ucapkan. Ia memandang lur
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Andi Andriani
Kiran,,,pergilah yg jauh. Pergi menjauh dr Karan yg hanya membuat kamu semakin sakit. dan jgn menoleh lagi ke blkng
goodnovel comment avatar
Raisya Yna Dinzly
up lagi 1 bab please.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sebatas Istri Di Atas Kertas   67. Pulang

    **Soraya dan Herman bertukar pandang. Mendadak saja atmosfer kurang menyenangkan melingkupi ruang makan itu, setelah Kiran berkata dengan ekspresi agak serius. Soraya seperti bisa merasakan apa yang akan menantunya katakan bukanlah hal yang baik. Namun, wanita itu tetap menanggapi dengan senyum agar suasana tidak terasa semakin suram. Ia pikir, mungkin ini hanya perasaannya saja.“Mau sampaikan apa, Ki? Jangan serius begitu, dong. Ibu sama Ayah jadi tegang sendiri ini bawaannya kalau kamu begitu.”Kiran tersenyum, meski tampak jelas pendar luka memantul dari kedua obsidiannya yang berkilau. Lapisan bening sudah tampak di sana bahkan sebelum Kiran sempat mengatakan sesuatu.“Ibu, Ayah ….” Perempuan itu masih sempat mengambil jeda untuk menarik napas. “Aku minta izin untuk pindah dari sini.”Hening setelahnya. Soraya setengahnya tidak mempercayai pendengarannya. Wanita itu meraih gelas berisi air minum dan meneguk separuh isinya sebab tenggorokannya yang tiba-tiba saja terasa sangat ke

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-03
  • Sebatas Istri Di Atas Kertas   68. Tak Seperti Harapan

    **Ini hari minggu. Karan mengerjapkan mata setelah terbangun dari tidurnya. Tetap berada pada posisi awal, berdiam diri di atas ranjang dan tidak berniat melakukan apapun lagi. Seharusnya hari ini akan menjadi hari yang menyenangkan jika saja ia bisa melewatkannya bersama Nevia. Entah memasak bersama, mungkin berjalan-jalan ke taman kota, atau bahkan hanya bermalas-malasan saja di rumah. Namun sayang, perempuan itu lagi-lagi tidak ada bersamanya. Karan tidak tahu. Sampai di titik ini, ia rasa sudah tidak punya gagasan lagi tentang istrinya itu.Setengah tahun berlalu semenjak hari pernikahan itu, dan sampai detik ini, Karan masih perjaka. Ya, setidaknya seperti itulah yang ia rasakan. Sebab ia sama sekali belum pernah menyentuh istrinya seujung kuku pun. Nevia selalu memiliki seribu satu alasan untuk menolak. Membuat Karan frustasi saja.“Aku bisa aja memaksa dia atau menggunakan kekerasan, tapi aku nggak mau seperti itu. Bagaimanapun, Nevia adalah perempuan yang aku sayangi. Aku ing

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-04
  • Sebatas Istri Di Atas Kertas   69. Apa Yang Kamu Lakukan?

    **“Tapi kamu udah janji, Nev. Ini udah satu minggu sejak kamu janji. Sebenernya ada apa, sih? Apa yang kamu sembunyikan?” Karan berucap dengan emosi yang nyaris tidak bisa ia tahan. Menatap lekat kepada istrinya yang tampak salah tingkah sendiri. “Aku masih harus ketemu klien sebentar, Kar. Sebentar kok, nggak akan lama. Setelahnya, aku pasti langsung pulang ke apartemen. Aku janji.”“Klien? Klien yang mana lagi? Hari ini kan nggak ada jadwal kunjungan sama sekali. Jangan mengada-ada.”“Aku nggak mengada-ada. Memang janjinya mendadak aku approve sore ini.”Karan mendesis. Ingin rasanya ia luapkan emosinya di sana saat itu juga kalau saja ia tidak ingat masih berada di ruangan kantor. Memang sudah tak ada pegawai lain yang tinggal selain dirinya dengan Nevia, namun CCTV yang berada di setiap sudut ruang tengah mengawasinya dengan sangat jelas.“Kar, aku janji akan temenin kamu di apartemen sore ini. Tapi aku harus pergi dulu sebentar. Kamu pulang duluan, oke?”Tak ada yang bisa Karan

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-04
  • Sebatas Istri Di Atas Kertas   70. Remuk Redam

