Booom.Sebuah ledakan sangat besar baru saja terjadi di belakang Rawai Tingkis. Gelombang kejut yang dihasilkan telah meretakan hampir semua patung manusia yang berada di sekitar tempat tersebut.Beberapa bangunan runtuh.Muncul asap berbentuk jamur yang membumbung tinggi ke udara, melewati batas dinding es yang dibuat oleh Beruang Salju.Di belakang Rawai Tingkis saat ini, tampak berkobar-kobar, bercahaya merah terang yang menyibakan rambutnya.Melihat ledakan tersebut, wajah beruang salju menjadi masam. Benar-benar api yang sangat besar, dan tampaknya akan sangat menyulitkan untuk memadamkan api itu.Di dalam hati Beruang Salju, sedang bergumam, kenapa ada minyak di dalam gudang rumah terbengkalai itu.“Silahkan jika ingin memadamkannya !” Rawai Tingkis tersenyum tipis, tapi dia mengarahkan mata pedang ke depan, tepatnya ke tubuh Beruang Salju.Ini artinya, Rawai Tingkis tidak akan membiarkan Beruang Salju melakukan tindakan untuk memadamkan kobaran api.Dalam hal ini, Beruang Salju
Kedatangan Rawas Kalat dan Ronggo, berhasil membantu Rawai Tingkis untuk menahan dinding es dingin lagi sangat kuat dan tebal.“Berandalan, apa kalian pikir bisa mengalahkanku dengan kombinasi serangan seperti ini?” tantang Beruang Salju, masih menganggap ke tiga lawannya hanya tikus kecil yang berusaha melawan seekor kucing.Namun siapa sangka, kekuatan itu mulai mendorong dinding es.“Jangan meremehkan orang lemah,” ucap Rawas Kalat, “saat mereka bersatu, gunung bahkan dapat diratakan.”“Tidak ada yang bisa bertahan sendirian di dunia ini …” sambung Ronggo.“Kau pikir, semua hal dapat diraih sendirian?” tanya Rawai Tingkis, “kau salah, Beruang Salju. Seekor harimau tidak akan mampu menghadapi gerombolan serigala buas. Terimalah serangan kami!”Dalam tiga tarikan nafas kemudian, Ronggo, Rawas Kalat menaikan kekuatannya untuk menghancurkan dinding es lawan.Di sisi lain, Rawai Tingkis mendadak menutup matanya, tapi ketika dia membuka mata tersebut, aura suci langsung menyerang Beruan
Pada akhirnya, kobaran api kobaran memadam bersama dengan es yang mencair. Namun, tidak ada yang tersisa dari Kota tersebut, semuanya telah terbakar habis, dan kini berubah menjadi puing-puing bangunan yang gosong.Kota paling dekat dengan Istana Bukit Batu, kin itelah menjadi kota gosong nan hitam legam.Kota ini pula menjadi saksi atas terbunuhnya banyak satria biasa, para prajurit dan para bandit setelah pertarungan yang sengit antara banyak kelompok yang berbeda-beda.Di tengah tumpukan puing-puing bangunan itu, Rawai Tingkis dan Rawas Kalat duduk berdua, setelah cukup lama menyapu kota untuk mencari beberapa jenazah.Sayangnya, sebagian banyak mayat telah hangus terbakar, dan sisanya dalam kondisi yang sangat mengenaskan.Rawai Tingkis hanya menggelengkan kepala, memandangi semua yang telah terjadi. Tidak ada tempat indah di Kota ini, tidak ada rumah bordil yang dijadikan sebagai tempat hiburan bagi lelaki berhidung belang.Semuanya telah hilang dalam hitungan jam saja.“Menurutm
