7000 pasukan yang dipimpin oleh Vincaus berangkat menuju keaarah selatan meninggalkan pasukan utama mereka, di esok harinya mereka tiba di perbatasan wilayah selatan. Ketika memasuki wilayah mereka disambut oleh pasukan milik Vans yang berdiri di tepi tebing yang harus dilewati oleh mereka agar sampai ke kota val."berhentilah disitu tuan vincaus," teriak seseorang wanita bernama Elmisa. sebelumnya dia dikalahkan oleh Vans dengan senjata api, ketika mengetahui tidak memiliki kesempatan untuk menang, dia pun langsung menyerah. Vincaus yang melihat Elmisa memerintahnya itu pun tersenyum. "ternyata kau juga sudah berganti pihak Elmisa," ucap Vincaus. "hahah tentu saja, berpihak padamu tak memiliki kesempatan untuk menang. sebelum kau menyesal aku ingin memperingati mu tuan Vincaus, menyerahlah sekarang juga dan bantu kami untuk memusnahkan pasukan kerajaan Shu," ucap Elmisa. Vincaus nyaris saja mengeluarkan tawa yang begitu keras, namun dia menahannya karena situasinya tidak mem
"tuan Vans asal tahu saja ini bukan tentang harga diri dan ego, akan tetapi ini tentang keyakinan dan tekad," ucap Vincaus dengan tegas. "ah jadi yang kau maksud tentang keyakinan itu adalah membunuh para bawahan mu," ucap Vans. Setelah mengucapkan kalimat itu sepuluh musuh tumbang ditempat itu. "ah apa apa ini, apakah ini akhir dari kita," ucap prajurit. "aku tidak ingin ini terjadi, aku ingin pulang bertemu keluarga ku," ucap perajurit lainnya. "bagaimana ini, apakah kita menyerah saja, dan menangkap tuan Vincaus." "mungkin itu bisa kita lakukan apabila tuan tak segera melakukan pergerakan." semua suara itu tumpang tindih sehingga itu hanya terdengar seperti suara tawon. Vans yang melihat itu merasa senang, dia akhirnya bisa mendapatkan kemenangan atas mental mereka. Hanya butuh sentuhan terkahir, musuhnya akan segera runtuh. namun disaat yang sama Vincaus tertawa terbahak bahak. "aku tahu, aku tahu, kau hanya bisa membunuh sepuluh orang bukan? jika kami melakukan gera
Satu satunya yang dapat diandalkan untuk membalikkan keadaan ini hanyalah pasukan Aurbet yang sedang menuju kesana. Perlahan tapi pasti Vans mulai terpojok, dia sudah kehabisan cara dan rencana untuk melarikan diri. Namun disaat situasi genting itu terjadi, terdengar langkah kaki kuda dari kedua sisi. Vincaus yang menyadari itu sudah yakin akan kekalahannya. "Sepertinya aku kalah darimu Vans," ucap Vincaus. Hanya sedikit lagi semua pasukannya bisa terbebas dari tebing itu, namun disaat yang sama, pasukan 12 ribu itu menghadang jalan mereka. Sedangkan 7000 pasukan menghadang jalan untuk mereka keluar. Perajurit milik Vincaus yang sebelumnya sudah memiliki harapan untuk terbebas dari tebing itu pun kini kehilangan semangat. Satu persatu mereka menjatuhkan senjata yang sebelumnya digenggam sangat erat. "Tuan Vincaus kami mohon menyerahlah sekarang," ucap para perajurit itu.Vincaus yang tidak memiliki harapan itu memang berniat menyerah, namun meksipun begitu dia masih berusaha untuk
"lapor tuan bala bantuan telah tiba saat ini 7000 pasukan siap membantu," ucap perajurit. York yang sebelumnya kebingungan karena keaadan yang tak menguntungkan itu akhirnya bisa bernafas lega. Dia tidak tahu harus melakukan apa ketika anak panah dan amunisi yang dimiliki telah habis. jumbelah pasukan yang minim itu amat menguras sumber daya kerajaan Vincaus, mereka harus mengeluarkan semua yang dimiliki dalam dua hari terakhir."baguslah jika seperti itu, sekarang kita bisa melakukan pertempuran langsung dengan mereka, siapkan semua kapal yang kita miliki. kita akan menunjukan kepada mereka seberapa tangguh armada laut milik kita," ucap York. Segera perajurit itu menuruti apa yang diperintahkan oleh York. beberapa jam kemudian 250 kapal siap untuk diturunkan secara langsung ke kelautan. Meskipun kapal mereka hanya setengah dari jumbelah musuh, York sangat yakin akan kemenangannya, bukannya dia yakin akan kemampuan pasukannya. Melainkan dia yakin dengan medan perang yang sangat men
