Share

Bab 34

Penulis: BalqizAzzahra
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-01 22:21:53

Clara menatap pantulan dirinya di cermin, gaun pengantin putih yang membalut tubuhnya begitu sempurna. Bahunya yang terbuka dihiasi renda halus, sementara rambutnya disanggul anggun dengan mahkota kecil yang berkilauan. Hari ini adalah hari yang bahkan tak pernah ia bayangkan enam bulan lalu—hari pernikahannya dengan Erick.

Dulunya, Clara dan Erick hanya kisah lama yang tak terselesaikan. Mereka adalah pasangan di SMA, penuh cinta monyet yang akhirnya kandas karena ambisi dan perbedaan jalan hidup. Namun, takdir memang selalu punya caranya sendiri. Setelah perceraiannya dengan David, Erick kembali hadir, mengisi ruang kosong yang lama tak berpenghuni. Dan kini, mereka akhirnya bersatu kembali, bukan sebagai remaja yang masih mencari jati diri, tapi sebagai dua orang dewasa yang saling memilih.

Pernikahan mereka sontak menjadi viral. Tagar **#ClaraErickWedding** membanjiri media sosial. Foto-foto Clara dalam gaun mewah dan Erick dalam tuksedo elegan tersebar di mana-mana. Netizen h
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Sayang, Izinkan Aku Selingkuh   Bab 35

    Sinar matahari pagi menyelinap masuk melalui celah tirai, menerangi kamar apartemen dengan cahaya keemasan. Di atas ranjang berantakan, Clara menggeliat pelan, merasakan hangatnya tubuh suaminya yang masih menempel di sisinya. Erick, yang sudah lebih dulu terjaga, tersenyum puas saat melihat istrinya mulai sadar dari tidurnya. “Pagi, sayang,” suara seraknya terdengar menggoda. Ia menyapukan jemarinya ke pipi Clara, lalu mengecup pelipisnya lembut. Clara membuka matanya perlahan, lalu terkekeh kecil ketika melihat Erick menatapnya dengan tatapan penuh hasrat. “Pagi... Kamu sudah bangun lama?” tanyanya dengan suara masih serak karena tidur. “Cukup lama untuk merindukanmu lagi,” Erick menjawab dengan nada menggoda, tangannya mulai menjelajah, menyusuri lekuk tubuh istrinya yang hanya terbalut selimut tipis. Clara mendesah pelan saat Erick menariknya lebih dekat, tubuh mereka kini tanpa jarak. “Tadi malam kamu sudah menghabisiku,” protesnya manja, tapi tak ada ketegasan dalam suar

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-02
  • Sayang, Izinkan Aku Selingkuh   Bab 36

    Clara duduk di sudut kafe yang tenang, jari-jarinya melingkari cangkir kopi yang sudah mendingin. Hari ini, ia mengajak seseorang yang tak pernah ia sangka akan ia temui lagi setelah perceraian dengan David—Maria, mantan ibu mertuanya. Maria datang dengan langkah anggun seperti biasanya, mengenakan blus pastel dan tas tangan yang selalu tampak elegan. Senyum lembutnya masih sama, meskipun ada sedikit keraguan di matanya saat ia melihat Clara. “Clara, apa kabar?” sapanya, menarik kursi di hadapan mantan menantunya. Clara tersenyum, meski hatinya berdebar. “Aku baik, bu. Terima kasih sudah mau datang.” Maria mengangguk. “Tentu saja, Nak. Kamu seperti anakku sendiri dulu.” Clara menelan ludah, mengingat masa-masa ketika ia masih menjadi bagian dari keluarga itu. Namun, bukan itu yang ingin ia bahas hari ini. Ia menghela napas dan menatap Maria dengan serius. “Bu, aku ingin meminta bantuan,” ujarnya pelan. Maria mengangkat alis. “Bantuan apa?” Clara menggigit bibir sebelum

