Rawai Tingkis berhasil masuk ke dalam benteng, sedikit lebih rapi dari biasanya. Biasanya dia cendrung membuat keributan saat masuk ke dalam markas musuh, tapi kali ini dia dengan sangat trampil berhasil menumbangkan beberapa penjaga tanpa diketahui oleh musuh-musuhnya.Setelah beberapa saat kemudian, Rawai Tingkis berhasil masuk ke dalam ruang dalam istana.Pintu besar yang dijaga oleh banyak pasukan, tidak mungkin dilalui Rawai Tingkis, jadi dia memanfaatkan jendela yang berada tidak jauh dari tanam Istana.Ah, ini tidak bisa disebut sebagai taman istana, karena lebih banyak peralatan perang dibandingkan bunga-bunga di tempat itu.“Jangan membunuh lagi,” ucap Roh Naga Kecil yang ada di dalam liontin kalungnya. “Kau akan segera diketahui oleh ribuan pasukan, Teman.”“Ya, aku mengerti …” ucap Rawai Tingkis, “tapi, kemana arah menuju penjara?”Rawai Tingkis berniat mengeluarkan Pangeran Gadang Saba, dan memang inilah umpan paling baik untuk mengeluarkan semua monster di dalam istana in
Rawai Tingkis berlari cepat melewati benteng Istana, melompat-lompat seperti kodok.Di saat yang sama, Danur Jaya tersenyum tipis.“Dia sudah datang,” ucap Danur Jaya.“Astaga, berapa banyak orang yang mengejarnya,” ucap Rawas Kalat.“Bukankah itu semakin baik …?” Putri Intan Kumala menunjukan senyum tipis nan menarik, tapi sorot matanya tajam menusuk ke jiwa.Paman Tinu diintstuksikan untuk tinggal di benteng batu yang dibuat oleh Putri Intan Kumala.Bersama dengan 100 pasukannya, mereka sudah siap melepaskan anak panah yang telah dilapisi oleh emas.Dua menit yang lalu, 100 orang ini terpaksa menggunakan mutiara emas, yang membuat mereka berubah menjadi Satria Suci. Tidak ada pilihan lain, meskipun mereka tidak ingin menggunakannya, tapi dalam situasi seperti ini, kekuatan dari Mutiara Emas sangat dibutuhkan.Di saat yang sama, Rawas Kalat langsung meninggalkan posisinya. Dia memandu Rawai Tingkis, membawa pemuda itu ke jalan yang lebih aman, sementara musuh akan melewati jalan jeba
Hujan batu yang dilakukan oleh Putri Intan Kumala, telah menyapu sebagian kecil kelompok musuh yang datang mendekati mereka.Sekarang, Paman Tinu dan lainnya, baru tahu manfaat dari banyak batu yang dikumpulkan, selain dari untuk membuat benteng rupanya dapat dijadikan sebagai senjata.Beberapa saat setelah itu, musuh mencapai benteng batu, tapi dengan tombak yang telah dilapisi emas, mereka bisa menahan serangan musuh yang begitu banyak.Bersama pula dengan itu, Putri Intan Kumala mencoba menyelamatkan semua pasukannya.Wush wush wush.Panah menderu dari jauh, menghantam satu satria Bulan Merah, lalu meledak tubuhnya.Ledakan yang mengandung tekanan gelombang kejut, berhasil melempar baris depan musuh yang berada di sekitar Benteng Batu.Melihat situasinya mulai sulit, Rawas Kalat menarik pohon tumbang, lalu melempar pohon itu ke arah musuh.Nyaris saja, satu musuh hampir membunuh salah satu pasukan Bayangkara yang ada di dalam benteng batu, jika bukan karena lemparan Rawas Kalat ya
Rawai Tingkis berhasil mengalahkan salah satu pejabat tinggi, memenggal kepalanya dengan satu kali ayunan pedang.Pemdangan yang mengerikan disaksikan langsung oleh pejabat yang lain, tapi mereka tidak lantas menjadi takut.Mereka berpikir keberuntungan masih berpihak kepada Rawai Tingkis, lagipula mereka mengira ini hanya sebauh kebetulan belaka.Tidak mungkin pejiabat tinggi kerajaan bisa dibunuh hanya dengan satu kali tebasan saja, kecuali kalau bukan sebuah kebetulan semata.Jadi mereka dengan penuh percaya diri, terus melancarkan perlawanan kepada pemuda tersebut.Sayangnya, beberapa saat kemudian, satu orang tewas di tangan Rawai Tingkis, setelah tubuhnya ditikam oleh ujung mata pedang gading cempaka.Di sini musuh baru menyadari jika tebasan dan juga pedang gading cempaka begitu kuat, hingga mampu melukai kulit seorang pejabat tinggi yang telah menggunakan mutiara emas berkualitas lebih baik dibandingkan dengan yang lainnnya.-Tebasan Bulan Sabit!-Rawai Tingkis bergerak cepat,
