Mobilnya berhenti di sebuah tempat parkir yang agak jauh dari venue tersebut, dia turun dan masuk ke dalam mobil dimana Hasbi berada. Ketika dia masuk Hasbi sedang tertidur, dia tidak banyak bicara. Imas masih di mobil miliknya, mereka akan bertemu begitu sampai di venue.
Jaima melirik ke arah Hasbi, pria dengan wajah blasteran itu tertidur dengan mulut setengah terbuka. Tidak membuat ketampanan pria itu berkurang, Jaima menyusuri wajah itu secara diam-diam. Hidung yang tinggi, bibir yang tebal juga rahang yang tegas. Hasbi memiliki sedikit janggut tipis di sekitar rahangnya membuat dia terlihat begitu macho sebagai seorang laki-laki.
“Tuan, kita sudah sampai.” Suara si supir membuat Hasbi membuka mata, kepalanya masih agak sedikit pusing. Dia baru saja kembali dari Swedia malam tadi, masih merasa jet lag. Hasbi menyingkirkan selimut yang menutupi s
Noah adalah orang yang paling Hasbi benci.Bukan, bukan karena dia jauh lebih tua dua tahun darinya tapi wajahnya terlihat begitu muda. Atau bahkan karena perusahaan yang dia pimpin sekarang jauh lebih pesat dan mampu mengimbangi Mahatma Group. Bukan juga fakta bahwa Noah pernah menyimpan rasa pada Tanaya dan kemudian wanita itu menolaknya.Hasbi hanya membenci Noah seperti bernapas.“Kau datang?” Pria itu mendekati Jaima dengan senyum yang sama lebarnya dengan si wanita, mata mereka saling memandang.“Ya, sejak kapan kamu sampai di Indonesia?”Hasbi mengerenyitkan dahinya, pertanyaan macam apa itu? Kenapa rasanya begitu akrab di telinga?
Hasbi masih dengan wajah masam ketika akhirnya mereka memutuskan untuk pulang, dia tidak memperbolehkan Jaima masuk ke dalam mobilnya. Mereka kini ada di dalam mobil miliknya, mobil tidak langsung pergi karena beberapa asisten dan yang lain tengah memindahkan barang-barang menuju mobil lain.Jaima duduk dengan tidak nyaman, dia tidak bisa membantah Hasbi untuk pulang dengan mobilnya sendiri. Berduaan saja dengan Hasbi selalu menjadi momok menakutkan baginya.Dia ingin segera pulang dan bersembunyi di dalam kamar, hari ini benar-benar melelahkan.“Kapan kau akan pergi ke panti jompo lagi?” Dengan tiba-tiba pertanyaan itu terlontar dari mulut Hasbi, mata pria itu terpaku pada ponsel di tangannya.Jaima mengerenyitkan dahinya, dia tidak berpikir Hasbi menanyakan
Seumur hidupnya, Tanaya Juhara tidak pernah merasakan penolakan.Dia adalah putri bungsu dari dua bersaudara. Ketika ayah dan ibunya menikah, mereka mendirikan anak perusahaan baru bernama JUNIAR dimana perusahaan ini adalah anak dari dua perusahaan raksasa JUHARA GROUP serta NIARA ABADI. Kakak perempuannya sejak menikah tinggal bersama ibunya di New Zealand, mereka membangun bisnis baru disana.Kedua orangtuanya adalah seorang konglomerat, hidupnya sejak lahir tidak pernah kesusahan. Semua keinginannya dituruti, semua rasa amarahnya tersalurkan dengan baik, serta dendamnya.Tanaya terkenal dengan sifat angkuhnya, anak-anak dari kalangan konglomerat tahu benar sifatnya yang buruk. Mereka tidak ingin memiliki masalah dengan Tanaya terlebih jika kedudukan mereka jauh dibawah keluarga Juhara. Wanita cantik dengan wajah
Pria yang sudah menjadi suaminya itu berlari dengan begitu cepat menghampiri si perempuan mantan tunangannya, pria itu memeluknya dengan erat, berkali-kali menyembutkan namanya dan mata si wanita tepat menatap Jaima. Seolah tengah membuat deklarasi perang.Jaima beranjak pergi dibantu Imas, dia enggan melihat hal itu.Tidak ada yang perlu dirisaukan, tidak perlu merasa cemburu ataupun merasa hal lainnya karena sejak awal pria itu bukan miliknya. Sekali lagi, dia hanyalah seorang wanita yang tanpa sengaja masuk ke kehidupan mereka.Dia tidak lebih layaknya benalu yang tidak diinginkan, dianggap menyusahkan dan tidak menghasilkan apapun selain karena anak yang tengah dikandungnya.“Tanaya…” Suara lirih Hasbi memanggil nama wanita itu terdengar jelas keti