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-02
  • Sayang, Izinkan Aku Selingkuh   Bab 37

    Matahari baru saja muncul ketika aroma kopi dan roti panggang memenuhi rumah. Di dapur, seorang pria tampan dengan kaus santai dan celana pendek tengah sibuk di depan kompor. Erick, dengan tangan cekatan, membalik telur dadar di wajan, sementara di sebelahnya, dua cangkir kopi sudah tertata rapi di meja. Clara berjalan mengendap-endap dari belakang dan melingkarkan tangannya di pinggang suaminya. “Pagi-pagi sudah sibuk aja. Padahal ada Bi Inah, kan?” godanya dengan suara manja. Erick tertawa kecil, lalu berbalik dan mengecup kening istrinya. “Aku suka masak buat kamu. Lagipula, Bi Inah juga butuh istirahat.” Dari balik pintu dapur, Bi Inah berdiri dengan tangan di pinggang, menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah majikannya yang selalu bermesraan. Sudah sebulan ia bekerja di rumah ini sejak Erick dan Clara menikah, dan hampir setiap hari ia menyaksikan pemandangan yang sama—Erick yang terlalu memanjakan istrinya. “Duh, Gusti… Suami zaman sekarang sangat suka memanjakan ist

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-02
  • Sayang, Izinkan Aku Selingkuh   Bab 38

    Clara duduk di kursi ruang tunggu rumah sakit, menatap jemarinya yang saling bertaut. Hatinya berdebar tak karuan. Di sampingnya, Erick menggenggam tangannya erat, memberikan kehangatan sekaligus menenangkan kegelisahannya. "Jangan tegang seperti itu, Sayang," bisik Erick sambil tersenyum. Clara menghela napas pelan. "Aku deg-degan, Erick. Entah kenapa rasanya campur aduk." Tak lama, seorang perawat keluar dari ruangan dokter dan memanggil nama Clara. Mereka segera masuk, disambut oleh dokter wanita paruh baya yang tersenyum ramah. "Apa keluhan Anda, Bu Clara?" Clara menoleh sekilas ke arah Erick sebelum menjawab, "Saya terlambat haid dan sering merasa mual belakangan ini. Jadi, saya ingin memastikan apakah saya benar-benar hamil." Dokter mengangguk paham dan segera melakukan pemeriksaan. Dokter juga meminta Clara untuk memakai alat tes kehamilan. Setelah beberapa menit, ia tersenyum. "Selamat, Bu Clara. Anda positif hamil. Usianya masih sangat muda, sekitar lima minggu."

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • Sayang, Izinkan Aku Selingkuh   Bab 39

    Zoya menatap David dengan mata yang penuh keyakinan. Ia tahu kata-katanya barusan seperti omong kosong bagi pria itu, tapi ia tak peduli. Ia akan mengatakannya berulang kali sampai David mau mendengarkan. "Pria mandul belum tentu tidak bisa punya anak," ucap Zoya tegas, suaranya bergetar namun sarat dengan keteguhan. "Mungkin kehamilanku waktu itu adalah sebuah anugerah dari Tuhan untukmu, David. Anak yang aku lahirkan benar-benar adalah anakmu." David tidak langsung merespons. Matanya meneliti wajah Zoya dengan tatapan tajam, seolah berusaha membaca kebohongan di sana. Namun, Zoya tidak menghindar. Ia membiarkan David menatapnya selama yang pria itu mau, karena ia tahu dirinya tidak bersalah. David tertawa kecil, tapi bukan tawa yang menyenangkan. "Jadi, kau ingin aku percaya begitu saja? Setelah bertahun-tahun kau menghilang tanpa kabar, tiba-tiba muncul dan berkata bahwa anak itu milikku?" Ia menggelengkan kepala, ekspresinya penuh sinisme. "Kau pikir aku sebodoh itu, Zoya?"

