Share

BAB 6

Author: mapoeri
last update Last Updated: 2024-11-23 19:00:56

“Apa kamu sendiri tidak yakin itu anak dari CEO kami?” Arianti menutup ponsel lipatnya dan kini beralih pada Jaima yang tengah duduk di sofa ruang tamu kontrakannya.

Dia terkejut karena tiba-tiba Arianti datang ke kontrakannya di malam hari, lebih terkejut karena Arianti tahu dimana dia tinggal. Jaima kini menatap wanita itu, semua kalimat yang keluar dair mulutnya penuh dengan keangkuhan juga mengecilkan pihak lawan bicara.

“Itu bukan urusan anda, ini janin saya. Tidak ada urusan dengan keluarga Mahatma.”

“Saya juga inginnya begitu, tapi tuan muda tetap ingin tahu.” Arianti menyela sebelum Jaima mengucapkan sepatah kata lainnya. Dia menyisiri rumah kontrakan kecil namun rapi itu, perabotan dengan warna kayu cantik juga ruangan yang wangi.

“Tolong jangan paksa saya-” Belum sempat Jaima meneruskan kata-katanya tangan Arianti terangkat di udara, dia memberi isyarat untuk Jaima berhenti bicara karena hendak mengangkat ponselnya yang berdering.

“Apa??! Baiklah, baik. Saya akan segera memindahkan Jaima segera.”

Jaima menatap kebingungan, memindahkan?

“Ayo kita bergegas.” Arianti menatap Jaima dengan wajah panik.

“Bergegas? Kemana?” Tanya Jaima kebingunga ketika dua orang bodyguard tiba-tiba masuk ke dalam rumah kontrakannya, padahal dua bodyguard itu sejak tadi hanya berdiam di dalam mobil saja.

“Kamu harus segera meninggalkan kontrakan ini sebelum para wartawan menyerbu. Kami akan menyewakan sebuah kamar hotel.”

Jaima masih belum mengerti namun dengan cekatan Arianti membawa keperluan Jaima seperti dompet juga ponselnya, wanita itu dipaksa masuk ke dalam mobil.

“Apa yang terjadi? Saya mau dibawa kemana?”

Jaima yang panik mulai menerka-nerka, apakah dia mau dibunuh?

Tidak ada jawaban, Jaima kini makin panik, peluhnya mengucur deras. Arianti dan dua orang lainnya terlihat tegang, mereka diam seribu bahasa. Tidak ada obrolan dan suara yang ditimbulkan, Jaima gelisah. Perjalanan tidak memakan waktu lama, mobil itu datang ke sebuah hotel bintang lima yang dekat dengan kontrakan Jaima.

“Bawa nona Jaima masuk lewat belakang.” Salah satu bodyguard itu berkata pada Arianti dan juga bodyguard lainnya, mereka memboyong Jaima yang masih tidak bisa menerka apa yang tengah terjadi.

Pintu kamar hotel terbuka, Jaima dipaksa masuk oleh Arianti dan dia terlihat gelisah mondar mandir. Jaima mulai merasa kepalanya pusing, dia berlari ke kamar mandi. Lagi-lagi memuntahkan isi perutnya yang kosong.

Dia belum makan sejak sore.

Jaima memapah dirinya sendiri keluar dari toilet ketika dia melihat sosok pria itu tengah duduk di sofa pojok kamar. Dia memakai kaos kasual, tidak tampak seperti seorang CEO yang tadi pagi Jaima temui.

“...Kenapa?”

“Kamu tidak melihat berita? Arianti, kamu tidak memberitahunya?” Hasbi bicara dengan nada agak tinggi.

“Maaf tuan, saya belum sempat. Setelah mendapat perintah saya buru-buru pergi.”

Hasbi menghela napas, meminta Arianti menyalakan televisi. Jaima masih terbengong-bengong dengan percakapan itu sampai dia akhirnya melihat berita yang kini disiarkan.

PUTRA TUNGGAL KELUARGA MAHATMA GROUP MEMILIKI SEORANG WANITA SIMPANAN DAN WANITA ITU KINI TENGAH HAMIL.

PUTRA TUNGGAL MAHATMA GROUP MEMBATALKAN PERTUNANGANNYA DENGAN PUTRI DARI KELUARGA JUNIAR GROUP.

Jaima terdiam di tempat, tubuhnya kaku melihat semua judul berita di televisi termasuk dengan beberapa potongan video serta foto dengan wajahnya yang disamarkan.

