Home / Urban / Sang Tuan Muda Sejati / Bab 71. Mencari Jurus Jitu

Share

Bab 71. Mencari Jurus Jitu

Author: Ayunina Sharlyn
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Helios anak sultan, siapa yang tidak mau dengannya? Pernyataan yang tidak asing didengar di telinga. Tetapi karena yang mengatakan itu adalah Melisa, maka itu sesuatu banget.

Di kepala Helios dengan cepat membayang bagaimana Melisa selalu saja menuntut ini dan itu saat masih jadi kekasih Ardi. Jika tidak segera diiyakan dan diusahakan, dia akan mengancam. Macam-macam yang Melisa katakan. Membuat Helios panik dan akan berjuang semaksimal mungkin menuruti apa yang Melisa mau.

"Aku tertipu sama Tony. Dia ternyata bukan juga tipe pria setia. Aku cuma wanita kesekian yang dia punya. Untung aku segera lepas dari Tony." Melisa bicara lagi.

Lamunan Helios buyar. Dia menyimak pembicaraan dua gadis itu.

"Cowok rata-rata gitu, Mel. Mana tahan cuma sama satu cewek? Ferry yang aku pikir pria paling baik, nyatanya sama saja," tukas Violetta.

"Kalau Helios? Selain baik, apa dia setia?" Melisa bertanya.

"Aku ga pernah lihat dia sama cewek, pacaran. Ga pernah. Dia baik saja sama semua. Belajar mulu tia
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 72. Tanda Lahir?

    Berhasil! Violetta berhasil membujuk Helios mau pergi rekreasi bersama dengan Melisa. Kedua gadis itu mengajak Helios ke pantai di daerah Banten. Tepat sekali hari ulang tahun Violetta jatuh di hari Sabtu.Sebelum jam tujuh pagi hari itu, mobil Helios meluncur meninggalkan mansion menuju lokasi yang sudah direncanakan.Sepanjang jalan kedua gadis itu bicara tanpa henti. Kadang mereka bernyanyi saling bersahutan. Helios harus kuat menghadapi mereka sepanjang hari. "Hel, lagu favorit kamu apa?" tanya Violetta.Karena Helios hanya diam saja, seperti jadi sopir saja, Violetta akhirnya mengajak Helios bicara."Lagu? Ga gitu bisa nyanyi aku." Helios menjawab sambil tetap fokus pada jalanan."Aku ga minta kamu nyanyi. Lagu favorit kamu apa?" tanya Violetta lagi."Satu satu aku sayang ibu," jawab Helios asal."Hahaha!" Melisa tertawa lepas mendengar jawaban Helios."Iih, ngaco! Yang benar kalau jawab, Hel!" Violetta pura-pura marah. Dia cemberut."Pokoknya lagu enak di telinga aku suka." Heli

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 73. Bukti Terakhir

    Melisa memperhatikan Helios. Benar, dia memang punya gerak-gerik yang berbeda dengan Ardi. Pembawaannya juga berbeda. Tetapi di saat-saat tertentu, kemiripan dengan Ardi kembali muncul. Keyakinan jika Helios memangh bukan Ardi sedikit pupus. Pertanyaan apakah Ardi adalah Helios kembali lagi mengganggu Melisa. "Tanda lahir itu. Aku harus bisa melihat apakah ada tanda lahir di pundak kiri Helios. Jika benar, berarti Helios adalah Ardi. Memang tidak masuk akal rasanya, tetapi kemiripan mereka ..." Pikiran Melisa berputar. Jika yang dia pikirkan benar, maka dia punya senjata untuk menekan Helios agar mau menerima dia. Sedikit banyak Melisa mendengar keretakan hubungan di antara keluarga Hartawan, permusuhan Herman dan kedua saudaranya, Melisa juga mulai mendengar. Tidak sangat jelas, celetukan-celetukan Siska dan Raditya saat bicara memberi informasi ketegangan mereka dengan Herman. "Aku harus mencari cara untuk bisa mendapatkan bukti terakhir. Ya, itu satu-satunya cara," ujar Melisa d

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 74. Kamu Cemburu?

