Sekian banyak hubungan yang aku jalin sejak Sekolah Menengah Pertama, kenapa baru kali ini aku merasa patah hati, Febri memang dari dulu sangat tulus mencintaiku, Febri sangat berbeda dari laki-laki yang lainnya. Dia laki-laki yang paling baik yang aku kenal.Tapi apa yang telah aku lakukan dengan Adam?
Aku sangat menyesal putus dan kehilangan Febri karena memilih Adam. Apa lagi sekarang Adam telah mencampakkan aku. Ya pria bajingan itu ketahuan selingkuh olehku, pasti banyak wanita yang telah menjadi korban cintanya, tidak hanya aku yang dia jahati. Kini aku harus bagaimana? apakah harus aku hubungi Febri lagi, meminta maaf dan memohon kembali? Apakah Febri mampu mencintai aku setulus dulu lagi? Mungkin di Jogjakarta dia telah memiliki pengganti aku. Dan aku sudah melakukan banyak kesalahan dengan Adam. Febri berhak memiliki penggantiku yang lebih baik dan sempurna, yang pasti bukan aku yang membuatnya kecewa selama ini.
*****
Adam ternyata seorang Buaya Darat, kemarin aku melihatnya kencan dengan wanita lain di Mall. Mereka jalan, bergandengan dan bermesraan tepat di hadapanku. Dia berusaha menghindariku, cukup sudah aku sangat kecewa.
Semalaman ini dia meneleponku, biarkan saja telepon itu berdering. Aku merasa dia telah menghianatiku. Siang ini mungkin dia akan menemui aku di kampus. Aku akan meminta kejelasan kepadanya.
Lebih baik aku fokus membuat Skripsiku, aku tidak ingin pendidikanku yang nyaris lulus ini terganggu oleh tingkah jahatnya ini. Untung saja aku belum lanjut ke tahap yang lebih serius dan melibatkan mama dan papa.
Kesalahan kami dulu biar jadi pelajaran untukku. Mungkin ada jutaan wanita yang bernasib sama denganku, karena kearoganan laki- laki. Dan masih banyak di sana wanita yang lebih buruk dariku dan menjadi budak nafsu birahi. Lebih baik berakhir di sini sebelum semua terlambat dan menjadi makin parah, dari pada saat berumah tangga dia akan melukai hatiku lebih dalam lagi.
"Pap, Yanti pergi ke kampus dulu ya"
Aku dekati papa yang lagi sibuk memberi makan ikan koi kesayangannya di teras samping rumah kami.
"Iya Nak, hati-hati ya"
"Iya Pap, minggu ini Aku akan ada sidang skripsi Pap"
"Terus bagaimana, apakah semuanya lancar?"
"Lancar kok Pap, ya sudah Aku pamit ya ini sudah terlambat."
"Iya Yan, hati-hati ya Kamu, tumben Si Adam tidak menjemputmu Yan?”
“Iya, Dia sibuk Pap.”
Papa pun mengikutiku, ke arah teras depan rumah. Aku memesan taksi Online, dan pak sopir telah menungguku. Hanya sepuluh menit perjalanan ke kampus dan aku pun tiba tepat waktu. Adam mengirimkan pesan suara kepadaku.
"Yan, nanti kita bicara ya, jam 12.00 WIB saat istirahat, Kita cari tempat yang tenang untuk membicarakan hal kemarin."
Aku pun membalasnya, " Iya tunggu saja di depan perpustakaan."
Empat puluh lima menit kemudian, aku pun istirahat. Bergegas aku menghampirinya. Kebetulan kuliahku sudah selesai hari ini, jadi aku akan bebas pergi ke tempat yang tepat di mana aku harus minta putus darinya. Aku lihat dia mendekatiku dia sedang memarkirkan motornya.
"Hai Yanti, kok cemberut begitu sih Sayang."
"Sudahlah Kak, jangan banyak basa - basi, lebih baik kita jalan ke Pantai Nyiur Indah terlebih dahulu, Aku ingin bersantai di sana."
"Baiklah Sayang, Kamu baik deh, nah seperti itu jangan marah kepadaku, kemarin Aku hilap Sayang, aku enggak mungkin mau menggantikan posisimu dengan dia Yanti."
"Ya sudah lekas jalan."
