."Apa maksud anda, suami saya sudah memesan tiket perjalanan ke Paradise Island, mengapa kami tak bisa menaiki kapal ini?"Lily merasa sedikit terkejut, apalagi setelah si petugas kapal tak merespon pertanyaannya, Lily beralih melirik ke arah suaminya. “Sayang, apa kau yakin benar-benar telah memesan tiket liburan kita?” tanya Lily setengah berbisik. Tentu saja ada kekhawatiran di hati Lily, khawatir jika suaminya ternyata memang belum melakukan pembayaran atau semacamnya.Henry mengangguk, “Tentu saja aku sudah melakukan reservasi untuk liburan kita.”Si petugas kapal masih kukuh pada pendiriannya. “Jadi, kapan kalian akan pergi?”Henry mengarahkan pandangannya kepada sang petugas, matanya menatap tajam seraya berujar, "Saya telah memesan perjalanan khusus ke Paradise Island, mengapa Anda mengatakan bahwa kami tak bisa menaiki kapal pesiar ini? Setidaknya, beri kami penjelasan yang masuk akal!" Henry bertanya dengan nada yang tajam. Menurut informasi reservasi yang dia buat, dia seha
“Sial! Ucapanmu nyaris membuatku pingsan, Henry!” Daniel tertawa keras sebelum akhirnya meminta Henry untuk tak bicara sembarangan.Jika ada seseorang yang bahkan bisa menyewa sebuah kapal pesiar secara penuh, dia pasti merupakan seorang konglomerat super kaya raya. “Jika sosok konglomerat itu mendengar ucapanmu tadi, aku yakin dia tak akan segan-segan menggunting lidahmu!”Meski terkesan kasar, petugas kapal juga setuju dengan ucapan Daniel. Bagaimanapun, sosok super kaya yang mampu memesan kapal pesiar mewah adalah sosok yang harus dijunjung tinggi dan dihormati, ucapan Henry beberapa waktu lalu tentu saja dianggap sebagai penghinaan besar oleh sang petugas. Mengklaim diri sendiri sebagai sosok Crazy Rich tertentu adalah tindakan hina yang menjengkelkan.“Tuan, berhentilah menjadi pura-pura kaya. Bahkan dengan mata tertutup, semua orang bisa melihat jika anda hidup dalam kemiskinan! Pulanglah dan jangan kembali lagi sebelum kalian benar-benar melakukan pemesanan dan pembayaran tiket
‘Liburan Ekslusif?’Lily mengangguk sembari berusaha mencerna situasi yang dia lihat. Ternyata Henry benar-benar mampu menyewa sebuah kapal pesiar untuk mereka berdua saja. Itu benar-benar di luar prediksi Lily. Rasa ingin tahu Lily tentang rahasia yang disembunyikan suaminya semakin membesar, namun, ia tahu saat itu bukanlah waktu yang tepat untuk mencari tahu."Apakah suamiku sebenarnya adalah putra dari keluarga kaya raya?" Pikiran itu sempat melintas di benak Lily, segera ia menepis dugaan tersebut sebab Lily telah mengenal Henry sejak kecil, dan memastikan Henry bukanlah putra dari keluarga kaya raya. Henry bahkan diadopsi dari panti asuhan oleh keluarga Wilson sewaktu Henry masih kecil.Sementara itu, menyaksikan sang istri tertegun diam, Henry mengusap rambut Lily sembari menunjuk ke sisi depan."Sayang, jangan terlalu banyak berpikir. Aku membawamu ke sini untuk membuatmu tersenyum, bukan untuk menambah beban pikiranmu," ucap Henry seraya menggandeng Lily memasuki kapal.Lily
Petugas kapal telah mengantar Henry dan Lily memasuki kapal pesiar, tepatnya di depan kamar mereka berdua. Sebelum pria itu pamit pergi, ia tampak kesulitan menyembunyikan rasa gelisah dan kekhawatiran yang mendalam. Bukannya segera pergi, pria itu justru menelan ludah berkali-kali sembari kebingungan mengutarakan apa yang ingin ia katakan.“Kau takut aku melaporkan perlakuanmu pada atasanmu lalu kau dipecat?” tebak Henry James.Pria itu tersentak kaget lalu mengangguk. Henry lantas tersenyum tipis dan menepuk pundak si petugas. “Kau tahu, tentu saja aku ingin melakukannya. Kau telah mengusirku, ingat? Ha ha, bahkan setelah aku berniat menunjukkan tiket liburanku, kau tetap ingin mengusirku.”Petugas kapal itu mengeluarkan keringat sebesar biji jagung dari pelipis. Memang benar dia telah meremehkan Henry James sebelumnya, dan karena itu, sangat wajar jika Henry murka. Petugas kapal itu kian gelisah sebab dipecat dari perusahaan ternama akan berdampak buruk bagi karirnya di masa depan.
