“Kamera, rolling, action!” seru seorang sutradara muda bernama Michael, mengarahkan sepasang aktor dan aktris yang akan beradu akting.
Semua kamera sudah tertuju pada pasangan tersebut. Lampu menyala terang, siap menyoroti mereka. Para penonton pun tampak antusias menyaksikan proses syuting web series itu. Adegan hari ini berlatar sebuah perpustakaan di kampus kecil di kota London. Pemeran utama web series ini adalah William Vinclet, aktor terkenal yang saat ini sedang duduk sambil membaca buku di sebuah meja. Di sampingnya, rak-rak buku tertata rapi. Dari sela-sela rak buku itu, seorang gadis berkuncir dua dengan kacamata tampak sedang mengintip. Wajahnya bersemu merah, matanya membulat kagum menatap William yang sedang membaca. Ia jelas terpesona oleh ketampanan sang aktor. Menyadari tatapan itu, William menghentikan aktivitasnya dan berjalan perlahan ke arah rak buku. Ia menelusuri rak demi rak, hingga berhenti di rak ketiga. Di sanalah ia menemukan gadis berkacamata itu. Namun sebelum William sempat bicara, gadis itu buru-buru berlari pergi tanpa sepatah kata pun, meninggalkan William yang kebingungan. “CUT! Bagus, Eliana. Pertahankan aktingmu. Kita lanjut setelah makan siang,” ucap Michael puas. Gadis berkacamata tadi adalah Eliana Clark, aktris pendatang baru. Beberapa penonton bubar untuk makan siang, dan sebagian staf meninggalkan lokasi untuk beristirahat. William memilih kembali ke ruang ganti yang berada di samping perpustakaan, diikuti asistennya, Christy. Sesampainya di ruang ganti, ternyata Eliana sudah ada di sana. Gadis bersurai cokelat itu duduk menatap cermin besar di hadapannya. William menghampirinya dan duduk di sampingnya. Christy sigap mengelap keringat di wajah William lalu memberinya sebotol air, yang langsung diminum William. “Kau ingin makan apa siang ini, Will?” tanya Christy. “Pizza, tanpa keju, Chris.” Christy mengangguk dan pergi. Kini pandangan William beralih ke arah Eliana. “Aktingmu sudah banyak kemajuan, El.” Eliana melirik sekilas ke arah pria berambut hitam itu, lalu kembali menatap bayangannya di cermin. “Ya, semua karena bantuanmu. Terima kasih sudah membimbingku, Will.” “Sama-sama. Ngomong-ngomong, di mana Joe? Bukankah ada adeganmu dengannya setelah ini?” “Dia sedang dalam perjalanan.” “Eliana, bagaimana kalau malam ini kita latihan bareng? Untuk membangun chemistry,” ajak William. Eliana terlihat ragu. Ia teringat kalau ia sudah ada janji dengan Joe, kekasihnya. “Entahlah, Joe mungkin mengajakku makan malam. Kami sudah lama tidak quality time.” William hanya mengangguk, lalu mengambil ponselnya ketika nama Angela, kekasihnya, muncul di layar. Ia bangkit dan meninggalkan ruangan untuk menjawab panggilan. “Ya, baby?” sapa William. “Kapan kau selesai syuting? Aku ingin bicara.” Suara Angela terdengar serak. William tahu, pasti ini tentang Alice lagi—kakak Angela. “Sore nanti mungkin sudah selesai. Ada apa?” “Aku baru saja nonton live streaming Alice. Seseorang bertanya tentang keluarganya... dan dia bilang dia anak tunggal.” William terdiam. Ia tahu Alice tak mengatakannya karena benci, tapi karena alasan profesional. “Tenang, Angela. Dia melakukan itu karena statusnya sebagai penyanyi terkenal. Mungkin akan rumit jika publik tahu kau adiknya.” Angela terdiam sejenak, lalu menjawab