Pria itu memiliki banyak julukan, tapi julukan yang paling sering diucapkan oleh orang lain adalah Camar Putih.Dari 9 satria roh suci, dia memiliki kecepatan paling cepat di antara yang lain.Wush.Pria tersebut mendadak berubah menjadi bayangan putih, bergerak cepat ke arah Rawai Tingkis.Kecepatan yang begitu tinggi, sangat mengejutkan pemuda tersebut. Sejauh ini, Rawai Tingkis tidak pernah bertemu dengan orang yang begitu cepat kecuali hari ini.Nyaris saja seruling emas yang ada di pinggang Rawai Tingkis disambar oleh telapak tangan Camar Putih.“Kau cukup gesit, Pimpinan Bayangkara!” ucap Camar Putih.Entah apakah dia sedang memuji Rawai Tingkis, atau dia sedang menghina pemuda tersebut, tapi ekspresi wajahnya tetap saja datar.Seolah pria ini tidak memiliki emosi di dalam hatinya.Sekali lagi dia bergerak cepat, berniat menyambar seruling emas di tangan Rawai Tingkis, tapi kali ini pemuda itu berhasil menepis tangannya, dan terjadilah pertarungan jarak dekat antara kedua orang
Setelah menahan seluruh serangan Camar Putih, Rawai Tingkis akhirnya melakukan sedikit perlawanan.Untuk kali pertama dia melakukan serangan semenjak menutup matanya.Satu tebasan cepat. Ayunan pedang bergerak dari bawah ke langit.Wush.Ujung mata pedang Rawai Tingkis, berhasil membuka jubah putih yang menutupi pria tersebut. Menampakan seluruh wajahnya.Selain buta, rambut Camar Putih rupanya juga berwarna putih, tapi tidak mirip dengan uban.Di bagian lehernya ada tato sepasang sayap putih, yang bila mana terkena cahaya matahari, maka tato itu akan memantulkan cahaya kemerahan.Serangan Rawai Tingkis barusan memang tidak melukai wajah pria tersebut, tapi demikian, pria itu kini menjadi tertegun dan diam di tempatnya.Wajahnya yang sejak awal selalu datar, kini mulai memerah, mungkin marah? Ah tidak tahu.‘Bocah ini barhasil membaca gerakanku?’ gumam Camar Putih, ‘Tidak ada satupun orang yang bisa menandingi kecepatanku, tidak ada! Bahkan 8 satria roh suci sekalipun, tapi dia bisa.’
Rawai Tingkis disergap dari depan oleh salah satu bawahan Beruang Salju, membuatnya tidak bisa membantu Rawas Kalat saat ini.Di sisi lain, satu bawahan Beruang Salju malah melesat ke arah Danur Jaya, sebelum pemuda itu sempat menarik anak panahnya, atau pula menggunakan jubah malam.Nasib sama juga dialami oleh Putri Intan Kumala, yang entah sejak kapan salah satu musuh sudah berada di belakang dirinya, lalu menendang punggung wanita itu hingga dia nyaris terjungkal ke tanah gersang.“Kumala!” Rawai Tingkis langsung bergerak ke samping, tapi sebelum kakinya jauh melangkah, satu bawahan Beruang Salju lagi-lagi menghentikan pemuda tersebut.Rawai Tingkis melirik cepat ke arah belakang, tepatnya pada Rawas Kalat yang masih berjuang untuk mendapatkan Seruling Emas.Lawan pemuda itu adalah Beruang Salju, ini akan sangat berbahaya bagi Rawas Kalat.Sial, Beruang Salju kembali melepaskan teknik serangan es ke arah Rawas Kalat.Bom bom bom.Lagi dan lagi, Rawas Kalat menahan semua serangan m
Dua Roh Suci memasang kuda-kuda untuk saling menyerang. Satu tipe elemen es, dan satunya elemen udara.Dua kekuatan yang entah akan menjadi apa jika terjadi bentrokan antar keduanya.Namun, ketika Camar Putih baru saja mulai bergerak untuk menyerang, tiba-tiba Rawai Tingkis telah berada di hadapan Beruang Salju dengan mata pedang yang berkilat putih.Wush.Pemuda itu melakukan sebuah tebasan yang cepat, nyaris sekali melukai batang leher Beruang Salju, jika bukan karena pria itu berhasil menghindarinya tepat waktu.“Bocah, apa yang kau lakukan?” Camar Putih merasa heran dengan tindakan Rawai Tingkis saat ini.“Dia telah membuat Rinjani membeku, aku tidak akan memaafkan dirinya!” ucap Rawai Tingkis.Beruang Salju tersenyum sinis saat ini, jelas dia merasa Rawai Tingkis bukan lawan sepadan bagi dirinya.Sebelumnya, pemuda itu dibantu oleh dua temannya, tapi kali ini, siapapun yang akan membantu Rawai Tingkis akan lansung dibunuh oleh Beruang Salju.“Kau ingin mati, aku akan mengambulkan
