Share

Part 68

Penulis: Maylafaisha
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-25 02:04:29

Di Kerajaan Mahasura, Mahesa tampak sedang gelisah. Dia teringat dengan kata-kata Nyai Lakeswari tentang hubungannya dengan Kania. Walaupun mereka baru saja berhubungan, tetapi Mahesa lebih merasa cocok dengan Kania, sementara dengan Nyai Lakeswari sebenarnya Mahesa hanya menginginkan kekuasaan dan kekuatan semata.

Mahesa mondar mandir mencari cara agar Nyai Lakeswari tidak mencelakai Kania, karena Mahesa tahu Nyai Lakeswari bukan tipe manusia yang suka memberi ampunan bagi musuh-musuhnya siapapun dia.

Setelah beberapa lama Mahesa berpikir, akhirnya dia memutuskan untuk menuruti keinginan Nyai Lakeswari tetapi dia tetap membantu Kania membalaskan dendam seperti janjinya pada perempuan yang telah menjadi istri gaibnya itu.

"Sepertinya untuk saat ini, aku turuti saja dulu keinginan Nyai Lakeswari setidaknya supaya dia tidak mencelakakan Kania, dan soal bantuanku untuk Kania ... aku akan tetap melakukannya meskipun harus diam-diam," ucap Mahesa pada dirinya sendiri

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Santet Pengantin   Part 69

    "Selamat siang, Pak. Bapak ingin bertemu dengan siapa? Apa yang bisa saya bantu?" Rani bertanya pada laki-laki yang masih terus membelakangi dirinya itu.Beberapa kali Rani mengajukan pertanyaan yang sama pada laki-laki yang masih tetap membelakanginya dan bergeming tanpa suara.Merasa kesal karena diacuhkan, Rani kembali mengulang pertanyaannya dengan nada meninggi sambil memegang lengan lelaki itu, dan alangkah terkejutnya dia karena tanpa diduganya, lengan lelaki itu tiba-tiba terlepas dari bahu dan terjatuh ke lantai sementara dari pangkal bahunya darah menetes dengan derasnya diikuti dengan belatung hidup yang berjatuhan berserak di lantai. Tidak hanya itu, tiba-tiba lelaki itu memalingkan wajahnya ke arah Rani dan terlihatlah bahwa separuh lebih wajah lelaki itu telah hancur dan dipenuhi dengan belatung yang masih menggeliat-geliat memakan sisa-sisa daging yang ada di sana.Seketika Rani merasa pusing dan mual, dia tidak tahan melihat pemandangan yang menj

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-25
  • Santet Pengantin   Part 70

    Sesaat kemudian, Kania turun ke tempat di mana terjadi kesurupan massal, di sana tampak beberapa paranormal sedang melakukan ritual untuk mengusir sosok-sosok tak kasat mata yang mengganggu karyawan-karyawannya.Kania mengitarkan pandangannya, mencari tahu siapa yang telah berani menyebabkan kekacauan seperti ini di pabrik miliknyaDan, alangkah terkejutnya Kania ketika melihat sosok Mahesa berdiri menatapnya, dengan bahasa telepati, Kania menyuruh Mahesa mengikutinya ke dalam ruang kerjanya.'Raden! Mau apa ke sini?! Apa Raden yang membuat semua kekacauan ini?! Kuminta Raden ikut aku ... sekarang juga!' perintah Kania dalam hatinya, sambil berjalan menuju ke ruang kerjanya diikuti Raden Mahesa.Sesampainya di dalam ruang kerjanya, Kania langsung meluapkan kemarahannya pada Raden Mahesa.'Raden! Apa maumu sebenarnya! Kenapa Raden membuat onar di sini?! Apa tidak cukup menemui diriku di rumah saja! Aku tidak suka kalau Raden mengganggu para karyawan

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-25
  • Santet Pengantin   Part 71