Hasbi membuka kedua mata, samar-samar cahaya matahari masuk lewat celah gorden di kamarnya. Dia menatap langit-langit cukup lama, merasakan tangan kanannya sedikit kebas karena menahan kepala seorang wanita yang semalaman tadi dia tiduri berkali-kali.Rasa rindu itu ternyata muncul begitu saja, menyusuri setiap lekuk kurus si wanita yang biasanya selalu ada di dalam pelukannya.Tanaya masih memejamkan matanya, memeluk erat Hasbi saat pria itu menoleh dan mengecup puncak kepalanya. Dia menyusuri setiap lekuk wajah Tanaya, wajah yang sepertinya sudah begitu lama dia tidak pandangi.Bobot Tanaya berkurang drastis, matanya terlihat begitu cekung dan kulitnya pucat.“Aku merindukanmu…” Tanaya berbisik dengan lirih, Hasbi memperlihatkan senyum terbaiknya pad
Jaima melihat dengan mata kepalanya sendiri ketika kedua orang itu turun dari tangga, Lisa menyambut keduanya dengan wajah ceria dan senyum yang merekah. Lisa memeluk wanita semampai itu dengan mesra, mengelus rambutnya dengan lembut dan bercengkrama dengan nada yang tidak pernah Jaima dengar sebelumnya.Dia sendiri melihat mereka dari lantai tiga, diam berdiri di pojok seperti hantu yang tidak terlihat. Jaima mengelus perutnya sendiri, dia seharusnya tahu apa yang dia lakukan sekarang bukanlah untuk dirinya, dia bukan masuk untuk di terima sebagai seorang menantu. Kedatangannya sendiri hanya untuk melahirkan serta membimbing anak yang di kandungnya.Kakinya melangkah pelan menuju kamarnya sendiri, dia masuk dan menutup pintu dengan perlahan. Enggan orang-orang dibawah itu mendengar walau hanya sedikit saja, malam tadi dia mengikuti Imas turun ke bawah. Dia pen
Mobil Hasbi berhenti tepat di depan pintu utama gedung perusahaan miliknya. Gedung tinggi dengan lima belas lantai itu menjulang dengan gagah, tulisan MAHATMA terpampang besar disana. Para satpam dan beberapa karyawan yang lewat menundukkan kepala, menghormatinya.Dia berjalan bersama si asisten pribadi di sebelahnya juga beberapa penjaga, masuk ke dalam perusahaan dia menggunakan lift yang memang dibuat khusus untuk para petinggi saja.Kantornya berada di lantai dua, ruangan miliknya ada disana dengan asisten pribadi dan ruang rapat direksi. Tidak ada lagi. Karyawan sembarangan tidak diperbolehkan masuk, akses lantai dua hanya dimiliki oleh beberapa orang tertentu saja.“Hari ini tuan ada rapat sampai pukul dua siang dan menghadiri undangan pernikahan putri dari Nyonya Rika Ageng.” Arianti membacakan ja
Noah membaca setiap baris kalimat di buku yang tengah dia pegang, buku ini baru ia beli beberapa hari lalu sesampainya di Indonesia. Dia suka menghabiskan waktu berjam-jam hanya dengan membaca, semilir angin memainkan rambut berwarna kuning pucat miliknya yang sudah panjang.Beberapa perawat berlalu lalang sambil membawa para lansia yang mereka urus melewati Noah, para perawat tua maupun muda mencuri-curi pandang padanya. Mereka tidak ingin melewatkan satupun kesempatan menikmati ciptaan Tuhan yang begitu sempurna,Mata yang teduh, bulu mata yang lentik, bibir yang penuh, rahang tegas serta hidung yang panjang. Kakinya yang jenjang menambah poin baru dalam kesempurnaan seorang Noah Sadawira.“Noah, kenapa tidak memberi kabar kalau mau kesini?” Suara itu menginterupsi kegiatannya, menoleh ke asal suara bu