    **“Nevia, apa yang kamu lakukan dengan dia?”Karan merasa dunia di sekitarnya mendadak kehilangan suara. Menenggelamkan dirinya dalam keheningan yang menyakitkan. Kedua matanya masih lekat menatap kepada sepasang entitas yang masih saling menempel di depan sana. Yang mana masih saling berpeluk sembari memagut dan bertukar saliva. Nevia dan Erika.Gelap rasanya dunia Karan. Ia membuka pintu mobilnya dan berjalan perlahan ke arah dua orang itu, membuat yang bersangkutan terhenyak kaget sebab sama sekali tidak mengira akan tertangkap basah melakukan hal di luar nalar pada tengah malam buta begini.“Jadi ini alasanmu?” Karan berucap pelan. Pandangannya bergantian antara Nevia dan satu yang lain di sampingnya.“Karan, kenapa kamu di sini?”“Menurutmu kenapa?”Nevia terlihat panik. Pandangannya bergetar, berganti-ganti dari Karan dan Erika. Perempuan itu sama sekali tidak menduga bahwa sang suami akan muncul di hadapannya pada keadaan seperti ini.“Ini nggak seperti yang kamu lihat, Karan.

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-05
  • Sebatas Istri Di Atas Kertas   71. Berakhir

    **Karan berdiri di depan pintu unit apartemen di mana sebelumnya ia dan Nevia tinggal. Ia menunduk, memandang gamang lantai tempatnya berpijak. Galau apakah harus masuk atau tidak.“Nevia nggak akan ada di rumah jam segini,” gerutunya lirih, “Jadi kenapa aku harus ragu-ragu segala? Aku datang hanya untuk mengambil kembali barang-barangku.”Karan menghela napas, lantas memantapkan hati untuk melangkah masuk. Dan seperti yang ia sudah duga sebelumnya, apartemen itu sepi, tanpa penghuni. Tak ada tanda-tanda Nevia di sudut yang manapun.“Kamu benar-benar nggak mau menemui aku sama sekali untuk menjelaskan hal ini, Nev? Padahal sudah satu minggu berselang sejak kejadian itu.”Kata-kata itu tak sepenuhnya benar. Nevia memang tidak berusaha mendatangi Karan, namun bukan berarti perempuan itu mangkir sama sekali. Beberapa kali ia mengirim pesan teks atau mencoba menelepon, namun Karan terlalu sakit hati untuk mengangkat telepon atau membalas pesannya. Karan harap Nevia bersedia menemuinya se

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-06
  • Sebatas Istri Di Atas Kertas   72. Rencana

    **Kiran tercenung di depan meja kerjanya. Tatapannya kosong, menerawang layar ponsel di mana sebuah foto terpampang di sana. Foto seorang perempuan berusia sekitar akhir tiga puluhan yang sedang tersenyum lebar kepada kamera. Jari-jari tangan perempuan itu membentuk huruf V.Itu Mila, seorang tante, saudara jauh ibu kandungnya yang saat Kiran kecil dulu, sempat tinggal bersama sebab orang tuanya bercerai. Secara kebetulan yang ajaib, belakangan ini Mila menemukan kontak Kiran lewat akun media sosial, dan beberapa saat berikutnya, keduanya telah bertukar kabar dan saling melepas rindu melalui ponsel.“Kiran, mau ya menyusul Tante di sini. Tante juga hidup sendirian di sini. Tante akan senang sekali kalau ada teman. Jangan khawatir, Tante yang akan belikan tiket pesawatnya. Nanti Tante jemput di bandara. Kamu dan putramu. Mau, ya?”Itu sungguh tawaran yang patut dipertimbangkan. Kiran juga tak menyangka akan menemukan lagi saudara lamanya yang telah sekian tahun ia lupakan. Dan hidup b

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-08
  • Sebatas Istri Di Atas Kertas   73. Pergilah Saja

    **Kiran melayangkan pandangan penuh tanya kepada ibu mertuanya. Meminta penjelasan secara nonverbal dari wanita yang berada di sampingnya itu.“Ibu?”“Ah, Kiran … jadi begini.”Kiran kembali mengalihkan atensi lambat-lambat ke arah ambang pintu kamar. Sang mantan suami masih berdiri di sana dengan ekspresi rumit. Kiran mengernyit, menelisik sosok yang sama sekali tidak memandangnya balik itu. Entah mengapa Kiran pikir keadaan pria itu tidak sedang baik-baik saja, dan karenanya hati Kiran sakit sekali. Karan terlihat kurus dan menyedihkan.Hanya sekian menit berdiri di sana, pria itu kemudian kembali masuk dan menutup pintu kamarnya rapat-rapat.“Ibu, bisa jelaskan ini sama aku?” desak Kiran dengan suara menuntut. “Jadi karena ini Ibu meminta aku datang? Ini maksud Ibu berkata sebenarnya ini bukan urusanku, kemarin?”Soraya menghela napas. Tampak mencari celah, dari mana sebaiknya ia ceritakan semua ini. Menantunya tidak tampak baik.Namun sebelum wanita itu mengatakan apapun, suara d

