Rawai Tingkis tidak akan tunduk atau akan memberi hormat kepada siapapun, kecuali kepada Gurunya. Ini terkesan sedikit sombong, tapi iinilah Rawai Tingkis.Tunduk kepada orang yang tidak dikenal bena-benar membuatnya kesal, bahkan meskipun itu sekalipun adalah keluarga bangsawan dari sebuah kerajaan.Lalu inilah yang terjadi dengan dirinya.Pangeran yang dia tidak tahu bernama siapa itu, memberi perintah kepada beberapa prajurit untuk memukulinya.“Eh, kenapa menyerangku?” Rawai Tingkis menggaruk kepalanya beberapa kali, merasa jika dia tidak melakukan kesalahan apapun terhadap pangeran itu.Namun tentu saja para prajurit tidak akan mendengarkan ucapan dirinya, jadi mereka dengan serentak langsung menyerang Rawai Tingkis.“Hoi, kalian ini kenapa?” Rawai Tingkis masih bingung, seraya menghindari semua serangan lawan-lawannya. “Aku tidak mencuri makanan hari ini, kenapa menyerangku?”“Bocah ini pasti berada di desa tertinggal, dari penampilannya dan tingkah lakunya, dia bukan anak berpe
Rawai Tingkis menghentikan langkah kakinya, lalu kembali menatap Raja Indra Pura itu dalam-dalam.“Aku tidak pernah melihat dirimu sebelumnya, tapi kau sedikit mirip dengan orang itu.”“Apa yang kau katakana?”“Sekarang aku mengerti, situasi kalian,” ucap Rawai Tingkis, “Kerajaan ini akan menghadapi ancaman besar. Mesin pembunuh telah tercipta, mereka akan datang dari Pulau Tengkorak.”Setelah mendengar hal itu, semua orang langsung terkejut mendengar ucapan Rawai Tingkis. Tidak ada manusia biasa yang tahu menahu mengenai Pulau Tengkorak, bahkan tidak ada satupun pejabat tinggi yang pernah pergi ke tempat tersebut.Mereka kini mulai melihat Rawai Tingkis dari sudut pandang yang berbeda. Mereka yang tidak percaya, kini mulai memasang wajah serius.Namun ada dua orang Senopati yang malah langsung mencurigai Rawai Tingkis. Dia dianggap sebagai mata-mata.Patih Yuda yang sebelumnya tidak menganggap Rawai Tingkis sebagai sosok yang penting, kini langsung bertanya, “siapa dirimu? Kenapa kau
Di hari berikutnya, Rawai Tingkis masih belum tahu apa yang akan dia lakukan di kerajaan ini. Dia hanya melihat latihan semua prajurit setiap hari, yang terasa begitu membosankan.Beberapa senopati muda menanyakan kepada Senopati Kauman, mengenai perihal remaja tersebut. Kenapa dirinya tidak diberi tugas apapun bahkan Istana tampaknya tidak ingin mempekerjakan Rawai Tingkis.Namun Senopati Kauman hanya tersenyum mendengar pertanyaan tersebut dan menjawabnya dengan santai, “siapa yang akan mempekerjakan orang bodoh?”“Benar juga, orang bodoh seperti dirinya pasti tidak memiliki keahlian apapun.”“Ini membosankan,” ucap Rawai Tingkis.Dia pada akhirnya duduk di bawah pohon yang cukup rindang, lalu mulai menutup matanya. Kali ini bukan tidur, tapi dia mencoba memahami jurus-jurus yang telah diberikan oleh Guru Rabiah.Dia menyadari, jika jurus tebasan bulan sabit, merupakan satu dari dua jurus yang telah disempurnakan oleh bocah tersebut, tapi tidak dengan jurus-jurus yang lain.Paling t