“Apa-apaan ini…” Gumamnya.

“Sudah kamu telusuri dari mana berita ini berasal?” Hasbi menoleh ke arah Arianti.

“Berita ini diambil dari salah satu wartawan yang hadir pagi tadi tuan, saya sedang menyelidiki wartawan mana yang dengan lancang menjual berita ini pada media.”

Hasbi memijat keningnya, dia melirik ke arah Jaima yang masih mematung, matanya menatap televisi dengan nanar.

“Kamu tidak bisa bekerja dulu..”

Jaima menoleh mendengar hal itu, dia menggeleng. “Tidak, tidak bisa, aku harus pergi bekerja. Aku tidak bisa meninggalkan satupun pekerjaanku.”

“Kamu tidak lihat bagaimana kamu diberitakan di media?!”

“W-wajahku, wajahku tidak terlihat..”

“MASYARAKAT TIDAK SEBODOH ITU! INI HANYA WAKTU DIMANA MEREKA BISA MELACAK WAJAHMU DENGAN SEGERA!” Hasbi berteriak dengan kencang pada Jaima yang langsung terdiam, matanya kini berkaca-kaca.

“Arianti, kamu sudah meyakinkan bahwa anak yang dia kandung adalah anakku?”

“Pak..”

“JAWAB!”

“Saya tidak pernah tidur dengan siapapun…” Suara Jaima yang bergetar menghentikan bentakan Hasbi, pria itu dan juga Arianti mengalihkan perhatian mereka pada Jaima yang menunduk. “Saya tidak pernah jual diri, malam itu adalah malam pertama saya melakukan hal itu…”

“Kalau begitu itu sudah jelas anakku.”

“Tuan muda..”

“Tapi…” Jaima mengangkat wajahnya, menatap Hasbi dengan airmata yang mengalir. “Aku gak mau kamu mengambil anak ini, anak ini tidak ada kaitannya denganmu.”

Hasbi membelalakkan matanya mendengar perkataan Jaima. Harga dirinya mendadak seperti tercoreng begitu saja dengan kalimat yang Jaima ucapkan.

“Apa maksudmu?”

“Kamu gak ada hak dengan anak ini..”

“Kamu-”

Arianti menghentikan Hasbi yang baru saja membuka mulut, wanita itu memperlihatkan ponselnya yang berdering. Tanaya. Sedangkan Hasbi juga merasakan ponselnya bergetar, Mama.

Dua orang yang tidak ingin dia hadapi sekarang ini sudah menghubunginya sedangkan permasalahan dengan wanita di depannya saja belum selesai. Hasbi menghela napas, dia pribadi belum tahu apa yang harus dilakukan.

Dia hanya ingin memiliki anak di rahim wanita itu, tapi di sisi lain dia juga bingung harus menghadapi kedua orang itu.

“Arianti, siapkan pesta pernikahan.”

Wanita itu menoleh dengan tatapan terkejut, “Maksud tuan? Pernikahan siapa?”

“Pernikahanku dengan wanita yang paling lancang yang saya temui ini.”

Kini, bukan hanya Arianti yang terkejut setengah mati tapi juga Jaima. Isi kepalanya sudah berkecamuk, dia tidak dapat lagi berpikir jernih, kepalanya berputar-putar tidak karuan.

dan , BRUKK. Dia pingsan.

Related chapters

  • SEBATAS ISTRI CADANGAN SANG TUAN   BAB 7

    Para Asisten Rumah Tangga berdiri di depan sebuah pintu kamar tinggi yang tertutup rapat, wajah mereka menegang ketakutan. Enam orang berdiri disana tanpa satupun yang berani membuka pintu kamar itu, teriakan dan suara pecahan barang terdengar dari dalam.“Minggir!” Hardikan itu sukses membuat enam orang itu menyingkir dari sana, seorang lelaki tua dengan perawakan tinggi besar dan nampak berwibawa itu kini menguarkan aura mengerikan. Dia membuka pintu dan mendapati kamar anak perempuannya telah porak poranda.“Naya! Hentikan!”“AAAGHHHH! AGHHHHHHHH!” Wanita itu, yang mengenakkan setelan rapi berwarna putih -yang kini telah terlihat sangat berantakan- tengah melempar beberapa botol minuman dan juga vas bunga ke lantai dengan membabi buta. Dia menjerit sambil menangis.

