Share

Bab 3

Author: Nyi Mas Ratu Intan
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Kak Febri sudah dua tahun tidak di Jakarta lagi, ya biar lah, biarkan dia kuliah di Jogjakarta. Aku pun di sini akan serius menjalani kuliahku. Semoga saja aku bisa menjalin cintaku jarak jauh dengan Febri. Karena dari beberapa pacar di SMA hanya Febri yang serius padaku, begitu juga dengan aku. Tapi jujur aku takut kehilangan Febri seperti kehilangan Patra dulu. Pacaran jarak jauh itu terasa susah dan tidak mudah pastinya.

Dua tahun kak Febri selalu memperhatikan aku, walau dari jauh. Menelepon aku, bercanda setiap sebelum tidur, kadang bercerita kepada mama dan papa.

*****

Tapi siang tadi Kiki memberi info ke aku, kalau ada yang memendam hati kepadaku di kampus, dia anak teater, dan menjadi anggota Badan Eksekutif Mahasiswa. Ya abaikan saja, hatiku pun sudah terikat dan terlanjur sayang dengan Febri tidak terpikir olehku untuk mencari pacar baru pengganti kak Febri. Mungkin itu susumbarku untuk saat ini.

"Yan, nanti Kamu mau ikut acara malam penerimaan mahasiswi baru tidak? acaranya malam minggu nanti di Pantai Karang Asri."

"Aduh, Aku belum izin sama papa Ki, siapa saja yang akan ikut teman-teman kita?"

"Ada Lili, Heni, Zakiyah, Sari, Ita, Lila, Susnita hampir semua ikut sih."

"Oh begitu, ya nanti deh aku coba izin ke Papa dan Mama dulu ya, semoga saja Aku di izinkan pergi ke sana oleh mereka."

Kring....kring.... ponsel aku pun berdering, memecah kesunyian kami.

"Kak Febri telepon Ki, sebentar ya aku angkat teleponnya dulu, aku juga mau izin ke dia kalau kita besok akan ke pantai."

"Ya, aku ke Perpustakaan dulu ya Yanti, Byee."

“Ok Ki, sampai nanti ya.”

Aku pun mengangkat telepon yang sejak tadi berdering.

"Halo Sayang, lagi apa di Jogjakarta? aku kangen, kok baru telepon sih."

"Iya Sayang, maaf ya lagi banyak tugas kemarin, Kamu baik-baik saja kan di sana Yanti?"

"Iya, aku sehat di sini, aku sudah mulai ospek minggu ini, dan Alhamdulillah aku suka dengan suasana kampusnya."

"Syukurlah, Kamu jangan nakal ya di sana, ingat loh aku sayang sekali sama Kamu, ya sudah lanjutkan kuliahmu, nanti kakak SMS atau telpon lagi ya."

"Iya Sayang, hati-hati ya di sana Emuah, I Love You."

Masih selalu romantis, walau sama-sama jauh. Ya semoga saja kami bisa sama-sama setia.

Malam ini acara malam Ospek di Kampusku. Akhirnya aku di izinkan ikut oleh papa dan mama. Grupnya telah di acak-acak oleh kakak kelas, jadi aku dan Kiki tidak bisa sama-sama. Ada acara api unggun, semua Team harus membuat yeal-yeal, tarian dan aneka lomba lainnya.

"Halo cantik..."

Sapa seseorang pria di belakang bahuku, aku pun melepaskan tangannya yang ada di bahuku ini. Agak sedikit menjengkelkan tingkah lakunya dan aku merasa tidak suka.

"Ya, ada apa ya Kak?"

"Duh galak amat, tidak apa-apa, hanya ingin berkenalan saja boleh kan?"

"Ya boleh kalau hanya mau berkenalan, ini kan sudah ada papan namanya Kak."

"Oh iya si Cantik Yanti, Kamu ambil jurusan apa Dek di kampus ini?”

"Aku ambil jurusan Sastra Inggris."