lirih, “Aku paham, Will… tapi rasanya tetap menyakitkan.” “Tak perlu sedih. Kakakmu tetap kakakmu, meski dunia tak mengetahuinya.” Ucapan William menenangkan Angela. Ia bersyukur memiliki kekasih seperti William. Beberapa saat kemudian, Joe datang bersama asistennya. Ia menyapa William yang sedang menelepon, namun William pura-pura tidak mendengar. Joe masuk ke ruang ganti dan melihat Eliana sedang makan siang. Ia duduk di depannya dan tersenyum. “Maaf, aku telat.” “Tidak apa-apa. Adeganmu setelah makan siang, kok.” Eliana melanjutkan makan sandwich tuna-nya. Joe mengambil tisu dan mengelap saus di sudut bibir Eliana. “Makan yang benar, baby. Hari ini aku lap pakai tisu, tapi besok bisa langsung pakai bibirku.” Eliana langsung tersedak. Joe cepat memberinya minum sambil tertawa melihat wajah Eliana yang memerah. “Jangan macam-macam, Joevanka Kent!” “Baiklah, Yang Mulia Eliana Clark,” sahut Joe dengan tawa kecil. --- Usai makan siang, Sherly sang penulis naskah memanggil semua pemain untuk berkumpul di ruang sutradara. Ia ingin mengumumkan perubahan penting dalam alur cerita. Begitu semua sudah berkumpul, Sherly berdiri di depan dan mulai berbicara. “Kami memutuskan untuk menambahkan adegan ranjang dalam web series ini. Aku dan sutradara sudah berdiskusi. Ini penting untuk menarik penonton, apalagi ini adalah peran dewasa pertama William. Pasti akan jadi daya tarik tersendiri.” “APA?! Adegan ranjang?!” seru Eliana dan William hampir bersamaan. Mereka saling menatap, sama-sama terkejut. Ruangan pun langsung riuh. Semua membayangkan adegan panas antara William Vinclet dan Eliana Clark. Sanggupkah mereka menjalani adegan itu di depan kamera?Eliana menatap Joe yang duduk tepat di sampingnya. Ia merasa takut jika harus melakukan adegan ranjang bersama William, pemeran utama pria. Selain karena belum pernah melakukan adegan seperti itu, Eliana juga takut melukai hati Joe. Meski begitu, ia sadar bahwa dirinya harus bersikap profesional dalam bekerja. “M-Maksudmu, adegan ranjang sungguhan, Sherly?!” tanya Eliana polos. Sherly dan para pemain lainnya tertawa kecil mendengar pertanyaan Eliana. “Tentu saja tidak, Eliana. Kalian hanya akan berpura-pura. Kami tidak akan menampilkan adegan ranjang secara eksplisit karena target penonton kita adalah remaja,” jelas Sherly. Eliana menghela napas lega. Ia bersyukur tak perlu benar-benar melakukan adegan itu. Setidaknya, ia tidak akan menyakiti perasaan Joe, meskipun ia yakin Joe bisa bersikap profesional karena semuanya hanya akting. Setelah rapat dadakan itu, seluruh staf dan pemain kembali ke lokasi syuting yang kini berada di halaman kampus. Langit sudah mulai gelap, jadi syutin
Tanpa dikomando, William langsung menerobos masuk ke rumah Eliana. Unit tempat tinggal William memang berada tepat di sebelah unit Eliana, dan ia sudah terbiasa keluar-masuk rumah Eliana. Bisa dibilang, mereka cukup dekat. William duduk santai di sofa ruang tengah, sementara Eliana hanya menatapnya dengan kesal. “Ck! Seorang William Vinclet ternyata tidak punya sopan santun, ya!” cibir Eliana. William hanya menyeringai, memamerkan deretan gigi putihnya. “Kita sudah berteman lebih dari setahun, El. Tidak perlu sok asing begitu.” “Kalau bukan karena kau yang membukakan jalanku jadi aktris, pasti sudah kulaporkan kau karena menerobos rumahku tanpa izin!” dengus Eliana, menjatuhkan dirinya di sofa, tepat di sebelah William. Mata William mengikuti gerak tubuh Eliana. Mereka memang sudah berteman sejak Eliana pindah ke apartemen itu, tak lama setelah debut sebagai model. William pula yang merekomendasikan Eliana pada sutradara web series ini. Menurut William, Eliana punya potensi