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • Sayang, Izinkan Aku Selingkuh   Bab 40

    Clara menghela napas panjang saat melihat suaminya, Erick, berdiri dengan kedua tangan bersedekap di ambang pintu dapur. Tatapan tajam pria itu membuat langkahnya terhenti. Ia hanya ingin mengambil semangkuk buah potong dari dalam kulkas, tapi sepertinya misi sederhana itu sudah terdeteksi oleh radar suaminya. “Kamu mau apa, Clara?” Erick bertanya dengan nada penuh selidik. Clara menutup pintu kulkas dengan perlahan, lalu menoleh dengan wajah tak bersalah. “Mau makan buah,” jawabnya ringan. Erick menghela napas, lalu berjalan mendekat dan mengambil mangkuk dari tangan istrinya. “Kamu tinggal bilang sama bibi atau aku. Aku yang ambilkan,” ujarnya sambil membawa mangkuk itu ke meja makan. Clara berdecak. “Erick, aku hanya hamil, bukan terkena penyakit mematikan.” “Tapi kamu bawa dua nyawa sekarang. Kamu harus hati-hati,” balas Erick, menatapnya dengan serius. Clara duduk di kursi, menyandarkan tubuhnya dengan lelah. Ini bukan pertama kalinya suaminya bersikap terlalu protekt

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • Sayang, Izinkan Aku Selingkuh   Bab 41

    Zoya duduk di ruang tamu dengan wajah cemberut. Sejak tadi, David sibuk dengan laptopnya, seolah tak peduli pada keberadaannya. Padahal, ia sudah menahan kesal sejak pagi. Ia tidak mau lagi menunda pembicaraan ini. "David, aku mau semua aset yang atas namamu dipindahkan ke namaku," ujar Zoya tiba-tiba, membuat David menghentikan aktivitasnya. Pria itu mengangkat wajah, menatapnya dengan ekspresi datar. "Untuk apa?" Zoya mendengus kesal. "Ya jelas untuk jaga-jaga. Aku ini istrimu, kan? Apa salahnya kalau rumah dan mobil itu atas namaku juga?" David menghela napas berat, lalu menutup laptopnya. "Tidak bisa." Jawaban itu membuat dada Zoya bergejolak. "Kenapa tidak bisa? Dulu waktu Clara yang minta, kamu langsung kabulkan. Kenapa sekarang kamu malah mempersulit aku?" David menatapnya lekat. "Clara menemani aku dari nol. Saat aku tidak punya apa-apa, dia tetap bertahan. Aku merasa wajar kalau aset yang dulu kami bangun bersama atas namanya juga. Tapi kamu, Zoya? Sejak awal kamu

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04
  • Sayang, Izinkan Aku Selingkuh   Bab 42

    David duduk di dalam mobilnya, membiarkan hujan yang turun deras mengguyur kaca depan. Matanya menerawang jauh, pikirannya tak pernah sekacau ini. Pernikahan yang dulu ia pikir sebagai kemenangan, kini terasa seperti jerat yang perlahan mencekiknya. Zoya. Wanita yang dulu membuatnya tergila-gila, yang begitu ia inginkan sampai rela mengkhianati Clara, ternyata bukanlah kebahagiaan yang ia cari. Sejak hari pertama mereka menikah, Zoya menunjukkan wajah aslinya—manja, egois, dan tak pernah puas dengan apa pun yang ia berikan. Rumah mereka bukan lagi tempat pulang yang nyaman, melainkan medan perang yang penuh teriakan dan sindiran tajam. Dan yang lebih menyakitkan, karena Zoya, ibunya sendiri terpaksa meninggalkan rumah. Wanita tua itu tak pernah menyukai Zoya sejak awal. “Dia bukan istri yang baik untukmu, David,” ucap ibunya waktu itu. Tapi David terlalu buta untuk mendengar. Ia mengira ibunya hanya tidak bisa menerima keputusannya. Namun, kenyataan berbicara lain. Beberapa ming