Pertarungan antara Kelelawar Hitam dan Camar Putih berlangsung dengan begitu sengit. Ini bukan pertarungan biasa, dengan teknik dan gaya bertarung yang biasa, tapi ini pertarungan luar biasa, antara sesama Satria Roh Suci.Kedua orang yang sama-sama memiliki keahlian meringankan tubuh, dan juga segudang pengalaman bertarung, telah menciptakan dataran tandus menjadi lebih mengerikan lagi.Bukit-bukit tinggi kehilangan puncaknya setiap kali ke dua orang itu mendarat, bahkan tidak jarang pula, muncul kawah atau pula telaga kering di tempat tersebut, akibat pertukaran serangan energi mistik di antara ke duanya.Sejauh ini, Danur Jaya melihat keduanya bertarung dengan imbang. Akan terlihat Kelelawar Hitam dilempar begitu jauh oleh lawannya, tapi juga kadang sebaliknya, Camar Putih yang melayang di udara dan terhempas kasar di tanah gerasang.Melihat pertarungan tersebut, Danur Jaya hanya mampu menelan ludah, sementara peluh mulai membasahi wajahnya.Jika dilihat seperti ini, Putri Intan Ku
Danur Jaya akhirnya melihat ada perbedaan yang terjadi pada arena es ini. Perbedaan dari segi warna, dan juga dari tingkat kekuatannya.Rupanya, arena es ini masih dikendalikan oleh Beruang Salju, dan pikiran Beruang Salju sebenarnya tidak pernah lepas dari arena es yang telah dia buat.Setiap kali, Rawas Kalat menyerang arena es ini, maka ada perbedaan yang mencolok di mata Danur Jaya.“Jika kau menyerangnya, warna es pada titik yang kau serang cendrung berubah menjadi biru, itu disebabkan karena aliran energi mistik yang dilakukan oleh Beruang Salju. Energi mistik itulah yang membuat permukaan es menjadi lebih keras dibandingkan dengan logam baja.”Namun, menurut Danur Jaya, di titik-titik lain, es masihlah es biasa, dan masih rapuh seperti es pada umumnya.Ini terlihat dari warna es yang tidak berubah sama sekali.Jadi, setiap saat ada yang menyerang arena es ini, Beruang Salju akan menglirkan energi mistiknya untuk menjadikan permukaan es tersebut menjadi 10 kali lebih keras.Nam
Setelah memecahkan Arena Es yang dibuat oleh Beruang Putih, Rawas Kalat jatuh terkulai dengan tubuh setengah mati. Sangat sulit meggerakan satu jarinya saja saat ini.“Kau baik-baik saja?” tanya Danur Jaya.“Aku menggunakan seluruh tenaga dalamku,” timpal Rawas Kalat, “aku butuh istirahat.”Danur Jaya tersenyum, lalu merogoh saku bajunya, dan menyerahkan kendi kecil yang terbuat dari labu. Di dalam kendi itu, ada minuman keras yang tidak lain adalah tuak.“Aku membelinya di sebuah kedai, aku pikir akan memberikannya kepadamu di saat kita selesai di sini, tapi sepertinya …ah sudahlah!” pria itu melempar kendi itu ke arah Rawas Kalat.Meski masih dengan tubuh yang lemah, Rawas Kalat begitu antusias mengambil kendi tersebut, lalu meminumnya.Efek dari tuak dapat menipu tubuh Rawas Kalat untuk sementara waktu, sehingga dia tidak akan merasakan sakit, lemah ataupula sebagainya.Paling tidak efek ini bisa bertahan beberapa menit ke depan, dan harapannya Rinjani sudah kembali kepada mereka.
Hampir saja, tombak itu menikam perut Rawai Tingkis. Beruntung Pemuda itu secara kebetulan memijak sebongkah batu es, dan membuatnya jatuh terhempas ke belakang.Alhasil, tombak hanya melewati udara lalu, dan berjarak sekitar satu jengkal dari tubuh Rawai Tingkis.Rupanya, bukan kemalangan saat dirinya jatuh, tapi kadang kala perlu jatuh untuk menghindari bahaya yang lebih besar.Saat melihat hal itu, Danur Jaya menelan ludahnya sekali, suaranya tersendat di kerongkongan.“Apa yang kau lihat?” tanya Rawas Kalat, berusaha berdiri untuk menonton pertarungan Rawai Tingkis dan Beruang Salju.Ketika dia berhasil berdiri, Rawas Kalat masih belum bisa melihat Rawai Tingkis, karena pandangan matanya yang kurang tajam.“Danur Jaya, katakana sesuatu! Kenapa kau begitu tegang?”“Tidak,” ucap Danur Jaya, “Bukan apapun.”“Sial, aku tidak bisa melihat Rawai Tingkis, mataku terlalu lemah untuk melihat pertarungan dari jarak sejauh ini.”Sebagai petarung jarak dekat, mata tajam kadang kala tidak begi