Ini sudah seminggu semenjak terakhir Jaima melihat Hasbi. Entah kenapa pria itu selalu tidak pernah ada di rumah setelah kepulangannya terakhir bersama Tanaya.Jaima bertanya pada Imas apakah Hasbi mendatangi kamar Rama ketika dia tidak ada, tapi Imas bilang pria itu sama sekali tidak menghampirinya. Foto yang diunggah di sosial media Hasbi semuanya stok foto lama mereka. Jaima jadi bertanya-tanya apakah pria itu akan kembali fokus pada Tanaya?Jaima tidak masalah jika tidak diperhatikan, tapi, bukankah Rama perlu perhatiannya?Dia tidak mengerti dengan perubahan Hasbi yang terlalu mendadak.Jaima berjalan dari dalam kamarnya menuju kamar Rama, suasana rumah seperti biasa heningnya. Beberapa hari lalu ibu mertuanya pergi ke Guam untuk menghadiri sebuah acara, mertuanya a
“Semua yang harus aku tanda tangani sudah kulakukan, untuk pemberkasan pinjaman kemungkinan besar selain permintaan Mahatma yang lainnya akan kuserahkan pada bawahan lain.” Noah menatap layar laptopnya, dia tengah berada di hotel untuk beberapa hari ke depan karena Piacevole tengah membuka toko baru.Toko perhiasan yang sudah ditunggu oleh orang-orang Indonesia itu akhirnya menandatangani kesepakatan dengan Piacevole.Dia melakukan rapat daring dengan beberapa bawahan serta sang kakek.Permasalahan di dalam BMG benar-benar membuat seluruh orang fokus pada BANK terlebih dahulu, rayap-rayap yang diduga ada di dalam lebih dari lima orang di beberapa cabang. Mereka tengah mengumpulkan bukti apakah Mahatma terkait dengan hal itu atau tidak.“Bagaimana dengan
Hasbi menatap ponselnya sekali lagi, siang ini ketika dia keluar dari kamar bersama Tanaya dia tidak menemukan Jaima dimanapun. Arianti memberitahunya kalau wanita itu tengah menghadiri acara sosial di Piacevole.Tidak ada pesan dari Jaima yang memberitahukan kalau wanita itu membawa Rama bersamanya. Biasanya wanita itu akan menghubunginya untuk meminta bantuan menjaga si kecil karena dia harus menghadiri acara sosial.Hasbi menghela napas.Wanita itu mungkin sudah tahu kalau malam tadi Hasbi menghabiskannya bersama Tanaya.Dia memijat keningnya sekarang, rasa bersalah kembali menjalar di dalam dadanya.Apakah dia seharusnya meminta maaf?“Ah, sialan.. Kenapa juga aku harus minta maaf?” Tanpa sadar dia menggumamkan kalimat itu, membuat Arianti menoleh.“Maksud tuan muda?”Hasbi menggeleng pelan, mengalihkan wajahnya karena merasa sudah melakukan hal bodoh. Dia terlalu khawatir sampai semua yang dia pikirkan tidak sengaja keluar dari mulutnya begitu saja.“Apa…” Hasbi menjeda kalimatny
Jaima tidak keluar dari kamar semenjak pagi, Imas memberitahunya kalau kedua orang tersebut belum keluar sama sekali dari dalam kamar sampai tengah hari. Untungnya Jaima sudah pergi untuk menghadiri beberapa acara sosial, dia membawa Rama bersamanya.Biasanya, dia menitipkan Rama pada Hasbi untuk menghadiri acara sosial yang ramai.Dia tidak ingin bertemu dengan Hasbi atau berpura-pura semuanya baik-baik saja karena dia sedang merasa tidak baik-baik saja.“Nyonya bisa berdiri di sebelah sana..” Imas memberikan arahan pada Jaima.Hari ini acara sosial diselenggarakan di sebuah Mall bernama, Peacevole. Jaima mengenakkan gaun pendek yang warnanya serupa dengan jas lucu yang dipakai oleh Rama, secara dadakan Rama juga dikenakan jas karena tiba-tiba diajak olehnya