Setelah peringatan itu, Rawai Tingkis terdiam sejenak, dia ingin bertanya satu hal lagi, tapi bayangan roh suci di dalam air kini telah menghilang."Apa dia ingin mengatakan jika aku akan mati?" gumam Rawai Tingkis. "Dasar bodoh? Aku tidak akan mati karena hal itu, aku sudah melihat wujud aslimu, dan beradaptasi dari kekuatanmu di Pulau Tengkorak, aku tidak akan kalah darimu, sialan!"Setelah berkata demikian, Rawai Tingkis menghembuskan nafas dari lubang hidungnya, lalu pergi meninggalkan sendang tersebut.Ketika malam harinya, Rawai Tingkis kembali duduk di bawah pohon besar, sementara beberapa pemuda masih melakukan latihannya.Dia memikirkan roh suci.Satu hal yang diketahui oleh Rawai Tingkis dari Roh Sucinya, adalah aura aneh yang mampu membuat manusia mati."Aku akan menguasai aura itu,"gumam Rawai Tingkis. "Aku tidak akan kalah dari dirinya."Jadi bocah itu kembali menutup matanya, dan mulai hanyut dalam pemahamannya.Kala malam semakin larut, hujan begitu deras mengguyur bum
“Jika aku tidak bisa membangkitkan amarah suci, aku tidak akan mampu menguasai tiga jurus terakhir,” gumam Rawai Tingkis.Ya, hanya lima jurus yang dikuasai oleh remaja tersebut, dan kelimanya adalah jurus serangan langsung, tapi tiga jurus terakhir tidak dijelaskan oleh Tabib Rabiah.“Paling tidak aku bisa menguasai aura singa emas,” sambung dirinya. “Ini akan sangat membantuku dalam pertempuran melawan musuh.”Hari-hari berikutnya dijalani Rawai Tingkis dengan meditasi, juga kadang meminta beberapa anak muda untuk memukul dirinya sampai berdarah, hanya untuk membangkitkan emosinya.Sialnya, dia tidak bisa marah kepada mereka semua. Bahkan, Rawai Tingkis merasa kasihan jika harus menggunakan pedang untuk melawan anak-anak mud aitu.“Mungkin belum saatnya,” tutup Rawai Tingkis. “Mungkin seiring waktu berjalan, aku bisa mengusai kekuatan tersebut.”Dia berjalan gontai setelah puluhan kali menerima pukulan orang lain, dan kini jatuh di bawah pohon sebelum kemudian tidur mendengkur.Seme
Sementara itu, ada satu pasukan lagi yang mengejar dari arah lain. Pasukan ini dipimpin oleh Senopati Kauman, tapi di sana terlihat Rawai Tingkis berlari lebih dahulu dibandingkan dengan senopati tersebut.“Bocah! Apa kau yakin musuh akan melewati tempat ini?” tanya Senopati Kauman.“Entahlah, aku hanya mengikuti perasaanku saja,” timpal Rawai Tingkis.Senopati Kauman mungkin akan berteriak keras, jika dia tahu bahwa Rawai Tingkis buta arah.Namun entah apa ini sebuah kebetulan, tapi Rawai Tingkis, Senopati Kauman dan seluruh pasukannya berhasil menghadang langkah kaki Ronggo dan satu temannya.Wajah Ronggo sedikit terkejut saat ini, jelas karena dia tidak menduga prajurit Kerajaan Indra Pura rupanya berhasil menduga arah pelariannya.“Aku tidak akan membiarkan kalian berdua pergi dari Istana ini dengan semua informasi yang kalian miliki!” Senopati Kauman memasang wajah sinis saat ini.Di sisi lain, pandangan Rawai Tingkis tidak luput dari sosok Ronggo yang kini telah menjadi pemuda y
Tampaknya, Ronggo tidak bisa mengenali Rawai Tingkis saat ini. Wajahnya tampaknya berubah cukup banyak hanya dalam waktu 5 tahun saja. Memang beberapa pria akan mengalami perubahan pada tampilannya, tapi biasanya tidak separah Rawai Tingkis.Remaja itu malah tambah jelek saja seiring bertambahnya usia.Namun Ronggo malah terlihat semakin kekar, dia malah terlihat lebih tampan dari yang dikenal oleh Rawai Tingkis beberapa tahun yang lalu.“Bocah, aku merasa kau bukanlah prajurit Indra Pura, apa kau juga Satria yang disewa oleh mereka untuk melawan kami?” tanya Ronggo. “Ketahuilah, ada ratusan satria bersamaku. Kau tidak akan mampu menghadapi mereka semua, bagaimana jika kau bekerja sama saja dengan kami? Berapa bayaran yang kau mintak? Tuan kami bisa membelimu 10 kali lipat dari harga yang diberikan oleh Indra Pura.”“Ahhh? Kau pikir siapa aku ini?” timpal Rawai Tingkis, mengorek idungnya beberapa kali lau melempar kotoran dengan jari telunjuknya. “Aku bukan orang seperti itu.”“Hahah