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-08
  • Sebatas Istri Di Atas Kertas   74. Sejauh Mungkin

    **Pergilah yang jauh, dan jangan pernah berpikir untuk kembali lagi.Kiran masih sesekali terisak. Masih sesekali pula mengusap air mata yang satu dua kali lolos dari ujung netra sembabnya. Ia mengalihkan pandang pada jendela, yang mana sedang menampakkan gulungan samudera awan. Putih, bergulung-gulung, dan sesekali melayang begitu dekat dengan jendela tempatnya termenung. Ia menghindari memandang Axel yang seperti mengerti, diam seribu bahasa walau tidak sedang tidur. Benar kata orang, ikatan batin ibu dan anak itu begitu erat. Axel tahu bahwa hati sang ibunda sedang runtuh berkeping-keping menjadi seribu serpihan. Bayi laki-laki itu hanya lekat menatap sang ibu dalam diam sejak tadi bertolak dari bandara.Di sini akhirnya ibu dan anak itu. Berada di atas ketinggian tiga puluh lima ribu kaki di atas hamparan biru Laut China Selatan. Tujuh atau delapan jam melayang di angkasa, demi melupakan cinta pertama yang tak pernah berbalas. Tragis sekali.Kembali terlintas dalam benak, betapa

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-09

Bab terbaru

  • Sebatas Istri Di Atas Kertas   Extra Part 4

    **Musim Panas, South Carolina.Emily menekan tombol bel apartemen Reita. Menunggu beberapa saat hingga si empunya apartemen membukakan pintu untuknya. “Hai, Rei,” sapa gadis itu sembari memamerkan senyum manisnya yang biasa.“Em?”“Sibuk?”“Tidak, aku sedang berkemas. Masuklah.”Raut wajah Emily seketika berbeda setelah mendengar kata-kata terakhir Reita. Ia melangkah masuk, dan mendapati sebuah koper besar yang terbuka di atas lantai.“Reita, kau berkemas?”“Yup. Aku akan pulang ke Jepang liburan musim panas ini.” Reita menjawab ringan dengan masih sibuk memilah ini itu. Tidak memperhatikan sama sekali wajah si gadis yang mendadak saja berubah menjadi mendung.“Kau sendiri akan ke mana, Em? Apakah sudah ada rencana?”Emily diam-diam memasukkan lagi dua lembar kertas yang tadinya akan ia tunjukkan kepada lelaki itu. Ia beranjak mendudukkan diri di sofa dan memilih memperhatikan Reita dari kejauhan saja.“Aku? Aku tidak pernah liburan ke mana-mana. Aku akan bekerja part time saja unt

  • Sebatas Istri Di Atas Kertas   Extra Part 3

    **Musim dingin, South Carolina.Lebih dari satu musim Reita Lee meninggalkan Kyoto yang tenteram dan damai untuk mengasingkan diri ke negeri Paman Sam yang justru sebenarnya bukan tujuan tepat. Seratus delapan puluh derajat berbeda dengan tempat asalnya, negeri matahari terbit yang penuh sopan santun. Beruntungnya, Reita memilih negara bagian Carolina selatan yang cukup ramah dan tenang jika dibanding dengan negara lain Amerika.Lebih dari satu musim berlalu, dan bahkan pria itu sudah menyingkir ke belahan bumi yang lain, namun ia belum juga bisa menghapus bayangan perempuan dari Indonesia itu. Kiran Cahya Rengganis, yang begitu ia kagumi sebab ketangguhannya menghadapi hidup.Reita merapatkan coat yang ia kenakan. Awal November datang, mengirim awan-awan kelabu yang sehari-hari bakal menumpahkan berjuta-juta kubik air langit dari pagi hingga malam. Hawa dingin dan muram memenuhi sudut kota indah itu.“I hate winter,” gerutu pria itu seraya mengamankan diri ke sebuah factory outlet s

