Violet seolah tidak mendengar, tetap membungkuk masuk ke mobil. Saat dia hampir duduk di kursi, Leon tiba-tiba menariknya keluar.Tanpa berkata apa-apa, tinju Violet langsung mengarah ke wajahnya.Gerakannya cepat, tetapi Leon lebih cepat, dia langsung menangkap tinju itu di telapak tangannya."Kalau aku nggak salah, barusan aku selamatkan kamu. Begini caramu perlakukan penyelamatmu?""Penyelamat?" Violet mencemooh, "Apakah benar-benar menyelamatkan, atau bekerja sama dengan musuh, hanya kamu yang tahu!""Bekerja sama dengan musuh?" Leon tersenyum, tapi matanya penuh dengan kilatan dingin. Kalau diperhatikan, ada juga kesedihan, "Bagus, sangat bagus!"Violet dengan ekspresi dingin melepaskan tangannya, "Leon, kalau semua ini kamu lakukan agar aku cabut tuntutan, maka aku bisa dengan jelas bilang, sekarang ...."Bibir merahnya bergerak, kata demi kata dia ucapkan, "Nggak mungkin!"Setelah mengatakan itu, dia kembali tersenyum dingin, "Aku nggak peduli alasan apa pun alasan kamu lukai Ad
Vila Aster, ruang baca di lantai dua."Maaf, nggak bisa bantu."Melihat pesan balasan yang akhirnya datang setelah lama menunggu, alis Leon berkerut tajam, dengan cepat dia membalas."Kurang banyak?"Pesan baru saja terkirim, dan segera muncul pemberitahuan di bawahnya.Maaf, Anda dan penerima bukan teman. Silakan tambahkan terlebih dahulu ....Violet telah menghapusnya dari WhatsAppnya.Ini pertama kalinya, pertama kalinya!Leon, marah seketika, melempar ponselnya."Bum!" Ponsel itu tepat mengenai Loren yang baru saja mendorong pintu masuk.Loren menutupi dahinya, wajahnya penuh keluhan, "Kudengar dari Joshua kalau suasana hatimu sedang buruk. Aku datang tengah malam dengan niat baik untuk lihat kamu. Kamu bukan saja hargai, tapi malah lempar ponsel ke aku!""Lihat ini, sudah bengkak. Aku ini adik kandungmu, perlu banget sekejam ini padaku?"Sebenarnya Joshua sudah mengirimkan pesan padanya di WhatsApp sejak lama, tetapi saat dia melihatnya, pesan itu sudah dikirim berjam-jam yang lal
Waktu kecil, ketika dia belajar berjalan, jatuhnya jauh lebih parah dibanding sekarang.Siapa sangka keesokan paginya, Loren menelepon kakaknya, bilang gegar otak dan harus dirawat di rumah sakit....Rumah sakit.Kamar tempat Loren dirawat.Leon mendorong pintu masuk, yang dilihatnya adalah adiknya yang terbaring lemas di tempat tidur sambil menelepon, "Aku juga nggak ingin ganggu kamu sepagi ini, tapi aku takut nanti nggak ada kesempatan lagi ...."Sementara itu, di ujung telepon entah siapa, seorang cewek merengek, berpura-pura lemah, suaranya begitu manja sampai-sampai membuatnya merinding.Setelah menunggu lama, akhirnya Loren menutup telepon.Leon menarik kursi dan duduk di depannya, "Siapa?"Loren sebenarnya tahu maksudnya, tapi sengaja berteka-teki, "Apanya yang siapa?"Tatapan Leon berubah, "Nggak mau bilang?""Kamu bertanya aneh sekali, bagaimana aku harus menjawab?" Loren berkata, "Kamu pasti bertanya, barusan aku menelepon siapa, 'kan?""Kak, ngomong itu bayar atau gimana s
