Sesaat kemudian, Kania turun ke tempat di mana terjadi kesurupan massal, di sana tampak beberapa paranormal sedang melakukan ritual untuk mengusir sosok-sosok tak kasat mata yang mengganggu karyawan-karyawannya.
Kania mengitarkan pandangannya, mencari tahu siapa yang telah berani menyebabkan kekacauan seperti ini di pabrik miliknya
Dan, alangkah terkejutnya Kania ketika melihat sosok Mahesa berdiri menatapnya, dengan bahasa telepati, Kania menyuruh Mahesa mengikutinya ke dalam ruang kerjanya.
'Raden! Mau apa ke sini?! Apa Raden yang membuat semua kekacauan ini?! Kuminta Raden ikut aku ... sekarang juga!' perintah Kania dalam hatinya, sambil berjalan menuju ke ruang kerjanya diikuti Raden Mahesa.
Sesampainya di dalam ruang kerjanya, Kania langsung meluapkan kemarahannya pada Raden Mahesa.
'Raden! Apa maumu sebenarnya! Kenapa Raden membuat onar di sini?! Apa tidak cukup menemui diriku di rumah saja! Aku tidak suka kalau Raden mengganggu para karyawan
Sementara itu di dalam boneka jerami milik Kania, Kirana tampak sedang memikirkan bagaimana cara membujuk Kania supaya bersedia menjadi murid Nyai Lakeswari. Kuntilanak merah itu tampak sekali sedang berpikir dengan keras.Tiba-tiba wajah Kirana tersenyum atau lebih tepatnya menyeringai, dia senang karena sudah menemukan cara untuk membujuk Kania supaya bersedia menjadi murid Nyai Lakeswari."Hahaha. Akhirnya aku mendapatkan cara untuk membujuk Kania agar bersedia jadi murid Nyai Lakeswari, akan kumanfaatkan rasa dendamnya. Akan kurayu dia dengan alasan itu, pasti Kania mau menuruti aku." Kirana tertawa senang, sehingga membuat boneka jerami tempat tinggalnya bergerak-gerak dengan hebatnya.Sambil menunggu malam, Kirana memilih untuk memulihkan tenaganya setelah kalah dari Nyai Lakeswari kemarin. Namun, tiba-tiba Kirana mendengar ada sebuah suara memanggil namanya.'Kirana! Kirana!' Terdengar sebuah suara tanpa wujud memanggil Kirana.Kirana terdia
Rasti merasa sakit di seluruh tubuhnya, dia termenung mengingat pergumulannya dengan Ganendra yang begitu dahsyat. Belum pernah Rasti merasakan hal seperti itu selama pernikahannya dengan Arga.Perlahan Rasti menunduk ke bawah, bola matanya membulat seketika saat melihat kancing bajunya sudah terbuka lebar menampilkan dadanya yang penuh dengan tanda merah pemberian Ganendra tadi malam.Wajah Rasti memucat membayangkan ekspresi Arga saat melihat tanda merah di sekujur tubuhnya itu, dengan hati-hati Rasti mengintip Arga yang dia kira masih terlelap dalam tidurnya itu. Dengan mengendap-endap Rasti turun menuju kamar mandi yang berada di dalam kamarnya dan mulai membersihkan dirinya kemudian menutupi tanda merah-merah itu dengan concealer miliknya.'Huft ... aman ... Mas Arga nggak akan tahu kalau aku sudah mengkhianati dirinya di belakangnya. Tanda merah itu sudah hilang semua, sekarang tinggal membangunkan Mas Arga dan menyiapkan sarapan untuk dirinya sebelum bera
"Oh, gitu ya? Ya udah, aku siap-siap dulu sekarang. Makasih ya, Sayang udah kasih tahu, dan -- maaf aku udah nuduh kamu yang macam-macam," ucap Arga sembari meminta maaf pada istrinya."Ya udah, nggak apa-apa, Mas. Yang paling penting kan buktinya aku setia sama kamu. Udah sana cepetan, nanti terlambat. Aku siapkan setelan baju kerja kamu ya, Yang, setelah itu kita sarapan. Aku udah siapkan menu sarapan istimewa untuk Mas Arga," terang Rasti merasa lega karena Arga tidak mengetahui kebohongannya.Di dalam kamar mandi, Arga masih terus memikirkan perihal hilangnya tanda merah yang hampir memenuhi dada istrinya.Dia sangat yakin, yang dilihatnya bukanlah mimpi atau halusinasi semata, tetapi untuk membuktikannya dia tidak tahu bagaimana caranya karena satu-satunya bukti telah hilang tanpa bekas.Sementara itu di ruang tidur, diam-diam tanpa suara Rasti sedang menertawakan kebodohan suaminya. Dia merasa senang karena kembali berhasil membodohi Arga.