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04

Bab terbaru

  • Sayang, Izinkan Aku Selingkuh   Bab 57

    Zoya melangkah ke kamar mandi setelah menutup pintu kamar hotel di belakangnya. Bau parfum mahal masih tercium di udara, bercampur dengan aroma anggur yang tersisa di meja. Air hangat mengalir dari pancuran, menyapu kulitnya yang terasa lengket setelah semalaman melayani tamu VVIP. Dia menarik napas dalam, membiarkan air membasuh lelah dan jejak yang tertinggal dari pekerjaannya malam ini. Waktu menunjukkan pukul dua dini hari. Zoya tak bisa berlama-lama. Setelah membungkus tubuhnya dengan handuk, dia segera mengenakan gaun kasual sederhana, jauh dari tampilan glamor yang baru saja dia kenakan. Wajahnya yang sebelumnya penuh riasan kini bersih tanpa cela, menampilkan kecantikannya yang alami. Begitu keluar dari hotel, Zoya memesan taksi daring dan memasukkan alamat tempat penitipan anak yang buka 24 jam. Matanya mulai terasa berat, tetapi dia menepis kantuknya. Ada seseorang yang menunggunya, seseorang yang menjadi alasan dia bertahan sejauh ini. Sesampainya di tempat penitipan

  • Sayang, Izinkan Aku Selingkuh   Bab 56

    Clara berjalan mondar-mandir di ruang tamu, dadanya bergemuruh penuh emosi. Jemarinya mengepal erat, mencoba menahan gemetar yang menjalari tubuhnya. Pikirannya penuh dengan satu hal—Erick telah menghajar David hingga masuk rumah sakit. Begitu suara langkah kaki terdengar dari pintu depan, Clara langsung bergegas. Begitu Erick masuk, wajahnya masih dingin, tanpa sedikit pun rasa bersalah. "Apa yang kau lakukan, Erick?!" bentak Clara, matanya berkilat marah. Erick mengangkat alis, lalu menutup pintu dengan tenang. "Aku hanya memberinya pelajaran." "Pelajaran?!" Clara tertawa sinis, tak percaya dengan betapa ringannya pria itu menganggap semuanya. "David masuk rumah sakit! Kamu tahu apa artinya?! Dia bisa melaporkanmu ke polisi! Kamu bisa masuk penjara, Erick!" Alih-alih merasa khawatir, Erick justru tersenyum miring. "Jadi, kamu cemas aku masuk penjara? Atau sebenarnya kau lebih cemas pada David?" Clara tertegun. "Apa maksudmu?" Erick mendekat, sorot matanya tajam menelis

  • Sayang, Izinkan Aku Selingkuh   Bab 55

    David baru saja menutup pintu rumah ketika suara deru mesin mobil mendekat dengan cepat. Matanya sempat menangkap cahaya lampu Jeep hitam yang berhenti mendadak di depan pekarangan. Sebelum sempat bereaksi, dua pria bertubuh kekar keluar dari mobil dan langsung menerjangnya. "Heh! Apa-apaan ini?!" David berusaha meronta, tapi cengkeraman mereka terlalu kuat. Salah satu pria mendorongnya dengan kasar ke dalam mobil. "Diam kalau masih mau hidup!" suara dinginnya menusuk. Pintu Jeep dibanting tertutup, dan kendaraan melaju kencang menembus kegelapan malam. Jantung David berdegup kencang. Tangannya berusaha mencari ponselnya, tapi pria di sebelahnya lebih cepat merampasnya dan melemparkannya ke depan. Perjalanan terasa panjang, meskipun mungkin hanya beberapa menit. Ketika Jeep berhenti, David ditarik keluar dengan kasar. Sekelilingnya gelap, hanya ada siluet sebuah gudang tua yang terlihat mengancam. Pintu gudang berderit ketika dibuka. Udara di dalamnya lembap dan pengap, deng

