Usai membayar semua pesanan, Andra mengantarkan kembali Kania ke kantor dan langsung menyerahkan bungkusan yang tadi dipesannya untuk dibagikan kepada teman-teman kantor Kania.
"Mbak, tolong ini dibagi-bagikan ya. Maaf kalau ada yang nggak kebagian, soalnya saya nggak tahu berapa jumlah karyawan yang ada di dalam kantor ini," ucap Andra sambil menyerahkan sebungkus besar kantong kresek kepada Rani, resepsionis yang ada di depannya.
"Terima kasih banyak, Pak. Cukup kok, Pak ini jumlahnya. Saya bagikan dulu ke dalam, terima kasih sekali lagi, Pak, Bu." Rani menerima bungkusan itu setelah mendapat persetujuan dari Kania dan segera berlalu untuk meminta bantuan kepada office girl untuk membagikan nasi kotak dari Andra.
"Mas, makasih banyak ya. Udah diajakin makan siang, eh buat temen-temen aku di kantor juga dibawain. Kamu repot-repot amat, sih? Padahal nggak usah kaya gitu, aku nggak enak jadinya." Kania pura-pura merasa tidak enak dengan perhatian yang diberikan A
Sementara itu di perumahan Pondok Indah, pertengkaran antara Arga dan Rasti tidak dapat dielakkan lagi, Arga merasa sudah sangat kesal dengan tingkah Rasti yang seolah tidak mempunyai rasa malu lagi. Rasti sekarang bahkan sudah mulai berani memakai pakaian yang memperlihatkan auratnya, tidak hanya itu saja, Rasti pun sudah berani meladeni berbagai pesan-pesan singkat yang dikirimkan beberapa lelaki iseng kepadanya.Rasti pun sudah berani melawan Arga dan setiap kali diajak Arga menunaikan ibadah salat berjamaah, selalu saja ada alasannya untuk menolak."Rasti! Aku bener-bener nggak habis pikir sama kamu sekarang! Kamu beda banget dengan Rasti yang dulu aku kenal! Aku tahu dari dulu kamu nggak pernah suka pakai baju panjang tapi setidaknya kamu masih tahu batas, tapi sekarang ... seakan tidak ada lagi rasa malu pada dirimu. Sekarang kamu berani pakai baju yang memamerkan aurat dan kamu juga nggak merasa malu melayani chat para lelaki iseng itu. Kamu anggap aku ini apa?!
Sementara itu Kirana yang tengah asyik memakan janin-janin tidak berdosa yang telah di buang oleh orang tuanya di sebuah gubuk tua yang dipakai sebagai tempat aborsi ilegal, tampak di datangi oleh satu sosok perempuan cantik yang juga tidak kasat mata.Perempuan cantik itu mengamati Kirana begitu rupa, di dalam hati perempuan itu terselip satu niat untuk memperalat Kirana demi meluluskan niatnya untuk menjadikan Kania sebagai pengganti dirinya.Perempuan cantik yang tengah mengamati Kirana itu adalah Nyai Lakeswari. Dengan ilmu Ngrogoh Sukmo yang dimilikinya amat mudah baginya untuk pergi ke sana ke mari tanpa diketahui oleh siapa pun. Lakeswari terus menatap ke arah Kirana, menunggu perempuan kuntilanak merah itu selesai menyantap semua makanannya, dan baru mendekati setelah Kirana menyelesaikan semuanya."Bagaimana? Enak bukan, darah, daging dan tulang-tulang muda itu. Tentu rasanya sangat gurih, dan sesuai dengan seleramu," sindir Nyai Lakeswari melihat Kiran
Di Kerajaan Mahasura, Mahesa tampak sedang gelisah. Dia teringat dengan kata-kata Nyai Lakeswari tentang hubungannya dengan Kania. Walaupun mereka baru saja berhubungan, tetapi Mahesa lebih merasa cocok dengan Kania, sementara dengan Nyai Lakeswari sebenarnya Mahesa hanya menginginkan kekuasaan dan kekuatan semata.Mahesa mondar mandir mencari cara agar Nyai Lakeswari tidak mencelakai Kania, karena Mahesa tahu Nyai Lakeswari bukan tipe manusia yang suka memberi ampunan bagi musuh-musuhnya siapapun dia.Setelah beberapa lama Mahesa berpikir, akhirnya dia memutuskan untuk menuruti keinginan Nyai Lakeswari tetapi dia tetap membantu Kania membalaskan dendam seperti janjinya pada perempuan yang telah menjadi istri gaibnya itu."Sepertinya untuk saat ini, aku turuti saja dulu keinginan Nyai Lakeswari setidaknya supaya dia tidak mencelakakan Kania, dan soal bantuanku untuk Kania ... aku akan tetap melakukannya meskipun harus diam-diam," ucap Mahesa pada dirinya sendiri
