Rawai Tingkis menghadapi serangkaian serangan lagi, dan lagi seperti biasanya. Namun jumlah musuh yang harus dia hadapi sebenarnya telah berkurang banyak.“Ah, sejak tadi kalian melakukan serangan-serangan seperti ini,” ucap Rawai Tingkis.Ya, jika sebelumnya kombinasi 5 senopati utama itu dilakukan saat pasukannya masih banyak, dan pada akhirnya tidak berhasil mengalahkan Rawai Tingkis, sekarang dnegan kombinasi yang sama, apa mereka pikir bisa membunuh pemuda bodoh itu.Tidak, mereka tidak akan mampu membunuh Rawai Tingkis.Dalam beberapa saat yang cepat, satu senopati telah tewas di tangan Rawai Tingkis, lalu diiringi oleh beberapa senopati muda yang mencoba menyelamatkan dirinya.“Kenapa dia lebih kuat?” gumam salah satu musuhnya.Rawai Tingkis sejak awal cendrung menahan diri, tapi sekarang pemuda tersebut mulai menunjukan keseriusan saat menghadapi musuhnya.Mungkin karena lawannya adalah senopati utama, jadi pemuda itu tidak ingin melakukan kesalahan meskipun sekecil apapun.P
Dari anggota yang lain, dapat dikatakan Rawas Kalat memiliki ambisi yang terlalu kecil. Selama ini, dia berlatih keras sepanjang waktu, hanya untuk membalaskan dendam kematian Kakeknya.Ini yang membuat pertarungan Rawas Kalat sebelumnya terkesan menggila, tanpa memahmi keadaan lawannya terlebih dahulu.Rawas Kalat amat sangat jarang melakukan serangan dengan menggunakan tinjunya, kecuali hanya beberapa kali saja.Karena dikuasai oleh amarah dan dendam, gaya bertarung Rawas Kalat tampak sangat berbeda dari kebiasaannya.Dia menggunakan pohon, dinding dan batu saat menyerang musuhnya, bahkan beberapa kali, Rawas Kalat membahayakan dirinya sendiri hanya untuk membunuh beberapa musuh yang sebenarnya tidak begitu kuat.Rawas Kalat benar-benar dikuasai oleh amarah dan dendam hari ini, tapi yang tidak dia sadari, Rawai Tingkis memperhatikan gaya bertarungnya dari jauh.Sebagai pimpinan sekaligus teman dekat, Rawai Tingkis memahami kondisi mental Rawas Kalat yang berubah.Semua ini diakibat
“Dimana Rinjani?” tanya Rawai Tingkis.“Benar, dimana Dinda Rinjani?”Paman Tinu datang bersama Pangeran Gadang Saba yang mulai bisa bergerak, meski tidak begitu kuat.Namun, Rinjani tidak bersama Paman Tinu.Dengan cepat, Danur Jaya mencari keberadaan Rinjani, tapi yang dia temukan hanyalah tempat penyimpanan obat-obatan yang sering dibawa oleh gadis tersebut.“Sial, kita kehilangan Rinjani …” Rawai Tingkis langsung berlari ke sana kemari, mencari keberadaan temannya tapi tidak kunjung ditemukan.Di sisi lain, Paman Tinu dan seratus pasukannya langsung menyisir setiap sisi Kota, jalanan kecil, dan beberapa rumah tapi hasilnya tetap sama saja.Rinjani tidak ditemukan dimanapun.Wajah Danur Jaya mulai tegang, tentu saja wanita yang dia sukai kini hilang tanpa bekas.Kemana Rinjani pergi, tidak ada yang tahu dan tidak ada yang melihatnya.Paman Tinu mengatakan jika gadis itu sebelumnya ada di belakang, sedang membereskan obat-obatannya, sementara dirinya menandu Pangeran Gadang Saba.Na