Eliana membeku saat membaca isi artikel itu. Ia syok bukan main melihat berita yang tidak benar tentang dirinya. Tring! Tring! Tring! Tiba-tiba saja ponselnya dipenuhi notifikasi dari media sosial. Ratusan orang membanjiri kolom komentar dan pesan pribadinya. Eliana membuka notifikasi itu—dan seketika darahnya mendidih membaca komentar-komentar jahat yang ditujukan padanya. “Apa kau benar sedang berkencan dengan William Vinclet?” “Eliana Clark, sebaiknya kau jangan macam-macam dengan William. Atau kami akan membuat hidupmu tidak tenang!” “Jangan ambil William kami! Dasar wanita murahan! Tak punya harga diri!” “Lihat wajahnya! Yang seperti itu sangat tidak cocok dengan William kami!” “Tidak mungkin kan William berkencan dengan tante-tante seperti ini?!” Eliana menjatuhkan ponselnya. Ia merasa kesal, marah, dan sedih. Ini jelas bentuk penghinaan verbal yang melukai perasaan dan mentalnya. Ponselnya masih terus berdering—teror itu belum berhenti. Eliana menutup telinganya dengan
Karena ponselnya terus berdering sejak tadi, Joe akhirnya melihat bahwa manajernyalah yang menelepon. Ia tak mengangkat panggilan itu dan kembali memperhatikan apa yang dilakukan oleh William. Joe berdecak kesal melihat tingkah temannya. Ia sudah sangat hapal dengan kebiasaan William yang sering berkencan dengan beberapa artis. Tak mengherankan memang—William tampan dan kaya raya. Semua wanita pasti takluk pada pesonanya yang benar-benar di atas rata-rata. “Cih, anak itu selalu saja bikin ulah!” gumam Joe kesal, terlebih karena kali ini kekasihnya sendiri sedang terlibat rumor tak jelas dengan pria itu. --- Hari ini, pihak agensi melakukan klarifikasi terkait rumor yang tengah beredar. Hal itu membuat media makin heboh, apalagi kedua agensi sama-sama mengonfirmasi bahwa rumor tersebut benar. "Ya, dalam video itu memang benar adalah kedua artis kami," ucap Hans. Klarifikasi dilakukan secara terpisah oleh masing-masing agensi. "Lalu, apakah rumor itu benar? William dan Eliana berke
Pagi ini seluruh media kembali dihebohkan dengan berita skandal video syur yang diduga adalah William Vinclet dan Eliana Clark. Seluruh media sosial William dan Eliana sudah dibanjiri oleh para netizen yang meminta klarifikasi dari William dan Eliana. Sosial media agency keduanya pun tak luput dari serbuan netizen yang mencari berita kebenarannya. Karena jika memang video itu benar adalah mereka berdua, maka tamatlah riwayat keduanya. Eliana yang syok dengan berita ini hanya bisa mengurung dirinya di kamar. Jujur saja, ia benar benar tak habis pikir dengan berita bodoh semacam itu lagi. Eliana dan William tak pernah melakukan seperti apa yang ada di dalam video itu apalagi sampai memvideokannya. Itu sama saja dengan melanggar kontrak yang telah Eliana tanda tangani. Dan itu artinya karirnya bisa saja hancur dan agency akan langsung memecatnya bahkan ia harus membayar denda karena telah melanggar kontrak tersebut.