"Selamat siang, Pak. Bapak ingin bertemu dengan siapa? Apa yang bisa saya bantu?" Rani bertanya pada laki-laki yang masih terus membelakangi dirinya itu.Beberapa kali Rani mengajukan pertanyaan yang sama pada laki-laki yang masih tetap membelakanginya dan bergeming tanpa suara.Merasa kesal karena diacuhkan, Rani kembali mengulang pertanyaannya dengan nada meninggi sambil memegang lengan lelaki itu, dan alangkah terkejutnya dia karena tanpa diduganya, lengan lelaki itu tiba-tiba terlepas dari bahu dan terjatuh ke lantai sementara dari pangkal bahunya darah menetes dengan derasnya diikuti dengan belatung hidup yang berjatuhan berserak di lantai. Tidak hanya itu, tiba-tiba lelaki itu memalingkan wajahnya ke arah Rani dan terlihatlah bahwa separuh lebih wajah lelaki itu telah hancur dan dipenuhi dengan belatung yang masih menggeliat-geliat memakan sisa-sisa daging yang ada di sana.Seketika Rani merasa pusing dan mual, dia tidak tahan melihat pemandangan yang menj
Sesaat kemudian, Kania turun ke tempat di mana terjadi kesurupan massal, di sana tampak beberapa paranormal sedang melakukan ritual untuk mengusir sosok-sosok tak kasat mata yang mengganggu karyawan-karyawannya.Kania mengitarkan pandangannya, mencari tahu siapa yang telah berani menyebabkan kekacauan seperti ini di pabrik miliknyaDan, alangkah terkejutnya Kania ketika melihat sosok Mahesa berdiri menatapnya, dengan bahasa telepati, Kania menyuruh Mahesa mengikutinya ke dalam ruang kerjanya.'Raden! Mau apa ke sini?! Apa Raden yang membuat semua kekacauan ini?! Kuminta Raden ikut aku ... sekarang juga!' perintah Kania dalam hatinya, sambil berjalan menuju ke ruang kerjanya diikuti Raden Mahesa.Sesampainya di dalam ruang kerjanya, Kania langsung meluapkan kemarahannya pada Raden Mahesa.'Raden! Apa maumu sebenarnya! Kenapa Raden membuat onar di sini?! Apa tidak cukup menemui diriku di rumah saja! Aku tidak suka kalau Raden mengganggu para karyawan
Sementara itu di dalam boneka jerami milik Kania, Kirana tampak sedang memikirkan bagaimana cara membujuk Kania supaya bersedia menjadi murid Nyai Lakeswari. Kuntilanak merah itu tampak sekali sedang berpikir dengan keras.Tiba-tiba wajah Kirana tersenyum atau lebih tepatnya menyeringai, dia senang karena sudah menemukan cara untuk membujuk Kania supaya bersedia menjadi murid Nyai Lakeswari."Hahaha. Akhirnya aku mendapatkan cara untuk membujuk Kania agar bersedia jadi murid Nyai Lakeswari, akan kumanfaatkan rasa dendamnya. Akan kurayu dia dengan alasan itu, pasti Kania mau menuruti aku." Kirana tertawa senang, sehingga membuat boneka jerami tempat tinggalnya bergerak-gerak dengan hebatnya.Sambil menunggu malam, Kirana memilih untuk memulihkan tenaganya setelah kalah dari Nyai Lakeswari kemarin. Namun, tiba-tiba Kirana mendengar ada sebuah suara memanggil namanya.'Kirana! Kirana!' Terdengar sebuah suara tanpa wujud memanggil Kirana.Kirana terdia
Rasti merasa sakit di seluruh tubuhnya, dia termenung mengingat pergumulannya dengan Ganendra yang begitu dahsyat. Belum pernah Rasti merasakan hal seperti itu selama pernikahannya dengan Arga.Perlahan Rasti menunduk ke bawah, bola matanya membulat seketika saat melihat kancing bajunya sudah terbuka lebar menampilkan dadanya yang penuh dengan tanda merah pemberian Ganendra tadi malam.Wajah Rasti memucat membayangkan ekspresi Arga saat melihat tanda merah di sekujur tubuhnya itu, dengan hati-hati Rasti mengintip Arga yang dia kira masih terlelap dalam tidurnya itu. Dengan mengendap-endap Rasti turun menuju kamar mandi yang berada di dalam kamarnya dan mulai membersihkan dirinya kemudian menutupi tanda merah-merah itu dengan concealer miliknya.'Huft ... aman ... Mas Arga nggak akan tahu kalau aku sudah mengkhianati dirinya di belakangnya. Tanda merah itu sudah hilang semua, sekarang tinggal membangunkan Mas Arga dan menyiapkan sarapan untuk dirinya sebelum bera
"Oh, gitu ya? Ya udah, aku siap-siap dulu sekarang. Makasih ya, Sayang udah kasih tahu, dan -- maaf aku udah nuduh kamu yang macam-macam," ucap Arga sembari meminta maaf pada istrinya."Ya udah, nggak apa-apa, Mas. Yang paling penting kan buktinya aku setia sama kamu. Udah sana cepetan, nanti terlambat. Aku siapkan setelan baju kerja kamu ya, Yang, setelah itu kita sarapan. Aku udah siapkan menu sarapan istimewa untuk Mas Arga," terang Rasti merasa lega karena Arga tidak mengetahui kebohongannya.Di dalam kamar mandi, Arga masih terus memikirkan perihal hilangnya tanda merah yang hampir memenuhi dada istrinya.Dia sangat yakin, yang dilihatnya bukanlah mimpi atau halusinasi semata, tetapi untuk membuktikannya dia tidak tahu bagaimana caranya karena satu-satunya bukti telah hilang tanpa bekas.Sementara itu di ruang tidur, diam-diam tanpa suara Rasti sedang menertawakan kebodohan suaminya. Dia merasa senang karena kembali berhasil membodohi Arga.