"Katakanlah, cepat katakan!"Loren dengan tidak sabar mendorong Leon.Bahkan Loren berjalan mendekat, menarik kakaknya dari kursi, dan mendorongnya ke depan Violet, "Cepat katakan!"Belum sempat Leon bicara, Violet sudah mendahului, "Loren, dia nggak pandai berbohong, jangan paksa dia.""Kak Violet, kakakku sekarang benar-benar nggak cintai Mia lagi!" Loren dengan serius hampir bersumpah, "Kamu mungkin belum tahu, Mia dan ibunya akan segera dijatuhi hukuman, 'kan?"Dia menunjuk Leon, "Itu perbuatan kakakku! Kalau kakakku benar-benar masih cintai Mia, bagaimana mungkin dia kirim mereka ke penjara ....""Loren ...." Violet memotongnya, "Kalau aku nggak salah dengar, saat aku masuk tadi, kamu minta dia katakan menyesal bercerai, lalu dia bilang ...."Violet menatap Leon dan mengucapkan setiap kata dengan tegas, "Nggak pernah!""Kamu tahu sifat kakakku, 'kan? Mulutnya selalu sekeras apa pun, bahkan lebih suka bicara sebaliknya daripada wanita."Loren mulai berkeringat, "Sebenarnya, dia sud
...Meskipun Loren sangat marah, tidak mungkin dia benar-benar membiarkan Leon begitu saja.Dia hanya punya satu kakak, dan kakaknya itu juga tidak pandai berbicara. Jika dia tidak peduli, kakaknya benar-benar akan menghadapi situasi "cinta yang dikejar telah mati."Jadi, begitu keluar dari kamar, Loren melihat seseorang yang mencurigakan di ujung koridor. Tanpa berpikir panjang, dia langsung mengejarnya.Di seluruh lantai itu, hanya ada dia seorang diri.Dia tidak punya musuh, jadi kemungkinan besar orang itu adalah pelaku sebenarnya yang menjebak kakaknya.Sembunyi di tempat gelap hanya untuk menertawakan kakak dan kakak iparnya!Dia harus menangkap orang itu sendiri, kalau tidak, kakaknya akan terus difitnah sampai mati.Orang itu bergerak sangat cepat, hanya dalam sekejap sudah menghilang.Loren tidak putus asa, dia langsung menuju ruang keamanan untuk memeriksa rekaman CCTV.Namun, rekaman CCTV terlihat normal, seolah semuanya hanya ilusi belaka.Petugas keamanan pun bertanya, mun
Di depan adalah tebing curam, dan Violet berdiri tepat di ujungnya ....Jika itu orang lain, dengan dorongan seperti itu, satu-satunya akhir adalah tubuh hancur berkeping-keping. Namun, Violet berhasil lolos dari maut.Dengan cepat dia berputar, dan pada saat dia jatuh dari tebing, tubuhnya melayang. Dengan cekatan dia memanfaatkan kekuatan untuk mengelak, akhirnya berhasil lolos dari bahaya."Nggak buruk, keterampilanmu nggak menurun!"Carmelia melihatnya, sudut bibirnya melengkung dengan senyuman pujian, tetapi di detik berikutnya berubah menjadi tegas, "Tapi, kewaspadaanmu nggak seperti dulu.""Bagaimana bisa biarkan punggungmu terbuka untuk orang lain?""Ini kesalahan fatal bagi seorang pembunuh!"Violet menjawab, "Aku tahu itu Anda!""Sudah tahu sejak kapan?"Violet menjawab, "Sejak awal!"Sebenarnya, sejak Carmelia masih berada cukup jauh darinya, Violet sudah mendengar langkah kakinya.Karena dia tahu itu Carmelia, dia merasa sangat tenang, tetapi ternyata dia ....Melihat perub
Mendengar nada suara Sheva yang tidak biasa, Violet buru-buru bertanya, "Ada apa dengan Loren?""Loren ditimpa kecelakaan, sangat parah!"Kecelakaan, sangat parah ....Di kepala Violet, hanya kalimat ini yang tersisa.Mengingat dua telepon dari Loren yang tidak dia jawab sebelumnya, yang mungkin merupakan permintaan pertolongan, hati Violet tiba-tiba terasa seperti ditusuk pisau dengan keras.Jari-jarinya yang memegang ponsel seketika mengepal lebih erat, "Kecelakaan, atau ....""Sepertinya bukan kecelakaan!" Suara Sheva terdengar lebih dalam, "Lokasi kejadian adalah jalan tanpa pengawasan, dan rekaman kamera mobil juga nggak menunjukkan ada yang aneh."Violet makin menggenggam ponselnya, "Dia di rumah sakit mana?""Di Rumah Sakit Indiyo di bawah Grup Jiwono!"Setelah menutup telepon, Violet segera menuju rumah sakit tempat Loren dirawat.Tersembunyi di sudut, dia melihat Leon yang berdiri serius di depan ruang gawat darurat, Joshua berdiri di sampingnya, dan Lukas juga ada.Setelah me