William menatap Hans serius, lalu berkata, “Maafkan aku Hans! lain kali aku akan hati hati." “Bukan berhati hati! Kau seharusnya menghentikan kebiasaanmu itu! Kau selalu saja bermain dengan para wanita! Cepat atau lambat karirmu akan hancur, Will!” Hans nampak tidak puas mendengar jawaban William. Ia meneguk kopi di tangannya dengan kasar. Melihat Hans yang mulai kesal, William memilih tak menggubris perkataan pria berkacamata bulat itu, dan ia memilih pergi meninggalkannya. Sementara Hans hanya bisa mendengus kesal dengan perilaku artisnya itu. Tiba tiba Ia teringat pada kejadian sepuluh tahun yang lalu. Ketika William baru saja debut menjadi aktor dan Hans ditugaskan untuk menjadi manajernya. "Hansel Scott, kau akan menjadi manajer dari William Vinclet!" ucap Smith kala itu. Saat itu Hans baru bekerja selama dua bulan sebagai kepala divisi Marketing. Pria berusia 30 tahun itu
Joe mematung begitu melihat layar laptop yang tengah menampilkan sebuah video yang memutar Eliana. Video itu memutar video syur Eliana dan William yang sedang ramai dibicarakan. Baru saja Joe ingin mengutak atik video itu, seseorang menginterupsinya dari belakang. "Siapa kau?!" Suara berat seorang pria menggema di dalam ruangan itu. Joe menoleh ke arah sumber suara, ia melihat sesosok pria berkacamata kotak dan berambut keriting berdiri dengan menatapnya tajam. Joe menebak itu adalah Benedict, adik Jenny. Belum sempat Joe berkata-kata, pria itu sudah meneriakinya lagi. "Menjauh dari sana!" Benedict berjalan cepat ke arah meja belajarnya dan menutup layar laptopnya keras. Ia mendorong Joe dengan kasar, hingga membuatnya tersungkur ke lantai. "Brengsek! Bisakah kau sedikit tenang?! Kita bisa membicarakan ini baik baik!" Joe berusaha menahan emosinya, tangannya mengepal kuat-kuat. Jika buka
William bergegas menuju tempat duduknya. Ia melihat dua buah gelas, namun salah satunya telah kosong. Dengan cepat ia meneguk gelas yang masih berisi minuman itu. Rasa asam dan manis ia rasakan pada indera pengecapnya. "Dia salah minum milikku!" gumam William. Ia dapat dengan mudah membedakan antara minuman beralkohol dan bukan. Akhirnya William kembali ke lantai dansa, dan mendapati Eliana sedang bersama beberapa pria. Eliana yang polos seketika berubah menjadi liar. Eliana tanpa risih menari bersama para pria itu. William hanya memperhatikan dari jauh, matanya tertuju pada sesosok pria yang dikenalnya. Tiba tiba, pria itu merangkul pundak Eliana yang terkespos. Karena mantel bulu tebalnya ia tinggalkan di kursi, dan Eliana hanya mengenakan sebuah dress selutut berwarna hitam. Eliana tampak tidak menyukai hal itu, dengan kasar ia melepas tangan pria lancang tersebut. "Lepas!"
Mobil yang dikendarai Eliana bertabrakan dengan mobil yang berlawanan arah dengannya. Tubuh Eliana terbentur dashboard mobil dengan keras. Ia kehilangan kesadarannya karena terlalu banyak kehilangan darah.Begitu pula dengan pengemudi mobil yang terlibat kecelakaan dengan Eliana. Jika saja ia tak membanting stir. Kecelakaan yang dialami Eliana pasti lebih parah dari ini. Pria itu keluar dari mobil dengan kepala bercucuran darah.Dengan tertatih, ia berjalan menghampiri mobil Eliana yang rusak parah. Dan seketika ia terkejut kala melihat Eliana yang sudah tak sadarkan diri.“Eliana?” pekik pria berambut coklat yang sepertinya mengenal gadis itu.Tak berapa lama, orang-orang yang melintas langsung menolong mereka dan segera melarikannya ke Rumah Sakit terdekat.***William dan Joe yang mendengar kabar kecelakaan Eliana segera menuju ke Rumah Sakit. Mereka sangat khawatir dengan kondisi Eliana. Mereka bahkan tak menghirauka
