“Jika aku tidak bisa membangkitkan amarah suci, aku tidak akan mampu menguasai tiga jurus terakhir,” gumam Rawai Tingkis.Ya, hanya lima jurus yang dikuasai oleh remaja tersebut, dan kelimanya adalah jurus serangan langsung, tapi tiga jurus terakhir tidak dijelaskan oleh Tabib Rabiah.“Paling tidak aku bisa menguasai aura singa emas,” sambung dirinya. “Ini akan sangat membantuku dalam pertempuran melawan musuh.”Hari-hari berikutnya dijalani Rawai Tingkis dengan meditasi, juga kadang meminta beberapa anak muda untuk memukul dirinya sampai berdarah, hanya untuk membangkitkan emosinya.Sialnya, dia tidak bisa marah kepada mereka semua. Bahkan, Rawai Tingkis merasa kasihan jika harus menggunakan pedang untuk melawan anak-anak mud aitu.“Mungkin belum saatnya,” tutup Rawai Tingkis. “Mungkin seiring waktu berjalan, aku bisa mengusai kekuatan tersebut.”Dia berjalan gontai setelah puluhan kali menerima pukulan orang lain, dan kini jatuh di bawah pohon sebelum kemudian tidur mendengkur.Seme
Sementara itu, ada satu pasukan lagi yang mengejar dari arah lain. Pasukan ini dipimpin oleh Senopati Kauman, tapi di sana terlihat Rawai Tingkis berlari lebih dahulu dibandingkan dengan senopati tersebut.“Bocah! Apa kau yakin musuh akan melewati tempat ini?” tanya Senopati Kauman.“Entahlah, aku hanya mengikuti perasaanku saja,” timpal Rawai Tingkis.Senopati Kauman mungkin akan berteriak keras, jika dia tahu bahwa Rawai Tingkis buta arah.Namun entah apa ini sebuah kebetulan, tapi Rawai Tingkis, Senopati Kauman dan seluruh pasukannya berhasil menghadang langkah kaki Ronggo dan satu temannya.Wajah Ronggo sedikit terkejut saat ini, jelas karena dia tidak menduga prajurit Kerajaan Indra Pura rupanya berhasil menduga arah pelariannya.“Aku tidak akan membiarkan kalian berdua pergi dari Istana ini dengan semua informasi yang kalian miliki!” Senopati Kauman memasang wajah sinis saat ini.Di sisi lain, pandangan Rawai Tingkis tidak luput dari sosok Ronggo yang kini telah menjadi pemuda y
Tampaknya, Ronggo tidak bisa mengenali Rawai Tingkis saat ini. Wajahnya tampaknya berubah cukup banyak hanya dalam waktu 5 tahun saja. Memang beberapa pria akan mengalami perubahan pada tampilannya, tapi biasanya tidak separah Rawai Tingkis.Remaja itu malah tambah jelek saja seiring bertambahnya usia.Namun Ronggo malah terlihat semakin kekar, dia malah terlihat lebih tampan dari yang dikenal oleh Rawai Tingkis beberapa tahun yang lalu.“Bocah, aku merasa kau bukanlah prajurit Indra Pura, apa kau juga Satria yang disewa oleh mereka untuk melawan kami?” tanya Ronggo. “Ketahuilah, ada ratusan satria bersamaku. Kau tidak akan mampu menghadapi mereka semua, bagaimana jika kau bekerja sama saja dengan kami? Berapa bayaran yang kau mintak? Tuan kami bisa membelimu 10 kali lipat dari harga yang diberikan oleh Indra Pura.”“Ahhh? Kau pikir siapa aku ini?” timpal Rawai Tingkis, mengorek idungnya beberapa kali lau melempar kotoran dengan jari telunjuknya. “Aku bukan orang seperti itu.”“Hahah
Beberapa saat sebelum Danur Jaya membantu Senopati Kauman.Panah yang digunakan oleh Danur Jaya memang tidak memberikan dampak cepat kepada satria suci yang dihadapinya saat ini. Namun semakin lama waktu berjalan, efek dari racun panah itu mulai dirasakan oleh Satria Suci tersebut.“Tidak mungkin, kenapa tubuhku mulai sulit untuk digerakan?” gumam Satria Suci tersebut, dia kemudian menatap Danur Jaya dengan tajam.Pria itu berusaha untuk menyerang Senopati Utama, tapi serangan jarak dekat yang digunakannya tidak terlalu efektif untuk melumpuhkan Danur Jaya.Danur Jaya memahami dengan baik kelemahan teknik yang dimilikinya, dan pada dasarnya dia sangat lemah saat berhadapan dengan musuh secara langsung.Pengguna panah hampir jarang sekali bertarung dari jarak dekat, mereka biasanya berada di barisan belakang, untuk membantu mereka yang bertarung langsung melawan musuh.Karena menyadari hal ini, Danur Jaya selalu menjaga jarak dari musuhnya.Dia tidak ingin mengambil resiko.“Bertarungl
