Dari anggota yang lain, dapat dikatakan Rawas Kalat memiliki ambisi yang terlalu kecil. Selama ini, dia berlatih keras sepanjang waktu, hanya untuk membalaskan dendam kematian Kakeknya.Ini yang membuat pertarungan Rawas Kalat sebelumnya terkesan menggila, tanpa memahmi keadaan lawannya terlebih dahulu.Rawas Kalat amat sangat jarang melakukan serangan dengan menggunakan tinjunya, kecuali hanya beberapa kali saja.Karena dikuasai oleh amarah dan dendam, gaya bertarung Rawas Kalat tampak sangat berbeda dari kebiasaannya.Dia menggunakan pohon, dinding dan batu saat menyerang musuhnya, bahkan beberapa kali, Rawas Kalat membahayakan dirinya sendiri hanya untuk membunuh beberapa musuh yang sebenarnya tidak begitu kuat.Rawas Kalat benar-benar dikuasai oleh amarah dan dendam hari ini, tapi yang tidak dia sadari, Rawai Tingkis memperhatikan gaya bertarungnya dari jauh.Sebagai pimpinan sekaligus teman dekat, Rawai Tingkis memahami kondisi mental Rawas Kalat yang berubah.Semua ini diakibat
“Dimana Rinjani?” tanya Rawai Tingkis.“Benar, dimana Dinda Rinjani?”Paman Tinu datang bersama Pangeran Gadang Saba yang mulai bisa bergerak, meski tidak begitu kuat.Namun, Rinjani tidak bersama Paman Tinu.Dengan cepat, Danur Jaya mencari keberadaan Rinjani, tapi yang dia temukan hanyalah tempat penyimpanan obat-obatan yang sering dibawa oleh gadis tersebut.“Sial, kita kehilangan Rinjani …” Rawai Tingkis langsung berlari ke sana kemari, mencari keberadaan temannya tapi tidak kunjung ditemukan.Di sisi lain, Paman Tinu dan seratus pasukannya langsung menyisir setiap sisi Kota, jalanan kecil, dan beberapa rumah tapi hasilnya tetap sama saja.Rinjani tidak ditemukan dimanapun.Wajah Danur Jaya mulai tegang, tentu saja wanita yang dia sukai kini hilang tanpa bekas.Kemana Rinjani pergi, tidak ada yang tahu dan tidak ada yang melihatnya.Paman Tinu mengatakan jika gadis itu sebelumnya ada di belakang, sedang membereskan obat-obatannya, sementara dirinya menandu Pangeran Gadang Saba.Na
Keputusan semuanya diserahkan kepada Gadang Saba, apa yang akan dia lakukan ke depannya terhadap keluarganya sendiri, itu adalah urusan pemuda tersebut.Setelah, bangsawan kerajaan itu ditawan di dalam penjara bawah tanah, dan belum diputuskan hukuman selanjutnya, kini Kerajaan Bukit Batu mengalami kekosongan.Tidak ada raja dan pemimpin di kerajaan ini, kecuali jika Gadang Saba duduk di singgasana.Apa yang salah? Tidak ada, Gadang Saba mungkin pangeran termuda atau bungsu, tapi sekarang semua keluarganya telah berkhianat.Dialah yang pantas duduk di atas singgasana tersebut. Namun demiikian, Gadang Saba tidak bisa menerima hal ini begitu saja.Dia butuh masukan dari beberapa pihak, salah satunya adalah Rawai Tingkis, dan juga Paman Tinu serta 100 petarung yang lain.“Apa yang kau harapkan dariku?” tanya Rawai Tingkis, “menepuk pundak Gadang Saba beberapa kali, “ini adalah kerajaanmu.”“Pangeran Gadang Saba,” ucap Paman Tinu, “orang tua sepertiku tidak layak untuk memberi masukan, m
Pria itu memiliki banyak julukan, tapi julukan yang paling sering diucapkan oleh orang lain adalah Camar Putih.Dari 9 satria roh suci, dia memiliki kecepatan paling cepat di antara yang lain.Wush.Pria tersebut mendadak berubah menjadi bayangan putih, bergerak cepat ke arah Rawai Tingkis.Kecepatan yang begitu tinggi, sangat mengejutkan pemuda tersebut. Sejauh ini, Rawai Tingkis tidak pernah bertemu dengan orang yang begitu cepat kecuali hari ini.Nyaris saja seruling emas yang ada di pinggang Rawai Tingkis disambar oleh telapak tangan Camar Putih.“Kau cukup gesit, Pimpinan Bayangkara!” ucap Camar Putih.Entah apakah dia sedang memuji Rawai Tingkis, atau dia sedang menghina pemuda tersebut, tapi ekspresi wajahnya tetap saja datar.Seolah pria ini tidak memiliki emosi di dalam hatinya.Sekali lagi dia bergerak cepat, berniat menyambar seruling emas di tangan Rawai Tingkis, tapi kali ini pemuda itu berhasil menepis tangannya, dan terjadilah pertarungan jarak dekat antara kedua orang
Setelah menahan seluruh serangan Camar Putih, Rawai Tingkis akhirnya melakukan sedikit perlawanan.Untuk kali pertama dia melakukan serangan semenjak menutup matanya.Satu tebasan cepat. Ayunan pedang bergerak dari bawah ke langit.Wush.Ujung mata pedang Rawai Tingkis, berhasil membuka jubah putih yang menutupi pria tersebut. Menampakan seluruh wajahnya.Selain buta, rambut Camar Putih rupanya juga berwarna putih, tapi tidak mirip dengan uban.Di bagian lehernya ada tato sepasang sayap putih, yang bila mana terkena cahaya matahari, maka tato itu akan memantulkan cahaya kemerahan.Serangan Rawai Tingkis barusan memang tidak melukai wajah pria tersebut, tapi demikian, pria itu kini menjadi tertegun dan diam di tempatnya.Wajahnya yang sejak awal selalu datar, kini mulai memerah, mungkin marah? Ah tidak tahu.‘Bocah ini barhasil membaca gerakanku?’ gumam Camar Putih, ‘Tidak ada satupun orang yang bisa menandingi kecepatanku, tidak ada! Bahkan 8 satria roh suci sekalipun, tapi dia bisa.’