"Oh gitu, kenalkan aku Adam, kakak kelasmu, aku ambil jurusan Sastra Jepang, maju ke depan yuk, tolong nyanyikan lagu potong bebek angsa, lirik lagunya di ganti pakai i semua ya belakang katanya."

“Iya Kak Adam.”

Sial, aku di kerjai nih (dalam hatku bergumam). Riuh tepuk tangan teman-teman aku satu angkatan. Ada yang menertawakan aku saat salah, dan mereka sangat menikmati mempermalukan aku, dan di tambah ke jahilan Adam yang menghukum aku untuk memegang kuping sambil jongkok selama lima menit karena kesalahanku tersebut. Duh apesnya malam ini. Benar-benar malu jadi bahan lulucon ospek.

Ramai sekali acara ospek malam ini, ya biarlah aku menjadi artis dadakan dan menjadi hiburan teman-teman di depan api unggun tadi. Kiki pun menghampiriku, dengan wajah seakan-akan ingin mengejekku sambil menahan tawanya.

"Sudah Ki, jangan senyum-senyum seperti itu, aku lapar nih kita cari camilan yuk?"

Lagi-lagi si Adam mendekat kepada kami.

"Halo Yan, maaf ya tadi keisengan aku, ini kakak bawakan makan malam, tadi sekalian kakak beli nasi goreng di sana, sebagai ucapan maaf ya, jangan marah begitu dong nanti hilang loh cantiknya."

Aku tak menjawab apa-apa hanya melirik dengan lirikan yang sinis saja.

"Lagi marah Dia rupanya, halo temannya Yanti ya? Siapa namanya Dek?"

"Kiki Kak."

"Dek Kiki tolong sampai kan, nasi goreng spesial pakai telurnya untuk Dek Yanti ya, bilang ada ucapan maaf dari Adam, ini tolong di terima, tapi maaf kak Adam cuma bawakan satu saja, tapi bisa kok di makan sama-sama dengan Kiki, Kak, lanjut Ospek anak-anak lainnya dulu ya."

"Ceille...Yanti, tampaknya itu Arjuna yang mengincar Kamu Yan."

"Duh jangan deh Ki, kasihan kan Kak Febri yang jauh-jauh di sana."

"Kalau untuk hiburan enggak apa - apa kali Yan, dari pada kamu sepi di sini, belum tentu Febri di Jogjakarta juga setia, You Know lah laki-laki bagaimana? Sama kan seperti Patra dulu, lama-lama hilang kabarnya.”

"Duh apa sih Ki, jangan deh semoga enggak terbesit pikiran nakal itu."

"Nih nasi gorengnya dimakan, lumayan kan untuk ganjal perut kita malam ini? tapi ya di lihat-lihat si Adam boleh juga loh, doi manis."

"Ya sudah boleh kok di ambil, aku mah sudah ada Febri."

"Awas ya Kamu kalau besok klepek-klepek sama Adam, aku kenal siapa kamu Yanti, sejak Sekolah Menengah Atas dulu, paling bentar lagi bakal jatuh cinta ke si Adam."

"Iya sih terkadang terbesit seperti itu, aku iri terkadang kalau lihat Kalian pacaran, sudah buang nih sampah bungkus nasinya, tiduran yuk ke tenda, sudah sangat pegal badanku."

“Ya ayo, kita tidur Yan.”

Ke esokan harinya.

"Yanti, bangun Yan sudah pagi, Kiki dan Yanti kalau tiduran sudah kayak kebo."

"Is, enak saja, kenapa sih masih subuh kali, sudah pada ribut saja."

"Duh Kiki kalian mau pada di hukum lari di tengah pantai sama kak Adam?"

"Jangan dong Kak Adam, kan ospeknya sudah selesai tadi malam, hari ini kan hari bebas, jadi bebas dong kita main-main di pantai sebelum pulang dengan sesuka hati."