Aku naik ke motornya, dia meliak - liukkan motornya, menggangguku agar aku berpegangan kepadanya. Aku acuhkan saja gurauannya. Hanya kuberi senyum simpul saja. Setengah jam kemudian kami sampai ke pantai yang kami tuju.
"Yan Kamu dari dulu memang pintar deh menenangkan Aku, itu lihat pantainya bagus ya, pantai kesukaan Kamu kan ini?"
"Iya, pantai kesukaanku, di sini banyak kenanga Kita, Aku berkenalan denganmu pertama kali di sini, Kamu mengajak Aku serius di sini, Kamu pun menjahatiku karena telah pulang dari pantai ini."
"Sudah Sayang, Aku ingat kok tentang itu semua."
"Tidak Kamu lupa akan itu semua, Kamu khianati janji yang Kamu buat untukku!!"
"Yan maaf Aku tidak serius dengan Santi, Aku hanya iseng saja. Ya beberapa bulan ini Aku jenuh, Dia hanya SPG rokok saja Sayang, Aku kenal karena pernah satu stan saat kerja kemarin."
"Aku enggak mau dengar semua alasanmu, sudah cukup Kak Adam, Aku rasa Kalian sudah pacaran jauh, Aku lihat bagaimana dekatnya wanita itu bermanja-manja kemarin di Mall, itu tempat umum bagaimana di tempat lain? Tanpa malu kalian bermesraan seperti itu!!"
"Aku tidak seperti itu Yanti, aku tidak sejauh itu dengannya, Dia mah wanita yang dapat di pakai dan di bayar Yanti."
"Ya dan Kau menikmatinya bukan? apa terlalu lama jika menunggu pernikahan Kita nanti, bukan itu persyaratan Kita, untuk saling setia dan tidak mengejar nafsu dulu."
"Yan maaf, Kamu kan tahu bagaimana teman-temanku, mereka membawa pengaruh buruk kepada Aku Yan, Aku hilap."
"Jangan salah kan Mereka Adam, semuanya ada dihatimu, Aku kecewa Adam, kau tega berbuat sejauh itu dengannya di belakangku, sudah berapa kali? apa hanya dengan Dia? apa tidak terbesit wajahku saat berjalan dan bercinta dengannya?"
"Yan aku tergoda...."
"Ya sudahlah Kak Adam, Sayang dan pujaan hatiku dulu, empat tahun sudah kita bersama tapi mungkin semuanya cukup sampai di sini saja."
"Yan, maafkan Aku, Aku janji."
Sebelum dia buat janji-janji lebih jauh, aku letakan jariku di depan mulut manisnya itu.
"Sudah cukup Sayang, Aku tidak pernah maafkan hal ini, sejak lama Kau hafal sifat dan tabiat Aku kan? kita sudah serius, dan Kita sudah menjalani semuanya."
Terdiam dia melihatku, wajahnya berkaca-kaca.
"Yanti tidak kampungan, Yanti tidak kolot, dan Yanti tidak ketinggalan jaman, lanjutkan jalan hidup bebas yang Kau pilih itu, tapi bukan denganku, hari ini tolong pergi jauh dariku, jangan pernah ganggu Aku lagi."
"Yanti, tolong beri satu kesempatan untukku."
"Aku telah memberikan kesempatan itu Adam, sejak dulu sebelum Aku menerimamu di hatiku, Aku tak pernah mencari tahu masa lalumu, Aku tutup mata untuk itu semua, karena Aku percaya kamu! jadi buat apa Kamu menangis hari ini, walaupun Kau nikahi Aku hari ini Aku tak akan menerimanya lagi."
"Aku janji Yanti, percayalah tolong beri Kak Adam 1 kesempatan lagi."
"Tidak Adam, sudah mulai hari ini kita putus, dan menjauhlah dariku, Aku hanya akan menganggapmu teman saja, antarkan Aku pulang sekarang karena sudah muak dan kecewa padamu."
Untuk terakhir kalinya Adam mengantarkan aku pulang. Sedih, tapi itulah keputusan yang telah aku ambil. Dari pada dia terus menyakiti hatiku dan perasaanku. lebih baik kami putus saja. Menyesal, kecewa rasa sakit itu berkecamuk di hatiku, empat tahun bukan waktu yang sebentar untuk memberi waktu dan kepercayaan kepada Adam. Segala mimpi telah aku ukir untuk cinta kami, tapi dengan begitu rendahnya dia iseng menduakanku dengan seorang SPG yang di bilang tidak selevel denganku.