    Violetta berhenti. Dia memandang ibunya. Wajahnya terlihat kesal dan kusut."Kamu dari rumah Herman? Kok kesal gitu. Kamu ribut sama Helios?" tanya Siska."Nggak. Sama Melisa," jawab Violetta."Dia ikut ke sana juga? Lalu, mana Melisa?" tanya Siska lagi."Masih di sana, sama Helios." Violetta menjawab gusar."Vio, ada apa?" Siska tidak akan berhenti bertanya sampai Violetta menjawab dengan jelas."Melisa itu naksir Helios. Cari perhatian mulu. Aku dicuekin. Sebel!" ujar Violetta."Kamu cemburu?" Siska mencermati wajah putrinya.Mata Violetta menatap Siska. Cemburu? Dia cemburu?"Vio?" Siska memegang lengan Violetta memintanya menjawab."Nggak, Ma. Kenapa cemburu sama Melisa? Lagian Helios kan kakak sepupu aku?" tandas Violetta.Lalu Violetta meneruskan langkah menuju ke kamarnya. Siska mengikuti sampai masuk ke kamar Violetta."Mama ini mama kamu. Mama kenal kamu, Vio," kata Siska.Mereka duduk berhadapan. Violetta di tepi ranjang, sedangkan Siska di kursi depan meja rias Violetta."N

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 75. Memahami Isi Hati

    Siska tidak bertanya apapun. Dia lihat saja Raditya dan Melisa meninggalkan rumah. Sudah pasti, ada sesuatu di antara dua orang itu. Siska sangat hafal kelakuan Raditya. Dan Melisa? Ternyata dia lebih buruk dari yang Siska pikirkan."Aku harus cepat bergerak. Aku tidak mau Violetta akan terpengaruh Melisa. Memang dari kota pinggiran dia berasal, tapi ternyata tidak selugu itu. Gila." Siska berkata sendiri lalu dia balik ke ruang atas ke kamarnya.Di kamar sebelah, Violetta sudah selesai mandi. Dia tidak berniat berbuat apa-apa. Hanya mau rebahan hingga tertidur sendiri. Sayangnya, percakapan dengan sang ibu terus berkumandang dan terngiang di pikirab dan kepalanya."Helios butuh kamu. Dan Helios yang akan memberi kamu kebahagiaan." Violetta mendesah. Dia kembali duduk. Gelisah makin mendera. Tangan Violetta dengan cepat membuka galeri dan melihat foto-foto saat dia bersama Helios. Helios memang sangat tampan. Dia jarang tersenyum apalagi sampai tertawa lebar. Terkesan datar dan tena

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 76. Malam yang Mengerikan

    Raditya seperti sedang kalap. Dia menarik Violetta agar mendekat dan merapat padanya."Kamu jangan jadi benalu. Jangan kamu permainkan aku, hah?!" Raditya menatap Violetta dengan mata menyala.Bau alkohol yang menyengat tercium membuat Violetta mual. Ada apa dengan Raditya? Dia memang mabuk, tapi ...."Sini kamu, Kucing kecil! Sudah beberapa hari kamu menolak aku. Tapi malam ini aku tidak akan melepaskan kamu!" Tangan Raditya menarik Violetta kuat dan menyeret gadis itu ke ruang tengah."Om, lepasin. Om mau apa?!" Violetta menarik lengannya. Dia mulai ketakutan."Mau apa katamu?! Mau apa?!" Raditya makin emosi mendengar ucapan Violetta.Violetta hampir berhasil lepas, tapi Raditya masih lebih sigap. Dia berhasil kembali mencengkeram lengan Violetta. Kali ini kedua-duanya.Tanpa aba-aba, Raditya menarik kuat Violetta dalam dekapannya lalu memberikan ciuman dengan liar.Violetta meronta. Dia makin ketakutan. Dia berusaha mendorong Raditya agar menjauh. Violetta merasa seluruh tubuhnya ge