Setelah itu Khan ingin menebus kesalahan yang dia perbuat sendirian, dia pun akhirnya sampai ditempat dimana dia ingin menebus kesalahannya. Dimana lagi jika bukan ditempat tenda milik tetua gunung. Khan yang sedikit ragu itu masuk kedalam tenda itu, tetua gunung yang menyadari kehadiran khan itu segera bersujud dihadapannya. Khan yang melihat itu segera berkata, "tidak usah melakukan itu memberikan hormat pada orang bodoh seperti ku tidak akan mengubah apapun, lebih baik kau menampar diriku dan marah besar," ucap Khan. Tetua gunung yang mendengar itu segera mengucapkan sepatah kalimat, "maaf pangeran sepertinya aku tidak bisa melakukan itu, sebagai saudaranya putri Rin er, memukulmu atau menamparmu sama saja aku akan menampar beliau. aku tidak ingin melakukan itu pada penyelamat ku, hutang budi yang kami miliki padanya belum cukup membuat kami marah ketika diperlakukan tidak adil seperti kemarin," ucap tetua gunung bernama Galigino anak dari tetua gunung sebelumnya.Tetua gunung y
"kita bisa memenangkan perang disini dengan cara membuat mereka merasa menang," ucap Galgino.Ketika mendengar itu semua orang yang ada disana memiringkan kepalanya. Memang setartegi itu bisa digunakan, namun saat ini mereka benar benar sudah kalah dari musuhnya. "maaf tuan Galgino, kita tidak bisa melakukan itu. Sekarang kita sudah benar benar kalah," ucap Jal. Semua orang yang ada disana juga sependapat dengan perkataan jal, mereka tidak memiliki kesempatan untuk melakukan itu. bertahan untuk hidup dalam perang ini saja sudah membutuhkan usaha yang sangat ekstra. "Yap tepat sekali, oleh karena itu kita tidak usah menyusun apa apa. Kita akan menjadikan kerugian ini menjadi keuntungan, berperang lah seperti biasa dan serahkan sisanya pada kami orang orang gunung. Memburu mangsa yang merasa dirinya aman adalah keahlian kami," ucap Galgino. Semua orang yang ada disana sedikit terpukul dengan perkataan Galgino. Mereka sebenarnya marah, namun itu tak bisa dilampiaskan. perkataan Galg
Seluruh pasukan yang saling berhadapan itu sudah semakin tidak sabar untuk segera melakukan perang, terlebih lagi pasukan yang memihak bangsawan Values. Pada saat ini mereka sudah yakin bahwa akan memenangkan perang hari ini, kesombongan itu muncul sejak kemarin malam. "semuanya serang," teriak Khan menodongkan senjatanya keaarah para musuh. Disisi lain musuh juga melakukan hal yang sama. Khan yang berada didepan itu menebas seseorang perajurit musuh, darah yang begitu merah terciprat diwajahnya. Khan yang membunuh seseorang itu tak mengalami perasaan seperti dua hari yang lalu, perasan dimana dia tidak bisa bergerak sedikitpun dan yang amat menyesakan hatinya. Dia nyaris meninggal tempo hari karena tak fokus dengan medan perang yang ada, beruntung ada seseorang perajurit yang menyelamatkannya, akan tetapi naasnya perajurit itu meninggal ketika melakukan hal tersebut. Sejak saat itu Khan mulai menahan perasan itu, kemarin dia sedikit terganggu namun saat ini itu telah menghilang