"Aduh Ki, ribut banget sih...masih pagi ini."

Aku masih ingin tidur dan menarik selimutku, tersadar tidur di dalam tenda dan cuaca dingin di tepi pantai.

"Lihatlah Nona yang cantik dan malas, ini sudah pagi, lekas cuci muka dan ambil jatah sarapan Kalian."

"Duh Ki, Dia lagi, Dia lagi."

"Iya Aku akan mengganggumu tiap hari Tuan Putri, ingat-ingat wajah Kak Adam yang imut ini ya."

"Aduh, terima kasih deh Kak, ayo Ki bangun, kita lihat pemandangan pantai Yuk, mungkin lebih indah dari pada di sini."

"Jahilnya Yanti kepadaku, bilang Ki jangan jahat nanti Dia jatuh cinta sama Kakak, iya deh Kak pergi dulu ya, awas itu Kalian di makan ikan julung-julung nanti di pinggir pantai enggak ajak-ajak Kakak."

"Biarin."

Aku bergegas mencari dan memakai sandal jepit ku, mengambil hp dan kamera dan bergegas keluar dari tenda.

"Kesel ih Ki, ganggu selalu Si Adam itu."

"Ya kan sudah di bilang in, dia itu suka berat ke kamu, cowok itu bakal mengejar terus Say kalau lagi tergila-gila, pasti sebentar lagi Kamu bakal jadi target untuk di tembak, siap-siap saja deh Yanti."

"Hayu ah kita foto dulu di sana, aku bawa kamera ini, biar kita ada kenang-kenangan. Di sana itu Ki di batu karang bagus tampaknya."

"Yupp ayolah, setelah itu kita berenang ya biar seru."

“Iya, asal nggak ada ikan julung-julung.”

“Yeah, inget dia kata-kata Adam.”

Aku dan Kiki bermain di pantai, dari kejauhan nampak Adam yang terus memperhatikan kami, entah apa yang aku rasakan kini, nampak canggung, Gede Rasa jadinya di perhatikan Adam. Ya ampun jangan sampai aku tergoda dan mulai membagi hati kepada Adam. Kak Febri, kenapa sih harus kuliah di Jogjakarta, andai tetap di sini saja, di Jakarta dan di samping Yanti. Pasti mata aku akan terus terjaga dan fokus. Tidak tergoda seperti ini.

Related chapters

  • Satu dan Terakhir, Kisah Cinta Bersama Sang CEO   Bab 4

    Bingung juga aku harus bagaimana, apakah aku harus setia dengan Febri atau aku harus menjalin cinta dengan kak Adam. Mungkin juga harus berselingkuh di belakangnya Febri, hal itu tidak akan di ketahui. Kan lumayan sambil berenang sekalian minum air, seperti yang Kiki dan teman-teman selalu katakan. Jadi terima atau tidak ya ucapan perasaan hati Adam sore kemarin padaku, duh jadi pusing. Mulai deh hati dan perasaanku tergoda dan terbelah-belah perasaannya menjadi dua bagian yang kini sama besarnya. Tidur saja deh sambil berbalas pesan di hp dengan kak Febri dulu. Jujur aku masih sayang dan kangen kepadanya. Tapi kenapa harus jauh? ***** "Yan bangun..." Ehmmm, ternyata mama membangunkan dan memanggilku. "Sudah pagi ini, bangun, bukankah Kamu ada kuliah pagi." "Iya Mam, duh siang amat sih bangunkan Yanti, Aku jadi kesiangan Ma." "Lagian kebiasaan, alarmnya sudah berdering-dering, orangnya masih saja tidur kayak kebo." "Iya M