Henry dan Lily membeku di tempat mereka berada lalu saling memandang karena akhirnya mereka tahu siapa yang menjadi bahan pembicaraan pelayan wanita itu. Meskipun obrolan dari toilet itu tak cukup keras namun cukup jelas untuk didengar oleh telinga Lily dan Henry.Lily menelan ludah seolah sulit mempercayai telinganya. Pelayan itu telah memujinya hingga membuatnya begitu bahagia, siapa yang menduga jika perempuan itu memiliki wajah yang lain. "Henry, pelayan itu benar-benar sedang membicarakan kita," lirih Lily dengan suara parau.Henry mengangguk kecil, dia juga tak mengharapkan bahwa pujian yang diberikan si pelayan sebelumnya hanyalah topeng untuk menyembunyikan kebusukan di hatinya. Henry bingung, apakah dia yang tak teliti atau memang perempuan itu yang terlalu ahli bersandiwara, yang jelas, ia masih ingat betapa terlihat tulusnya ucapan demi ucapan yang terlontar dari bibir si pelayan."Sayang, ini tak bisa dibiarkan. Dia benar-benar telah menodai kepercayaanku. Aku ingin member
Suzan memutar otaknya demi menyelamatkan posisinya yang terpojok. Dia masih enggan untuk mengakui bahwa dia telah melakukan kesalahan."Oh, Tuan Muda, sepertinya ada kesalahpahaman di sini! Tadi kita hanya sedang berbicara tentang klien kami beberapa hari yang lalu." Suzan berbohong dengan wajah canggung."Mohon anda tak buru-buru berprasangka buruk. Ah, mari kita lupakan saja kesalahpahaman ini..." Suzan melanjutkan sambil berusaha menjaga senyumannya agar tak terlihat bahwa hatinya berdebar kencang. Suzan sangat takut jika Henry akan memberikan hukuman yang berat kepadanya.Henry tersenyum tipiss. Menurutnya, Suzan sangat pandai dalam mengarang cerita-cerita dan memanipulasi orang lain. Jika saja dia menggunakan kemampuannya dalam berbicara untuk masuk ke dunia politik, Henry yakin akan ada jutaan rakyat yang tertipu oleh mulut manisnya."Klien kalian juga bernama Henry James dan memiliki istri bernama Lily Wilson? Kebetulan sekali! Lalu, dia juga memberimu $1000 sebagai tip? Keboho
Pagi-pagi sekali, pintu kamar Henry dan Lily diketuk oleh Ruri, dia memberitahu mereka bahwa kapal mereka telah masuk ke Paradise Island. Lily yang membuka mata lebih dulu menjadi bersemangat.“Kami akan mempersiapkan sarapan pagi dan mengirimnya ke sini,” ucap Ruri yang tetap berdiri di depan pintu ruangan Henry dan Lily.“Terima kasih, Ruri,” balas Lily memberi tanda bahwa pesan Ruri telah tersampaikan.Lily lantas bergegas ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya dan mandi, setelah itu dia mengganti pakaiannya dengan pakaian yang lebih santai. Lily melempar pandangan singkat kepada Henry yang masih tidur. Dia tak tega untuk membangunkan suaminya yang terlihat sangat terlelap itu.Lily memutuskan untuk melihat pemandangan Paradise Island sendirian, ia segera keluar kamar dan berlari-lari kecil menyusuri lorong menuju ke deck kapal.Begitu tiba di deck kapal, Ruri menyapa Lily dan menawarkan diri untuk menemani Lily.“Koki kami sedang mempersiapkan hidangan spesial untuk Nyonya dan Tuan