Kakek Tua itu menginfokan tentang kerajaan Bukit Batu yang mulai kehilangan keseimbangannya.Pengaruh bangsawan Kerajaan mulai diperlemah oleh beberapa orang pintar yang berasal dari Indra Pura. Jelasnya, mereka ini adalah anggota Bulan Merah.Mereka datang ke sini sebagai penjual Mutiara Emas, tapi lambat laun mulai masuk ke dalam pemerintahan kerajaan Bukit Batu.Kedatangan mereka, mulai menimbulkan banyak permasalahan di dalam keluarga bangsawan. Mulai dari perpecahan antar putra putri Raja, sampai juga pada para prajurit Istana.Puncak dari perpecahan di Kerajaan Bukit Batu semakin memuncak setelah salah satu dari bangsawan kerajaan dinyatakan tewas diracuni.Tuduhan terarah kepada Pangeran Bungsu, yang saat itu menjabat sebagai senopati utama di kerajaan.Terdengar masuk akal, sebab Pangeran Bungsu lebih pintar dan cerdas dibandingkan dengan Putra Mahkota.Akibatnya, Pangeran Bungsu kini mendekam di dalam penjara bawah tanah.Ada banyak bawahan Pangeran Bungsu, mencoba membawa di
Ucapan yang dilontarkan oleh Rawai Tingkis, sebenarnya merupakan sebuah perintah, dan Danur Jaya sebagai tipe pemikir harus mencari cara untuk dapat mengeluarkan harimau dari dalam kandangnya. Menggiring harimau itu ke dalam jebakan.Tentu akan sangat sulit melakukan hal seperti itu, lagipula musuh tidak punya alasan untuk keluar dari benteng istana, dan mengejar umpan yang diberikan.Danur Jaya meminta sedikit waktu untuk berpikir saat ini. Dia bermain dengan selembar kertas lebar, menulis beberapa rencana di dalam kertas tersebut.Bagi Rawai Tingkis, kertas itu penuh dengan banyak coretan tangan, yang Rawai Tingkis tidak tahu apapun tentang gambaran sederhana itu.Bersama dengan Danur Jaya, sesekali Rawas Kalat, Rinjani dan Putri Intan Kumala memberi masukan, dan Rawai Tingkis memilih tidur mendengkur di bangku panjang yang berada di dekat meja.“Kita akan mengatur jebakan di sini, lalu di sini, dan di sini …” ucap Danur Jaya, membuat lingkaran di atas kertas tersebut.“Jika kita be
Rawai Tingkis berhasil masuk ke dalam benteng, sedikit lebih rapi dari biasanya. Biasanya dia cendrung membuat keributan saat masuk ke dalam markas musuh, tapi kali ini dia dengan sangat trampil berhasil menumbangkan beberapa penjaga tanpa diketahui oleh musuh-musuhnya.Setelah beberapa saat kemudian, Rawai Tingkis berhasil masuk ke dalam ruang dalam istana.Pintu besar yang dijaga oleh banyak pasukan, tidak mungkin dilalui Rawai Tingkis, jadi dia memanfaatkan jendela yang berada tidak jauh dari tanam Istana.Ah, ini tidak bisa disebut sebagai taman istana, karena lebih banyak peralatan perang dibandingkan bunga-bunga di tempat itu.“Jangan membunuh lagi,” ucap Roh Naga Kecil yang ada di dalam liontin kalungnya. “Kau akan segera diketahui oleh ribuan pasukan, Teman.”“Ya, aku mengerti …” ucap Rawai Tingkis, “tapi, kemana arah menuju penjara?”Rawai Tingkis berniat mengeluarkan Pangeran Gadang Saba, dan memang inilah umpan paling baik untuk mengeluarkan semua monster di dalam istana in
Rawai Tingkis berlari cepat melewati benteng Istana, melompat-lompat seperti kodok.Di saat yang sama, Danur Jaya tersenyum tipis.“Dia sudah datang,” ucap Danur Jaya.“Astaga, berapa banyak orang yang mengejarnya,” ucap Rawas Kalat.“Bukankah itu semakin baik …?” Putri Intan Kumala menunjukan senyum tipis nan menarik, tapi sorot matanya tajam menusuk ke jiwa.Paman Tinu diintstuksikan untuk tinggal di benteng batu yang dibuat oleh Putri Intan Kumala.Bersama dengan 100 pasukannya, mereka sudah siap melepaskan anak panah yang telah dilapisi oleh emas.Dua menit yang lalu, 100 orang ini terpaksa menggunakan mutiara emas, yang membuat mereka berubah menjadi Satria Suci. Tidak ada pilihan lain, meskipun mereka tidak ingin menggunakannya, tapi dalam situasi seperti ini, kekuatan dari Mutiara Emas sangat dibutuhkan.Di saat yang sama, Rawas Kalat langsung meninggalkan posisinya. Dia memandu Rawai Tingkis, membawa pemuda itu ke jalan yang lebih aman, sementara musuh akan melewati jalan jeba