"semuanya mundur," teriak York ketika melihat asap berwarna merah menyebar diatas langit. Semua pasukan yang sebelumnya bertarung dihutan itu segera mundur satu persatu, mereka saling bergiliran agar tidak saling menabrak satu sama lain. Meskipun usaha yang dilakukan oleh mereka cukup berat, namun beberapa orang sudah meninggalkan medan pertempuran itu dengan selamat. Disaat yang sama asap putih yang sangat tebal muncul dimedan perang tersebut ketik semua pasukan meneriakkan kata mundur. Pasukan kerajaan Wuan memang cukup kesulitan, namun itu hanya beberapa orang saja. Mereka hanyalah sisa pasukan yang bersedia menjadi umpan bagi teman temannya. Meksipun saat ini mereka dalam bahaya, tidak ada satupun orang yang menyerah untuk terbebas dari medan perang yang mengancam nyawa mereka. Disaat yang sama Khan berada di golongan orang orang yang menjadi umpan itu tetap berjuang dengan keras, dia tidak menunjukkan tanda tanda untuk kabur terlebih dahulu. Semua itu karena dia sudah b
Vans menyenderkan bahunya kearah kursi yang dia duduk. Dia sangat lelah, nampak begitu layu selayaknya tomat yang telah membusuk. Dia ingin segera cepat cepat mengakhiri semua ini dan ingin segera kembali kekerajan Vanues.Rin er yang sebelumnya berada diluar segera memasuki ruangan itu. Kalau dia duduk disamping Vans."Aku minta maaf mas Vans," ucap Rin er.Sembari berkata seperti itu Rin er memeluk tubuh Vans yang layu. Vans membalasnya dengan hal yang serupa."Untuk apa?" Tanya Vans. "Semua ini karena ayahku yang memberikan misi sulit ini padamu dan membuat mu menjadi kelelahan seperti ini, karena itulah aku ingin minta maaf untuk nya," ucap Rin er."Ah itu ya. Memang benar saat ini aku sangat kekalahan, akan tetapi aku tak marah diberikan misi sulit seperti ini, lagian aku sendiri yang menyetujui untuk melakukannya. Ayahmu tidak salah apa apa," ucap Vans.Kapal yang di naiki oleh mereka berdua sudah berangkat meninggalkan beberapa orang yang mendapatkan tugas untuk menetap di k
"hey berhentilah disitu dasar bajingan, apakah seperti ini sifat dari raja kerajaan Vanues, sungguh tidak beretika sekali sifatmu itu," ucap Lisa penuh dengan amarah, bagaimana dia bisa menahan amarahnya itu. Ketika vans melupakan dirinya selama 1 Minggu terkahir.Disisi lain melihat kakaknya marah marah seperti itu, Shin segera berjalan kearah Lisa. "Kakak tenanglah tuan Vans memiliki maksud kenapa dia harus segera kembali kekerajan miliknya," ucap Shin. Lisa akhirnya menjadi tenang, dia juga sadar bahwa Vans harus segera kembali mengatur wilayahnya. Namun meksipun begitu Lisa tetap masih merasa geram."Sabar bagaimana aku bisa sabar, kau kira sudah berapa hari aku menunggu kedatangannya," ucap Lisa.Vans yang mendengar itu sangat muak, beberapa bulan yang lalu dia memperlakukan Vans dengan begitu hina. Vans masih memiliki kebencian padanya, namun di sisi lain perlakuan Lisa dahulu bukanlah karena keselahan Lisa, Vans juga tidak memiliki hak untuk membenci Lisa.Perasan campur aduk
Setelah merasa tidak ada yang tertinggal mereka berdua segera menemui Aurbet dan lainnya yang sedang menunggu. Rin er mencium bau badannya, itu begitu menganggu sekali. Namun meksipun begitu dia akan tetap melanjutkan perjalanan ini tanpa mandi. Sebenarnya itu bukanlah masalah besar, sebab perjalanan mereka dari ibu kota menuju kota pelabuhan hanya membutuhkan waktu 2 jam saja. Namun tetap saja Rin er adalah seseorang wanita, mustahil dia tidak terganggu dengan hal itu. "Maaf membuat kalian menuggu," ucap Vans. Pada saat ini semua orang sudah siap untuk segera meninggalkan istana kerajaan Shu, lima ekor kuda sedang di jaga oleh Robert dan lainnya, sedangkan Aurbet melihat jam tangannya. Seandainya yang terlambat adalah orang lain, pasti Aurbet akan memarahinya. Dia terkenal dengan keketanannya, meksipun begitu tak ada satupun orang yang pernah membencinya. Tentu saja beberapa orang yang ada dibelakangnya merasa iri ketika melihat Aurbet tersenyum lalu berkata. "Bukan masalah tua