  • Satu dan Terakhir, Kisah Cinta Bersama Sang CEO   Bab 5

    Sekian banyak hubungan yang aku jalin sejak Sekolah Menengah Pertama, kenapa baru kali ini aku merasa patah hati, Febri memang dari dulu sangat tulus mencintaiku, Febri sangat berbeda dari laki-laki yang lainnya. Dia laki-laki yang paling baik yang aku kenal.Tapi apa yang telah aku lakukan dengan Adam?Aku sangat menyesal putus dan kehilangan Febri karena memilih Adam. Apa lagi sekarang Adam telah mencampakkan aku. Ya pria bajingan itu ketahuan selingkuh olehku, pasti banyak wanita yang telah menjadi korban cintanya, tidak hanya aku yang dia jahati. Kini aku harus bagaimana? apakah harus aku hubungi Febri lagi, meminta maaf dan memohon kembali? Apakah Febri mampu mencintai aku setu

  • Satu dan Terakhir, Kisah Cinta Bersama Sang CEO   Bab 6

    Sudah setengah tahun, aku si petualang cinta ini hidup sendiri alias ngejomblo Wati. Papa dan Mama sering meledekiku. Tapi seperti yang aku bilang aku ingin fokus melanjutkan kuliah S2 aku terlebih dahulu, jika bisa menyambi kerja kenapa tidak? Tentu akan aku lakukan. Tapi jangan di perusahaan papaku, aku ingin bekerja di tempat lain, guna mengasah kemampuanku nanti. Kalau masuk ke perusahaan milik papa itu namanya bukan sebuah prestasi atau kerja keras yang bisa di banggakan tentunya. "Yanti tidak ada yang apel lagi toh malam minggu?" “Nanti Mam, suatu saat pasti akan ada lagi, sekarang aku lagi malas pacaran.” “Ya, jangan lama-lama menyendiri Yan, nanti kamu merasa nyaman lagi, ingat Kamu kan perempuan Yan, nggak boleh lama-lama ngejoblonya nanti kamu jadi perawan tua.” “Iya Ma, jangan tergesa-gesa juga lah. Mama jadi seperti nenek saja, cerewet, bawel dan kolot.” "Kamu ini!!" Aku mulai lelah pacaran seperti dulu

  • Satu dan Terakhir, Kisah Cinta Bersama Sang CEO   Bab 7

    Yanti, Yanti mungkin kah aku jatuh cinta lagi, beberapa hari ini, Surya sering menghubungiku, seraya menelepon saja atau curhat melalui pesan-pesan singkatnya. Lumayan menghibur dan asyik Surya jika aku ajak mengobrol. Sore ini, aku akan bertemu teman-teman kampus dahulu, sembari mengorek-ngorek kepribadian Mas Surya dari mereka, mungkin saja teman-temanku masih mengingat siapa Surya saat kami di kampus dulu. "Aku jatuh cinta lagi Guy." Teman-temanku pun memandang sinis seraya menggodaku. "Seminggu lalu aku bertemu Kakak kelas kita di kampus dulu, Mas Surya, sekarang Dia tampak rapi dan keren loh...berubah sekali, jauh saat kuliah dulu." "Aduh Yan, hati-hati deh sekarang kalau memilih pacar, ingat untuk calon suami bukan untuk teman curhat saja." Kiki pun mengomeliku. Ya dia sangat hafal dengan perangaiku yang sering ceroboh jika sudah jatuh cinta kepada laki-laki. Wajar kalau dia sedikit berlebihan cerewet kepadaku kali ini. "Iya Ki,