Hujan batu yang dilakukan oleh Putri Intan Kumala, telah menyapu sebagian kecil kelompok musuh yang datang mendekati mereka.Sekarang, Paman Tinu dan lainnya, baru tahu manfaat dari banyak batu yang dikumpulkan, selain dari untuk membuat benteng rupanya dapat dijadikan sebagai senjata.Beberapa saat setelah itu, musuh mencapai benteng batu, tapi dengan tombak yang telah dilapisi emas, mereka bisa menahan serangan musuh yang begitu banyak.Bersama pula dengan itu, Putri Intan Kumala mencoba menyelamatkan semua pasukannya.Wush wush wush.Panah menderu dari jauh, menghantam satu satria Bulan Merah, lalu meledak tubuhnya.Ledakan yang mengandung tekanan gelombang kejut, berhasil melempar baris depan musuh yang berada di sekitar Benteng Batu.Melihat situasinya mulai sulit, Rawas Kalat menarik pohon tumbang, lalu melempar pohon itu ke arah musuh.Nyaris saja, satu musuh hampir membunuh salah satu pasukan Bayangkara yang ada di dalam benteng batu, jika bukan karena lemparan Rawas Kalat ya
Di saat bersamaan, Rawai Tingkis menyernag Kelelawar Hitam dengan seluruh energi mistik yang dimilikinya.Kecepatannya masih tetap sama, tapi daya hancurnya menjadi sedikit berkurang, dan ini karena tubuhnya terlalu dibebani oleh teknik baru yang dimilikinya saat ini.Lima orang Manusia Murni mencoba melakukan sesuatu atas perintah Ki Langit Hitam untuk mengakhiri nyawa Kelelawar Hitam, tapi mereka bahkan tidak dapat mendekati pria jahat itu.Sekarang mereka tahu kekuatan Rawai Tingkis jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mereka semua.Kesombongan mereka selama ini, akhirnya dijatuhkan oleh kenyataan yang memalukan.Bukan hanya lima orang itu, Putri Intan Kumala sendiri juga tidak mampu berhadapan langsung dengan Kelelawar Hitam.“Apa sekarang kalian menyadarinya?” tanya Ki Sundur Langit. “Rawai Tingkis mungkin tidak membutuhkan pengakuan dari orang lain, tapi aku yakin, sekarang kalian mengakui kekuatannya!”Kelimanya langsung terdiam, tidak lagi menjawab ataupun berbuat sesuatu unt
Kedatangan Camar Putih membuat perubahan pada jalannya pertempuran antara Rawai Tingkis dan Kelelawar Hitam.Kedatangannya sama seperti kedatangan Ki Sundur Langit dan Ki Langit Hitam untuk membantu para Manusia Murni dalam mengalahkan Beruang Salju.Dua Satria Roh Suci kini menghadapi serangan demi serangan dari pihak Rawai Tingkis.Berkat kedatangan Camar Putih pula, Kelelawar Hitam untuk pertama kalinya setelah menggunakan Ulat Dari Neraka, terkena tebasan Rawai Tingkis.“Aku akan melindungimu!” ucap Camar Putih.“Baiklah, aku mengerti!” Rawai Tingkis melaju cepat ke arah Kelelawar Hitam, sementara Camar Putih bertugas menahan semua serangan bola mistik yang dilempar musuhnya.“Aku tidak akan membiarkan dirimu menguasai Benua ini,” ucap Camar Putih, sembari melepaskan beberapa serangan berbentuk sayap putih yang berputar seperti gasing.Boom.Setiap bola mistik diledakan sebelum menyentuh tubuh Rawai Tingkis dengan sayap-sayap putih tersebut.“Camar Putih, kau selalu menghalangi re