    Last Updated : 2024-11-24
  • SEBATAS ISTRI CADANGAN SANG TUAN   BAB 8

    “Kenapa kamu dengan seenaknya menyelenggarakan pernikahan sedangkan aku tidak sudi melakukan hal itu?” Jaima menatap penuh amarah kepada Hasbi, matanya memerah dan dia sudah hampir menangis. Rasa mual yang mendera juga kepalanya yang pusing berputar itu membuatnya hampir ambruk ke sekian kalinya. Dia kini tengah duduk dengan tangan yang diinfus, Hasbi meminta dokter keluarga datang untuk merawatnya di kamar hotel ini.“Kamu harus menikah denganku.” Hasbi menjawab dengan enteng.“Aku tidak akan meminta apa-apa padamu untuk kesejahteraan anak ini.”“Tidak, aku tidak akan membiarkanmu pergi membawa anak ini dan hidup dengan penderitaan. Dia keturunan keluarga Mahatma.”Jaima menggigit bibirnya, dia memang tidak punya kepercayaan diri untuk membiayai anak ini dengan layak. Dia selalu berusaha mengundur lagi dan lagi jadwal ke dokter kandungan karena rasa takut kehilangan.“Bagaimana kalau kita gugurkan saja?”Pertanyaan itu sontak membuat Hasbi, Arianti dan juga dokter yang ada di ruangan

    Last Updated : 2024-11-24
  • SEBATAS ISTRI CADANGAN SANG TUAN   BAB 9

    Jaima menoleh ke kanan dan ke kiri, beberapa hari semenjak kedatangannya di hotel dan pecah berita mengenai dia sebagai selingkuhan CEO keluarga Mahatma Group naik di udara dia tidak pernah sekalipun melangkahkan kakinya keluar. Dia terkukung di dalam hotel, segala yang dia perlukan disediakan dengan baik terutama baju ganti serta dokter.Kehamilannya membuat dia tidak berhenti muntah, dia bahkan tidak bisa duduk sehingga dokter dua puluh empat jam bersama dengan dirinya di hotel tersebut. Si CEO menyewa satu lantai hanya untuk kenyamanan Jaima juga proteksi kalau-kalau ada reporter yang mengendus keberadaannya.Dan sekarang, Jaima berada di sebuah rumah dengan keagungan yang luar biasa. Dari gerbang depan saja Jaima sudah dibuat terpesona. Rumah ini seperti yang sering dia tonton di televisi tentang orang kaya raya.

    Last Updated : 2024-11-25
  • SEBATAS ISTRI CADANGAN SANG TUAN   BAB 10

    “SIALAN!” Tanaya memekik dengan kencang, urat-urat di sekitar lehernya mulai tampak sehingga membuat wajahnya bak kepiting kukus.“Naya! Tenang dulu nak!” Sadik turut memekik, kini memeluk buah hatinya dengan erat.“Mas, astaga! Kenapa kamu menyetujui pernikahan itu? Kenapa kamu menyetujui tawaran keluarga Mahatma? Ini membuat keluarga besarmu malu mas, bagaimana dengan JUNIAR Group?” Rani, ibu Tanaya mengoceh sambil memeluk Tanaya. Mencoba menenangkan anak bungsunya itu yang kini menangis meraung-raung.“Dengar dulu, biar papa jelaskan Naya.. Izinkan papa jelaskan dulu..”Tanaya menoleh dengan jangan berantakan, airmata dan juga air liurnya menjadi satu. “Apa yang mau papa jelaskan? Papa membuat aku malu! Papa bahkan

    Last Updated : 2024-11-25
  • SEBATAS ISTRI CADANGAN SANG TUAN   BAB 11

    Pernikahan yang sejak dulu selalu diimpikan Jaima kini terwujud, sayangnya, itu semua jauh dari apa yang dia dambakan. Pria yang bersanding dengannya bukanlah pria yang dia cintai, dia bahkan tidak mengenal pria itu secara utuh, keluarga besar pria itu menatapnya sinis sejak dia jalan menuju altar.Pria yang mendampinginya untuk berjalan ke altar bukanlah kerabatnya atau orang yang dia tunjuk, mereka hanya membayar orang yang tidak dikenal untuk melakukan hal itu.Bak sulap, dalam dua bulan persiapan pernikahan itu selesai begitu saja. Gedung yang sudah dipesan, gaun pengantin yang dibuat dengan cekatan, ketika Jaima keluar dari dalam kamar yang ada di rumah bak istana itu segalanya telah siap.“Ini pengantinnya..” Kata salah satu pembantu rumah tangga, mempapah Jaima masuk ke dalam sebuah ruangan dimana