"Telepon sudah diangkat, dokter sakti sudah terima kabar, katanya kebetulan sedang di dekat sini, akan segera datang!"Setelah Joshua menutup telepon, dia hampir melompat karena senang, "Namun dokter sakti punya permintaan, dia minta kita sementara menjauh, dan semua kamera di sini juga harus dimatikan."Mengenai permintaan ini, Leon hampir tidak ragu sedikitpun, "Segera beri tahu ruang keamanan."Joshua segera pergi mencari pihak rumah sakit untuk memberitahukan ruang keamanan mematikan kamera pengawas.Leon dan Lukas langsung pergi, dan tak lama kemudian, depan ruang gawat darurat pun kosong.Barulah Violet keluar dari sudut.Identitas putri keluarga Ananta bisa dibuka ke publik, tetapi yang lainnya ....Baik itu dokter sakti, atau lainnya, hanyalah nama kosong belaka.Jadi, itu sama sekali tidak perlu!Violet pergi mengganti pakaian dan melakukan desinfeksi terlebih dahulu, lalu masuk ke ruang gawat darurat.Hanya melihat Loren yang terbaring di meja operasi, Violet langsung merasa
Pria itu mengerutkan bibirnya dan berkata, "Ternyata seperti itu!"Dia hanya mengatakan ini dan tidak mengatakan yang lain lagi.Pria itu tidak mengatakan apa pun dan Violet juga tidak bertanya. Setelah perjalanan ini berakhir, Violet menyerahkan kartu yang lain pada pria itu, "Ini adalah 200 juta untuk uang tipmu hari ini. Terima kasih karena sudah menemani kami sepanjang hari ini!"Violet sangat murah hati sampai membuat pria itu enggan menerima pemberian darinya lagi, "Kamu sudah memberiku cukup banyak uang, aku nggak boleh menerimanya lagi."Violet meletakkan kartu ke tangan pria itu dengan paksa dan berkata, "Terimalah, kamu pantas mendapatkannya! Pada awalnya suasana hatiku sangat buruk karena nggak menemukan siapa pun. Tapi kamu sudah menemaniku sepanjang hari dan suasana hatiku sudah membaik sekarang. Besok tolong bawa kami datangi tempat lain."Pria itu ingin mengatakan sesuatu, tapi dia mengerutkan bibirnya dan tidak mengatakan apa pun. Hanya saja dia mengembalikan kartu itu
Awalnya berpikir bisa melihat Leon jika pergi ke sana, tapi siapa tahu ...."Kapan kamu melihatnya?"Orang yang mengaku melihat Leon adalah seorang pemuda berusia dua puluhan, juga warga setempat.Semua penduduk setempat di sini sangat tinggi, baik pria maupun wanita.Bahkan pria jangkung seperti Lukas pun terlihat agak kurus di hadapan penduduk setempat, seperti kekurangan gizi.Menanggapi pertanyaan Violet, pemuda itu menjawab, "Maaf, aku baru saja melihat foto itu dengan saksama lagi dan menyadari bahwa aku salah.""Orang itu memang sedikit mirip dengannya, tapi bukan orang yang kamu cari!"Lukas segera mencengkeram kerah pria itu dan berkata, "Tadi kamu bilang kamu benar-benar melihatnya, tapi sekarang kamu bilang salah lihat?"Pria itu segera menepis tangan Lukas dan berkata, "Aku memang salah lihat. Apa kamu nggak pernah salah lihat orang?"Lukas mengerutkan kening lebih erat. "Aku pikir kamu nggak salah lihat, tapi ada yang melarangmu mengatakannya."Mata pria itu berkedip. "Aku