Eliana terkejut bukan main ketika mendengar penawaran dari Angela. Netranya menatap gadis dengan rambut blonde itu lekat-lekat. Sungguh, ia sama sekali tak menyangka bahwa kata-kata seperti itu akan meluncur dari bibir Angela, temannya sendiri.“K-kau bicara apa Angela? Jangan bercanda!” tukas Eliana.Angela berdecih mendengar perkataan Eliana. “Apa aku terlihat seperti sedang bercanda, El?”Eliana terdiam.“Walaupun kau temanku, aku tidak akan tinggal diam jika sesuatu yang telah menjadi milikku terancam direbut orang lain. Kau tahu, aku orang yang ambisius, kan?” ujar Angela.Perkataan Angela barusan sukses membuat Eliana terdiam.“Baiklah, jika kau tak ingin menjawab sekarang. Kau bisa menghubungiku jika berminat. Kau tahu nomor teleponku, kan?” Angela bangkit dari duduknya dan berjalan pergi meninggalkan gadis berambut coklat itu."Tunggu, Angela. Kau mungkin telah salah pah
Hingga tanpa sadar Joe memperdalam ciumannya pada gadis itu. Dan terjadilah hal yang seharusnya tidak mereka lakukan.***Joe terbangun dari tidurnya kala mendengar ponselnya berdering. Kepalanya masih terasa berputar-putar. Ia memperhatikan sekelilingnya yang tampak asing. Ini bukanlah kamarnya atau pun kamar Eliana.Karena terlalu syok, ia sampai mengabaikan ponselnya yang terus berdering sedari tadi.“Kau sudah bangun?” Suara seorang gadis yang baru saja keluar dari toilet. Gadis itu hanya memakai piyama mandinya.“A-apa yang kita lakukan semalam?!” tanyanya terkejut bercampur bingung.Jenny menghampiri Joe dan duduk didekatnya. Ia mengamati tiap senti dari wajah pria tampan di sampingnya itu.“Kau sungguh tidak ingat?!” Jari jemari Jenny mengelus wajah Joe secara perlahan, hingga membuat pria itu merinding seketika.Joe menggeleng sambil beringsut dari tempatnya berbaring, berusaha agar s
Baru saja bibir mereka akan bersentuhan, Eliana tiba-tiba membuka matanya. Ia terkejut ketika melihat William berada di depan wajahnya, sangat dekat. Refleks Eliana mendorong tubuh William dan menjauh darinya. “A-apa yang kau lakukan?!” Eliana ketakutan melihat William. William tersenyum tipis dan malah semakin mendekatkan wajahnya ke Eliana, bahkan ia naik ke atas ranjang Eliana. Ia menatap Eliana dalam, pandangannya begitu menghangatkan. Eliana berusaha menahan degup jantungnya yang bergemuruh. Nafasnya tercekat ketika wajah William hanya tinggal berjarak beberapa centi lagi dari wajahnya. “Mau dilanjutkan?” bisik William dengan suara berat yang terdengar seksi. Mendengar hal itu membuat tubuh Eliana merinding seketika. Entah mengapa tubuhnya seperti membeku, tak bisa berkutik dihadapan pria seperti vampire ini. “W-Will, j-jangan macam-macam.” Eli
"Angela!” ucap William terkejut melihat Angela. William nampak panik, karena memang sedang ada Eliana di dalam rumahnya. Dan William tahu betul jika Angela pasti tak akan menyukainya. Angela langsung menerobos masuk dan memeluk kekasihnya itu. “Kenapa kau tak mengabariku jika ingin kesini?” tanya William. Angela tak menjawab karena ia menangkap sosok Eliana di meja makan William tengah menyantap sandwich. Angela melirik tajam ke arah William sebelum akhirnya menghampiri Eliana yang sama terkejutnya. “Hai, Eliana.” “A-Angela! A-aku bisa jelaskan ini.” Eliana nampak kikuk, namun Angela dengan santai duduk dihadapannya. Dan meneguk gelas yang berisi air yang ada di atas meja. “It’s okay, Eliana. William pasti butuh bersenang-senang juga,” ucap Angela datar.