Hasbi terbangun dengan terkejut saat mendapati Tanaya berada di sampingnya, tertidur. Dia bisa melihat beberapa titik merah dibawah leher Tanaya, keadaan seperti ini seharusnya adalah pemandangan yang biasa untuknya.Dulu.Tapi kali ini dia merasa benar-benar bersalah, dia tidak berpikir akan melakukan hubungan seks lagi dengan Tanaya. Mengurut apa yang terjadi semalam, dia merasa pergi ke apartemen mereka dan bicara.Ya, mereka bicara sambil minum alkohol seperti biasa.Tapi, kenapa?Hasbi mengacak rambutnya sendiri, ketika dia turun dari kasur kondom bekas pakai berserakan di lantai. Entah berapa kali mereka melakukannya, jam sudah menunjukkan pukul tengah hari.“Jaima..&r
Jaima tidak tahu rasanya dicintai.Dia tidak tahu apa itu mencintai.Sepanjang hidupnya, dia hanya berusaha untuk memenuhi segala kebutuhan dia dan ibunya. Ibunya yang ketika dia beranjak dewasa berubah menjadi orang lain, tidak bisa membuatnya merasa dicintai.Dia tidak tahu bagaimana rasanya seorang ibu memanjakan anaknya, dia tidak tahu rasanya bagaimana dimanjakan seorang ibu. Dia sudah lupa apakah masakan ibunya enak, dia sudah lupa bagaimana ibunya memanggil namanya, bagaimana ibunya menyentuhnya, bagaimana ibunya mengelus puncak kepalanya.Yang dia ingat hanyalah bagaimana ibunya membentak, memarahinya dengan kata-kata kasar dan sesekali memukulnya ketika ibunya sedang dalam episode. Jaima merasa sudah terbiasa diperlakukan tidak baik, bahkan di tempat kerja.
Ada kalanya Jaima ingin bertanya ketika Hasbi bersikap baik padanya. Apakah itu bagian dari sandiwara untuk sosial media atau itu adalah dirinya sendiri? Tapi, dia yakin jawaban paling masuk diakal adalah karena sosial media.Enam bulan setelah kelahiran Rama, publik berbalik menyenangi mereka berdua. Apa yang diusahakan oleh tim legal membuahkan hasil. Sosial media memanglah jalan yang paling tepat untuk memamerkan hal yang tidak mungkin.Hasbi sering mengunggah bagaimana perkembangan Rama, dia juga mengunggah bagaimana ia bergantian mengasuh Rama dengan Jaima. Hal itu mendapatkan respon positif dari publik, mereka semua menyukai sikap Hasbi yang lembut dan perhatian.“Tatapan mata tidak bisa bohong, dia jatuh cinta pada wanita itu.”“Dela
Rentetan Jadwal Jaima yang tidak masuk diakal terus berlanjut bahkan setelah enam bulan kelahiran Rama, ibu mertuanya tidak pernah sekalipun memberikan dia kelonggaran. Setiap pesta harus dia datangi bahkan terkadang sehari dua pesta Jaima datangi.Dia merasa berat melakukan hal itu, tapi sekali lagi Jaima tidak bisa melawan. Ini semua sudah kewajibannya sebagai seorang menantu Mahatma Group.Ketika pertama kali melakukannya, Jaima merasa canggung dan bahkan dia tidak tahu harus bersosialisasi bagaimana. Namun, setelah lama menjalani kehadiran pesta ini dia jadi terbiasa. Dia bertemu dengan banyak orang yang menurutnya hebat dan menginspirasi.Dia tidak segan bertanya banyak hal.Dari situ pula dia tahu kalau Mahatma Group dan Sadawira Group adalah partner kerja juga pes
6 BULAN KEMUDIANTidak ada yang lebih Hasbi inginkan selain memiliki keluarga kecilnya sendiri. Semua itu dia impikan semenjak pertemuan pertamanya dengan Tanaya, semenjak wanita itu akhirnya menerima pertunangan mereka dan menjalin hubungan.Namun nyatanya, Tanaya selalu menolak untuk melangkah lebih jauh lagi. Penolakan demi penolakan selalu didapat Hasbi sehingga dia menyerah, mencoba melupakan impiannya untuk membangun keluarga. Dia merasa kalau Tanaya saja cukup, atau tidak apa-apa untuk menunggu lebih lama lagi.Tidak ketika dia akhirnya bertemu Jaima, meskipun berawal dari hal tidak terduga tapi Jaima memberikan apa yang selalu dia dambakan.“Bha! Bha!” Rama mengeluarkan suaranya lagi.Ini sudah bulan keenam setelah kel