Di sisi lain, para keluarga bangsawan kerajaan yang berada di dalam istana, saat ini sedang berdebat sengit antar sesama mereka.Berdasarkan laporan, dari beberapa prajurit yang melihat pertempuran di luar benteng istana, para bangsawan kerajaan mulai berselisih pendapat terkait masa depan mereka di istana ini.“Bagaimana jika pasukan itu berhasil menguasai Kerajaan Bukit Batu, mengalahkan seluruh prajurit yang kita miliki, apa yang akan terjadi dengan hidup kita?” salah satu pria tua, yang tidak lain masih paman bagi Gadang Saba, menunjukan ekspresi takut saat ini.Sebagian dari mereka, mengusulkan untuk melarikan diri dari Istana, sebelum Bayangkara datang ke sini setelah menyapu bersih para musuhnya.Tidak sedikit dari mereka juga merasa penuh percaya diri dengan kemampuan prajurit yang asalnya dari Bulan Merah.Tidak mungkin ribuan orang dapat dikalahkan hanya dengan segilintir orang saja. Singa mana yang sanggup bertahan saat diserang oleh kawanan serigala berujmlah ribuan ekor i
Ya, Danur Jaya tidak hanya menebar jebakan di dalam hutan, dia juga menebar jebakan di antara gang kecil di tengah kota.Karena itulah, Danur Jaya meminta seluruh warga untuk keluar dari tempat itu, karena dikhawatirkan akan mati karena ranjau yang ditebar Danur Jaya.Sayangnya, bangsawan kerajaan tidak tahu akan hal ini, dia malah melewati gang kecil yang memang telah diperkirakan sebagai jalan pelarian musuh-musuh Bayangkara.Alhasil, semua bangsawan kini terjebak di dalam ranjau benang emas.Mereka mencari cara untuk melepaskan diri, sialnya tidak ada mata yang tajam di antara mereka. Benang bertebaran dimana-mana, dan siap membunuh puluhan bangsawan yang terjebak di sana.“Aku akan mencari jalan lain!” prajurit turun dari kuda, berjalan membungkuk sembari sesekali mendongak ke atas, melihat adakah ranjau di tempat itu.Namun baru pula belasan langkah, pria itu tanpa sangaja menendang benang halus yang terbentang dari dinding rumah ke dinding rumah.Namun ini bukan benang emas, mel
Rawai Tingkis menghadapi serangkaian serangan lagi, dan lagi seperti biasanya. Namun jumlah musuh yang harus dia hadapi sebenarnya telah berkurang banyak.“Ah, sejak tadi kalian melakukan serangan-serangan seperti ini,” ucap Rawai Tingkis.Ya, jika sebelumnya kombinasi 5 senopati utama itu dilakukan saat pasukannya masih banyak, dan pada akhirnya tidak berhasil mengalahkan Rawai Tingkis, sekarang dnegan kombinasi yang sama, apa mereka pikir bisa membunuh pemuda bodoh itu.Tidak, mereka tidak akan mampu membunuh Rawai Tingkis.Dalam beberapa saat yang cepat, satu senopati telah tewas di tangan Rawai Tingkis, lalu diiringi oleh beberapa senopati muda yang mencoba menyelamatkan dirinya.“Kenapa dia lebih kuat?” gumam salah satu musuhnya.Rawai Tingkis sejak awal cendrung menahan diri, tapi sekarang pemuda tersebut mulai menunjukan keseriusan saat menghadapi musuhnya.Mungkin karena lawannya adalah senopati utama, jadi pemuda itu tidak ingin melakukan kesalahan meskipun sekecil apapun.P
Dari anggota yang lain, dapat dikatakan Rawas Kalat memiliki ambisi yang terlalu kecil. Selama ini, dia berlatih keras sepanjang waktu, hanya untuk membalaskan dendam kematian Kakeknya.Ini yang membuat pertarungan Rawas Kalat sebelumnya terkesan menggila, tanpa memahmi keadaan lawannya terlebih dahulu.Rawas Kalat amat sangat jarang melakukan serangan dengan menggunakan tinjunya, kecuali hanya beberapa kali saja.Karena dikuasai oleh amarah dan dendam, gaya bertarung Rawas Kalat tampak sangat berbeda dari kebiasaannya.Dia menggunakan pohon, dinding dan batu saat menyerang musuhnya, bahkan beberapa kali, Rawas Kalat membahayakan dirinya sendiri hanya untuk membunuh beberapa musuh yang sebenarnya tidak begitu kuat.Rawas Kalat benar-benar dikuasai oleh amarah dan dendam hari ini, tapi yang tidak dia sadari, Rawai Tingkis memperhatikan gaya bertarungnya dari jauh.Sebagai pimpinan sekaligus teman dekat, Rawai Tingkis memahami kondisi mental Rawas Kalat yang berubah.Semua ini diakibat