    Sementara itu di dalam boneka jerami milik Kania, Kirana tampak sedang memikirkan bagaimana cara membujuk Kania supaya bersedia menjadi murid Nyai Lakeswari. Kuntilanak merah itu tampak sekali sedang berpikir dengan keras.Tiba-tiba wajah Kirana tersenyum atau lebih tepatnya menyeringai, dia senang karena sudah menemukan cara untuk membujuk Kania supaya bersedia menjadi murid Nyai Lakeswari."Hahaha. Akhirnya aku mendapatkan cara untuk membujuk Kania agar bersedia jadi murid Nyai Lakeswari, akan kumanfaatkan rasa dendamnya. Akan kurayu dia dengan alasan itu, pasti Kania mau menuruti aku." Kirana tertawa senang, sehingga membuat boneka jerami tempat tinggalnya bergerak-gerak dengan hebatnya.Sambil menunggu malam, Kirana memilih untuk memulihkan tenaganya setelah kalah dari Nyai Lakeswari kemarin. Namun, tiba-tiba Kirana mendengar ada sebuah suara memanggil namanya.'Kirana! Kirana!' Terdengar sebuah suara tanpa wujud memanggil Kirana.Kirana terdia

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-25
  • Santet Pengantin   Part 72

    Rasti merasa sakit di seluruh tubuhnya, dia termenung mengingat pergumulannya dengan Ganendra yang begitu dahsyat. Belum pernah Rasti merasakan hal seperti itu selama pernikahannya dengan Arga.Perlahan Rasti menunduk ke bawah, bola matanya membulat seketika saat melihat kancing bajunya sudah terbuka lebar menampilkan dadanya yang penuh dengan tanda merah pemberian Ganendra tadi malam.Wajah Rasti memucat membayangkan ekspresi Arga saat melihat tanda merah di sekujur tubuhnya itu, dengan hati-hati Rasti mengintip Arga yang dia kira masih terlelap dalam tidurnya itu. Dengan mengendap-endap Rasti turun menuju kamar mandi yang berada di dalam kamarnya dan mulai membersihkan dirinya kemudian menutupi tanda merah-merah itu dengan concealer miliknya.'Huft ... aman ... Mas Arga nggak akan tahu kalau aku sudah mengkhianati dirinya di belakangnya. Tanda merah itu sudah hilang semua, sekarang tinggal membangunkan Mas Arga dan menyiapkan sarapan untuk dirinya sebelum bera

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-05
  • Santet Pengantin   Part 73

    "Oh, gitu ya? Ya udah, aku siap-siap dulu sekarang. Makasih ya, Sayang udah kasih tahu, dan -- maaf aku udah nuduh kamu yang macam-macam," ucap Arga sembari meminta maaf pada istrinya."Ya udah, nggak apa-apa, Mas. Yang paling penting kan buktinya aku setia sama kamu. Udah sana cepetan, nanti terlambat. Aku siapkan setelan baju kerja kamu ya, Yang, setelah itu kita sarapan. Aku udah siapkan menu sarapan istimewa untuk Mas Arga," terang Rasti merasa lega karena Arga tidak mengetahui kebohongannya.Di dalam kamar mandi, Arga masih terus memikirkan perihal hilangnya tanda merah yang hampir memenuhi dada istrinya.Dia sangat yakin, yang dilihatnya bukanlah mimpi atau halusinasi semata, tetapi untuk membuktikannya dia tidak tahu bagaimana caranya karena satu-satunya bukti telah hilang tanpa bekas.Sementara itu di ruang tidur, diam-diam tanpa suara Rasti sedang menertawakan kebodohan suaminya. Dia merasa senang karena kembali berhasil membodohi Arga.

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-05
  • Santet Pengantin   Part 74

    Sementara itu di daerah Ancol, Kania sedang bersiap-siap menuju ke pabrik baja ketika terdengar ponselnya berdering dari dalam tas. Kring! Kring! Kring! Kring! Gegas Kania merogoh ponselnya dari dalam tas untuk mengetahui siapa yang meneleponnya pagi-pagi, IBU tulisan yang tertangkap netranya. [Halo, Bu. Ada apa pagi-pagi telepon Kania? Tumben?!] Kania mengawali pembicaraan di telepon dengan ibunya yang sudah beberapa waktu tidak berbincang dengan melalui telepon. [Ish, dasar kamu ini Kania, nggak sopan! Masa orang tua telepon dibilang tumben? Kamu itu yang tumben, sudah hampir dua minggu nggak telepon ibu dan ayah. Biasa paling lama tiga hari kamu nggak telepon, kamu baik-baik aja 'kan?] Terdengar suara Citra mengomel panjang lebar pada anak perempuan satu-satunya itu. Kania yang sedang merias wajahnya hanya meringis mendapat omelan dari ibunya sepagi ini. [Iya, maaf, Bu. Kania bercanda, jangan marah lagi y