Beberapa minggu berselang.
Kak Adam berkali - kali datang ke rumahku, mama dan papa juga sedikit heran kenapa aku menghindari bertemu dengan Adam. Dan selalu minta si Mbok mengusir Adam dari rumahku dengan beribu alasan.
“Yan, ada apa? Kenapa Mama lihat kamu tidak mau bertemu Adam lagi.”
“Ya Ma, aku sudah putus dengan Adam.”
“Tapi kenapa Yanti?”
“Yanti merasa sekarang sudah tidak cocok dengan Adam Pap.”
“Waduh kenapa Nak, kalau Mama lihat Adam baik dan sayang kepada Yanti.”
“Ya, sesuatu hal Mam, yang pasti Yanti sudah tidak nyaman saja.”
“Ya sudah Mam, kalau anaknya sudah enggak mau ya jangan di paksa.”
“Betul kata Papa, Yanti sekarang lagi mau fokus buat skripsi, lulus, kerja dan lanjut S2 kembali.”
Tak perlu berdebat dengan mama dan papa, aku yakin lama-lama mereka pun akan mengerti dengan keputusanku ini. Mungkin Kak Adam terlihat baik bagi mereka, apa lagi setelah empat tahun Adam selalu main ke rumahku, wajar jika mama dan papa heran jika kami berpisah kini. Dan Adam, jika benar-benar serius ingin berubah pasti akan melakukan pengorbanan lebih untuk selalu di sisiku dan meyakinkan aku. Tapi aku rasa dia tak akan pernah berubah. Dan hal yang membuatnya selalu buruk, karena tidak bisa mencari teman yang baik, masih saja bergaul dengan teman-teman yang berpengaruh buruk, alkohol, motor, wanita. Mereka bangga dengan masa muda yang penuh kebebasan itu. Dan aku merasa sudah tidak ada yang sejalan dengannya.
Sudah setengah tahun, aku si petualang cinta ini hidup sendiri alias ngejomblo Wati. Papa dan Mama sering meledekiku. Tapi seperti yang aku bilang aku ingin fokus melanjutkan kuliah S2 aku terlebih dahulu, jika bisa menyambi kerja kenapa tidak? Tentu akan aku lakukan. Tapi jangan di perusahaan papaku, aku ingin bekerja di tempat lain, guna mengasah kemampuanku nanti. Kalau masuk ke perusahaan milik papa itu namanya bukan sebuah prestasi atau kerja keras yang bisa di banggakan tentunya. "Yanti tidak ada yang apel lagi toh malam minggu?" “Nanti Mam, suatu saat pasti akan ada lagi, sekarang aku lagi malas pacaran.” “Ya, jangan lama-lama menyendiri Yan, nanti kamu merasa nyaman lagi, ingat Kamu kan perempuan Yan, nggak boleh lama-lama ngejoblonya nanti kamu jadi perawan tua.” “Iya Ma, jangan tergesa-gesa juga lah. Mama jadi seperti nenek saja, cerewet, bawel dan kolot.” "Kamu ini!!" Aku mulai lelah pacaran seperti dulu
Yanti, Yanti mungkin kah aku jatuh cinta lagi, beberapa hari ini, Surya sering menghubungiku, seraya menelepon saja atau curhat melalui pesan-pesan singkatnya. Lumayan menghibur dan asyik Surya jika aku ajak mengobrol. Sore ini, aku akan bertemu teman-teman kampus dahulu, sembari mengorek-ngorek kepribadian Mas Surya dari mereka, mungkin saja teman-temanku masih mengingat siapa Surya saat kami di kampus dulu. "Aku jatuh cinta lagi Guy." Teman-temanku pun memandang sinis seraya menggodaku. "Seminggu lalu aku bertemu Kakak kelas kita di kampus dulu, Mas Surya, sekarang Dia tampak rapi dan keren loh...berubah sekali, jauh saat kuliah dulu." "Aduh Yan, hati-hati deh sekarang kalau memilih pacar, ingat untuk calon suami bukan untuk teman curhat saja." Kiki pun mengomeliku. Ya dia sangat hafal dengan perangaiku yang sering ceroboh jika sudah jatuh cinta kepada laki-laki. Wajar kalau dia sedikit berlebihan cerewet kepadaku kali ini. "Iya Ki,