Sungling memegangi kepalanya ketika mendapatkan informasi dari anak buahnya. Dia benar benar tidak menyangka apabila Vanslah yang membeli gandum dan persenjataan yang cukup menyulitkan untuk kerajaan Shu. Ditambah permintaan ganti rugi yang benar benar membuat mereka nyaris diambang kehancuran."Sial ternyata raja baru itu tidak bisa diremehkan," ucap Sungling.Ketika dia menyadari kalah sebelum melakukan negosiasi. Dia benar benar marah akan kebodohannya. "Tuan Sungling apa yang harus kita lakukan sekarang?" Ucap Vans. "apa yang harus kita lakukan sekarang? Kau bertanya seperti itu? Kita benar benar tidak bisa melakukan apapun, cukup diam dan biarkan mereka pergi dari sini dengan aman," ucap Sungling.Dia sungguh tidak bisa melakukan apapun. Sungling sempat berpikir untuk menghabisi nyawa Vans dan lainnya. Namun memikirkan resiko yang akan ditanggung, itu benar benar membuatnya menghentikan rencana tersebut. Dia bukanlah raja bodoh, Sungling sangat tahu akan batasan yang dapat d
"Tuan Vans sepertinya ini terlalu berat untuk kami, bagiamana jika kami membayar dengan uang ataupun emas, membayar 1 juta ton gandum bukanlah sesuatu yang dapat kami lakukan," ucap Sungling. Secara tidak sengaja Sungling langsung menunjukkan kelemahan mereka. Vans yang mengira bahwa negosiasi ini akan sulit, mulai membuang kecemasan miliknya. Mendapatkan kelemahan musuh dalam sekejap adalah sesuatu yang cukup sulit dalam negosiasi, namun Vans bisa mendapatkannya dengan mudah."Aku tidak bisa mengubah syarat itu, sebenarnya aku tidak memiliki wewenang yang cukup untuk melakukan hal tersebut. Maaf tuan Sungling, karena menolak usulanmu itu, tapi kami mendapatkan perintah lain apabila kau tidak sanggup membayar dengan gandum sebanyak itu sekarang. Kau bisa melunasinya dengan cara mencicil selama 3 tahun," ucap Vans. "Tapi meskipun begitu, 1 juta ton gandum agaknya terlalu berlebihan untuk pertukaran 5000 orang perajurit. Jika memang begitu, aku tidak bisa melakukan pertukaran ini, aka
Beberapa hari telah berlalu semenjak keberangkatan Shin dan para rakyat untuk menghabisi para bajak laut. Vans dan lainnya tentu saja tidak ikut serta dalam situasi berbahaya itu. Mereka masih memiliki urusan yang cukup penting dengan kerajaan Shu. Namun sebelum itu mereka menyempatkan diri untuk mengelilingi kerajaan Shu, dia berhasil membeli gandum dan senjata di setiap kota kerajaan Shu, ya meksipun itu ada yang menolak penawaran Vans. Namun kebanyakan semua pemimpin kota menyetujui itu. "Bagaimana bisa pemimpin kota menjual gandum dan senjata tanpa sepengetahuan ku," di sebuah ruangan seseorang sedang membaca laporan yang diberikan oleh mata mata miliknya. Dia adalah raja negeri ini, namanya adalah Suhuling. Raja itu begitu marah karena mendapatkan laporan yang seperti itu, pada saat ini kerajaan mereka masih kekurangan makanan. Jika itu dibeli oleh kerajaan Vanues, mereka pastinya akan kesulitan dimasa depan nanti. Terlebih lagi para pemborntak yang semakin berani bertindak.