William bergegas menuju tempat duduknya. Ia melihat dua buah gelas, namun salah satunya telah kosong. Dengan cepat ia meneguk gelas yang masih berisi minuman itu. Rasa asam dan manis ia rasakan pada indera pengecapnya. "Dia salah minum milikku!" gumam William. Ia dapat dengan mudah membedakan antara minuman beralkohol dan bukan. Akhirnya William kembali ke lantai dansa, dan mendapati Eliana sedang bersama beberapa pria. Eliana yang polos seketika berubah menjadi liar. Eliana tanpa risih menari bersama para pria itu. William hanya memperhatikan dari jauh, matanya tertuju pada sesosok pria yang dikenalnya. Tiba tiba, pria itu merangkul pundak Eliana yang terkespos. Karena mantel bulu tebalnya ia tinggalkan di kursi, dan Eliana hanya mengenakan sebuah dress selutut berwarna hitam. Eliana tampak tidak menyukai hal itu, dengan kasar ia melepas tangan pria lancang tersebut. "Lepas!"
Joe mematung begitu melihat layar laptop yang tengah menampilkan sebuah video yang memutar Eliana. Video itu memutar video syur Eliana dan William yang sedang ramai dibicarakan. Baru saja Joe ingin mengutak atik video itu, seseorang menginterupsinya dari belakang. "Siapa kau?!" Suara berat seorang pria menggema di dalam ruangan itu. Joe menoleh ke arah sumber suara, ia melihat sesosok pria berkacamata kotak dan berambut keriting berdiri dengan menatapnya tajam. Joe menebak itu adalah Benedict, adik Jenny. Belum sempat Joe berkata-kata, pria itu sudah meneriakinya lagi. "Menjauh dari sana!" Benedict berjalan cepat ke arah meja belajarnya dan menutup layar laptopnya keras. Ia mendorong Joe dengan kasar, hingga membuatnya tersungkur ke lantai. "Brengsek! Bisakah kau sedikit tenang?! Kita bisa membicarakan ini baik baik!" Joe berusaha menahan emosinya, tangannya mengepal kuat-kuat. Jika buka
William menatap Hans serius, lalu berkata, “Maafkan aku Hans! lain kali aku akan hati hati." “Bukan berhati hati! Kau seharusnya menghentikan kebiasaanmu itu! Kau selalu saja bermain dengan para wanita! Cepat atau lambat karirmu akan hancur, Will!” Hans nampak tidak puas mendengar jawaban William. Ia meneguk kopi di tangannya dengan kasar. Melihat Hans yang mulai kesal, William memilih tak menggubris perkataan pria berkacamata bulat itu, dan ia memilih pergi meninggalkannya. Sementara Hans hanya bisa mendengus kesal dengan perilaku artisnya itu. Tiba tiba Ia teringat pada kejadian sepuluh tahun yang lalu. Ketika William baru saja debut menjadi aktor dan Hans ditugaskan untuk menjadi manajernya. "Hansel Scott, kau akan menjadi manajer dari William Vinclet!" ucap Smith kala itu. Saat itu Hans baru bekerja selama dua bulan sebagai kepala divisi Marketing. Pria berusia 30 tahun itu
Pagi ini seluruh media kembali dihebohkan dengan berita skandal video syur yang diduga adalah William Vinclet dan Eliana Clark. Seluruh media sosial William dan Eliana sudah dibanjiri oleh para netizen yang meminta klarifikasi dari William dan Eliana. Sosial media agency keduanya pun tak luput dari serbuan netizen yang mencari berita kebenarannya. Karena jika memang video itu benar adalah mereka berdua, maka tamatlah riwayat keduanya. Eliana yang syok dengan berita ini hanya bisa mengurung dirinya di kamar. Jujur saja, ia benar benar tak habis pikir dengan berita bodoh semacam itu lagi. Eliana dan William tak pernah melakukan seperti apa yang ada di dalam video itu apalagi sampai memvideokannya. Itu sama saja dengan melanggar kontrak yang telah Eliana tanda tangani. Dan itu artinya karirnya bisa saja hancur dan agency akan langsung memecatnya bahkan ia harus membayar denda karena telah melanggar kontrak tersebut.