Tidak sengaja, aku mendengarkan perkataan papa dan mama di telepon. Tampaknya obrolan itu sangat serius, aku pun melanjutkan langkahku menuju dapur, panas sekali hari ini, dan aku ingin mengambil jus yang segar dari dalam kulkas. "Oh iya Mas, baik Mas boleh kalau malam minggu ini Mas dan keluarga mau main ke rumah, nanti Saya sampaikan kabar baik ini dengan Istri dan Yanti Mas." Papa sedang telepon siapa sih, celoteh aku ke pada mama sambil bermanja-manja dan menonton televisi. "Mam...Yanti...., malam minggu Kalian beres-beres rumah ya, Mas Bustomi sama Nak Rafi mau main dan silaturahmi kesini." "Memang ada apa Mas? kok tumben mereka mau mampir ke rumah?" "Ya mungkin karena Yanti sudah bekerja di sana Mam, lagi pula kan Kami sudah hampir satu tahun belum bertemu." "Iya Mam, tidak apa-apalah sekali-sekali." "Ya Kalian masak ya, makanan yang istimewa, jarang-jarang mereka berkunjung ke sini." "Iya pap siap.
Pagi ini hari seakan indah sekali, sebelum mandi dan mempersiapkan diriku aku pun memilih gaun yang akan aku pergunakan. Satu gaun warna merah, yang sederhana ini tampak cantik jika aku kenakan untuk pergi bersama Mas Rafi. Aku memotong kuku, kemudian aku luluran dahulu sebelum mandi. Ya ampun kenapa jadi berlebihan seperti ini sih, apakah benar aku sudah jatuh cinta kembali ke pada mas Rafi. SMS pun aku terima dari Mas Rafi, dan aku bergegas membacanya. “Yan, sudah siap belum, sekitar dua puluh menit lagi Aku akan sampai ke rumahmu?" Ya Allah pagi sekali, aku harus bergegas menyiapkan diri terlebih dahulu. Baru saja selesai mandi, mama pun memanggilku. "Yan, ayo segera Nak ini Mas Rafinya sudah datang." "Baik Ma, sebentar ya Ma." Ya sudah biarkan saja dia menungguku sejenak selagi aku bersiap. Gaun warna merahku yang aku pakai ini, aku padukan dengan High Hieels warna hitam, dan tas mungil warna hitam, cukup simplle dan elegant. Walau
Persiapan pernikahan kami semakin gencarnya. Mama, Papa, tante Rini dan om Baskoro tampak sibuk ke sana dan kemari. Tak terasa hanya seminggu lagi aku akan menikah dengan Mas Rafi, keluarga kami masih sangat memegang adat istiadat aku akan di pingit satu minggu hanya di dalam rumah saja, tidak boleh bepergian, tidak boleh bertemu mas Rafi dan harus berpuasa. Jenuh rasanya, biasa setiap hari ketemu dengan mas Rafi di kantor, mengerjakan ini dan itu tapi kali ini benar-benar tidak boleh. Tapi, mau tak mau aku mengikuti semua kata-kata eyang. Gak ada yang berani bilang tidak, kalau sudah eyang yang inginkan. Eyang kan cukup cerewet, mama dan papa saja selalu menurut. Dan tidak pernah mereka bisa melawan apa kehendak Eyang. Seperti persiapan pernikahanku kali ini, Eyang bisa di bilang ikut mempersiapkan dan mengecek segala keperluan yang tentunya harus sesuai dengan adat istiadat kami. "Yan, ini tante Nana sudah datang." "Iya Ma." "Duh cantik sekali calon pengant