  • Satu dan Terakhir, Kisah Cinta Bersama Sang CEO   Bab 8

    Tidak sengaja, aku mendengarkan perkataan papa dan mama di telepon. Tampaknya obrolan itu sangat serius, aku pun melanjutkan langkahku menuju dapur, panas sekali hari ini, dan aku ingin mengambil jus yang segar dari dalam kulkas. "Oh iya Mas, baik Mas boleh kalau malam minggu ini Mas dan keluarga mau main ke rumah, nanti Saya sampaikan kabar baik ini dengan Istri dan Yanti Mas." Papa sedang telepon siapa sih, celoteh aku ke pada mama sambil bermanja-manja dan menonton televisi. "Mam...Yanti...., malam minggu Kalian beres-beres rumah ya, Mas Bustomi sama Nak Rafi mau main dan silaturahmi kesini." "Memang ada apa Mas? kok tumben mereka mau mampir ke rumah?" "Ya mungkin karena Yanti sudah bekerja di sana Mam, lagi pula kan Kami sudah hampir satu tahun belum bertemu." "Iya Mam, tidak apa-apalah sekali-sekali." "Ya Kalian masak ya, makanan yang istimewa, jarang-jarang mereka berkunjung ke sini." "Iya pap siap.

  • Satu dan Terakhir, Kisah Cinta Bersama Sang CEO   Bab 9

    Pagi ini hari seakan indah sekali, sebelum mandi dan mempersiapkan diriku aku pun memilih gaun yang akan aku pergunakan. Satu gaun warna merah, yang sederhana ini tampak cantik jika aku kenakan untuk pergi bersama Mas Rafi. Aku memotong kuku, kemudian aku luluran dahulu sebelum mandi. Ya ampun kenapa jadi berlebihan seperti ini sih, apakah benar aku sudah jatuh cinta kembali ke pada mas Rafi. SMS pun aku terima dari Mas Rafi, dan aku bergegas membacanya. “Yan, sudah siap belum, sekitar dua puluh menit lagi Aku akan sampai ke rumahmu?" Ya Allah pagi sekali, aku harus bergegas menyiapkan diri terlebih dahulu. Baru saja selesai mandi, mama pun memanggilku. "Yan, ayo segera Nak ini Mas Rafinya sudah datang." "Baik Ma, sebentar ya Ma." Ya sudah biarkan saja dia menungguku sejenak selagi aku bersiap. Gaun warna merahku yang aku pakai ini, aku padukan dengan High Hieels warna hitam, dan tas mungil warna hitam, cukup simplle dan elegant. Walau

  • Satu dan Terakhir, Kisah Cinta Bersama Sang CEO   Bab 10

    Persiapan pernikahan kami semakin gencarnya. Mama, Papa, tante Rini dan om Baskoro tampak sibuk ke sana dan kemari. Tak terasa hanya seminggu lagi aku akan menikah dengan Mas Rafi, keluarga kami masih sangat memegang adat istiadat aku akan di pingit satu minggu hanya di dalam rumah saja, tidak boleh bepergian, tidak boleh bertemu mas Rafi dan harus berpuasa. Jenuh rasanya, biasa setiap hari ketemu dengan mas Rafi di kantor, mengerjakan ini dan itu tapi kali ini benar-benar tidak boleh. Tapi, mau tak mau aku mengikuti semua kata-kata eyang. Gak ada yang berani bilang tidak, kalau sudah eyang yang inginkan. Eyang kan cukup cerewet, mama dan papa saja selalu menurut. Dan tidak pernah mereka bisa melawan apa kehendak Eyang. Seperti persiapan pernikahanku kali ini, Eyang bisa di bilang ikut mempersiapkan dan mengecek segala keperluan yang tentunya harus sesuai dengan adat istiadat kami. "Yan, ini tante Nana sudah datang." "Iya Ma." "Duh cantik sekali calon pengant

  • Satu dan Terakhir, Kisah Cinta Bersama Sang CEO   Bab 11

    Bab 11 Pagi ini aku bangun lebih awal, aku pun melanjutkan prosesi mandi kembang sebagai calon pengantin. Tante Nana sangat cekatan dan sangat profesional dalam mempersiapkan segala kebutuhanku sebagai pengantin. Dia memakaikan aku baju dodot, dan memulai riasan paes agengku. Aku terpukau saat menatap wajahku di cermin, aku bagaikan ratu sehari ini. Tante Nana membuat paes prada, citak dan alis menjangan dalam riasanku, sungguh hasil riasan yang sangat mengagumkan sekali, aku sangat terlihat berbeda. Kemudian Tante Nana pun memasangkan aksesoris lainnya, cunduk mentul, gunungan dan centrung sebagai hiasan di rambutku, serta sumping, kalung sungsun, kelat bahu yang berbentuk naga serta gelang paes ageng. Sempurna sudah riasanku hari ini sebagai pengantin. Tampak hadir sahabat-sahabatku, ada Kiki, Maria, Catur, Erfina, Lina, Ria, Caca dan Tika. mereka sudah tampak cantik dengan riasan kebayanya. Hatiku mulai gelisah, takut dan haru, ternyata seperti ini rasanya