Ki Langit Hitam dan Ki Sundur Langit, memasang kuda-kuda sebelum kemudian mulai menyerang Beruang Salju.Dua larik cahaya keluar dari telapak tangan dua pria tua tersebut, melesat cepat ke arah Beruang Salju.Mendapati serangan itu, Beruang Salju terpaksa menangkis serangan lawan dengan teknik pertahanan dinding es miliknya.Boom.Ledakan kecil terjadi di atas istana es, menggetarkan bagian puncak dari bangunan es tersebut.Saat Beruang Salju berniat melakukan perlawanan, dua petinggi Padepokan Surya telah berada di depannya, dan melancarkan serangan pisik.Suah.Beruang Salju melesat ke samping, menghindari pukulan Ki Langit Hitam, di saat yang sama, Ki Sundur Langit menyapukan tendangan cepat ke arah wajah Petinggi Penjaga Dunia tersebut.Boom.Tubuh Beruang Salju melesat cepat, meninggalkan Istana Es, dan jatuh terhempas di permukaan tanah yang gersang.Dia bangkit, lalu melepaskan dua bole energi ke arah lawannya. Sayangnya, dua serangan itu dapat dihindari oleh Ki Sundur Langit d
Serangan besar yang dilakukan oleh Rawai Tingkis dan Kelelawar Hitam, telah menyebabkan banyak kerusakan di sekitar mereka berdua.Namun dua orang itu, masih menolak untuk menyerah, meskipun salah satunya mengalami luka yang cukup serius, yaitu Kelelawar Hitam.Kelelawar Hitam memiliki energi mistik yang berlimpah, membuat dia percaya dapat mengalahkan Rawai Tingkis dalam segala kondisi yang dialaminya saat ini.Andaipun hanya memiliki satu tangan dan satu mata saja, Kelelawar Hitam masih percaya dapat menumbangkan Rawai Tingkis.Di sisi lain, Rawai Tingkis memiliki pertahanan pisik yang lebih baik, berkat pengobatan yang dilakukan oleh Naga Kecil.Namun demikian, energi mistik yang dimiliki pemuda itu berada jauh di bawah Kelelawar Hitam.Dua Roh Suci yang ada pada tubuh Rawai Tingkis, terbilang berusia muda, apa lagi Naga Kecil yang baru saja lahir beberapa waktu yang lalu. Energi mistik ke dua Roh Suci ini masih digolongkan kelas menengah, dan tidak dapat disandingkan oleh Energi M
Tidak pernah dirasakan oleh Kelelawar Hitam sensasi dan juga pengalaman seperti ini saat menghadapi musuh-musuhnya, kecuali hari ini.Dia tidak pernah takut, tapi hari ini dia melihat siapa yang kuat, dan siapa yang menjadi penguasa dari kalangan Roh Suci.Namun perasaan itu segera ditepisnya, dia tidak ingin jatuh dalam perangkap Rawai Tingkis.Kelelawar Hitam mengira, ini hanyalah permainan ilusi saja, mungkin ada kekuatan lain yang dimiliki oleh Rawai Tingkis, untuk mengendalikan pikirannya.Namun sayangnya, dia memang melihat sisi lain dari Rawai Tingkis.Sementara itu, Beruang Salju merasakan gejolak kekuatan Rawai Tingkis, dan tidak bisa tinggal diam saat ini.“Ini akan gawat, aku harus membantunya,” ucap Beruang Salju.Pria itu menaikan satu telunjuknya ke langit, lalu energi dingin menggumpal di ujung telunjuknya.Tidak selang beberapa lama, sesuatu yang sangat menakjubkan muncul di langit.Putri Intan Kumala menatap ke langit, dan untuk sesaat wajahnya menjadi tegang, meskipu
Beruang Salju masih berusaha untuk menumbangkan Putri Intan Kumala, meskipun tadinya dia penuh dengan kepercayaan diri dapat mengalahkan Kumala, tapi kenyataanya dia butuh waktu lama untuk menjatuhkan gadis tersebut. Beruang Salju telah menggunakan segagala cara untuk menjatuhkan boneka gurita raksasa yang dikendalikan oleh Putri Intan Kumala, tapi sialnya dia tidak mampu melakukan itu. Setiap kali dia brhasil memotong satu bagian tangan gurita itu, maka ditempat yang sama, tangan lain akan tumbuh. Menghadapi persoalan semacam ini, membuat kepala Beruang Salju serasa akan pecah. Sejauh ini, dia telah menemukan banyak ide, dan menerapkannya, bahkan ide paling licik sekalipun telah dia gunakan. “Jika aku tahu sebelumnya kekuatan gadis ini, aku tidak akan memilih padang tandus sebagai lokasi pertemuan,” ucap Beruang Salju. Baru kini dia menyadari kesalahannya, dan keunggulan Putri Intan Kuamala. Dengan semua batu yang ada di padang tandus, menjadikan Putri Intan Kumala memiliki pa
