Hampir saja, tombak itu menikam perut Rawai Tingkis. Beruntung Pemuda itu secara kebetulan memijak sebongkah batu es, dan membuatnya jatuh terhempas ke belakang.Alhasil, tombak hanya melewati udara lalu, dan berjarak sekitar satu jengkal dari tubuh Rawai Tingkis.Rupanya, bukan kemalangan saat dirinya jatuh, tapi kadang kala perlu jatuh untuk menghindari bahaya yang lebih besar.Saat melihat hal itu, Danur Jaya menelan ludahnya sekali, suaranya tersendat di kerongkongan.“Apa yang kau lihat?” tanya Rawas Kalat, berusaha berdiri untuk menonton pertarungan Rawai Tingkis dan Beruang Salju.Ketika dia berhasil berdiri, Rawas Kalat masih belum bisa melihat Rawai Tingkis, karena pandangan matanya yang kurang tajam.“Danur Jaya, katakana sesuatu! Kenapa kau begitu tegang?”“Tidak,” ucap Danur Jaya, “Bukan apapun.”“Sial, aku tidak bisa melihat Rawai Tingkis, mataku terlalu lemah untuk melihat pertarungan dari jarak sejauh ini.”Sebagai petarung jarak dekat, mata tajam kadang kala tidak begi
“Jadi dia ada di saat itu?” Singa Emas bergumam di kepala Rawai Tingkis. “Aku tidak ingat apapun saat itu, Ayahku memintaku untuk pergi sebelum manusia menemukan kami.”“Apa benar?” ucap Rawai Tingkis, “Apakah benar, potensi aura suci bangsa kalian mampu menolak gelombang lautan?”“Ya, aku pernah melihat Ayahku melakukannya, ketika dia meraung, sungai yang mengalir ke hilir, malah berbalik ke hulu…”Itu artinya, aura suci milik Singa Emas yang ada bersama dengan Rawai Tingkis, pada dasarnya tidak sekuat milik Ayahnya. Sejauh ini, aura singa emas hanya bisa memberikan dampak pada mahluk hidup, dan baru kali ini Rawai Tingkis tahu, jika aura suci bahkan berdampak pada benda mati.Namun, tidak untuk saat ini melatih aura suci, musuh telah berada di hadapan, dan tidak ada kesempatan. Ya, mungkin saja.Masih larut dalam pikirannya, Beruang Salju telah menguasai pikirannya yang kalut.Menurutnya, Aura Suci milik Rawai Tingkis hanya memiliki kemiripan dengan aura suci milik Singa Emas. Mungk
Segaris panjang luka yang kini didapatkan oleh Beruang Salju, terbentang dari pangkal bahu kiri sampai pada bagian perut kanannya.Beruang Salju tidak menduga, dan tidak akan percaya jika Rawai Tingkis masih hidup setelah menerima serangan bola mistik, sekaligus dijatuhi oleh reruntuhan bebatuan besar.Bahkan Satria Roh Suci kemungkinan akan mengalami kematian jika terkena serangan bola mistik barusan, tapi rupanya Rawai Tingkis memiliki tubuh yang jauh lebih kuat dibandingkan dengan dugaan Beruang Salju.Pemuda itu bertahan dan bertahan, dari serangkaian serangan berat yang diterima oleh tubuhnya.Dia tidak mati, dan tampaknya musuh dari kematian itu sendiri.Ini bukan awal pertama bagi Rawai Tingkis menderita luka yang parah, ini sudah beberapa kali banyaknya, tapi sekali lagi dia bangkit dan bertahan.Sekarang Beruang Salju jatuh berlutut di hadapan Rawai Tingkis, menatap pemuda itu dengan pandangan mata yang sinis.Dia sangat marah, tapi luka yang diterimanya membuat Beruang Salju
Liontin kecil di leher Rawai Tingkis, adalah telur naga yang dijaga oleh ular saat kematian indu Naga.Telur itu akan dimakan oleh ular tersebut, untuk membuat dirinya berubah menjadi sosok naga.Meski telur itu tidak sempurna, tapi telur tersebut telah memiliki rohnya, yaitu Naga Kecil.Sayangnya, roh itu tidak akan lahir ke dunia ini, karena telur yang cacat.Namun, hari ini, tubuh Rawai Tingkis telah menerima lusinan kali energi mistik, dan tanpa sengaja, energi mistik juga menghantam liontin telur.Tidak, energi mistik tidak menghancurkan telur tersebut, tapi malah memicu kekuatan roh naga kecil yang ada di dalamnya.Energi mistik milik Beruang Salju, pada dasarnya energi yang dimiliki oleh Roh Suci. Konsepnya sama.Kegagalan telur nag aitu, atau kecacatan yang dialaminya, diakibatkan karena kekurangan energi mistik yang harusnya diberikan oleh induk naga.Suplai energi mistik murni yang kurang, akhirnya menghentikan pertumbuhan dari telur naga, meskipun pada dasarnya sudah memili