Sementara itu di daerah Ancol, Kania sedang bersiap-siap menuju ke pabrik baja ketika terdengar ponselnya berdering dari dalam tas. Kring! Kring! Kring! Kring! Gegas Kania merogoh ponselnya dari dalam tas untuk mengetahui siapa yang meneleponnya pagi-pagi, IBU tulisan yang tertangkap netranya. [Halo, Bu. Ada apa pagi-pagi telepon Kania? Tumben?!] Kania mengawali pembicaraan di telepon dengan ibunya yang sudah beberapa waktu tidak berbincang dengan melalui telepon. [Ish, dasar kamu ini Kania, nggak sopan! Masa orang tua telepon dibilang tumben? Kamu itu yang tumben, sudah hampir dua minggu nggak telepon ibu dan ayah. Biasa paling lama tiga hari kamu nggak telepon, kamu baik-baik aja 'kan?] Terdengar suara Citra mengomel panjang lebar pada anak perempuan satu-satunya itu. Kania yang sedang merias wajahnya hanya meringis mendapat omelan dari ibunya sepagi ini. [Iya, maaf, Bu. Kania bercanda, jangan marah lagi y
Sesampainya di pabrik, Kania langsung mengumpulkan semua manajer divisi untuk review kinerja harian dan mingguan seluruh karyawan pabrik.Usai review dengan para manajer divisi, Kania segera beranjak keluar ruangan menuju ke meja tempat Sita sekretaris pribadi pengganti Sasti berada.Kania bermaksud mengajak Sita untuk pergi bersamanya menemui kliennya dari Korea yang ingin berinvestasi untuk cabang baru mereka di Toli-Toli nanti."Sita," panggil Kania kepada Sita yang sedang mengelompokkan beberapa file-file lama dari beberapa perusahaan yang sudah bekerja sama dengan perusahaan mereka."Ya, Bu. Ada yang bisa Sita bantu?" Sita memalingkan kepalanya begitu mendengar suara Kania memanggil dirinya."Ya, Sita. Kamu nanti ikut aku ke meeting point kita dengan klien dari Korea itu ya. Jadi untuk tugas sortir file yang sedang kamu kerjakan sekarang, bisa kamu tunda sampai besok," papar Kania dengan nada tegas.Sita mendengarkan dengan khidmat semu
Sesampainya di pabrik, Kania langsung mengumpulkan semua manajer divisi untuk review kinerja harian dan mingguan seluruh karyawan pabrik.Usai review dengan para manajer divisi, Kania segera beranjak keluar ruangan menuju ke meja tempat Sita sekretaris pribadi pengganti Sasti berada.Kania bermaksud mengajak Sita untuk pergi bersamanya menemui kliennya dari Korea yang ingin berinvestasi untuk cabang baru mereka di Toli-Toli nanti."Sita," panggil Kania kepada Sita yang sedang mengelompokkan beberapa file-file lama dari beberapa perusahaan yang sudah bekerja sama dengan perusahaan mereka."Ya, Bu. Ada yang bisa Sita bantu?" Sita memalingkan kepalanya begitu mendengar suara Kania memanggil dirinya."Ya, Sita. Kamu nanti ikut aku ke meeting point kita dengan klien dari Korea itu ya. Jadi untuk tugas sortir file yang sedang kamu kerjakan sekarang, bisa kamu tunda sampai besok," papar Kania dengan nada tegas.Sita mendengarkan dengan khidmat semu
"Aku ingin bicara denganmu, Kania tentang Nyai Lakeswari, apa kau ingat dengannya?" Kirana menyebutkan tujuannya kembali menemui Kania.'Tentu saja aku ingat. Sekarang ikut aku ke kantorku," ajak Kania kepada Kirana yang langsung melesat masuk ke dalam ruang kerja Kania.Melihat Kirana sudah mendahului dirinya masuk ke dalam ruangan kerjanya, Kania bergegas menuju ruang kerjanya dan segera mengunci pintunya setelah masuk ke dalam.Mengetahui pintu ruang kerja itu telah di tutup, Kirana pun menampakkan diri dalam wujud wanita cantik dan menyampaikan maksud kemunculannya di kantor Kania."Ada apa? Mau apa kau kemari, Kirana?" tanya Kania pada wanita cantik jelmaan Kirana itu."Seperti yang kubilang tadi, aku ingin bicara padamu tentang Nyai Lakeswari," ucap Kirana mengulang kembali perkataannya sewaktu di luar tadi."Ada apa dengan Nyai Lakeswari? Kenapa tiba-tiba kau ingin membicarakan dirinya?" Kembali Kania mengajukan sebuah pertanyaan kepa
"Apa benar begitu? Apa kau yakin bila aku menerima tawaran Nyai Lakeswari untuk menyalin semua ilmu miliknya, maka aku akan menjadi yang terkuat dan terhebat, sehingga bisa membuat semua dendamku terbalaskan?" Rupanya Kania mulai sedikit terpancing dengan rayuan Kirana."Tentu saja, sebab bila engkau bersedia mewarisi semua ilmu Nyai maka engkau akan mampu menaklukkan semua makhluk halus seperti kami, tanpa terkecuali. Bukankah itu akan memudahkanmu untuk membalas dendam?" Kirana semakin gencar mengeluarkan rayuannya.Dalam hati, Kania membenarkan semua ucapan Kirana. Memang benar secara tak kasat mata hal itu akan lebih memudahkan dirinya meluluskan niat guna membalaskan dendamnya pada Rasti, Arga dan Andra.Akhirnya, karena keinginannya untuk bisa membalas dendam itu masih sangat kuat, Kania menyetujui permintaan Kirana untuk menjadi murid Nyai Lakeswari."Baiklah, Kirana, aku setuju. Katakan pada Nyai Lakeswari bahwa aku bersedia untuk menjadi mu