“Senopati Kauman, aku akan membantumu, tapi jika kau yang memintanya, hikhikhik …”Danur Jaya tertawa saat ini, membuat Kauman merasa kesal.“Aku akan melawannya sendiri!” timpal Kauman, “aku tidak butuh bantuanmu.”“Oh Ayolah, apa sulitnya meminta bantuan kepadaku, aku bisa membidiknya dari jauh, dan kau menghajarnya dari dekat! Pertarungan ini akan cepat diselesaikan!”Kauman meludah ke tanah, mengabaikan ucapan Danur Jaya, lalu dengan cepat mengambil jarak dengan satria suci yang masih berada di depannya.Ya, setiap senopati utama sebenarnya memiliki harga diri yang terlalu tinggi. Mereka akan sangat merasa direndahkan jika ada salah satu dari senopati utama membantu senopati utama yang lain.Pada dasarnya, setiap Senopati Utama itu bersaing. Mereka berlomba untuk menjadi kuat dan kuat, sehingga hal ini akan membuat Raja semakin tertarik kepada mereka.Senopati yang paling kuat biasanya memiliki gaji yang paling tinggi, juga memiliki pasukan yang paling banyak. Lebih dari itu, biasa
Sungguh Senopati Kauman tidak menduga jika menelan mutiara emas akan membuat dia merasa sakit yang luar biasa. Rasa terbakar menyerang leher hingga ke dalam perutnya.Efek ini akan berlangsung beberapa detik sebelum khasiat dari mutiara emas mulai bereaksi.“Bagaimana mereka dengan tenang menelan mutiara ini?” Senopati Kauman merasa menyesal, jika dia tahu efek awal penggunaan mutiara emas begitu menyakitkan, dia tidak akan menelan benda itu.Namun nasi sudah menjadi bubur, Senopati Kauman tidak bisa berbuat apapun kecuali berteriak keras, seiring dengan pertumbuhan ototnya.Lima detik kemudian, dia menghela nafas panjang, dan akhirnya rasa sakit yang dia alami telah berganti dengan perasaan yang sangat kuat.Pria itu menatap lengan dan dadanya, kemudian menatap bagian tubuh yang lain. Celana panjang yang dia kenakan, bahkan robek pada bagian paha saat ini.Setelah itu, dia menatap lawan yang tampak sangat ketakutan.“Apa yang akan aku lakukan setelah ini, akan membuat dirimu pergi ke
Setelah penyerangan itu, Danur Jaya mendatangi Rawai Tingkis di tenda sederhana pada malam hari.Saat ini, Rawai Tingkis terlihat sedang duduk bersila, dengan tatapan mata yang jauh memandang ke depan.“Boleh aku masuk?” tanya Danur Jaya.Rawai Tingkis menatap Danur Jaya lalu tersenyum kecil, dan akhirnya Danur Jaya duduk di dekat Rawai Tingkis.“Apa yang kau pikirkan?” tanya Danur Jaya. “Senopati Kauman, atau pria itu-?”“Ronggo?”“Ya, kau tampaknya mengenal baik pria tersebut.”“Aku dan dirinya besar dari cara yang sama. Walaupun kami memiliki cara dan gaya bertahan hidup yang berbeda, tapi ini adalah kali pertama bagiku bertarung dengan Ronggo.”“Apa dia sangat berbahaya?”“Ronggo memiliki ambisi untuk menjadi yang terhebat, tapi aku memiliki ambisi untuk menjadi orang yang bebas. Meski tujuan kami berbeda, muaranya tetap sama, yaitu kekuatan.”Rawai Tingkis menjelaskan, Ronggo satu-satunya teman yang dia miliki di Pulau Tengkorak, karena hanya pria itu yang memahami apa yang dia r
Raja itu memberi tahu Rawai Tingkis, bahwa pasukan dari Pulau Tengkorak telah bergerak. Mata-mata telah menginformasikan, jika ada ratusan satria suci Pulau Tengkorak telah mengijakkan kaki mereka di tanah Indra Pura.Mereka juga sempat melakukan kekacauan di sebagian besar desa atau Kota yang mereka lalui.Terlapor ada lebih 200 prajurit desa atau prajurit Kota yang tewas karena berhadapan dengan mereka.Prabu Dera memperkirakan, jika musuh bisa tiba di Istana ini hanya dalam waktu 10 hari lagi, atau bahkan lebih cepat.“Kekacauan ada dimana-mana saat ini,” tutup Prabu Dera.“Kenapa aku diberi tahu hal ini?” tanya Rawai Tingkis.“Rawai Tingkis, aku ingin mengangkatmu menjadi Senopati Muda. Aku ingin kau memimpin pasukan pemuda-““Tidak, aku tidak ingin jabatan apapun,” timpal Rawai Tingkis.Sontak jawaban remaja itu langsung membuat wajah Prabu Dera dan semua yang ada di aula pertemuan langsung berubah.Mereka tidak menyangka jika Rawai Tingkis akan menolak jabatan tersebut,yang bahk