“Apa yang telah kau lakukan kepada Rawai Tingkis?!” Putri Intan Kumala, mulai melayang di udara dengan menggunakan satu batu sebagai pijakannya.Gadis itu melempar ratusan batu sebesar kepalan tinju ke arah Beruang Salju, tapi serangan itu dapat dipatahkan oleh pria pemilik teknik es.Serangan selanjutnya, menggunakan lebih banyak batu yang berukuran besar, tapi untuk ke dua kalinya, Petinggi Penjaga Dunia itu berhasil mematahkan serangan Putri Intan Kumala.Sayangnya, gadis tersebut telah dikuasai oleh kekuatannya sendiri, dia tidak memikirkan segala bahaya yang berpotensi membunuh dirinya, entah itu bahaya dari dirinya sendiri atau pula dari lawannya. Tidak peduli, Putri Intan Kumala telah kehilangan setengah akalnya saat ini.Dia mulai melakukan gerakan semacam tarian, tapi ini jelas bukan tarian biasa, dia mengendalikan lebih banyak batu yang berada di permukaan tanah, lalu menyerang Beruang Salju.Hanya dengan mengangkat telapak tanganya, Beruang Salju menciptakan sebuah dinding
Putri Intan Kumala menciptakan sebuah boneka batu, berbentuk gurita raksasa dengan Meriam besar pada bagian kepalanya.Salah datu tangan gurita itu mencanap ke bumi, entah apa artinya, Danur Jaya atau pula Berung Salju tidak tahu.Di atas Meriam itu, Intan Kumala berdiri memandang lawannya dengan tatapan dingin dan bibir yang pucat.“Kontrol energi yang luar biasa,” ucap Danur Jaya.Sementara itu, Beruang Salju mendadak tertegun untuk sesaat saat menyaksikan ukuran boneka batu yang kini menjadi tunggangan Putri Intan Kumala.Namun dengan cepat, Petinggi itu kembali menguasai dirinya, dan mulai melepaskan serangan demi serangan, untuk menguji seberapa jauh kekuatan gadis tersebut.Lima tombak es yang ukurannya hampir sama dengan pohon kelapa, baru saja dilepaskan oleh Beruang Salju.Namun, lima tangan gurita itu menahan semua tombak es, lalu membalikannya ke arah Beruang Salju.“Apa?” Beruang Salju terbang cepat menjauh.Dia tidak percaya, dan sulit untuk percaya dengan kenyataan ini.
Dugaan Rawas Kalat benar-benar tepat, saat ini Kelelawar Hitam datang mendekati mereka. Pria itu dengan emosi yang meluap-luap terbang mendekati telaga kering, dimana Rawai Tingkis masih tertimbun dan dalam pengobatan Naga Kecil. Dia berhenti sejenak, sembari menyaksikan pertarungan antara Beruang Salju dan Putri Intan Kumala. Kening Kelelawar Hitam sedikit mengernyit, mungkin karena tidak menduga kekuatan gadis yang bernama Intan Kumala tersebut, tapi sayangnya Kelelawar Hitam tidak tertarik dengan Putri Intan Kumala, atau pula dengan pertarungan mereka. Bagi Kelelawar Hitam, orang yang pantas disalahkan saat ini adalah Rawai Tingkis yang telah lancang mencuri seruling emas dari tangan Beruang Salju. Jadi, untuk menghilangkan kekesalannya, membunuh Rawai Tingkis merupakan solusi yang tepat saat ini. “Bodohnya Beruang Salju, menghadapi kekuatan seperti itu saja dia tidak mampu, jangan mengaku sebagai Satria Roh Suci jika masih dibawah kekuatan Manusia Murni …” gumam Kelelawar Hit
Kelelawar Hitam menepis seluruh api yang menyelimuti dirinya dengan asap hitam, lalu berdiri setelah jatuh di atas tumpukan kerikil. Dia memandang Rawas Kalat dengan penuh emosi.“Kalian juga bagian dari pencurian Seruling Emas-““Memangnya kenapa?” timpal Rawas Kalat.Mendengar jawaban itu, wajah Kelelawar Hitam menjadi padam, dia menahan nafasnya dengn rahang yang mengeras, lalu dia berkata, “kalau begitu, kau juga harus mati!”Kelelawar Hitam langsung berubah menjadi asap dan menggempur Rawas Kalat dari segala sisi.Asap hitam secara alami mungkin tidak dapat menghantam tubuh manusia, tapi tidak dengan asap hitam milik Kelelawar Hitam.Asap itu terasa sangat keras sehingga membuat Rawas Kalat begitu kesulitan untuk menahan semua serangan Kelelawar Hitam.Dalam sebuah momen, Rawas Kalat mencoba memukul asap tersebut, tapi tangannya malah terjebak oleh asap itu.Dia tidak bisa menarik tangannya, seolah melekat kuat dalam kepulan asap.Di saat yang sama pula, muncul asap menyerupai ma