Rawai Tingkis disergap dari depan oleh salah satu bawahan Beruang Salju, membuatnya tidak bisa membantu Rawas Kalat saat ini.Di sisi lain, satu bawahan Beruang Salju malah melesat ke arah Danur Jaya, sebelum pemuda itu sempat menarik anak panahnya, atau pula menggunakan jubah malam.Nasib sama juga dialami oleh Putri Intan Kumala, yang entah sejak kapan salah satu musuh sudah berada di belakang dirinya, lalu menendang punggung wanita itu hingga dia nyaris terjungkal ke tanah gersang.“Kumala!” Rawai Tingkis langsung bergerak ke samping, tapi sebelum kakinya jauh melangkah, satu bawahan Beruang Salju lagi-lagi menghentikan pemuda tersebut.Rawai Tingkis melirik cepat ke arah belakang, tepatnya pada Rawas Kalat yang masih berjuang untuk mendapatkan Seruling Emas.Lawan pemuda itu adalah Beruang Salju, ini akan sangat berbahaya bagi Rawas Kalat.Sial, Beruang Salju kembali melepaskan teknik serangan es ke arah Rawas Kalat.Bom bom bom.Lagi dan lagi, Rawas Kalat menahan semua serangan m
Dua Roh Suci memasang kuda-kuda untuk saling menyerang. Satu tipe elemen es, dan satunya elemen udara.Dua kekuatan yang entah akan menjadi apa jika terjadi bentrokan antar keduanya.Namun, ketika Camar Putih baru saja mulai bergerak untuk menyerang, tiba-tiba Rawai Tingkis telah berada di hadapan Beruang Salju dengan mata pedang yang berkilat putih.Wush.Pemuda itu melakukan sebuah tebasan yang cepat, nyaris sekali melukai batang leher Beruang Salju, jika bukan karena pria itu berhasil menghindarinya tepat waktu.“Bocah, apa yang kau lakukan?” Camar Putih merasa heran dengan tindakan Rawai Tingkis saat ini.“Dia telah membuat Rinjani membeku, aku tidak akan memaafkan dirinya!” ucap Rawai Tingkis.Beruang Salju tersenyum sinis saat ini, jelas dia merasa Rawai Tingkis bukan lawan sepadan bagi dirinya.Sebelumnya, pemuda itu dibantu oleh dua temannya, tapi kali ini, siapapun yang akan membantu Rawai Tingkis akan lansung dibunuh oleh Beruang Salju.“Kau ingin mati, aku akan mengambulkan
Pertarungan antara Kelelawar Hitam dan Camar Putih berlangsung dengan begitu sengit. Ini bukan pertarungan biasa, dengan teknik dan gaya bertarung yang biasa, tapi ini pertarungan luar biasa, antara sesama Satria Roh Suci.Kedua orang yang sama-sama memiliki keahlian meringankan tubuh, dan juga segudang pengalaman bertarung, telah menciptakan dataran tandus menjadi lebih mengerikan lagi.Bukit-bukit tinggi kehilangan puncaknya setiap kali ke dua orang itu mendarat, bahkan tidak jarang pula, muncul kawah atau pula telaga kering di tempat tersebut, akibat pertukaran serangan energi mistik di antara ke duanya.Sejauh ini, Danur Jaya melihat keduanya bertarung dengan imbang. Akan terlihat Kelelawar Hitam dilempar begitu jauh oleh lawannya, tapi juga kadang sebaliknya, Camar Putih yang melayang di udara dan terhempas kasar di tanah gerasang.Melihat pertarungan tersebut, Danur Jaya hanya mampu menelan ludah, sementara peluh mulai membasahi wajahnya.Jika dilihat seperti ini, Putri Intan Ku