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 77. Kemarahan Siska dan Herman

    "Mana laki-laki gila itu?! Aku mau bunuh dia!!" Teriakan Siska menggelegar di seluruh ruangan rumah besar itu. Dia baru datang dari perjalanan dan mendapat kabar yang sangat mengejutkan. Darah Siska langsung mendidih. Dengan amarah yang meluap, Siska masuk ke dalam rumah dan mencari Raditya."Radit!!!" Semakin keras Siska berteriak sambil berjalan cepat menuju kamar Raditya."Nyonya, tolong tahan emosi, Nyonya. Tolong ..." Dadang terus mengikuti Siska.Dia sangat hafal tabiat majikannya. Jika dibiarkan bisa jadi perang besar di rumah."Kamu mau membela manusia sinting itu?! Hahh??! Sudah bosan hidup juga kamu?!" Siska menyemprot Dadang yang berusaha menghalanginya."Bukan begitu, Nyonya. Semua bisa diselesaikan baik-baik. Kasihan Nona Vio," bujuk Dadang."Kamu minggir atau kamu yang pertama aku hajar?!" Siska berkacak pinggang di depan pintu kamar Raditya berhadapan dengan Dadang.Dadang sengaja berdiri di depan pintu, menahan Siska. Kalaupun bertemu Raditya, Siska harus bisa menekan

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 78. Hukuman buat Raditya

    Helios memutar tubuhnya dengan cepat. Victor berdiri di depannya, memandangi Helios dengan tatapan heran."Ngapain di sini? Ngintip apa?" Victor bertanya karena penasaran juga."Nanti aku kasih tahu. Bang Victor datang sama Pak Halim?" tanya Helios balik."Yup. Kamu bisa menduga kenapa, kan?" ujar Victor."Ya, soal Pak Radit," jawab Helios."Laki-laki edan. Aku shock mendengar kabar itu dari Pak Halim. Tuan Besar minta secepatnya Pak Halim datang. Aku diajak, karena pasti akan perlu bantuan katanya." Victor menjelaskan."Kenapa Bang Victor tidak ikut bicara dengan mereka?" tanya Helios lagi."Kalau perlu aku dipanggil," ujar Victor. "Kita ke kamarmu saja?""Ayo," ajak Helios.Keduanya masuk ke dalam kamar Helios. Meluncurlah kisah tragis yang terjadi saat Helios pulang dari kantor malam sebelumnya. Victor menggeleng-geleng kesal dan marah. Raditya benar-benar sudah gila. Dia malas, cuma mau menghabiskan uang, dan licik.

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 79. Siska Kembali Meledak

    "Satu babak selesai. Misimu berhasil satu tahap." Herman menatap Helios. Helios tidak bereaksi. Ya! Bukankah misi yang dia jalankan adalah menyingkirkan Raditya dan Siska? Atau Helios mampu membuat mereka menerima apapun keputusan Herman terkait harta kekayaannya?Raditya akhirnya pergi, tanpa bisa memprotes keputusan Herman. Tapi mengapa Helios sama sekali tidak merasa ini adalah keberhasilan? Sedih, itu yang dia rasakan. "Aku tidak membayangkan akan seperti ini. Tidak sama sekali." Herman berdiri. "Papa mau ke kamar?" Helios ikut berdiri. "Dadaku ..." Herman memegang dadanya yang terasa makin berat. "Aku ambil kursi roda. Sebentar, Tuan!" Victor dengan cepat bergerak. Tidak lama dia kembali dengan kursi roda. Helios membantu Herman naik ke kursi roda lalu mengantar pria itu ke kamarnya. Halim langsung menghubungi dokter dan meminta datang secepatnya untuk memeriksa kondisi Herman. Kejadian itu sangat memukul Herman. Meskipun tampaknya dia kuat, ternyata pria itu rapuh di dala