Lukas merasa agak sulit menerimanya. "Maksudmu yang sebelumnya bukan Leon, tapi Adis?""Ya!" Suara Violet terdengar serak, "Sebelumnya Adis berpura-pura menjadi Leon, bahkan nggak tahu di mana Leon yang asli sekarang.""Aku sudah mencarinya hampir di mana-mana, tapi tetap nggak bisa menemukannya. Jadi, aku berpikir untuk mengatakan yang sebenarnya dan memintamu untuk mengajukan permohonan ke organisasi untuk membantu mencarinya."Violet benar-benar putus asa, mana mungkin akan merahasiakannya dari Lukas untuk sementara waktu.Lagi pula, hanya akan membuat lebih banyak orang khawatir tentang Leon.Mungkin juga akan sampai ke telinga Nenek.Kesehatan Nenek baru saja membaik sedikit akhir-akhir ini, Violet tidak ingin sesuatu terjadi padanya lagi.Lukas sangat marah. "Pantas saja aku merasa ada salah.""Saat melihatnya di pulau itu, aku merasa bukan seperti Leon, tapi kemudian aku berpikir mungkin aku terlalu banyak berpikir, jadi aku nggak meragukannya lagi. Ternyata dia bukan Leon!""Ya
Entah metode apa pun yang digunakan Violet, pria itu selalu tidak mau mengungkapkan keberadaan Leon. Mulutnya sekeras Adis.Kalaupun Violet memberi tahu bahwa Adis sudah meninggal, pria itu tetap menolak untuk mengatakan sepatah kata pun."Tuanku sudah meninggal, tapi perintahnya masih ada. Tuanku bilang jangan sampai mengungkapkan keberadaan Leon."Pria itu penuh luka, tapi tetap tidak mau mengkhianati Adis, meski Adis sudah tidak ada lagi.Memang Adis cukup berhasil dalam melatih orang.Tidak seperti Violet ....Violet langsung memikirkan Lisa dan Sandy.Sekalipun ada alasan di balik pengkhianatannya, hal itu tetap membuktikan bahwa Violet gagal.Violet mengerutkan kening dan menatap pria itu dengan tatapan lebih dingin, "Kalaupun aku ingin membunuhmu, kamu nggak akan memberitahuku?""Nggak!" Pria itu berkata tanpa ragu, "Kalaupun kamu membunuhku, aku nggak akan memberitahumu, jadi jangan buang-buang energimu, bunuh saja aku!""Mau mati dengan mudah?" Violet hanya menyuapi pria itu d
"Mana mungkin Sandy begitu berani?"Kapan tepatnya itu terjadi?Anak itu berusia lima tahun, Sandy sudah merahasiakannya darinya selama lima tahun!Tidak, itu tidak benar!"Sandy sangat mencintaimu hingga melakukan banyak hal untukmu secara diam-diam." Violet menasihati, "Jadi jangan terobsesi dengan hal-hal yang nggak seharusnya. Hiduplah dengan baik. Sandy sudah tiada, anak itu membutuhkanmu!""Membutuhkan aku ...."Adis mengerutkan kening. "Oh, dia masih anak-anak, bisa hidup dengan siapa saja! Violet, kalau kamu benar-benar merasa kasihan padanya, bawa saja dia untuk tinggal bersamamu!""Aku ...."Sambil berkata demikian, Adis mencabut pisaunya dan menusukkan pisaunya lagi ke tubuhnya. "Violet, kalau aku nggak bisa mendapatkan cintamu, aku benar-benar nggak bisa hidup!""Setelah bertahun-tahun, aku lelah!"Setelah bertahun-tahun berusaha, pada akhirnya tidak mendapatkan apa-apa. Adis benar-benar lelah dan tidak ingin terus berjuang."Oh ...." Adis memikirkan sesuatu sebelum meningg
"Adis!"Violet mencoba menghentikannya dengan cepat, tapi sudah terlambat.Adis menatap Violet yang berlari ke arahnya. "Violet, kalau kamu nggak mau tahu keberadaan Leon, kamu mungkin nggak akan peduli dengan hidup dan matiku sama sekali, 'kan?""Bukan seperti itu!" Violet tak kuasa menahan tangisnya. "Kak Adis, sebenarnya aku nggak pernah membencimu.""Entah apa pun yang sudah kamu lakukan, kamu adalah penyelamatku.""Kalau kamu nggak menyelamatkanku dari Carmelia, aku nggak akan pernah selamat.""Setelah itu, kamu selalu menjadi orang yang melindungiku secara diam-diam.""Aku tahu semua yang sudah kamu lakukan untukku, jadi aku nggak membencimu, aku hanya nggak bisa memberimu apa yang kamu inginkan."Violet berkata demikian bukan untuk menipu Adis, melainkan dari lubuk hatinya.Dia benar-benar tidak membenci Adis.Semua hal salah yang dilakukannya adalah karena Adis terlalu mencintainya, yang membuatnya gila.Jadi Violet tidak pernah berpikir untuk membalas dendam.Kalau tidak, deng