Keputusan semuanya diserahkan kepada Gadang Saba, apa yang akan dia lakukan ke depannya terhadap keluarganya sendiri, itu adalah urusan pemuda tersebut.Setelah, bangsawan kerajaan itu ditawan di dalam penjara bawah tanah, dan belum diputuskan hukuman selanjutnya, kini Kerajaan Bukit Batu mengalami kekosongan.Tidak ada raja dan pemimpin di kerajaan ini, kecuali jika Gadang Saba duduk di singgasana.Apa yang salah? Tidak ada, Gadang Saba mungkin pangeran termuda atau bungsu, tapi sekarang semua keluarganya telah berkhianat.Dialah yang pantas duduk di atas singgasana tersebut. Namun demiikian, Gadang Saba tidak bisa menerima hal ini begitu saja.Dia butuh masukan dari beberapa pihak, salah satunya adalah Rawai Tingkis, dan juga Paman Tinu serta 100 petarung yang lain.“Apa yang kau harapkan dariku?” tanya Rawai Tingkis, “menepuk pundak Gadang Saba beberapa kali, “ini adalah kerajaanmu.”“Pangeran Gadang Saba,” ucap Paman Tinu, “orang tua sepertiku tidak layak untuk memberi masukan, m
Pria itu memiliki banyak julukan, tapi julukan yang paling sering diucapkan oleh orang lain adalah Camar Putih.Dari 9 satria roh suci, dia memiliki kecepatan paling cepat di antara yang lain.Wush.Pria tersebut mendadak berubah menjadi bayangan putih, bergerak cepat ke arah Rawai Tingkis.Kecepatan yang begitu tinggi, sangat mengejutkan pemuda tersebut. Sejauh ini, Rawai Tingkis tidak pernah bertemu dengan orang yang begitu cepat kecuali hari ini.Nyaris saja seruling emas yang ada di pinggang Rawai Tingkis disambar oleh telapak tangan Camar Putih.“Kau cukup gesit, Pimpinan Bayangkara!” ucap Camar Putih.Entah apakah dia sedang memuji Rawai Tingkis, atau dia sedang menghina pemuda tersebut, tapi ekspresi wajahnya tetap saja datar.Seolah pria ini tidak memiliki emosi di dalam hatinya.Sekali lagi dia bergerak cepat, berniat menyambar seruling emas di tangan Rawai Tingkis, tapi kali ini pemuda itu berhasil menepis tangannya, dan terjadilah pertarungan jarak dekat antara kedua orang
Setelah menahan seluruh serangan Camar Putih, Rawai Tingkis akhirnya melakukan sedikit perlawanan.Untuk kali pertama dia melakukan serangan semenjak menutup matanya.Satu tebasan cepat. Ayunan pedang bergerak dari bawah ke langit.Wush.Ujung mata pedang Rawai Tingkis, berhasil membuka jubah putih yang menutupi pria tersebut. Menampakan seluruh wajahnya.Selain buta, rambut Camar Putih rupanya juga berwarna putih, tapi tidak mirip dengan uban.Di bagian lehernya ada tato sepasang sayap putih, yang bila mana terkena cahaya matahari, maka tato itu akan memantulkan cahaya kemerahan.Serangan Rawai Tingkis barusan memang tidak melukai wajah pria tersebut, tapi demikian, pria itu kini menjadi tertegun dan diam di tempatnya.Wajahnya yang sejak awal selalu datar, kini mulai memerah, mungkin marah? Ah tidak tahu.‘Bocah ini barhasil membaca gerakanku?’ gumam Camar Putih, ‘Tidak ada satupun orang yang bisa menandingi kecepatanku, tidak ada! Bahkan 8 satria roh suci sekalipun, tapi dia bisa.’