  • Sebatas Istri Di Atas Kertas   Extra Part 2

    **“Pingsan lagi?”Karan sedang berada di kantor tempatnya bekerja saat mendapat telepon dari Mila. Tantenya itu mengatakan bahwa sang istri pingsan lagi di kafe, namun menolak dibawa ke rumah sakit.“Sekarang gimana, Tan?”“Nggak bisakah kamu pulang aja, begitu?”Karan menengok arloji yang melingkari pergelangan tangannya. Mendapati bahwa jam kantor memang segera berakhir.“Aku akan minta izin pulang cepet, deh. Bilang sama Kiran, tunggu sebentar, gitu, ya?”“Cepetan ya, Kar.”Terburu-buru, Karan menghadap manajer sekaligus rekan kerjanya untuk meminta izin pulang beberapa menit lebih awal. Sebenarnya tidak perlu minta izin secara formal juga tak mengapa. Sebab kepala manajer tersebut adalah sahabat Karan sendiri.Jadi tempat pria itu bekerja sekarang adalah sebuah homestay sekaligus agen wisata yang ia kelola bersama kawannya, seorang pria berkebangsaan Inggris. Bisnis kecil yang belakangan prospeknya berkembang semakin bagus.“What’s going on?” Pria bule bernama Steve itu bertanya

  • Sebatas Istri Di Atas Kertas   Extra Part 1

    **Kiran sebelumnya tidak pernah berani berekspektasi, apa yang terjadi saat sepasang pengantin baru berbulan madu. Pernikahan pertamanya dengan Karan dulu berjalan dengan amat suram, ingat?Jangankan bulan madu, tidur satu ranjang pun tidak terjadi. Meski pada akhirnya malam pertama itu tetaplah berlangsung, namun sudah lewat berbulan-bulan sejak hari pernikahan mereka. Tetaplah beda rasanya dengan yang sengaja melewatkan bulan madu dan malam pertama pada hari-hari pertama pernikahan.“Nikmati saja waktu kalian, nggak usah khawatir sama Axel. Tante yang akan jaga dia, meskipun kalian tinggal bulan madu satu bulan penuh,” goda Mila, beberapa hari setelah Kiran dan Karan sah sebagai sepasang suami istri.“Ah, Tante apa-apaan, sih.” Perempuan itu berusaha menyembunyikan rona wajahnya yang jelas tergambar di kedua pipi. Membuat Mila tergelak keras.“Aku sih gas aja mau berapa lama pun, Tan. Asal Kiran mau aja,” celetuk Karan, menambah panas suasana saja.“Kalian berdua emang pro banget k

  • Sebatas Istri Di Atas Kertas   102. Kembali Bersamamu

    **Kiran masih bisa mengingat dengan jelas, hari pernikahan pertamanya dengan Karan yang penuh dengan rasa sedih dan putus asa. Bagaimana pria itu tak henti melemparkan tatapan atau kata-kata yang sarat kebencian kepadanya. Bagaimana ia dengan sangat takut mencium tangan pria itu saat pak penghulu mengucap kata sah untuk pertama kalinya.Kemudian pada malam pertama, di mana ia harus tinggal satu kamar dengan Karan, kemudian hanya kata-kata menyakitkan hati yang ia terima alih-alih suasana hangat pengantin baru.Sekarang, pada pernikahan yang kedua, Kiran merasakan gugup pada skala yang sama, namun dengan suasana hati yang sangat amat berbeda. Gugup yang ini adalah … gugup yang menyenangkan. Ia takut sekali, namun juga tidak sabar.“Apa Mama takut? Mama takut apa?” Axel mendekat. Bocah kecil itu sudah berdandan dengan rapi. Nanti, Axel akan ikut ke kantor KBRI untuk mendapatkan surat pernyataan menikah dan beberapa prosedur lain yang harus dilakukan sebagaimana warga negara Indonesia y

  • Sebatas Istri Di Atas Kertas   101. Melamar

    **“Mas, jangan begini.” Kiran mendorong pelan bahu yang lebih tua. “Kita bukan lagi sepasang suami istri yang sah. Nggak enak kalau ada yang lihat nanti. Apalagi, ini udah tengah malam.”Membuat pelukan erat Karan terpaksa harus lepas meski ia menampakkan wajah yang sangat tidak rela.“Aku masih kangen,” gerutu pria itu pelan, “Apa nggak boleh kalau aku menginap di sini?”“Jangan sembarangan, Mas. Jangan kayak anak muda gitu, lah. Udah, sana pulang aja, kamu!”Karan mencebikkan bibir, membuat satu yang lain mau tak mau jadi gemas. Kiran bahkan sudah lupa kalau mantan suaminya ini pada suatu waktu yang lampau pernah memiliki sikap yang clingy begini.“Serius, aku nggak boleh menginap? Tetangganya pada jauh, kok. Nggak akan ada yang lihat.”“Mas, jangan macam-macam. Pulang sekarang, atau kamu nggak boleh datang lagi sama sekali?”Pria rupawan itu tertawa kecil. Ia raih kembali sang mantan istri ke dalam pelukan hangat serta mendaratkan kecupan singkat pada puncak kepala perempuan itu.