Beberapa saat sebelum Danur Jaya membantu Senopati Kauman.Panah yang digunakan oleh Danur Jaya memang tidak memberikan dampak cepat kepada satria suci yang dihadapinya saat ini. Namun semakin lama waktu berjalan, efek dari racun panah itu mulai dirasakan oleh Satria Suci tersebut.“Tidak mungkin, kenapa tubuhku mulai sulit untuk digerakan?” gumam Satria Suci tersebut, dia kemudian menatap Danur Jaya dengan tajam.Pria itu berusaha untuk menyerang Senopati Utama, tapi serangan jarak dekat yang digunakannya tidak terlalu efektif untuk melumpuhkan Danur Jaya.Danur Jaya memahami dengan baik kelemahan teknik yang dimilikinya, dan pada dasarnya dia sangat lemah saat berhadapan dengan musuh secara langsung.Pengguna panah hampir jarang sekali bertarung dari jarak dekat, mereka biasanya berada di barisan belakang, untuk membantu mereka yang bertarung langsung melawan musuh.Karena menyadari hal ini, Danur Jaya selalu menjaga jarak dari musuhnya.Dia tidak ingin mengambil resiko.“Bertarungl
Di saat bersamaan, Rawai Tingkis menyernag Kelelawar Hitam dengan seluruh energi mistik yang dimilikinya.Kecepatannya masih tetap sama, tapi daya hancurnya menjadi sedikit berkurang, dan ini karena tubuhnya terlalu dibebani oleh teknik baru yang dimilikinya saat ini.Lima orang Manusia Murni mencoba melakukan sesuatu atas perintah Ki Langit Hitam untuk mengakhiri nyawa Kelelawar Hitam, tapi mereka bahkan tidak dapat mendekati pria jahat itu.Sekarang mereka tahu kekuatan Rawai Tingkis jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mereka semua.Kesombongan mereka selama ini, akhirnya dijatuhkan oleh kenyataan yang memalukan.Bukan hanya lima orang itu, Putri Intan Kumala sendiri juga tidak mampu berhadapan langsung dengan Kelelawar Hitam.“Apa sekarang kalian menyadarinya?” tanya Ki Sundur Langit. “Rawai Tingkis mungkin tidak membutuhkan pengakuan dari orang lain, tapi aku yakin, sekarang kalian mengakui kekuatannya!”Kelimanya langsung terdiam, tidak lagi menjawab ataupun berbuat sesuatu unt
Kedatangan Camar Putih membuat perubahan pada jalannya pertempuran antara Rawai Tingkis dan Kelelawar Hitam.Kedatangannya sama seperti kedatangan Ki Sundur Langit dan Ki Langit Hitam untuk membantu para Manusia Murni dalam mengalahkan Beruang Salju.Dua Satria Roh Suci kini menghadapi serangan demi serangan dari pihak Rawai Tingkis.Berkat kedatangan Camar Putih pula, Kelelawar Hitam untuk pertama kalinya setelah menggunakan Ulat Dari Neraka, terkena tebasan Rawai Tingkis.“Aku akan melindungimu!” ucap Camar Putih.“Baiklah, aku mengerti!” Rawai Tingkis melaju cepat ke arah Kelelawar Hitam, sementara Camar Putih bertugas menahan semua serangan bola mistik yang dilempar musuhnya.“Aku tidak akan membiarkan dirimu menguasai Benua ini,” ucap Camar Putih, sembari melepaskan beberapa serangan berbentuk sayap putih yang berputar seperti gasing.Boom.Setiap bola mistik diledakan sebelum menyentuh tubuh Rawai Tingkis dengan sayap-sayap putih tersebut.“Camar Putih, kau selalu menghalangi re