    Last Updated : 2024-11-26
  • SEBATAS ISTRI CADANGAN SANG TUAN   BAB 12

    “Kehamilannya bagus, adik bayi juga sehat ya. Bisa bapak dan ibu lihat ini adalah jari jemarinya, tangan kanan kiri, kaki kanan dan kiri semuanya sudah lengkap ada lima. Tempurung kepala oke, hidung, mata, bibir, dagu. Anus. Semuanya sudah terbentuk dengan bagus dan baik, usia kandungan enam bulan sesuai dengan volume air ketuban. Semuanya oke.”“Bagaimana dengan jenis kelaminnya, dok?” Tanya Hasbi dengan penuh antusias.“Selamat, bayi bapak dan ibu berjenis kelamin laki-laki.”Jaima masuk ke dalam mobil, disusul dengan Hasbi dari belakang.Empat bulan berlalu semenjak pernikahan megah mereka, hujatan demi hujatan semakin tajam menghujani Jaima setiap dia memiliki acara di depan publik.

    Last Updated : 2024-11-26
  • SEBATAS ISTRI CADANGAN SANG TUAN   BAB 13

    “Nyonya, Nyonya Jaima..”Jaima membuka matanya ketika pendengarannya menangkap suara Imas dari luar pintu kamar. Dia terbangun lagi setelah sebelumnya terlelap ketika isi kepalanya menerawang jauh pergi menyusuri kenangan lama saat pertama kali masuk ke rumah ini.Dia menoleh, mengelus sekali lagi pipi Rama untuk memastikan si putra kecilnya masih terlelap.“Maaf ya, saya ketiduran lagi.” Kata Jaima, membuka pintu.Imas menatapnya sendu, bisa terlihat mata yang sembab, rambut yang berantakan menyambutnya di pagi ini. Majikannya meminta maaf padanya yang tidak sekalipun pernah dia dengar selama bertahun-tahun menjadi seorang asisten pribadi.“Nyonya, tidak perlu meminta maaf. Lagipula ini masih pu

    Last Updated : 2024-11-29
  • SEBATAS ISTRI CADANGAN SANG TUAN   BAB 14

    Mobilnya berhenti di sebuah tempat parkir yang agak jauh dari venue tersebut, dia turun dan masuk ke dalam mobil dimana Hasbi berada. Ketika dia masuk Hasbi sedang tertidur, dia tidak banyak bicara. Imas masih di mobil miliknya, mereka akan bertemu begitu sampai di venue.Jaima melirik ke arah Hasbi, pria dengan wajah blasteran itu tertidur dengan mulut setengah terbuka. Tidak membuat ketampanan pria itu berkurang, Jaima menyusuri wajah itu secara diam-diam. Hidung yang tinggi, bibir yang tebal juga rahang yang tegas. Hasbi memiliki sedikit janggut tipis di sekitar rahangnya membuat dia terlihat begitu macho sebagai seorang laki-laki.“Tuan, kita sudah sampai.” Suara si supir membuat Hasbi membuka mata, kepalanya masih agak sedikit pusing. Dia baru saja kembali dari Swedia malam tadi, masih merasa jet lag. Hasbi menyingkirkan selimut yang menutupi s

    Last Updated : 2024-11-29

Latest chapter

  • SEBATAS ISTRI CADANGAN SANG TUAN   BAB 77

    Jaima mengerjapkan matanya berkali-kali, apa yang dia lihat sekarang adalah sesuatu yang tidak terpikirkan olehnya. Lalu lalang orang membuat dia sedikit kebingungan, ini bukan kali pertama dia makan disini. Sejujurnya, tempat makan ini adalah tempat paling terjangkau ketika Jaima hidup sendiri.Tentu saja, selain murah karena porsinya juga banyak.“Kamu gak suka?” Hasbi menelengkan kepalanya ke arah kiri, matanya menatap penuh pengharapan pada Jaima, tangannya menggenggam dengan lembut.“Suka, tentu saja. Tapi, aku gak sangka kamu bawa aku ke tenda pecel ayam..”Tenda pecel ayam itu besar dan juga bersih, ini adalah kawasan tempat makan cukup terkenal untuk kalangan orang biasa. Disini orang-orang berlalu lalang tanpa peduli sekitar, mereka lebih senang memilah tenda mana yang akan mereka singgahi untuk makan malam atau hanya memilih cemilan mana yang akan mereka tenteng selagi berjalan-jalan.“Aku lagi pengen makan pecel ayam.” Ujar Hasbi dengan senyum lebar.Genggaman tangan itu ti