Rawai Tingkis disergap dari depan oleh salah satu bawahan Beruang Salju, membuatnya tidak bisa membantu Rawas Kalat saat ini.Di sisi lain, satu bawahan Beruang Salju malah melesat ke arah Danur Jaya, sebelum pemuda itu sempat menarik anak panahnya, atau pula menggunakan jubah malam.Nasib sama juga dialami oleh Putri Intan Kumala, yang entah sejak kapan salah satu musuh sudah berada di belakang dirinya, lalu menendang punggung wanita itu hingga dia nyaris terjungkal ke tanah gersang.“Kumala!” Rawai Tingkis langsung bergerak ke samping, tapi sebelum kakinya jauh melangkah, satu bawahan Beruang Salju lagi-lagi menghentikan pemuda tersebut.Rawai Tingkis melirik cepat ke arah belakang, tepatnya pada Rawas Kalat yang masih berjuang untuk mendapatkan Seruling Emas.Lawan pemuda itu adalah Beruang Salju, ini akan sangat berbahaya bagi Rawas Kalat.Sial, Beruang Salju kembali melepaskan teknik serangan es ke arah Rawas Kalat.Bom bom bom.Lagi dan lagi, Rawas Kalat menahan semua serangan m
Dua Roh Suci memasang kuda-kuda untuk saling menyerang. Satu tipe elemen es, dan satunya elemen udara.Dua kekuatan yang entah akan menjadi apa jika terjadi bentrokan antar keduanya.Namun, ketika Camar Putih baru saja mulai bergerak untuk menyerang, tiba-tiba Rawai Tingkis telah berada di hadapan Beruang Salju dengan mata pedang yang berkilat putih.Wush.Pemuda itu melakukan sebuah tebasan yang cepat, nyaris sekali melukai batang leher Beruang Salju, jika bukan karena pria itu berhasil menghindarinya tepat waktu.“Bocah, apa yang kau lakukan?” Camar Putih merasa heran dengan tindakan Rawai Tingkis saat ini.“Dia telah membuat Rinjani membeku, aku tidak akan memaafkan dirinya!” ucap Rawai Tingkis.Beruang Salju tersenyum sinis saat ini, jelas dia merasa Rawai Tingkis bukan lawan sepadan bagi dirinya.Sebelumnya, pemuda itu dibantu oleh dua temannya, tapi kali ini, siapapun yang akan membantu Rawai Tingkis akan lansung dibunuh oleh Beruang Salju.“Kau ingin mati, aku akan mengambulkan
Di saat bersamaan, Rawai Tingkis menyernag Kelelawar Hitam dengan seluruh energi mistik yang dimilikinya.Kecepatannya masih tetap sama, tapi daya hancurnya menjadi sedikit berkurang, dan ini karena tubuhnya terlalu dibebani oleh teknik baru yang dimilikinya saat ini.Lima orang Manusia Murni mencoba melakukan sesuatu atas perintah Ki Langit Hitam untuk mengakhiri nyawa Kelelawar Hitam, tapi mereka bahkan tidak dapat mendekati pria jahat itu.Sekarang mereka tahu kekuatan Rawai Tingkis jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mereka semua.Kesombongan mereka selama ini, akhirnya dijatuhkan oleh kenyataan yang memalukan.Bukan hanya lima orang itu, Putri Intan Kumala sendiri juga tidak mampu berhadapan langsung dengan Kelelawar Hitam.“Apa sekarang kalian menyadarinya?” tanya Ki Sundur Langit. “Rawai Tingkis mungkin tidak membutuhkan pengakuan dari orang lain, tapi aku yakin, sekarang kalian mengakui kekuatannya!”Kelimanya langsung terdiam, tidak lagi menjawab ataupun berbuat sesuatu unt
Kedatangan Camar Putih membuat perubahan pada jalannya pertempuran antara Rawai Tingkis dan Kelelawar Hitam.Kedatangannya sama seperti kedatangan Ki Sundur Langit dan Ki Langit Hitam untuk membantu para Manusia Murni dalam mengalahkan Beruang Salju.Dua Satria Roh Suci kini menghadapi serangan demi serangan dari pihak Rawai Tingkis.Berkat kedatangan Camar Putih pula, Kelelawar Hitam untuk pertama kalinya setelah menggunakan Ulat Dari Neraka, terkena tebasan Rawai Tingkis.“Aku akan melindungimu!” ucap Camar Putih.“Baiklah, aku mengerti!” Rawai Tingkis melaju cepat ke arah Kelelawar Hitam, sementara Camar Putih bertugas menahan semua serangan bola mistik yang dilempar musuhnya.“Aku tidak akan membiarkan dirimu menguasai Benua ini,” ucap Camar Putih, sembari melepaskan beberapa serangan berbentuk sayap putih yang berputar seperti gasing.Boom.Setiap bola mistik diledakan sebelum menyentuh tubuh Rawai Tingkis dengan sayap-sayap putih tersebut.“Camar Putih, kau selalu menghalangi re