Latest chapter

  • Satu dan Terakhir, Kisah Cinta Bersama Sang CEO   Bab 14

    Lima hari lagi aku akan melahirkan Juniorku, dokter bilang sih calon anak aku dan Mas Rafi laki-laki, duh bahagianya, sekian lama menanti dan berusaha sekuat tenaga mengandung Junior yang di bilang sangat manja saat dalam kandunganku. Mas Rafi telah membelikan segala perlengkapan dan kebutuhan untuk bayiku, mulai dari popok bayi, kasur bayi, sepatu bayi semuanya bernuansa biru dan sampai mas Rafi sendiri yang selama ini membuat dan menyiapkan kamar bagi Junior, sang buah hati kami. Setiap sebelum tidur Mas Rafi selalu menciumi bayi kami di perut, tendangannya sudah kuat sekali. Duh mama sudah keram sayang perutnya. Begitu pun mama dan papaku, sudah ingin menimang-nimang cucu kesayangan mereka. Mereka sudah pada menungguiku di sini, begitu pun mertuaku mungkin lusa mereka sampai dari Jakarta, papa mertuaku masih sangat padat kerjanya. Aku sudah tidak nyaman sekali, perut sudah mulai sakit, kaki sudah makin terasa bengkak, dan susah tidur di kala malam. Hamil pertama membuat a

  • Satu dan Terakhir, Kisah Cinta Bersama Sang CEO   Bab 13

    Pagi ini Mas Rafi bergegas pergi ke kantor, setelah selesai memakaikan dasi aku pun bergegas menyiapkan sarapan, aku memasak nasi goreng sosis dan jus tomat kegemaran mas Rafi. Suamiku tampak sibuk memilih dan menyiapkan berkas-berkas kantornya. Dan aku pun sama, menyiapkan segala keperluanku untuk pergi ke kantor dengan mas Rafi. "Sayang." "Iya Mas Rafi, tolong simpankan berkas dan tas kerjanya Mas ke mobil ya."

  • Satu dan Terakhir, Kisah Cinta Bersama Sang CEO   Bab 12

    Mas Rafi ternyata suami yang romantis, diam-diam dia telah membuat acara bulan madu untuk kami. Ya, sesuai janjinya tadi sore ini dia pamit kepada mama dan papaku untuk membawa aku pindah. Mama dan papa sedikit haru melepas kami. “Yanti, Nak Rafi hati-hati ya, Mama selalu mengharap kalian untuk selalu mampir dan menginap di sini.” “Iya Ma, Aku dan Yanti akan sering-sering main kesini.” “Ya, Yanti yang nunut ya dengan Mas Rafi.” “Iya Pap.” “Semoga kalian cepat memperoleh keturunan, dan Nak Rafi bisnisnya sukses. Nanti kelak Nak Rafi dan Yanti juga pegang perusahaan Papa ya.” “Iya Pap.” “Ya sudah, Papa, Mama, Rafi dan Yanti pamit dulu ya.” “Iya Sayang.” Ternyata, setelah mobil kami meninggalkan pekarangan rumah mama, Mas Rafi menjelaskan jika dia mengajakku liburan satu minggu di Puncak, Bogor. Ya tidak usah terlalu jauh dari Jakarta tapi sudah membuat aku sangat senang. Ternyata benar, dia mengajak