  • SEBATAS ISTRI CADANGAN SANG TUAN   BAB 76

    Jaima terburu-buru pulang setelah Hasbi mengatakan kalau Rama menangis. Dia menelepon pengasuh di tengah perjalanan pulang, namun si pengasuh jadi kebingungan.“Bapak tidak pulang bu ataupun telepon.”Ketika Jaima sampai rumah, tidak ada tanda-tanda Hasbi disana. Hanya ada si pengasuh yang baru saja selesai memandikan Rama, wanita tua itu kebingungan ketika Jaima bertanya mengenai Hasbi.Kini Jaima tengah berada di kamar bersama Rama, menemani anak itu bermain meskipun isi kepalanya masih memikirkan alasan Hasbi memintanya pulang dengan segera.Ketika dia tengah merenung, ponselnya berbunyi. Satu pesan masuk.Noah.[Kenapa tidak bilang kalau pulang lebih dulu? TT.]Jaima tersenyum membaca pesannya, entah kenapa dia bisa membayangkan wajah pria itu yang terlihat sedih. Jaima segera pulang setelah Hasbi meneleponnya, saat itu Noah tengah berbicara dengan beberapa orang. Dia tidak berpamitan.Maafkan aku, aku mendapat kabar kalau Rama menangis.Tidak lama, pesan lainnya masuk.[Ah, kalau

  • SEBATAS ISTRI CADANGAN SANG TUAN   BAB 75

    Hasbi berada di dalam mobil, wajahnya tertekuk sempurna. Pandangannya dia lempar keluar jendela, memandangi gedung-gedung yang terlewati olehnya. Di tidak dalam keadaan baik-baik saja, hatinya sedang dilanda rasa kacau yang luar biasa.Seperti orang bodoh dia datang ke acara yang Jaima datangi untuk mengejutkan wanita itu, namun ternyata dialah yang terkejut melihat bagaimana kedekatan Jaima dengan Noah.Wanita itu tersenyum dengan lebar dan wajahnya terlihat begitu ceria.“Dia tidak pernah seperti itu padaku..” Gumam Hasbi pada dirinya sendiri.Helaan napasnya terasa begitu berat. Dia tidak ingin merasa cemburu, dia tidak punya hak atas itu, bagaimanapun nantinya setelah bercerai dengannya Jaima akan punya kehidupannya sendiri. Namun, dia tidak bisa melakukan itu sekarang.Bahkan bersama dengan Tanaya terasa begitu berat. Setiap hari ketika dia sampai di apartemen ada banyak hal yang dia ributkan dengan Tanaya, entah permasalahan kecil maupun besar.Kebanyakan karena wanita itu terus

  • SEBATAS ISTRI CADANGAN SANG TUAN   BAB 74

    Jaima kembali dengan kesibukannya, percakapannya dengan Hasbi terakhir adalah dua minggu lalu ketika dia meminta pengasuh untuk Rama. Tiga hari kemudian pengasuh itu datang, seorang wanita paruh baya yang suaranya begitu lembut.Imas bilang kalau ibu mertuanyalah yang memilihkan, dalam dua minggu terakhir sudah tiga kali Rama diasuh oleh si pengasuh dan semuanya berjalan dengan lancar. Si pengasuh meskipun sudah tua namun juga cekatan dalam urusan elektronik, dia tidak pernah absen mengirimkan kabar pada Jaima apa yang tengah Rama lakukan selama Jaima berada diluar.“Tuan Hasbi pulang ke apartemennya dengan nona Tanaya..” Kata Imas ketika Jaima bertanya.Jaima hanya mengangguk, berpura-pura mengerti meskipun perasaannya sakit.