Meskipun baru saja mengatakannya dengan tegas, Adis tetap tidak bisa tetap acuh tak acuh saat melihat Violet benar-benar akan menyerang dirinya sendiri.Adis segera membungkuk, mengambil batu kecil dari tanah dan melemparkannya ke Violet.Batu itu mengenai pergelangan tangan Violet dan pisaunya jatuh ke tanah.Mata Adis memerah saat menatap Violet. "Kalau ... kalau saja kamu nggak bertemu Leon, apa kamu akan memilihku?"Jika mereka nggak berpisah saat itu dan selalu bersama, apa Violet akan jatuh cinta padanya, bukan pada Leon?Violet tahu bahwa kebenaran itu terlalu kejam bagi Adis, terutama sekarang Violet tidak bisa mengatakan yang sebenarnya, tapi tetap tidak ingin berbohong kepadanya!"Nggak!" Violet mengatakan hal yang sama, "Kamu hanyalah Kakak bagiku! Kalaupun nggak ada Leon, akan ada orang lain. Jadi situasi saat ini antara kamu dan aku nggak ada hubungannya dengan Leon.""Haha!" Adis tertawa, tetapi air mata mengalir dari sudut matanya. "Violet, kamu terus bilang bahwa kamu m
"Kamu lebih baik mati daripada bersamaku?"Tidak ada yang lebih menyakiti Adis selain kata-kata Violet.Adis sudah melakukan banyak hal hanya untuk bersama Violet.Bahkan sampai berpura-pura menjadi Leon, tapi pada akhirnya, tetap dengan mudah diungkap olehnya.Bukan hanya itu saja, Violet juga sangat tidak berperasaan terhadapnya!"Adis, entah kamu menggunakan identitas mana pun, jiwamu nggak akan pernah berubah. Perasaanku padamu ...."Violet menatap Adis dengan serius. "Aku juga!""Entah aku menggunakan identitas apa pun, kamu nggak akan pernah jatuh cinta padaku!" Adis merasa seolah-olah hatinya sedang dipotong olehnya dengan pisau.Awalnya berpikir bisa memenangkan cintanya dengan mengubah identitasnya menjadi Leon.Meski bukan untuknya tapi untuk Leon, yang penting bisa bersamanya.Demi mencintainya, Adis betul-betul merendahkan dirinya, tapi yang diberikannya hanyalah sikap yang kejam.Adis semakin tidak rela memikirkannya. Saat menatap Violet, tatapan matanya berangsur-angsur b
"Terserahmu saja!" Violet tidak ingin berkata terlalu banyak padanya. "Adis, aku akan memberimu waktu tiga hari lagi untuk memikirkannya. Sebaiknya kamu katakan apa yang ingin aku ketahui, kalau nggak ....""Haha, nggak perlu menunggu tiga hari. Aku sudah memberitahumu apa yang perlu kamu ketahui. Jangan lagi berkhayal. Semua yang aku katakan padamu memang benar!"Adis segera menyela perkataannya. "Adapun mayat Leon, sama saja seperti yang aku katakan padamu di awal. Mayatnya sudah jadi makanan ikan.""Kawanan ikan itu sangat besar. Aku mengoleskan obat ke mayatnya dan dalam waktu kurang dari lima menit, mayatnya sudah habis.""..."Violet mengepalkan tangannya, tidak berkata apa-apa lagi, berbalik dan pergi, meninggalkan Adis sendirian di ruang pengobatan.Yang tidak diketahuinya adalah bahwa Adis sangat akrab dengan ruang pengobatan ini.Karena di sinilah Adis membunuh gurunya dengan tangannya sendiri.Alasannya adalah ....Begitulah kejadian hari itu, gurunya bertemu dengannya di lu