Bab 11 Pagi ini aku bangun lebih awal, aku pun melanjutkan prosesi mandi kembang sebagai calon pengantin. Tante Nana sangat cekatan dan sangat profesional dalam mempersiapkan segala kebutuhanku sebagai pengantin. Dia memakaikan aku baju dodot, dan memulai riasan paes agengku. Aku terpukau saat menatap wajahku di cermin, aku bagaikan ratu sehari ini. Tante Nana membuat paes prada, citak dan alis menjangan dalam riasanku, sungguh hasil riasan yang sangat mengagumkan sekali, aku sangat terlihat berbeda. Kemudian Tante Nana pun memasangkan aksesoris lainnya, cunduk mentul, gunungan dan centrung sebagai hiasan di rambutku, serta sumping, kalung sungsun, kelat bahu yang berbentuk naga serta gelang paes ageng. Sempurna sudah riasanku hari ini sebagai pengantin. Tampak hadir sahabat-sahabatku, ada Kiki, Maria, Catur, Erfina, Lina, Ria, Caca dan Tika. mereka sudah tampak cantik dengan riasan kebayanya. Hatiku mulai gelisah, takut dan haru, ternyata seperti ini rasanya
Mas Rafi ternyata suami yang romantis, diam-diam dia telah membuat acara bulan madu untuk kami. Ya, sesuai janjinya tadi sore ini dia pamit kepada mama dan papaku untuk membawa aku pindah. Mama dan papa sedikit haru melepas kami. “Yanti, Nak Rafi hati-hati ya, Mama selalu mengharap kalian untuk selalu mampir dan menginap di sini.” “Iya Ma, Aku dan Yanti akan sering-sering main kesini.” “Ya, Yanti yang nunut ya dengan Mas Rafi.” “Iya Pap.” “Semoga kalian cepat memperoleh keturunan, dan Nak Rafi bisnisnya sukses. Nanti kelak Nak Rafi dan Yanti juga pegang perusahaan Papa ya.” “Iya Pap.” “Ya sudah, Papa, Mama, Rafi dan Yanti pamit dulu ya.” “Iya Sayang.” Ternyata, setelah mobil kami meninggalkan pekarangan rumah mama, Mas Rafi menjelaskan jika dia mengajakku liburan satu minggu di Puncak, Bogor. Ya tidak usah terlalu jauh dari Jakarta tapi sudah membuat aku sangat senang. Ternyata benar, dia mengajak
Pagi ini Mas Rafi bergegas pergi ke kantor, setelah selesai memakaikan dasi aku pun bergegas menyiapkan sarapan, aku memasak nasi goreng sosis dan jus tomat kegemaran mas Rafi. Suamiku tampak sibuk memilih dan menyiapkan berkas-berkas kantornya. Dan aku pun sama, menyiapkan segala keperluanku untuk pergi ke kantor dengan mas Rafi. "Sayang." "Iya Mas Rafi, tolong simpankan berkas dan tas kerjanya Mas ke mobil ya."
Lima hari lagi aku akan melahirkan Juniorku, dokter bilang sih calon anak aku dan Mas Rafi laki-laki, duh bahagianya, sekian lama menanti dan berusaha sekuat tenaga mengandung Junior yang di bilang sangat manja saat dalam kandunganku. Mas Rafi telah membelikan segala perlengkapan dan kebutuhan untuk bayiku, mulai dari popok bayi, kasur bayi, sepatu bayi semuanya bernuansa biru dan sampai mas Rafi sendiri yang selama ini membuat dan menyiapkan kamar bagi Junior, sang buah hati kami. Setiap sebelum tidur Mas Rafi selalu menciumi bayi kami di perut, tendangannya sudah kuat sekali. Duh mama sudah keram sayang perutnya. Begitu pun mama dan papaku, sudah ingin menimang-nimang cucu kesayangan mereka. Mereka sudah pada menungguiku di sini, begitu pun mertuaku mungkin lusa mereka sampai dari Jakarta, papa mertuaku masih sangat padat kerjanya. Aku sudah tidak nyaman sekali, perut sudah mulai sakit, kaki sudah makin terasa bengkak, dan susah tidur di kala malam. Hamil pertama membuat a
Pagi ini Mas Rafi bergegas pergi ke kantor, setelah selesai memakaikan dasi aku pun bergegas menyiapkan sarapan, aku memasak nasi goreng sosis dan jus tomat kegemaran mas Rafi. Suamiku tampak sibuk memilih dan menyiapkan berkas-berkas kantornya. Dan aku pun sama, menyiapkan segala keperluanku untuk pergi ke kantor dengan mas Rafi. "Sayang." "Iya Mas Rafi, tolong simpankan berkas dan tas kerjanya Mas ke mobil ya."