"terimakasih karena mendengar panggilan ku, semuanya maaf karena mengganggu waktu kalian. Apakah kalian bisa menebak maksud aku memanggil kalian apa?" Ucap Vans. Dia sebenarnya sangat tahu tindakan dan pertanyaannya ini begitu tidak sopan sama sekali. Dia juga tidak memiliki hak sama sekali untuk mengatakan kalimat selanjutnya. Vans tahu akan hal itu, oleh karena itu Shin saat ini berada disampingnya. Para orang orang yang mendapatkan pertanyaan itu menggeleng gelengkan kepalanya, pastinya mereka tidak tahu apa apa. "Kalau begitu dengarkan lah tuan Shin berbicara, akan tidak sopan apabila aku yang mengatakannya," ucap Vans. Dia pun mundur, lalu menepuk bahu Shin. Shin melirik kearah Vans, lalu dia mendapatkan senyuman dari pria itu. Apa yang harus aku lakukan, begitulah apa yang dipikirkan oleh Shin. Vans sebelumnya tidak memberitahu apapun tentang ini, jadi dia kebingungan sekali. Vans pun melihat sekeliling untuk menemukan jawaban, orang orang yang berdiri itu menunggu apa yang
"Tuan Aurbet aku ingin meminta maaf, Shin dibawa masuk kedalam bar, karena tempat itu cukup ketat aku tidak bisa masuk kedalam sana, tapi sepertinya mereka adalah sebuah kelompok yang terorganisir," ucap Elgano.Aurbet yang mendengar itu menggeleng gelengkan kepalanya, "jika memang seperti itu mau bagaimana lagi, itu juga bukan kesalahan mu Elgano. Malahan aku cukup bangga karena kau tak membuat keributan disana," ucap Aurbet.Aurbet sangat tahu sifat Elgano sebelum dia meninggal kota Val, dia adalah pria yang tidak akan puas jika tak berbuat onar. Dahulu dia sering dibuat sakit kepala olehnya. Namun semenjak dia meninggalkan kota Val dan bertemu Elgano lagi, dia melihat perubahan yang sangat mencolok dari kepribadian Elgano.Saat ini Elgano sudah menjadi pria yang jauh lebih tenang, Aurbet sebenarnya tidak tahu mengapa anak buahnya itu bisa berubah menjadi seperti itu. Memang benar Aurbet tahu Elgano sempat membahayakan rekan rekannya ketika menculik Vans, namun itu tidak bisa membua
"Ermilanda, ternyata kau masih hidup," ucap Shin. Sosok wanita itu berjalan dengan sebuah tongkat wajahnya rusak separuh, dia terlihat cukup mengerikan. Namun meskipun begitu Shin tidak takut dengan orang tersebut, dia lebih keaarah senang bertemu dengannya. Shin segera berlari menuju keaarah wanita itu, lalu langsung memeluknya. Shin tidak menyangka orang yang sempat menyelamatkan dirinya dari kebakaran itu berhasil selamat. Meskipun dahulu dia adalah pelayan Shin, Ermilanda sangat dianggap berharga oleh Shin. Dialah satu satunya orang yang menerima dirinya apa adanya. Sejak Ermilanda menghilang dia mulai kehilangan ketertarikan menulis, dia benar benar menyesal karena melakukan itu. Seandainya dulu dia tidak menciptakan buku itu, maka inseden tersebut tidak akan pernah terjadi. Namun kenyataan yang dilihatnya hari ini membuat dia merasa sangat lega sekali, dia sangat berterimakasih kepada Tuhan karena menyelamatkan nyawa wanita itu. Ketika tubuh Shin memeluknya, dia me