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-05
  • Santet Pengantin   Part 75

    Sesampainya di pabrik, Kania langsung mengumpulkan semua manajer divisi untuk review kinerja harian dan mingguan seluruh karyawan pabrik.Usai review dengan para manajer divisi, Kania segera beranjak keluar ruangan menuju ke meja tempat Sita sekretaris pribadi pengganti Sasti berada.Kania bermaksud mengajak Sita untuk pergi bersamanya menemui kliennya dari Korea yang ingin berinvestasi untuk cabang baru mereka di Toli-Toli nanti."Sita," panggil Kania kepada Sita yang sedang mengelompokkan beberapa file-file lama dari beberapa perusahaan yang sudah bekerja sama dengan perusahaan mereka."Ya, Bu. Ada yang bisa Sita bantu?" Sita memalingkan kepalanya begitu mendengar suara Kania memanggil dirinya."Ya, Sita. Kamu nanti ikut aku ke meeting point kita dengan klien dari Korea itu ya. Jadi untuk tugas sortir file yang sedang kamu kerjakan sekarang, bisa kamu tunda sampai besok," papar Kania dengan nada tegas.Sita mendengarkan dengan khidmat semu

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-05
  • Santet Pengantin   Part 76

    Sesampainya di pabrik, Kania langsung mengumpulkan semua manajer divisi untuk review kinerja harian dan mingguan seluruh karyawan pabrik.Usai review dengan para manajer divisi, Kania segera beranjak keluar ruangan menuju ke meja tempat Sita sekretaris pribadi pengganti Sasti berada.Kania bermaksud mengajak Sita untuk pergi bersamanya menemui kliennya dari Korea yang ingin berinvestasi untuk cabang baru mereka di Toli-Toli nanti."Sita," panggil Kania kepada Sita yang sedang mengelompokkan beberapa file-file lama dari beberapa perusahaan yang sudah bekerja sama dengan perusahaan mereka."Ya, Bu. Ada yang bisa Sita bantu?" Sita memalingkan kepalanya begitu mendengar suara Kania memanggil dirinya."Ya, Sita. Kamu nanti ikut aku ke meeting point kita dengan klien dari Korea itu ya. Jadi untuk tugas sortir file yang sedang kamu kerjakan sekarang, bisa kamu tunda sampai besok," papar Kania dengan nada tegas.Sita mendengarkan dengan khidmat semu

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-05

Bab terbaru

  • Santet Pengantin   109

    Keheningan yang mencekam menggantung di udara.Ruangan yang tadinya dipenuhi bisikan dan suara tawa menyeramkan kini terasa sunyi. Namun, hawa dingin yang menyelimuti mereka belum sepenuhnya pergi.Arga masih terduduk di lantai, merasakan sisa-sisa nyeri akibat hantaman keras tadi. Napasnya masih berat, pikirannya kacau. Ia mengalihkan pandangannya ke Kania, yang masih berdiri tegap dengan belati di tangannya.Kania tetap waspada, matanya mengitari ruangan, seakan mencari tanda-tanda keberadaan sosok tadi.Rahayu masih terisak di sudut ruangan, sementara Roy berdiri kaku di sampingnya. Wajahnya pucat, tangannya bergetar.Ia tidak pernah percaya pada hal-hal seperti ini sebelumnya. Tapi kini?**Ia baru saja melihat putrinya yang telah mati… atau sesuatu yang menyerupainya.**

  • Santet Pengantin   108

    Cahaya lilin kembali berkedip-kedip, menciptakan bayangan menari di dinding yang seakan hidup. Sosok itu masih berdiri di sana—diam, tetapi keberadaannya memenuhi ruangan dengan hawa dingin yang menyesakkan. Rahayu semakin erat mencengkeram lengan Roy, tubuhnya gemetar. “T-tidak… Ini tidak mungkin…” suaranya nyaris tak terdengar. Roy menelan ludah, otot-ototnya menegang. Ia ingin melindungi istrinya, tetapi tubuhnya terasa berat, seakan sesuatu menahannya. Arga masih terpaku di tempatnya. Matanya tidak bisa lepas dari sosok itu. Wujud itu memang terlihat seperti Rasti… tapi ada sesuatu yang sangat salah. Wajah itu. Saat masih hidup, Rasti memiliki tatapan tajam penuh emosi. Tapi yang berdiri di hadapan mereka sekarang hanya memiliki mata kosong, merah membara, seakan dipenuhi api neraka yang berpendar dalam kegelapan. "Kau pikir ini sudah berakhir, Arga?" Suara itu menggema, lebih berat, lebih dalam. Lalu… ia mulai melangkah. Bukan dengan cara manusia berjalan. Tetap