Mas Rafi ternyata suami yang romantis, diam-diam dia telah membuat acara bulan madu untuk kami. Ya, sesuai janjinya tadi sore ini dia pamit kepada mama dan papaku untuk membawa aku pindah. Mama dan papa sedikit haru melepas kami. “Yanti, Nak Rafi hati-hati ya, Mama selalu mengharap kalian untuk selalu mampir dan menginap di sini.” “Iya Ma, Aku dan Yanti akan sering-sering main kesini.” “Ya, Yanti yang nunut ya dengan Mas Rafi.” “Iya Pap.” “Semoga kalian cepat memperoleh keturunan, dan Nak Rafi bisnisnya sukses. Nanti kelak Nak Rafi dan Yanti juga pegang perusahaan Papa ya.” “Iya Pap.” “Ya sudah, Papa, Mama, Rafi dan Yanti pamit dulu ya.” “Iya Sayang.” Ternyata, setelah mobil kami meninggalkan pekarangan rumah mama, Mas Rafi menjelaskan jika dia mengajakku liburan satu minggu di Puncak, Bogor. Ya tidak usah terlalu jauh dari Jakarta tapi sudah membuat aku sangat senang. Ternyata benar, dia mengajak
Bab 11 Pagi ini aku bangun lebih awal, aku pun melanjutkan prosesi mandi kembang sebagai calon pengantin. Tante Nana sangat cekatan dan sangat profesional dalam mempersiapkan segala kebutuhanku sebagai pengantin. Dia memakaikan aku baju dodot, dan memulai riasan paes agengku. Aku terpukau saat menatap wajahku di cermin, aku bagaikan ratu sehari ini. Tante Nana membuat paes prada, citak dan alis menjangan dalam riasanku, sungguh hasil riasan yang sangat mengagumkan sekali, aku sangat terlihat berbeda. Kemudian Tante Nana pun memasangkan aksesoris lainnya, cunduk mentul, gunungan dan centrung sebagai hiasan di rambutku, serta sumping, kalung sungsun, kelat bahu yang berbentuk naga serta gelang paes ageng. Sempurna sudah riasanku hari ini sebagai pengantin. Tampak hadir sahabat-sahabatku, ada Kiki, Maria, Catur, Erfina, Lina, Ria, Caca dan Tika. mereka sudah tampak cantik dengan riasan kebayanya. Hatiku mulai gelisah, takut dan haru, ternyata seperti ini rasanya
Persiapan pernikahan kami semakin gencarnya. Mama, Papa, tante Rini dan om Baskoro tampak sibuk ke sana dan kemari. Tak terasa hanya seminggu lagi aku akan menikah dengan Mas Rafi, keluarga kami masih sangat memegang adat istiadat aku akan di pingit satu minggu hanya di dalam rumah saja, tidak boleh bepergian, tidak boleh bertemu mas Rafi dan harus berpuasa. Jenuh rasanya, biasa setiap hari ketemu dengan mas Rafi di kantor, mengerjakan ini dan itu tapi kali ini benar-benar tidak boleh. Tapi, mau tak mau aku mengikuti semua kata-kata eyang. Gak ada yang berani bilang tidak, kalau sudah eyang yang inginkan. Eyang kan cukup cerewet, mama dan papa saja selalu menurut. Dan tidak pernah mereka bisa melawan apa kehendak Eyang. Seperti persiapan pernikahanku kali ini, Eyang bisa di bilang ikut mempersiapkan dan mengecek segala keperluan yang tentunya harus sesuai dengan adat istiadat kami. "Yan, ini tante Nana sudah datang." "Iya Ma." "Duh cantik sekali calon pengant