Ki Langit Hitam dan Ki Sundur Langit, memasang kuda-kuda sebelum kemudian mulai menyerang Beruang Salju.Dua larik cahaya keluar dari telapak tangan dua pria tua tersebut, melesat cepat ke arah Beruang Salju.Mendapati serangan itu, Beruang Salju terpaksa menangkis serangan lawan dengan teknik pertahanan dinding es miliknya.Boom.Ledakan kecil terjadi di atas istana es, menggetarkan bagian puncak dari bangunan es tersebut.Saat Beruang Salju berniat melakukan perlawanan, dua petinggi Padepokan Surya telah berada di depannya, dan melancarkan serangan pisik.Suah.Beruang Salju melesat ke samping, menghindari pukulan Ki Langit Hitam, di saat yang sama, Ki Sundur Langit menyapukan tendangan cepat ke arah wajah Petinggi Penjaga Dunia tersebut.Boom.Tubuh Beruang Salju melesat cepat, meninggalkan Istana Es, dan jatuh terhempas di permukaan tanah yang gersang.Dia bangkit, lalu melepaskan dua bole energi ke arah lawannya. Sayangnya, dua serangan itu dapat dihindari oleh Ki Sundur Langit d
Serangan besar yang dilakukan oleh Rawai Tingkis dan Kelelawar Hitam, telah menyebabkan banyak kerusakan di sekitar mereka berdua.Namun dua orang itu, masih menolak untuk menyerah, meskipun salah satunya mengalami luka yang cukup serius, yaitu Kelelawar Hitam.Kelelawar Hitam memiliki energi mistik yang berlimpah, membuat dia percaya dapat mengalahkan Rawai Tingkis dalam segala kondisi yang dialaminya saat ini.Andaipun hanya memiliki satu tangan dan satu mata saja, Kelelawar Hitam masih percaya dapat menumbangkan Rawai Tingkis.Di sisi lain, Rawai Tingkis memiliki pertahanan pisik yang lebih baik, berkat pengobatan yang dilakukan oleh Naga Kecil.Namun demikian, energi mistik yang dimiliki pemuda itu berada jauh di bawah Kelelawar Hitam.Dua Roh Suci yang ada pada tubuh Rawai Tingkis, terbilang berusia muda, apa lagi Naga Kecil yang baru saja lahir beberapa waktu yang lalu. Energi mistik ke dua Roh Suci ini masih digolongkan kelas menengah, dan tidak dapat disandingkan oleh Energi M
Tidak pernah dirasakan oleh Kelelawar Hitam sensasi dan juga pengalaman seperti ini saat menghadapi musuh-musuhnya, kecuali hari ini.Dia tidak pernah takut, tapi hari ini dia melihat siapa yang kuat, dan siapa yang menjadi penguasa dari kalangan Roh Suci.Namun perasaan itu segera ditepisnya, dia tidak ingin jatuh dalam perangkap Rawai Tingkis.Kelelawar Hitam mengira, ini hanyalah permainan ilusi saja, mungkin ada kekuatan lain yang dimiliki oleh Rawai Tingkis, untuk mengendalikan pikirannya.Namun sayangnya, dia memang melihat sisi lain dari Rawai Tingkis.Sementara itu, Beruang Salju merasakan gejolak kekuatan Rawai Tingkis, dan tidak bisa tinggal diam saat ini.“Ini akan gawat, aku harus membantunya,” ucap Beruang Salju.Pria itu menaikan satu telunjuknya ke langit, lalu energi dingin menggumpal di ujung telunjuknya.Tidak selang beberapa lama, sesuatu yang sangat menakjubkan muncul di langit.Putri Intan Kumala menatap ke langit, dan untuk sesaat wajahnya menjadi tegang, meskipu