  • Sayang, Izinkan Aku Selingkuh   Bab 54

    Clara berdiri di ambang pintu, menatap pria di hadapannya dengan ekspresi tak terbaca. Sore itu, angin bertiup lembut, mengibarkan beberapa helai rambutnya yang tergerai. David, pria yang pernah mengisi hatinya bertahun-tahun lalu, kini berdiri di teras rumahnya dengan sorot mata penuh penyesalan. “Aku hanya ingin bicara sebentar,” ujar David, suaranya rendah namun jelas membawa nada permohonan. Clara tetap berdiri tegak, tidak berniat mempersilakan David masuk. Ia tahu Erick, suaminya, akan pulang beberapa jam lagi, dan ia tidak ingin meninggalkan celah sekecil apa pun untuk kesalahpahaman. “Bicaralah di sini,” jawab Clara akhirnya. David menarik napas panjang sebelum berbicara. “Clara… aku menyesal. Aku menyesal telah meninggalkanmu dulu. Aku bodoh karena melepaskan mu, dan lebih bodoh lagi karena tidak menyadari betapa berharganya dirimu sampai semuanya terlambat.” Clara mengepalkan jemarinya yang terasa dingin meski sore itu cukup hangat. Hatinya sempat bergetar mendenga

  • Sayang, Izinkan Aku Selingkuh   Bab 53

    David berdiri di sudut jalan yang sedikit tersembunyi di balik pohon besar. Matanya tak lepas dari sosok Clara yang tengah duduk di teras rumahnya, tertawa bahagia bersama suaminya, Erick. Perut Clara yang mulai membuncit menjadi bukti nyata bahwa kebahagiaannya telah bertambah. David mengepalkan tangan, merasakan sesuatu yang tajam menusuk dadanya. Dulu, itu seharusnya menjadi hidupnya. Seharusnya dia yang duduk di sana, menggenggam tangan Clara, tertawa bersamanya, dan menantikan kelahiran anak mereka. Tapi kesalahannya sendiri telah membuat semua itu mustahil. Dia masih ingat dengan jelas bagaimana Clara menangis di hadapannya saat mengetahui perselingkuhannya dengan Zoya. Betapa wajahnya penuh luka dan kekecewaan ketika menyerahkan surat cerai di tangannya. Saat itu, David mengira dia akan baik-baik saja, bahwa dia bisa melanjutkan hidupnya dengan Zoya. Tapi nyatanya, pernikahannya dengan Zoya berantakan. Wanita itu tidak seperti Clara. Tidak setulus, penyabar, dan sehangat Cl

  • Sayang, Izinkan Aku Selingkuh   Bab 52

    “Siapa wanita tadi?” Danis bertanya saat mereka baru saja masuk ke dalam apartemen. Zoya meletakkan tas di meja, kemudian duduk di sofa. Tatapannya tajam, menunggu jawaban. “Clara,” jawabnya singkat. “Mantan istri pertama David.” Danis mengangkat alisnya. “Mantan istri pertama? Berarti dia sudah menikah lagi setelah bercerai dari David?” Aku mengangguk pelan. “Ya. Tapi pernikahan keduanya sangat beruntung. Dia menikah dengan Erick, bujang kaya nomor lima di kota ini.” Denia terdiam sejenak, seolah mencerna informasi itu. “Kenapa dia melihatmu seperti itu?” Aku tersenyum tipis, menatap tanganku sendiri. “Mungkin dia terkejut melihatku seperti ini. Dulu aku bukan ibu rumah tangga biasa, Danis. Aku hidup dalam kemewahan, selalu tampil sempurna. Sekarang? Aku hanya seorang wanita biasa, dengan pakaian sederhana dan tanpa perhiasan mencolok.” Danis menghela napas, lalu bersandar di sofa. “Itu memang lebih baik,” gumamnya. Aku menoleh, menatapnya dalam. “Maksudmu?”