Pagi ini hari seakan indah sekali, sebelum mandi dan mempersiapkan diriku aku pun memilih gaun yang akan aku pergunakan. Satu gaun warna merah, yang sederhana ini tampak cantik jika aku kenakan untuk pergi bersama Mas Rafi. Aku memotong kuku, kemudian aku luluran dahulu sebelum mandi. Ya ampun kenapa jadi berlebihan seperti ini sih, apakah benar aku sudah jatuh cinta kembali ke pada mas Rafi. SMS pun aku terima dari Mas Rafi, dan aku bergegas membacanya. “Yan, sudah siap belum, sekitar dua puluh menit lagi Aku akan sampai ke rumahmu?" Ya Allah pagi sekali, aku harus bergegas menyiapkan diri terlebih dahulu. Baru saja selesai mandi, mama pun memanggilku. "Yan, ayo segera Nak ini Mas Rafinya sudah datang." "Baik Ma, sebentar ya Ma." Ya sudah biarkan saja dia menungguku sejenak selagi aku bersiap. Gaun warna merahku yang aku pakai ini, aku padukan dengan High Hieels warna hitam, dan tas mungil warna hitam, cukup simplle dan elegant. Walau
Tidak sengaja, aku mendengarkan perkataan papa dan mama di telepon. Tampaknya obrolan itu sangat serius, aku pun melanjutkan langkahku menuju dapur, panas sekali hari ini, dan aku ingin mengambil jus yang segar dari dalam kulkas. "Oh iya Mas, baik Mas boleh kalau malam minggu ini Mas dan keluarga mau main ke rumah, nanti Saya sampaikan kabar baik ini dengan Istri dan Yanti Mas." Papa sedang telepon siapa sih, celoteh aku ke pada mama sambil bermanja-manja dan menonton televisi. "Mam...Yanti...., malam minggu Kalian beres-beres rumah ya, Mas Bustomi sama Nak Rafi mau main dan silaturahmi kesini." "Memang ada apa Mas? kok tumben mereka mau mampir ke rumah?" "Ya mungkin karena Yanti sudah bekerja di sana Mam, lagi pula kan Kami sudah hampir satu tahun belum bertemu." "Iya Mam, tidak apa-apalah sekali-sekali." "Ya Kalian masak ya, makanan yang istimewa, jarang-jarang mereka berkunjung ke sini." "Iya pap siap.
Yanti, Yanti mungkin kah aku jatuh cinta lagi, beberapa hari ini, Surya sering menghubungiku, seraya menelepon saja atau curhat melalui pesan-pesan singkatnya. Lumayan menghibur dan asyik Surya jika aku ajak mengobrol. Sore ini, aku akan bertemu teman-teman kampus dahulu, sembari mengorek-ngorek kepribadian Mas Surya dari mereka, mungkin saja teman-temanku masih mengingat siapa Surya saat kami di kampus dulu. "Aku jatuh cinta lagi Guy." Teman-temanku pun memandang sinis seraya menggodaku. "Seminggu lalu aku bertemu Kakak kelas kita di kampus dulu, Mas Surya, sekarang Dia tampak rapi dan keren loh...berubah sekali, jauh saat kuliah dulu." "Aduh Yan, hati-hati deh sekarang kalau memilih pacar, ingat untuk calon suami bukan untuk teman curhat saja." Kiki pun mengomeliku. Ya dia sangat hafal dengan perangaiku yang sering ceroboh jika sudah jatuh cinta kepada laki-laki. Wajar kalau dia sedikit berlebihan cerewet kepadaku kali ini. "Iya Ki,
Sudah setengah tahun, aku si petualang cinta ini hidup sendiri alias ngejomblo Wati. Papa dan Mama sering meledekiku. Tapi seperti yang aku bilang aku ingin fokus melanjutkan kuliah S2 aku terlebih dahulu, jika bisa menyambi kerja kenapa tidak? Tentu akan aku lakukan. Tapi jangan di perusahaan papaku, aku ingin bekerja di tempat lain, guna mengasah kemampuanku nanti. Kalau masuk ke perusahaan milik papa itu namanya bukan sebuah prestasi atau kerja keras yang bisa di banggakan tentunya. "Yanti tidak ada yang apel lagi toh malam minggu?" “Nanti Mam, suatu saat pasti akan ada lagi, sekarang aku lagi malas pacaran.” “Ya, jangan lama-lama menyendiri Yan, nanti kamu merasa nyaman lagi, ingat Kamu kan perempuan Yan, nggak boleh lama-lama ngejoblonya nanti kamu jadi perawan tua.” “Iya Ma, jangan tergesa-gesa juga lah. Mama jadi seperti nenek saja, cerewet, bawel dan kolot.” "Kamu ini!!" Aku mulai lelah pacaran seperti dulu