Bola-bola energi yang dilempar dengan mudah oleh Kelelawar Hitam, tapi menghasilkan dampak yang sangat mengrikan.Dari sini, terlihat betapa hebatnya Kelelawar Hitam sebenarnya, dan dari sini pula terlihat betapa kuatnya Roh Suci pada saat itu.Kekuatan sebesar Kelelawar Hitam bahkan tidak mampu menaklukan Roh Suci tanpa bantuan Satria Roh Suci dan Manusia Murni di jamannya.“Akan kuundang binatang kegelapan,” ucap Kelelawar Hitam.Dia melakukan sebuah gerakan, yang tidak jelas, tapi di ujung gerakan itu, dia mengarahkan telapak tangannya ke atas.Sedetik kemudian, kepulan asap muncul dari telapak tangan itu, lalu tepat di atas kepalanya, sekitar dua atau tiga depa tingginya, asap itu membentuk lingkaran besar.Belum tahu apa yang terjadi atau apa yang akan dilakukan oleh Kelelawar Hitam itu, tapi auranya sudah menyebar ke segala arah, dan berhasil menekan mental Rawas Kalat dan Danur Jaya.“Kalian akan menjadi santapan siang ini!”Dan, tiba-tiba.Goar… mahluk hitam besar muncul dari
Sementara itu, Rawas Kalat dan Danur Jaya masih berjibaku sengit melawan Kelelawar Hitam yang mencoba menemukan keberadaan Rawi Tingkis.Dua pemuda mati-matian menahan Kelelawar Hitam, mencoba melakukan yang terbaik meski kerap mendapatkan luka pada bagian tubuh mereka.Sesekali akan terlihat debu jamur raksasa menghiasi udara siang ini, ketika salah satu dari mereka dihempas kasar ke permukaan tanah.Jangan bertanya berapa banyak darah yang dikeluarkan dari dalam tubuhnya, sebab luka yang diterima ke dua pemuda itu tiada terhitung jumlahnya.Menghadai manusia yang memiliki energi mistik dalam jumlah besar, memang sangat menyulitkan.Bahkan, nyawa mereka kini seolah berada di ujung tanduk, hanya menunggu kematian saja.Sayangnya, tekad dan semangat juang ke dua pemuda itu tidak dapat dianggap remeh.Jatuh bangun hal biasa, kini keduanya mulai bersahabat dengan luka-luka.Setelah kehabisan anak panah, Danur Jaya terpaksa menggunakan busur panah untuk bertarung. Busur itu dijadikan sema
Kelelawar Hitam menepis seluruh api yang menyelimuti dirinya dengan asap hitam, lalu berdiri setelah jatuh di atas tumpukan kerikil. Dia memandang Rawas Kalat dengan penuh emosi.“Kalian juga bagian dari pencurian Seruling Emas-““Memangnya kenapa?” timpal Rawas Kalat.Mendengar jawaban itu, wajah Kelelawar Hitam menjadi padam, dia menahan nafasnya dengn rahang yang mengeras, lalu dia berkata, “kalau begitu, kau juga harus mati!”Kelelawar Hitam langsung berubah menjadi asap dan menggempur Rawas Kalat dari segala sisi.Asap hitam secara alami mungkin tidak dapat menghantam tubuh manusia, tapi tidak dengan asap hitam milik Kelelawar Hitam.Asap itu terasa sangat keras sehingga membuat Rawas Kalat begitu kesulitan untuk menahan semua serangan Kelelawar Hitam.Dalam sebuah momen, Rawas Kalat mencoba memukul asap tersebut, tapi tangannya malah terjebak oleh asap itu.Dia tidak bisa menarik tangannya, seolah melekat kuat dalam kepulan asap.Di saat yang sama pula, muncul asap menyerupai ma