  • Sayang, Izinkan Aku Selingkuh   Bab 51

    Zoya baru saja keluar dari minimarket, satu tangan menenteng kantong plastik berisi susu formula, sementara tangan lainnya menopang tubuh kecil putrinya yang terlelap di gendongan. Wajahnya tampak lelah, tapi ada kelembutan dalam setiap gerakannya. Langit senja mulai meredup, dan angin sore yang berembus membawa aroma hujan yang tertahan di awan. Dia berjalan menuju halte bus, berniat segera pulang sebelum langit benar-benar runtuh menumpahkan gerimis. Namun, langkahnya terhenti ketika suara seseorang memanggil namanya. “Zoya?” Zoya menoleh dan melihat seorang wanita berdiri tak jauh darinya. Clara. Mantan sahabatnya yang dulu selalu bersamanya di masa-masa awal pernikahannya dengan David. Namun, setelah perceraian, semua orang seperti perlahan menghilang dari hidupnya, termasuk Clara. Clara mendekat, matanya menelusuri sosok Zoya dengan ekspresi sulit ditebak. Dia tampak terkejut sekaligus iba. Zoya masih seperti dulu—sederhana, tapi kali ini lebih bersahaja. Ia mengenakan ga

  • Sayang, Izinkan Aku Selingkuh   Bab 50

    Kemala melangkah masuk ke dalam kafe dengan wajah muram. Matanya menyapu ruangan hingga menemukan sosok kakaknya, Thomas, yang sudah duduk di pojok dekat jendela. Dengan langkah gontai, ia berjalan ke arahnya dan duduk di kursi seberang. Thomas melirik adiknya sekilas lalu mendesah. "Kenapa mukamu kusut begitu?" tanyanya sambil mengaduk kopi hitamnya. Kemala tidak langsung menjawab. Ia hanya menopang dagu dan menatap ke luar jendela dengan tatapan kosong. Setelah beberapa detik hening, ia akhirnya membuka suara. "Aku baru saja bertemu mantanku," katanya lemah. Thomas mengangkat alisnya. "Dan?" Kemala menarik napas panjang sebelum melanjutkan, "Aku mencoba bicara dengannya, ingin memperbaiki hubungan kami. Tapi dia malah mengomeli ku, berkata bahwa aku mengganggu hidupnya, menyuruhku berhenti mendekatinya." Thomas meletakkan sendok kopinya dan menatap Kemala dengan ekspresi tidak percaya. "Serius, Kemala? Kamu masih saja mengejar dia? Bukankah sudah jelas dia tidak mengingink

  • Sayang, Izinkan Aku Selingkuh   Bab 49

    Clara menatap suaminya dengan saksama, mencoba membaca ekspresi di wajahnya yang tenang. Sejak mereka bertemu dengan wanita itu di butik sore tadi, pikirannya terusik. Erick hanya memberi jawaban singkat ketika Clara bertanya siapa dia, tetapi perasaan tidak enak masih menyelimuti hatinya. Saat ini, mereka sudah berada di kamar, bersiap untuk tidur. Namun, rasa penasaran Clara belum juga reda. Ia duduk di tepi ranjang, memainkan ujung selimut dengan gelisah sebelum akhirnya bertanya, "Erick, siapa sebenarnya Kamelia?" Pria itu, yang tengah melepas jam tangannya, terdiam sejenak. Ia menatap Clara, seolah mempertimbangkan sesuatu. "Kamu benar-benar ingin tahu?" tanyanya lembut. Clara mengangguk mantap. "Ya. Dia bukan sekadar teman sekolah atau teman kerja, kan?" Erick menarik napas dalam. "Tidak. Dia lebih dari itu," akhirnya ia mengakui. "Kamelia adalah wanita yang dulu pernah dijodohkan denganku oleh mendiang Ibu." Clara merasakan sesuatu mencelos di dadanya. Matanya membu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status