  • SEBATAS ISTRI CADANGAN SANG TUAN   BAB 73

    “Apa maksudmu?” Tanaya mengerenyitkan dahinya, merasa tidak senang dengan apa yang baru saja dia dengar. Kedua tangannya saling menyilang di dada, kakinya bertumpu satu sama lain dan punggungnya bersadar di kursi.Dia menatap Noah dengan tatapan tidak percaya, sedangkan pria di depannya tengah menyesap secangkir teh hangat dengan perlahan.“Aku sudah mengatakannya.”“Ulangi.”Noah menyimpan cangkir diatas meja, menatap balik Tanaya.“Aku tidak ingin campur lagi untuk mengambil Jaima dari sisi Hasbi.”“Jangan gila!” Tanaya berkata, dengan wajah serius.“Aku tidak ingin me

  • SEBATAS ISTRI CADANGAN SANG TUAN   BAB 72

    Seminggu berlalu semenjak kedatangan Tanaya ke Rumah Sakit dan membuat gaduh, percekcokan Hasbi dan Tanaya tidak berhenti disana. Setelah kepergian Tanaya dan kembali ke ruangan, Jaima bersikap seolah tidak terjadi apapun. Wanita itu tidak bertanya, Hasbi tidak menjelaskan apapun.Semuanya berlalu begitu saja untuknya dan Jaima.Sedangkan Tanaya masih terus menuntutnya untuk segera melepaskan Jaima setelah apa yang wanita itu katakan ketika Tanaya datang ke ruangan Rama. Tanaya merasa ucapan Jaima sudah sangat keterlaluan, Hasbi sendiri ingin Tanaya melupakan hal itu.Percekcokan demi percekcokan yang seperti tidak ada ujungnya.Dilain sisi, Rama sudah kembali ceria. Tawa dan celotehannya sudah mulai mengisi rumah, Jaima tidak memberitahu Hasbi kalau ibu mertuanya datang

  • SEBATAS ISTRI CADANGAN SANG TUAN   BAB 71

    “Tidak, dia bukan anakmu..”Tanaya menoleh bersamaan dengan Hasbi, Jaima menutup mulutnya dengan kedua tangan. Dia membuang muka dengan cepat sedangkan Imas meminta kedua orang itu keluar karena tangisan Rama yang begitu nyaring.Dada Jaima begitu kencang berdetak. Tangannya gemetar ketika dia memeluk Rama, menenangkan anak itu meskipun dirinya sendiri tidak merasa tenang.Kedua orang itu dengan jelas mendengarnya.Kalimat itu keluar begitu saja tanpa dia sadari ketika dia melihat Tanaya masuk ke dalam ruangan dan memanggil Rama, mengklaim bocah itu sebagai anaknya.“Nyonya..”“Mereka mendengarnya ‘kan? Mereka mendengar aku mengatakan hal itu?&r

  • SEBATAS ISTRI CADANGAN SANG TUAN   BAB 70

    Ini hari ketiga Rama ada di Rumah Sakit, kondisinya sudah jauh lebih baik. Anak-anak memang cepat pulih, dia sudah berteriak-teriak lagi dan tertawa lagi, sudah mulai mau makan namun susu lebih utama.Jaima menundukkan kepalanya, tenggorokannya terasa tercekat, dia bisa mendengar Rama berceloteh riang diatas tempat tidur. Anak itu mengeluarkan suara dengan kata-kata yang tidak bisa dimengerti, dia terdengar begitu senang.Namun dilain sisi, Jaima begitu tegang. Dia mengepalkan tangannya kuat-kuat.“Apa yang dokter bilang?” Suara si ibu mertua terdengar dari samping tempat tidur Rama, membuat bulu kuduk Jaima meremang.Dia tidak pernah berpikir kalau Lisa Sarkara akan mengunjungi Rama. Sejauh ini, tidak pernah sekalipun dia berpikir kalau ibu mertuanya menyuka

  • SEBATAS ISTRI CADANGAN SANG TUAN   BAB 69

    Hasbi mengambil selimut yang ada di dalam lemari di ruangan kamar VVIP rawat inap yang mereka tempati. Dia membawa selimut itu untuk menutupi badan Jaima, wanita itu tertidur setelah menangis cukup lama. Hasbi duduk di samping Jaima, menatap wajahnya.Wajah itulah yang membuatnya penasaran ketika pertama kali melihat di hotel, wajah yang masih terlihat sama meskipun dia sudah menjadi miliknya. Matanya terlihat begitu sembab dan memerah. Jari jemari Hasbi menyusuri wajah itu tanpa menyentuhnya, dia takut Jaima terbangun.“Maafkan aku..” Bisiknya perlahan.Dia meminta maaf untuk banyak hal, termasuk karena sudah tidak pulang ke rumah dan tidak memperhatikan wanita itu sama sekali. Perasaan Hasbi berantakan, namun dia tidak bisa meninggalkan Tanaya dan dia merasa sangat bersalah pada Jaima. Dia tidak ingin

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status