Latest chapter

  • Sang Tuan Muda Sejati   Extra Moment - Part 2

    Pesawat mendarat dengan lancar di kota tujuan. Satu per satu penumpang turun dari pesawat. Di antara mereka tampak Helios dan Violetta. dan satu lagi yang ikut dengan mereka, Herman. Juga didampingi satu pelayan yang akan membantu keperluan Herman jika diperlukan. Berempat mereka mendarat di kota kelahiran Helios, Semarang. Tetapi mungkin lebih tepat dikatakan kota kelahiran Ardiandana Krisnadi. Hari itu, apa yang Helios rencanakan akhirnya bisa dia wujudkan. Dia datang ke Semarang untuk berziarah ke makam ibunya. Dia sudah bertemu ayah kandungnya, yang ternyata pria kaya raya dan baik hati. Bahkan saat ibu Helios mengandung kala itu, Herman masih seorang pengusaha muda yang baru meniti karir. "Apa yang kamu rasakan, Hel?" Violetta bertanya pelan di dekat Helios sementara mereka sedang menuju ke hotel untuk beristirahat setelah meninggalkan bandara. "Penuh. Rasanya campur-campur, di sini." Helios memegang dadanya. " Lebih satu tahun aku pergi. Kembali melewati jalan-jalan ini, semu

  • Sang Tuan Muda Sejati   Extra Moment - Part 1

    "Hel! Helios!" Helios tersentak mendengar panggilan keras itu. Dia segera bangun dan duduk. Tampak Violetta berlari menghampiri Helios yang masih belum hilang dari rasa kaget.Violetta naik ke ranjang, duduk di depan Helios. Mata Violetta menatap dengan berbinar pada Helios yang akhirnya mendapatkan kesadaran sepenuhnya."Ada apa?" tanya Helios."Kita ketemu papa hari ini," kata Violetta penuh semangat tapi juga tegang."Papa?" Helios melotot. "Papa nyusul ke sini? Ini bulan madu kita.""Bukan. Salah." Violetta menggeleng-geleng dengan keras. "Bukan Papa Herman. Papaku.""Papa kamu?" Helios kembali harus memberi waktu loading pada otaknya."Ahh, Pieter. Papaku waktu aku kecil." Kembali Violetta menjelaskan."Ooh, oke ..." Helios mengerti yang Violetta maksud. "Serius dia mau ketemu kamu?""Ya." Kali ini Violetta mengangguk dengan tegas. "Awalnya aku ga yakin, tapi ternyata dia mau. Makan siang di resto ... ini ..." Violetta menunjukkan nama dan lokasi tempat Violetta akan bertemu Pie

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 133. Finally, Tuan Muda

    "Kenapa? Kenapa kamu melihat aku seperti melihat orang aneh?" ujar Herman sambil memandang Helios lagi."Papa restui aku dan Violetta?" Berdetak lebih kuat jantung Helios ketika mengucapkan itu."Vio, mendekatlah kemari." Sekali lagi Helios meminta Violetta datang di sampingnya.Dengan tatapan bingung, Violetta melangkah mendekati Herman."Kamu sungguh-sungguh sayang anakku?" tanya Herman.Pertanyaan itu diucapkan lembut, tidak ada nada sinis atau tidak suka. Benar-benar pertanyaan yang memang ingin tahu yang sebenarnya.Violetta hampir tidak mampu menahan air matanya. Segala kemelut di dadanya seolah-olah perlahan terurai.Helios yang ada di seberang Herman, memperhatikan Violetta. Menunggu jawaban gadis itu."Ya, Om. Aku sayang Helios." Suara lembut Violetta akhirnya terdengar. "Buat anakku bahagia di hidupnya. Kamu bisa?" tanya Herman lagi, dengan nada suara yang sama.Pertanyaan itu langsung membuat air mata Violetta tak bisa dibendung. Dia menutup wajah dengan kedua tangannya. Di