  • Santet Pengantin   107

    Suasana di dalam rumah duka semakin terasa berat. Waktu seolah berhenti, meninggalkan hanya isak tangis yang menggema di antara dinding.Rahayu masih terisak, wajahnya basah oleh air mata, sementara Roy tetap duduk diam, menatap lantai dengan pandangan kosong.Arga tak mengatakan apa-apa lagi. Semua yang perlu ia sampaikan sudah keluar. Namun, di dalam dirinya, perasaan bersalah tetap menyelubungi.Kania masih berdiri di sudut ruangan, diam-diam memperhatikan ekspresi Arga. Ada sesuatu dalam tatapannya—sebuah kehampaan yang begitu dalam, seolah ia telah kehilangan lebih dari sekadar istri.Namun, ketegangan belum sepenuhnya reda.Sebuah suara lirih akhirnya keluar dari mulut Rahayu.“Jika Rasti memang sudah... pergi, kenapa aku masih bisa merasakannya?”Arga menoleh,

  • Santet Pengantin   106

    Langit kelabu seolah berduka, menurunkan gerimis yang tipis namun dingin. Angin membawa aroma tanah basah, menyelimuti pemakaman dengan kesunyian yang berat.Sejumlah orang berpakaian hitam berdiri di sekitar pusara yang masih merah, menundukkan kepala. Payung-payung terbuka, melindungi mereka dari hujan, tapi tidak bisa melindungi hati mereka dari luka yang menganga.Kania berdiri di antara mereka, tanpa payung, membiarkan hujan membasahi wajahnya yang sudah dipenuhi air mata.Di depannya, Arga berdiri kaku, tatapannya kosong. Ia tak berkedip saat tanah perlahan menutupi peti Lilian. Di sampingnya, Darma hanya terdiam, wajahnya mengeras seperti batu, tapi tangan yang mengepal menunjukkan emosi yang ia tahan mati-matian.Kania tidak bisa menatap mereka lama-lama. Terutama Darma.Ia tahu, di mata Darma, dirinya adalah penyebab semua ini.Ketika doa terakhir selesai dibacakan, satu per satu orang mulai beranjak pergi. Beberapa menyentuh bahu Arga dengan lembut, memberi dukungan dalam di

  • Santet Pengantin   105

    Darah membanjiri tanah.Tubuh Kania gemetar. Nafasnya tersengal. Luka di perutnya menganga, mengalirkan cairan merah yang tak henti-hentinya.Matanya kabur, kepalanya pening.Dia seharusnya mati.Seharusnya…Tapi, di depan matanya—Darma yang kini telah berubah menjadi makhluk kegelapan tengah menatapnya dengan senyum menyeramkan.Di sampingnya, Rasti berdiri penuh kemenangan.“Kau sudah selesai, Kania,” ujar Rasti dengan nada penuh kepuasan. “Terimalah takdirmu. Tak ada lagi yang bisa menolongmu.”Kania mengatupkan giginya.Tidak.Aku belum kalah.&nb

  • Santet Pengantin   104

    Lorong itu menjadi saksi keheningan yang mencekik.Sisa energi dari tubuh Lilian masih berpendar di udara, bercampur dengan bayangan yang kini berputar liar, seperti haus akan korban baru. Darma masih membeku, tangannya gemetar di atas lantai yang dingin."Lilian..." Namanya meluncur dari bibirnya seperti doa yang tertunda—sebuah panggilan yang tak akan pernah dijawab lagi. Arga mengepalkan tangan, rahangnya mengeras. "Brengsek!"Matanya menatap Rasti—atau makhluk yang kini bersemayam dalam tubuh Rasti—dengan api amarah yang menyala-nyala.Tapi sebelum Arga bisa bergerak, Kania sudah lebih dulu maju.Wajahnya berubah. Bukan lagi ketakutan. Bukan lagi keraguan.Hanya dendam.Dan sesuatu yang lebih gelap dari itu. "Aku akan menghabisimu." Suara Kania lirih, tetapi menggetarkan udara di sekitar mereka. Makhluk dalam tubuh Rasti hanya menyeringai."Oh? Apa kau benar-benar yakin, Kania? Aku sudah mengambil satu. Kau mau jadi yang berikutnya?"DUARRR!!Kania tidak menjawab dengan