  • Satu dan Terakhir, Kisah Cinta Bersama Sang CEO   Bab 11

    Bab 11 Pagi ini aku bangun lebih awal, aku pun melanjutkan prosesi mandi kembang sebagai calon pengantin. Tante Nana sangat cekatan dan sangat profesional dalam mempersiapkan segala kebutuhanku sebagai pengantin. Dia memakaikan aku baju dodot, dan memulai riasan paes agengku. Aku terpukau saat menatap wajahku di cermin, aku bagaikan ratu sehari ini. Tante Nana membuat paes prada, citak dan alis menjangan dalam riasanku, sungguh hasil riasan yang sangat mengagumkan sekali, aku sangat terlihat berbeda. Kemudian Tante Nana pun memasangkan aksesoris lainnya, cunduk mentul, gunungan dan centrung sebagai hiasan di rambutku, serta sumping, kalung sungsun, kelat bahu yang berbentuk naga serta gelang paes ageng. Sempurna sudah riasanku hari ini sebagai pengantin. Tampak hadir sahabat-sahabatku, ada Kiki, Maria, Catur, Erfina, Lina, Ria, Caca dan Tika. mereka sudah tampak cantik dengan riasan kebayanya. Hatiku mulai gelisah, takut dan haru, ternyata seperti ini rasanya

  • Satu dan Terakhir, Kisah Cinta Bersama Sang CEO   Bab 10

    Persiapan pernikahan kami semakin gencarnya. Mama, Papa, tante Rini dan om Baskoro tampak sibuk ke sana dan kemari. Tak terasa hanya seminggu lagi aku akan menikah dengan Mas Rafi, keluarga kami masih sangat memegang adat istiadat aku akan di pingit satu minggu hanya di dalam rumah saja, tidak boleh bepergian, tidak boleh bertemu mas Rafi dan harus berpuasa. Jenuh rasanya, biasa setiap hari ketemu dengan mas Rafi di kantor, mengerjakan ini dan itu tapi kali ini benar-benar tidak boleh. Tapi, mau tak mau aku mengikuti semua kata-kata eyang. Gak ada yang berani bilang tidak, kalau sudah eyang yang inginkan. Eyang kan cukup cerewet, mama dan papa saja selalu menurut. Dan tidak pernah mereka bisa melawan apa kehendak Eyang. Seperti persiapan pernikahanku kali ini, Eyang bisa di bilang ikut mempersiapkan dan mengecek segala keperluan yang tentunya harus sesuai dengan adat istiadat kami. "Yan, ini tante Nana sudah datang." "Iya Ma." "Duh cantik sekali calon pengant

  • Satu dan Terakhir, Kisah Cinta Bersama Sang CEO   Bab 9

    Pagi ini hari seakan indah sekali, sebelum mandi dan mempersiapkan diriku aku pun memilih gaun yang akan aku pergunakan. Satu gaun warna merah, yang sederhana ini tampak cantik jika aku kenakan untuk pergi bersama Mas Rafi. Aku memotong kuku, kemudian aku luluran dahulu sebelum mandi. Ya ampun kenapa jadi berlebihan seperti ini sih, apakah benar aku sudah jatuh cinta kembali ke pada mas Rafi. SMS pun aku terima dari Mas Rafi, dan aku bergegas membacanya. “Yan, sudah siap belum, sekitar dua puluh menit lagi Aku akan sampai ke rumahmu?" Ya Allah pagi sekali, aku harus bergegas menyiapkan diri terlebih dahulu. Baru saja selesai mandi, mama pun memanggilku. "Yan, ayo segera Nak ini Mas Rafinya sudah datang." "Baik Ma, sebentar ya Ma." Ya sudah biarkan saja dia menungguku sejenak selagi aku bersiap. Gaun warna merahku yang aku pakai ini, aku padukan dengan High Hieels warna hitam, dan tas mungil warna hitam, cukup simplle dan elegant. Walau