  • Sebatas Istri Di Atas Kertas   100. Ayo Kita Menikah Lagi

    **Kiran menemukan Mila sedang berada di dapur rumah. Perempuan itu tidak peduli sang tante sedang apa, ia menabrak tubuhnya dan memeluknya dari belakang. Diam dengan posisi seperti itu sampai beberapa saat waktu berlalu. “Kiran, hei … kok tiba-tiba?”Kiran tenggelamkan wajahnya di punggung sang tante sembari mendengung tidak jelas. Entah apa yang ia katakan.“Apa, sih? Tante nggak dengar kamu ngomong apa. Sini, biar Tante balik badan dulu, eh!”Perempuan itu mundur perlahan, membiarkan Mila membalikkan tubuh dan menghadap ke arahnya. Menemukan wajah yang lebih muda terlihat membara seperti sedang terkena demam.“Kamu baik-baik saja? Kok wajahnya merah begitu? Apa jangan-jangan kamu kedinginan? Karan biarin kamu di luar ruangan terlalu lama?”Tadinya, Kiran kan berpamitan untuk bertemu dengan Karan sebentar. Ketika pulang, kenapa keadaannya seperti ini?“Tante ….”“Gimana, Ki?”“Aku nggak menemukan alasan untuk menolak dia lagi.”Nah, sampai di titik ini, Mila akhirnya mengerti walau

  • Sebatas Istri Di Atas Kertas   99. Langkah Maju

    **“Axel sudah sembuh, Mama. Ayo kita pulang sekarang.”Bocah manis itu berujar dengan gembira setelah dua hari penuh berada di rumah sakit. Ia sudah kembali sehat dan ceria seperti biasa.“Mama, Axel mau sekolah. Axel boleh sekolah, kan?”“Jangan dulu.” Kiran mengusap surai hitamnya yang lembut. “Besok saja, ya. Kalau badannya sudah benar-benar enakan.”“Tapi sekarang nggak ada Rei-Sensei ya, Mama?” Axel bergumam, wajahnya mendadak murung saat menyebut nama Reita. “Nggak ada yang antar Axel dan ajakin Axel jalan-jalan beli taiyaki lagi.”“Kan bisa sama Mama,” hibur Kiran sembari memberikan senyuman manis lagi. Dua tahun dekat seperti ayah dan anak, tak pelak meninggalkan kenangan yang pasti sulit dilupakan oleh bocah itu.“Kenapa Rei-Sensei pergi ya, Mama?”“Kan Rei-Sensei sudah bilang kalau mau sekolah lagi, Nak. Beliau sedang mengejar cita-cita, jadi kita semua harus mendukung.”“Nggak ada yang ajak Axel jalan-jalan lagi.”“Siapa bilang? Kan bisa jalan-jalan sama Papa.”Sepasang ib

  • Sebatas Istri Di Atas Kertas   98. Telepon Tengah Malam

    **Kiran sungguh tidak ingin. Ia tidak ingin mendengar suara mantan suaminya, terutama pada tengah malam seperti ini. Namun suara rengekan lemah dari sang putra membuatnya tidak memiliki pilihan lain.“Telepon aja,” desak Mila, “Nggak ada salahnya, pun. Ini demi anak kalian.”Anak kalian? Betapa anehnya istilah itu. Kiran yang susah payah membesarkan Axel sendirian rasanya tidak rela jika ada yang menyebut bocah manis itu anak orang lain.“Kiran, ayolah. Apa lagi yang kamu tunggu?”“Baiklah, baiklah.” Kesal, namun Kiran tidak bisa menolak. Ia kemudian menjauh sementara mendial nomor ponsel Karan yang sebelumnya sudah disimpan Mila di sana. Setengah berharap pria itu sudah jauh terlelap dan tidak akan mengangkat panggilannya. Namun apa yang terjadi, justru pada dengung nada sambung detik pertama, teleponnya seketika diangkat.“Kiran?” Suara husky itu terdengar dari seberang, membuat Kiran buru-buru berdehem untuk mengatasi gugup. “Ada apa, Kiran? Kenapa menelepon malam-malam?”“Sorry,

DMCA.com Protection Status