"Jo-Johan..." Lily terkejut melihat sosok tersebut. Pria itu adalah Johan Morris, teman Lily semasa kuliah.Alasan Lily agak terbata-bata menyebut nama Johan adalah karena ia sama sekali tak menduga akan bertemu Johan di tempat itu. Mereka memiliki sejarah yang tak menyenangkan di masa lalu.Saat mereka berdua kuliah, Lily dan Johan pernah menjalin hubungan asmara. Pada saat itu, Lily sebenarnya sudah dekat dengan Henry, tetapi karena Johan mengungkapkan cintanya lebih dulu, Lily memilih untuk menerima cinta Johan.Tak lama kemudian, Lily mengetahui bahwa Johan hanya berpura-pura menyukainya lalu mengencaninya demi memenangkan taruhan. Mendengar bahwa Lily diperlakukan buruk oleh Johan, Henry datang ke kampus dan menghajar Johan hingga pria itu babak belur tak karuan. Peristiwa tersebut membuat Johan malu karena kalah telak dari Henry di hadapan ratusan mahasiswa lain.Sejak hari itu, Johan membenci Lily dan Henry karena ia merasa harga dirinya hancur akibat peristiwa tersebut."Kenap
Akhirnya, hari pernikahan antara Daisy Miller dan Richard Forger telah tiba. Andai bukan keluarga Miller, mungkin persiapan pernikahan tak mungkin bisa usai hanya dalam waktu tiga hari. Tapi, semua bisa diurus dengan uang dan koneksi. “Daisy! Ingat, jaga suamimu baik-baik. Aku tak ingin dia membuat malu seluruh keluarga kita. Kalau memang dia melakukan hal-hal bodoh, kau harus menanggung semuanya sendiri dan tak boleh melibatkan kami semua!” Sandra memberi pesan pada Daisy beberapa saat sebelum mereka memasuki gedung pernikahan. Daisy mengangguk lantas menatap calon suaminya. “Richard, kau dengar itu? Kau harus jaga sikap. Pernikahan ini dihadiri oleh kolega-kolega kakekku. Mereka semua orang penting dan kau tak bisa asal bersikap.” Kala itu, Richard tampak menunjukkan sikap gelisah. Seperti ada sesuatu yang ia tahan. Karena semua pandangan tertuju pada Richard, Richard akhirnya tak memiliki alasan untuk tak menyembunyikannya. Richard menarik napas dalam sebelum akhirnya membuat pen
Teleconference dengan James Miller telah usai. Selain memutuskan untuk menggelar pernikahan tiga hari ke depan, James Miller juga meminta Sandra untuk memberikan kamar untuk Richard. James berkata, mulai dari hari itu, Richard Forger telah menjadi bagian dari keluarga Miller meski pernikahan resmi baru akan digelar tiga hari mendatang. “Daisy! Karena dia akan menjadi suamimu, kau yang harus mengurus keberadaannya di sini!” Sandra memerintahkan Daisy untuk membawa Richard ke kamar di lantai dua kediaman keluarga Miller. Daisy mengangguk lesu sementara Richard berbasa basi berterima kasih kepada Sandra. Ketika keduanya berlalu pergi, Sandra memijit keningnya berkali-kali. “Oh… Daisy sudah cukup sering membuat keluarga Miller kehilangan muka. Sekarang dia dijodohkan dengan pria payah seperti Richard. Sial, aku akan lebih bahagia andai Daisy bukan cucu kandungku.” Mendengar ibunya mengeluh dan bersedih, Nancy datang dan menepuk-nepuk pundak Sandra. “Ibu, tenang, kita masih memiliki Bel