  • Satu dan Terakhir, Kisah Cinta Bersama Sang CEO   Bab 8

    Tidak sengaja, aku mendengarkan perkataan papa dan mama di telepon. Tampaknya obrolan itu sangat serius, aku pun melanjutkan langkahku menuju dapur, panas sekali hari ini, dan aku ingin mengambil jus yang segar dari dalam kulkas. "Oh iya Mas, baik Mas boleh kalau malam minggu ini Mas dan keluarga mau main ke rumah, nanti Saya sampaikan kabar baik ini dengan Istri dan Yanti Mas." Papa sedang telepon siapa sih, celoteh aku ke pada mama sambil bermanja-manja dan menonton televisi. "Mam...Yanti...., malam minggu Kalian beres-beres rumah ya, Mas Bustomi sama Nak Rafi mau main dan silaturahmi kesini." "Memang ada apa Mas? kok tumben mereka mau mampir ke rumah?" "Ya mungkin karena Yanti sudah bekerja di sana Mam, lagi pula kan Kami sudah hampir satu tahun belum bertemu." "Iya Mam, tidak apa-apalah sekali-sekali." "Ya Kalian masak ya, makanan yang istimewa, jarang-jarang mereka berkunjung ke sini." "Iya pap siap.

  • Satu dan Terakhir, Kisah Cinta Bersama Sang CEO   Bab 7

    Yanti, Yanti mungkin kah aku jatuh cinta lagi, beberapa hari ini, Surya sering menghubungiku, seraya menelepon saja atau curhat melalui pesan-pesan singkatnya. Lumayan menghibur dan asyik Surya jika aku ajak mengobrol. Sore ini, aku akan bertemu teman-teman kampus dahulu, sembari mengorek-ngorek kepribadian Mas Surya dari mereka, mungkin saja teman-temanku masih mengingat siapa Surya saat kami di kampus dulu. "Aku jatuh cinta lagi Guy." Teman-temanku pun memandang sinis seraya menggodaku. "Seminggu lalu aku bertemu Kakak kelas kita di kampus dulu, Mas Surya, sekarang Dia tampak rapi dan keren loh...berubah sekali, jauh saat kuliah dulu." "Aduh Yan, hati-hati deh sekarang kalau memilih pacar, ingat untuk calon suami bukan untuk teman curhat saja." Kiki pun mengomeliku. Ya dia sangat hafal dengan perangaiku yang sering ceroboh jika sudah jatuh cinta kepada laki-laki. Wajar kalau dia sedikit berlebihan cerewet kepadaku kali ini. "Iya Ki,

  • Satu dan Terakhir, Kisah Cinta Bersama Sang CEO   Bab 6

    Sudah setengah tahun, aku si petualang cinta ini hidup sendiri alias ngejomblo Wati. Papa dan Mama sering meledekiku. Tapi seperti yang aku bilang aku ingin fokus melanjutkan kuliah S2 aku terlebih dahulu, jika bisa menyambi kerja kenapa tidak? Tentu akan aku lakukan. Tapi jangan di perusahaan papaku, aku ingin bekerja di tempat lain, guna mengasah kemampuanku nanti. Kalau masuk ke perusahaan milik papa itu namanya bukan sebuah prestasi atau kerja keras yang bisa di banggakan tentunya. "Yanti tidak ada yang apel lagi toh malam minggu?" “Nanti Mam, suatu saat pasti akan ada lagi, sekarang aku lagi malas pacaran.” “Ya, jangan lama-lama menyendiri Yan, nanti kamu merasa nyaman lagi, ingat Kamu kan perempuan Yan, nggak boleh lama-lama ngejoblonya nanti kamu jadi perawan tua.” “Iya Ma, jangan tergesa-gesa juga lah. Mama jadi seperti nenek saja, cerewet, bawel dan kolot.” "Kamu ini!!" Aku mulai lelah pacaran seperti dulu

DMCA.com Protection Status