Ki Langit Hitam dan Ki Sundur Langit, memasang kuda-kuda sebelum kemudian mulai menyerang Beruang Salju.Dua larik cahaya keluar dari telapak tangan dua pria tua tersebut, melesat cepat ke arah Beruang Salju.Mendapati serangan itu, Beruang Salju terpaksa menangkis serangan lawan dengan teknik pertahanan dinding es miliknya.Boom.Ledakan kecil terjadi di atas istana es, menggetarkan bagian puncak dari bangunan es tersebut.Saat Beruang Salju berniat melakukan perlawanan, dua petinggi Padepokan Surya telah berada di depannya, dan melancarkan serangan pisik.Suah.Beruang Salju melesat ke samping, menghindari pukulan Ki Langit Hitam, di saat yang sama, Ki Sundur Langit menyapukan tendangan cepat ke arah wajah Petinggi Penjaga Dunia tersebut.Boom.Tubuh Beruang Salju melesat cepat, meninggalkan Istana Es, dan jatuh terhempas di permukaan tanah yang gersang.Dia bangkit, lalu melepaskan dua bole energi ke arah lawannya. Sayangnya, dua serangan itu dapat dihindari oleh Ki Sundur Langit d
Serangan besar yang dilakukan oleh Rawai Tingkis dan Kelelawar Hitam, telah menyebabkan banyak kerusakan di sekitar mereka berdua.Namun dua orang itu, masih menolak untuk menyerah, meskipun salah satunya mengalami luka yang cukup serius, yaitu Kelelawar Hitam.Kelelawar Hitam memiliki energi mistik yang berlimpah, membuat dia percaya dapat mengalahkan Rawai Tingkis dalam segala kondisi yang dialaminya saat ini.Andaipun hanya memiliki satu tangan dan satu mata saja, Kelelawar Hitam masih percaya dapat menumbangkan Rawai Tingkis.Di sisi lain, Rawai Tingkis memiliki pertahanan pisik yang lebih baik, berkat pengobatan yang dilakukan oleh Naga Kecil.Namun demikian, energi mistik yang dimiliki pemuda itu berada jauh di bawah Kelelawar Hitam.Dua Roh Suci yang ada pada tubuh Rawai Tingkis, terbilang berusia muda, apa lagi Naga Kecil yang baru saja lahir beberapa waktu yang lalu. Energi mistik ke dua Roh Suci ini masih digolongkan kelas menengah, dan tidak dapat disandingkan oleh Energi M
Tidak pernah dirasakan oleh Kelelawar Hitam sensasi dan juga pengalaman seperti ini saat menghadapi musuh-musuhnya, kecuali hari ini.Dia tidak pernah takut, tapi hari ini dia melihat siapa yang kuat, dan siapa yang menjadi penguasa dari kalangan Roh Suci.Namun perasaan itu segera ditepisnya, dia tidak ingin jatuh dalam perangkap Rawai Tingkis.Kelelawar Hitam mengira, ini hanyalah permainan ilusi saja, mungkin ada kekuatan lain yang dimiliki oleh Rawai Tingkis, untuk mengendalikan pikirannya.Namun sayangnya, dia memang melihat sisi lain dari Rawai Tingkis.Sementara itu, Beruang Salju merasakan gejolak kekuatan Rawai Tingkis, dan tidak bisa tinggal diam saat ini.“Ini akan gawat, aku harus membantunya,” ucap Beruang Salju.Pria itu menaikan satu telunjuknya ke langit, lalu energi dingin menggumpal di ujung telunjuknya.Tidak selang beberapa lama, sesuatu yang sangat menakjubkan muncul di langit.Putri Intan Kumala menatap ke langit, dan untuk sesaat wajahnya menjadi tegang, meskipu
Beruang Salju masih berusaha untuk menumbangkan Putri Intan Kumala, meskipun tadinya dia penuh dengan kepercayaan diri dapat mengalahkan Kumala, tapi kenyataanya dia butuh waktu lama untuk menjatuhkan gadis tersebut. Beruang Salju telah menggunakan segagala cara untuk menjatuhkan boneka gurita raksasa yang dikendalikan oleh Putri Intan Kumala, tapi sialnya dia tidak mampu melakukan itu. Setiap kali dia brhasil memotong satu bagian tangan gurita itu, maka ditempat yang sama, tangan lain akan tumbuh. Menghadapi persoalan semacam ini, membuat kepala Beruang Salju serasa akan pecah. Sejauh ini, dia telah menemukan banyak ide, dan menerapkannya, bahkan ide paling licik sekalipun telah dia gunakan. “Jika aku tahu sebelumnya kekuatan gadis ini, aku tidak akan memilih padang tandus sebagai lokasi pertemuan,” ucap Beruang Salju. Baru kini dia menyadari kesalahannya, dan keunggulan Putri Intan Kuamala. Dengan semua batu yang ada di padang tandus, menjadikan Putri Intan Kumala memiliki pa