Richard Forger menelan ludah, ia tak menduga jika gadis muda yang baru saja mempersilakannya masuk kini mendapati masalah karena dirinya. “Nona, aku memiliki kartu…” Richard berniat menjawab tudingan Bellatrix terhadap Daisy tetapi Bellatrix segera mengacungkan telunjuknya tepat ke jidat Richard. “Damn! Siapa yang memberimu izin untuk berbicara padaku? Shit, aku sedang berbicara pada sepupuku yang bodoh ini!” Bellatrix lantas berganti menudingkan telunjuknya ke arah Daisy yang menunduk tak nyaman. “Bella, dia membawa kartu undangan dari kakek. Percayalah… Kita harus menyambutnya atau…” “Aku tak peduli! Seperti biasa, semua keputusan yang kau ambil akan berujung pada petaka. Kali ini, kuperingatkan sekali lagi! Usir gembel ini atau…” Bellatrix belum sempat melanjutkan kalimatnya ketika dari arah belakang, terdengar suara omelan khas perempuan tua, dialah Sandra Miller, perempuan berusia tujuh puluhan tahun yang merupakan istri dari James Miller. Sandra membenci keributan meski di s
Sore hari itu juga, Richard Forger berpamitan kepada George Warren dan meyakinkan pria tua tersebut bahwa ia akan membayar kerugian yang dialami oleh George. Meski George Warren sulit mempercayai ucapan Richard, ia membiarkan Richard pergi. “Ehm… Sebelumnya, bisakah aku meminjam beberapa dolar untuk memesan Taxi, Tuan George?” Sebelum benar-benar pergi, Richard baru sadar jika ia sudah tak memiliki apa-apa lagi. Ia cukup malu pada pria tua itu tetapi memang hanya George Warren seorang, sosok di kota Roxburgh yang bersedia membantu Richard. “Ck… Ambillah.” George Warren dengan terpaksa memberikan beberapa dolar di sakunya kepada Richard. “Terima kasih, Tuan George. Kupastikan kau bisa memegang janjiku, aku akan melunasi kerugian yang kau alami.” George Warren mengangguk lesu. Setengah putus asa, ia berharap jika janji Richard bukanlah bualan semata. “Tiga hari dari sekarang! Kupastikan aku akan mengganti kerugianmu. Tuan George!” Setelah mengcapkan kalimat itu, Richard Forger sege
Setelah novel Sang Pewaris Terkaya tamat, saya ingin memperkenalkan novel saya yang lain yang juga bergenre urban dan sudah tamat berjudul "Suami Hebat yang Menyamar", berikut adalah tester 5 bab novel tersebut, jika berkenan membaca lanjutannya, kalian bisa klik di profil Banin SN dan pilih novel berjudul "Suami Hebat yang Menyamar". Terima kasih~~ ---------- Suami Hebat yang Menyamar Bab 1 ----------------------------- Richard Forger sedang mengepel lantai ruangan Luis Jung, CEO Westfield Corporation. Cleaning Service baru itu seperti sedang berada di tempat yang salah dan di waktu yang salah. Bagaimana tidak, saat Richard sedang sibuk membersihkan lantai, Luis Jung tiba-tiba dengan sengaja menumpahkan kopi ke lantai. Setelah pura-pura terkejut, Luis Jung berteriak kepada Richard. “Hei, Babu! Kau tak lihat ada lantai kotor di sini?!” Richard Forger ingin mengumpat, tetapi tentu saja Cleaning Service bukanlah posisi yang membolehkan dirinya mengumpati seorang CEO. Maka, Richar
Kesialan Catherine dan Jacob juga menimpa Celine Wislon dan Judith. Kedua perempuan itu saat ini sedang disiram air dan diseret menuju ke kantor polisi karena secara tak terduga mereka berdua telah mengakui melakukan puluhan tindak kejahatan. Pesta makan malam di mansion Henry benar-benar menjadi acara yang sangat membekas karena telah terjadi hal-hal luar biasa di acara tersebut. Para jurnalis pulang dengan hati riang gembira karena mereka telah memiliki stok bahan berita dengan jumlah fantastis. Saat pesta telah benar-benar selesai dan para tamu telah berangsur pulang, Henry dan Lily berjalan memasuki mansion mereka untuk terakhir kalinya. Malam itu akan menjadi malam terakhir mereka tidur di rumah mewah itu karena keesokan harinya, mansion itu sudah menjadi milik Mr. Prince, seorang kaya raya dari luar negeri yang berhasil memenangkan lelang. Terlepas dari fakta bahwa esok hari mereka berdua akan jatuh miskin, baik Henry maupun Lily tak bisa menutupi rasa bahagia yang menyelimuti