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 132. Gertakan Tuan Besar

    Dua pasang mata di depan Herman menatap padanya. Sudah pasti Helios dan Violette menunggu kalimat berikut yang akan Herman ucapkan. Tetapi muncul sedikit cemas, kalau sampai emosi Herman naik, jantungnya bisa bermasalah lagi."Aku sudah mendapatkan penyelesaian dari semua kemelut yang selama ini membuat hidupku terasa sangat rumit dan menekan." Lebih tegas Herman bicara, meskipun tetap terdengar tenang. "Maksud Papa?" Helios menegakkan punggung. Dadanya tiba-tiba berdegup kuat. Yang dia takutkan jika Herman tidak akan menerima Violetta di mansion karena Siska sudah tidak ada lagi sebagai anak angkat keluarga Hartawan. "Masalahku yang utama adalah aku perlu penerus untuk keluargaku. Aku ini sudah tua dan sakit-sakitan." Herman kembali melanjutkan menikmati makanannya. Helios dan Violetta memperhatikan setiap gerakan Herman. Herman mengangkat wajahnya, dan mengarahkan pandangan pada Violetta. Lalu dia menoleh ke arah belakangnya. Ada pelayan pengganti Erma berdiri beberapa meter di

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 131. Semua Sudah Selesai

    Herman menanyakan Violetta. Ini benar-benar kejutan. Helios menaikkan kedua alisnya menatap Herman."Aku lihat dia sedang sedih, Helios. Di mana dia?" Herman menegaskan lagi.Helios semakin terkejut. Dari mana Herman tahu jika Violetta sedang bersedih? Tapi memang itu kenyataannya."Aku telpon dia. Aku akan minta dia ke sini." Helios mengeluarkan ponsel dan mencari nomor kontak Violetta.Dering panggilan Helios beberapa kali, tetapi tidak ada respon. Helios mencoba lagi, hingga kali ketiga baru Violetta menerima panggilannya."Hel ... mama ... mama sdh pergi, Hel ..." Terbata-bata sambil menangis Violetta berkata."Apa?" Refleks kata itu yang Helios ucapkan."Hel ... aku, aku ..."Helios menatap Herman. Ini kesedihan yang Herman maksud. Herman tahu kalau Violetta sedang sedih."Pa, aku temui Vio." Helios berkata dengan pandangan datar, sedikit nanar.Victor memperhatikan ekspresi yang tiba-tiba berbeda."Ya, pergilah." Herman mengangguk.Helios mendekati Victor dan berbisik,"Tante Sis

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 130. Selamat Jalan, Selamat Datang

    Violetta masuk kamar Siska. Wanita itu kembali menggunakan alat bantu pernapasan dan kondisinya tiba-tiba sangat lemah. Namun, kesadarannya masih ada. Dia memandang Violetta dan mengulurkan tangan kirinya yang gemetar.Violetta mendekat dan memegang tangan kiri Siska. Hatinya sangat sedih. Melihat ibunya berjuang untuk bernapas, Violetta tidak tega."Kamu ... Vio ..." Siska memaksa diri bicara.Violetta mendekat ke dekat wajah Siska agar bisa mendengar yang Siska katakan."Baha ... gia ... Jangan ... ja ... ngan, se ... dih." Semakin pelan terdengar tapi masih dapat Violetta tangkap.Mendengar itu begitu saja air mata meluncur di mata Violetta. Dia mengangkat muka dan memandang Siska. Mata Siska terus menatap pada Violetta. Lemah dan redup, sayu dan semakin berat."Mama, aku pasti bahagia. Aku janji." Violetta berkata sambil berusaha menahan diri agar tidak menangis.Mata Siska tampa makin berat. Senyum kecil di ujung bibirnya. Sedang napasnya semakin berat. Dia mulai tersengal-sengal