  • Santet Pengantin   103

    Lorong itu meledak dalam lautan energi ghoib.Cahaya ungu dan kegelapan pekat saling menghantam, menciptakan dentuman yang mengguncang tanah hingga serpihan batu berjatuhan dari langit-langit.Lilian dan Darma masih terperangkap dalam jeratan bayangan hitam."AAARGHHH!!!"Lilian berteriak, tubuhnya bergetar hebat saat sesuatu merasuk ke dalam dirinya. Bayangan itu bukan hanya mencengkeram, tapi menyusup ke dalam darahnya, merayapi sarafnya seperti racun.Mata Lilian melotot, berubah pekat seiring jeritan pilunya. "Darma!" Arga berlari, nekat menerjang kegelapan untuk menarik Lilian keluar. Tapi begitu tangannya menyentuh kulit Lilian, sesuatu menghantamnya dengan keras. DUARR!!Tubuh Arga mental ke belakang, terpelanting hingga menghantam batu dengan suara keras. Sementara itu, Darma masih tersekap dalam pusaran bayangan yang menyedotnya lebih dalam. "TIDAK! AKU... AKU TIDAK AKAN TAKLUK!"Tapi suaranya semakin melemah. Bayangan itu mulai melilit erat tubuhnya seperti akar hidu

  • Santet Pengantin   102

    Lorong itu kini telah berubah menjadi medan perang.Energi hitam dan ungu berputar liar di udara, menghantam dinding-dinding batu hingga retak. Jeritan makhluk-makhluk tak kasatmata bergema, seolah ikut merayakan kebangkitan sesuatu yang lebih besar. Di tengah pusaran kekacauan itu, Rasti dan Kania saling berhadapan. Tapi kini, sesuatu yang lain ikut masuk ke dalam permainan. Dari dalam tubuh Rasti, sosok raksasa dengan mata merah menyala semakin keluar. Tangannya yang hitam pekat mencengkeram tubuh Rasti, seolah ingin merobeknya dari dalam. Rasti berusaha melawan, tubuhnya bergetar hebat. “Tidak… aku yang mengendalikanmu! Aku yang berkuasa di sini!” Makhluk itu tertawa pelan, suaranya dalam dan bergema di segala arah. “Kau? Mengendalikan aku?”“Tidak, Rasti. Kini, akulah yang mengendalikanmu.” BRAK!Tiba-tiba, tubuh Rasti mencelat ke belakang, menghantam dinding dengan keras. Darah hitam menyembur dari bibirnya, dan seketika aura di sekelilingnya berubah. Dia bukan lagi Ras

  • Santet Pengantin   101

    Lorong itu telah lenyap. Yang tersisa hanyalah kegelapan yang seolah bernapas, berdenyut, menelan segala yang ada di dalamnya. Di tengah kehampaan itu, dua sosok berdiri berhadapan—Kania dan Rasti. Atau lebih tepatnya, dua entitas yang kini mengendalikan mereka. Arga, Lilian, dan Darma tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka tersekap dalam ruang gelap yang seakan membekukan waktu. Nafas mereka tersengal, tubuh mereka terasa berat seolah ada ribuan tangan tak kasatmata yang menahan mereka tetap diam. Sementara itu, dua entitas yang menguasai Kania dan Rasti mulai bergerak. Rasti tersenyum tipis, atau lebih tepatnya makhluk di dalam dirinya. “Seharusnya kau tahu… tak ada tempat untuk dua penguasa dalam satu dunia.” Kania, dengan tatapan yang kini lebih tajam dan penuh keangkuhan, tersenyum sinis. “Dan seharusnya kau tahu… aku tidak pernah suka berbagi.” Udara di antara mereka bergetar. Kemudian, semuanya terjadi dalam sekejap. Bayangan pertama melesat.Sosok-sosok hitam men

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status