Henry menuliskan beberapa kalimat di atas lembaran buku coklat bersampul kulit lembu. Senyumnya melebar saat ia membaca kembali kalimat yang telah ia tulis.“Kurasa ini cukup,” ucapnya puas.“Apa yang kau tulis? Apa kau ingin Forbidden Codex melenyapkan mereka berdua malam ini?” tanya Lily sembari mendongakkan leher dan melirik ke kalimat yang baru saja ditulis oleh suaminya.Henry terkekeh lalu dengan santai menunjukkan kalimat yang ia tulis di atas Forbidden Codex. Lily mengerutkan kening, tak ada hal mengerikan yang ditulis oleh Henry. Justru, Henry terkesan telah menulis sebuah harapan kebaikan untuk seluruh keluarga Wilson.“Apa buruknya harapan seperti itu? Kau menggunakan Magic Power terakhir untuk membuat harapan tersebut, apa kau yakin ‘itu’ akan membuat mereka jera?” tanya Lily serius.“Sangat yakin, sekarang, diam di sini dan mari kita lihat pertunjukannya,” ucap Henry setelah ia memasukkan lagi Forbidden Codex ke dalam sakunya.Lily mengerutkan kening tetapi pada akhirnya
Ya, Henry akan benar-benar menjadi miskin jika ia serius dengan ucapannya beberapa waktu lalu.Menjual mansion di Alexandria untuk organisasi amal. Menjual semua warisan mendiang ayahnya untuk diberikan kepada lembaga amal. Bukankah itu sama saja dengan memiskinkan diri dalam semalam?Melihat ekspresi tak percaya di wajah para tamu, Lily berinisiatif untuk mempertegas pernyataan Henry.“Tuan-Tuan dan Nyonya sekalian, aku dan Henry sudah terbiasa hidup dalam keadaan tidak kaya. Dan, menurut kami itu tidak buruk. Kami menyadari cinta dan kesetiaan kami semakin tumbuh subur ketika kami berada dalam keadaan tidak kaya. Kalau pun kami ingin mendapatkan kekayaan lagi, kami ingin, hal itu berasal dari jerih payah kami sendiri.”Meski tak sepenuhnya percaya pada ucapan Lily, para tamu tampak berinisiatif untuk memberikan standing applause atas nama basa-basi. Bagaimanapun, mereka yakin jika Henry dan Lily pasti memiliki niat terselubung di balik keputusan aneh dan gila itu.Sebenarnya, alasan
Beberapa menit berikutnya, Lysa dan Eric keluar lagi dari mansion Henry dengan ekspresi wajah yang rumit. Sulit untuk menerjemahkan ekspresi mereka tetapi satu yang pasti, baik Lysa maupun Eric sama-sama tak mempercayai jika Henry benar-benar akan serius melakukannya.Di saat yang sama, media online tengah gembar membahas pernyataan Henry James dalam acara talk show yang dihandel oleh Lysa Nadjrov. Kegemparan itu menjangkau hingga ke tingkat internasional sehingga saat ini, sudah ada banyak dari orang-orang berpengaruh di tingkat internasional yang berencana hadir dalam pesta makan malam di mansion Henry James.‘Suamiku sudah memikirkan hal ini dengan matang. Dan ya, aku mendukung keputusannya.’Di dalam mobil, Lysa dan Eric masih teringat ucapan dari Lily yang menjelaskan tentang persetujuannya akan keputusan Henry.‘Bukan berarti aku adalah istri yang buruk karena tak bisa menghentikan tindakan gila suaminya, tetapi, setelah dipikir-pikir, semua keputusan suamiku memang memiliki lan