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 129. Klarifikasi Tuan Muda Hartawan

    Halim dan Victor bertindak. Niat Helios ingin meluruskan postingan Siska segera mereka tanggapi. Halim membantu Helios menata apa-apa yang perlu Helios katakan di publik dan bagian mana yang cukup menjadi konsumsi pribadi saja.Sedangkan Victor, dia memanggil tiga media yang cukup dikenal dan kredibel untuk ikut membuat video ketika Helios membuat pernyataan. Ini sengaja dilakukan, langsung dengan media, bukan video yang siap ditayangkan setelah lewat proses editing dan lain-lain.Tetap sangat dibatasi berapa dari pers yang bisa datang, karena lokasi dilakukan di rumah sakit. Dua hari persiapan maka rencana dijalankan. Saat memulai Helios sangat tegang. Violetta, Halim, dan Victor juga sama."Hel, good luck. Thanks for all." Violetta mengatakan itu sepenuh hati dan juga menyemangati Helios.Helios mengangguk lalu berjalan ke kursi yang disiapkan untuknya. Pengambilan gambar dilakukan di taman yang tidak jauh dari tempat Herman dirawat."Hari ini, meskipun bukan yang aku inginkan, aku

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 128. Napas Terakhir

    Helios dengan cepat berdiri. Violetta menatap padanya dengan mata berkaca-kaca. Helios melangkah mendekat. Seketika tangis Violetta pecah. Dalam dekapan Helios, gadis itu melepas penat yang begitu menekan dirinya."God, thank you, You bring her back." Lirih Helios bicara. Dengan kuat dia peluk Violetta. Helios mau membuat Violetta tenang, yakin, Helios akan mendukung dan mendampingi dirinya. Pelukan ini yang Violetta butuhkan. Pelukan cinta tulus untuknya. Apapun keadaannya, cinta itu akan tetap ada. Tanpa tujuan lain, tanpa motivasi apa-apa, selain karena sayang."Terima kasih kamu mau balik. Terima kasih, Vio." Lembut sekali Helios bicara. Terasa rasa lega yang begitu besar dari nada suara Helios.Victor memandang keduanya. Begitu rumit yang terjadi di sekeliling mereka. Cinta mereka diuji berulang kali dengan banyak hal yang jika dipikir tidak harus mereka lalui. Mengingat kisah cintanya sendiri dengan Donita, yang Helios dan Violetta hadapi masih lebih berat."Aku mau lihat mama

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 127. Tidak Tahu Lagi

    Violetta menoleh ke arah gerbang menuju pesawat. Petugas menunggu dengan senyum ramah. Para penumpang satu per satu masuk ke sana.Violetta berdiri. Dia menarik napas dalam. Ada perasaan campur aduk di dada. Dia akan pergi atau kembali. Hatinya bergelut luar biasa. Violetta hanya ingin tenang, lelah dengan semua carut marut yang menekan hidupnya. Setiap berurusan dengan ibunya, hanya luka dan pedih yang dia dapatkan. Jika dia pergi, semua akan selesai. Tapi, apakah dia sejahat itu sebagai anak? Lalu, Helios? Apakah Violetta juga tega membiarkan Helios menghadapi semua sendiri?"Vio, please ..." Terdengar sendu suara Helios. "Aku sayang kamu. Aku mau kita sama-sama. Aku janji akan bilang papa kalau aku akan-"Klik. Violetta mematikan panggilan Helios. Dia masukkan ponsel ke dalam tas, lalu berjalan cepat meninggalkan ruang tunggu dan pergi keluar. Violetta mencari taksi. Dia akan kembali. Dia tidak akan membiarkan Helios menyelesaikan kekacauan yang dibuat oleh ibunya.Bagaimanapun, s

DMCA.com Protection Status