Beruang Salju masih berusaha untuk menumbangkan Putri Intan Kumala, meskipun tadinya dia penuh dengan kepercayaan diri dapat mengalahkan Kumala, tapi kenyataanya dia butuh waktu lama untuk menjatuhkan gadis tersebut. Beruang Salju telah menggunakan segagala cara untuk menjatuhkan boneka gurita raksasa yang dikendalikan oleh Putri Intan Kumala, tapi sialnya dia tidak mampu melakukan itu. Setiap kali dia brhasil memotong satu bagian tangan gurita itu, maka ditempat yang sama, tangan lain akan tumbuh. Menghadapi persoalan semacam ini, membuat kepala Beruang Salju serasa akan pecah. Sejauh ini, dia telah menemukan banyak ide, dan menerapkannya, bahkan ide paling licik sekalipun telah dia gunakan. “Jika aku tahu sebelumnya kekuatan gadis ini, aku tidak akan memilih padang tandus sebagai lokasi pertemuan,” ucap Beruang Salju. Baru kini dia menyadari kesalahannya, dan keunggulan Putri Intan Kuamala. Dengan semua batu yang ada di padang tandus, menjadikan Putri Intan Kumala memiliki pa
Bola-bola energi yang dilempar dengan mudah oleh Kelelawar Hitam, tapi menghasilkan dampak yang sangat mengrikan.Dari sini, terlihat betapa hebatnya Kelelawar Hitam sebenarnya, dan dari sini pula terlihat betapa kuatnya Roh Suci pada saat itu.Kekuatan sebesar Kelelawar Hitam bahkan tidak mampu menaklukan Roh Suci tanpa bantuan Satria Roh Suci dan Manusia Murni di jamannya.“Akan kuundang binatang kegelapan,” ucap Kelelawar Hitam.Dia melakukan sebuah gerakan, yang tidak jelas, tapi di ujung gerakan itu, dia mengarahkan telapak tangannya ke atas.Sedetik kemudian, kepulan asap muncul dari telapak tangan itu, lalu tepat di atas kepalanya, sekitar dua atau tiga depa tingginya, asap itu membentuk lingkaran besar.Belum tahu apa yang terjadi atau apa yang akan dilakukan oleh Kelelawar Hitam itu, tapi auranya sudah menyebar ke segala arah, dan berhasil menekan mental Rawas Kalat dan Danur Jaya.“Kalian akan menjadi santapan siang ini!”Dan, tiba-tiba.Goar… mahluk hitam besar muncul dari
Sementara itu, Rawas Kalat dan Danur Jaya masih berjibaku sengit melawan Kelelawar Hitam yang mencoba menemukan keberadaan Rawi Tingkis.Dua pemuda mati-matian menahan Kelelawar Hitam, mencoba melakukan yang terbaik meski kerap mendapatkan luka pada bagian tubuh mereka.Sesekali akan terlihat debu jamur raksasa menghiasi udara siang ini, ketika salah satu dari mereka dihempas kasar ke permukaan tanah.Jangan bertanya berapa banyak darah yang dikeluarkan dari dalam tubuhnya, sebab luka yang diterima ke dua pemuda itu tiada terhitung jumlahnya.Menghadai manusia yang memiliki energi mistik dalam jumlah besar, memang sangat menyulitkan.Bahkan, nyawa mereka kini seolah berada di ujung tanduk, hanya menunggu kematian saja.Sayangnya, tekad dan semangat juang ke dua pemuda itu tidak dapat dianggap remeh.Jatuh bangun hal biasa, kini keduanya mulai bersahabat dengan luka-luka.Setelah kehabisan anak panah, Danur Jaya terpaksa menggunakan busur panah untuk bertarung. Busur itu dijadikan sema
Kelelawar Hitam menepis seluruh api yang menyelimuti dirinya dengan asap hitam, lalu berdiri setelah jatuh di atas tumpukan kerikil. Dia memandang Rawas Kalat dengan penuh emosi.“Kalian juga bagian dari pencurian Seruling Emas-““Memangnya kenapa?” timpal Rawas Kalat.Mendengar jawaban itu, wajah Kelelawar Hitam menjadi padam, dia menahan nafasnya dengn rahang yang mengeras, lalu dia berkata, “kalau begitu, kau juga harus mati!”Kelelawar Hitam langsung berubah menjadi asap dan menggempur Rawas Kalat dari segala sisi.Asap hitam secara alami mungkin tidak dapat menghantam tubuh manusia, tapi tidak dengan asap hitam milik Kelelawar Hitam.Asap itu terasa sangat keras sehingga membuat Rawas Kalat begitu kesulitan untuk menahan semua serangan Kelelawar Hitam.Dalam sebuah momen, Rawas Kalat mencoba memukul asap tersebut, tapi tangannya malah terjebak oleh asap itu.Dia tidak bisa menarik tangannya, seolah melekat kuat dalam kepulan asap.Di saat yang sama pula, muncul asap menyerupai ma