Bola-bola energi yang dilempar dengan mudah oleh Kelelawar Hitam, tapi menghasilkan dampak yang sangat mengrikan.Dari sini, terlihat betapa hebatnya Kelelawar Hitam sebenarnya, dan dari sini pula terlihat betapa kuatnya Roh Suci pada saat itu.Kekuatan sebesar Kelelawar Hitam bahkan tidak mampu menaklukan Roh Suci tanpa bantuan Satria Roh Suci dan Manusia Murni di jamannya.“Akan kuundang binatang kegelapan,” ucap Kelelawar Hitam.Dia melakukan sebuah gerakan, yang tidak jelas, tapi di ujung gerakan itu, dia mengarahkan telapak tangannya ke atas.Sedetik kemudian, kepulan asap muncul dari telapak tangan itu, lalu tepat di atas kepalanya, sekitar dua atau tiga depa tingginya, asap itu membentuk lingkaran besar.Belum tahu apa yang terjadi atau apa yang akan dilakukan oleh Kelelawar Hitam itu, tapi auranya sudah menyebar ke segala arah, dan berhasil menekan mental Rawas Kalat dan Danur Jaya.“Kalian akan menjadi santapan siang ini!”Dan, tiba-tiba.Goar… mahluk hitam besar muncul dari
Sementara itu, Rawas Kalat dan Danur Jaya masih berjibaku sengit melawan Kelelawar Hitam yang mencoba menemukan keberadaan Rawi Tingkis.Dua pemuda mati-matian menahan Kelelawar Hitam, mencoba melakukan yang terbaik meski kerap mendapatkan luka pada bagian tubuh mereka.Sesekali akan terlihat debu jamur raksasa menghiasi udara siang ini, ketika salah satu dari mereka dihempas kasar ke permukaan tanah.Jangan bertanya berapa banyak darah yang dikeluarkan dari dalam tubuhnya, sebab luka yang diterima ke dua pemuda itu tiada terhitung jumlahnya.Menghadai manusia yang memiliki energi mistik dalam jumlah besar, memang sangat menyulitkan.Bahkan, nyawa mereka kini seolah berada di ujung tanduk, hanya menunggu kematian saja.Sayangnya, tekad dan semangat juang ke dua pemuda itu tidak dapat dianggap remeh.Jatuh bangun hal biasa, kini keduanya mulai bersahabat dengan luka-luka.Setelah kehabisan anak panah, Danur Jaya terpaksa menggunakan busur panah untuk bertarung. Busur itu dijadikan sema
Kelelawar Hitam menepis seluruh api yang menyelimuti dirinya dengan asap hitam, lalu berdiri setelah jatuh di atas tumpukan kerikil. Dia memandang Rawas Kalat dengan penuh emosi.“Kalian juga bagian dari pencurian Seruling Emas-““Memangnya kenapa?” timpal Rawas Kalat.Mendengar jawaban itu, wajah Kelelawar Hitam menjadi padam, dia menahan nafasnya dengn rahang yang mengeras, lalu dia berkata, “kalau begitu, kau juga harus mati!”Kelelawar Hitam langsung berubah menjadi asap dan menggempur Rawas Kalat dari segala sisi.Asap hitam secara alami mungkin tidak dapat menghantam tubuh manusia, tapi tidak dengan asap hitam milik Kelelawar Hitam.Asap itu terasa sangat keras sehingga membuat Rawas Kalat begitu kesulitan untuk menahan semua serangan Kelelawar Hitam.Dalam sebuah momen, Rawas Kalat mencoba memukul asap tersebut, tapi tangannya malah terjebak oleh asap itu.Dia tidak bisa menarik tangannya, seolah melekat kuat dalam kepulan asap.Di saat yang sama pula, muncul asap menyerupai ma