Lily mengerutkan dahi atas ucapan Henry, “Memberinya pelajaran? Henry, kau serius?”Seketika, Daniel mencondongkan telinganya ke arah Henry sembari mencibir, "Apa? Kau ingin memberi kami pelajaran? Oh, Henry, aktingmu terlalu bagus dan aku nyaris saja percaya. Ya, kau memang punya bakat berpura-pura, coba perlihatkan acting kerenmu itu saat jadi monyet nanti." Daniel tertawa keras ketika mendengar ocehan Henry beberapa saat sebelumnya.Tentu saja, dia mengira jika Henry hanya berpura-pura memiliki dominasi atas situasi tersebut semata-mata agar Henry tak terlihat menyedihkan di mata Lily.Rosaline yang merupakan seorang aktris dan model turut menimpali ucapan Daniel. "Kamu benar, Sayang, sepertinya aktingku masih tak sebagus miliknya. Oh, kurasa aku harus banyak belajar darinya?" Rosaline ikut mengolok-olok Henry. Keduanya sepertinya sangat menikmati setiap ejekan yang mereka lemparkan kepada Henry.Di saat yang sama, Daniel yang kebetulan melirik ke arah Lily Wilson segera teringat s
."Apa maksud anda, suami saya sudah memesan tiket perjalanan ke Paradise Island, mengapa kami tak bisa menaiki kapal ini?"Lily merasa sedikit terkejut, apalagi setelah si petugas kapal tak merespon pertanyaannya, Lily beralih melirik ke arah suaminya. “Sayang, apa kau yakin benar-benar telah memesan tiket liburan kita?” tanya Lily setengah berbisik. Tentu saja ada kekhawatiran di hati Lily, khawatir jika suaminya ternyata memang belum melakukan pembayaran atau semacamnya.Henry mengangguk, “Tentu saja aku sudah melakukan reservasi untuk liburan kita.”Si petugas kapal masih kukuh pada pendiriannya. “Jadi, kapan kalian akan pergi?”Henry mengarahkan pandangannya kepada sang petugas, matanya menatap tajam seraya berujar, "Saya telah memesan perjalanan khusus ke Paradise Island, mengapa Anda mengatakan bahwa kami tak bisa menaiki kapal pesiar ini? Setidaknya, beri kami penjelasan yang masuk akal!" Henry bertanya dengan nada yang tajam. Menurut informasi reservasi yang dia buat, dia seha
“Sial! Ucapanmu nyaris membuatku pingsan, Henry!” Daniel tertawa keras sebelum akhirnya meminta Henry untuk tak bicara sembarangan.Jika ada seseorang yang bahkan bisa menyewa sebuah kapal pesiar secara penuh, dia pasti merupakan seorang konglomerat super kaya raya. “Jika sosok konglomerat itu mendengar ucapanmu tadi, aku yakin dia tak akan segan-segan menggunting lidahmu!”Meski terkesan kasar, petugas kapal juga setuju dengan ucapan Daniel. Bagaimanapun, sosok super kaya yang mampu memesan kapal pesiar mewah adalah sosok yang harus dijunjung tinggi dan dihormati, ucapan Henry beberapa waktu lalu tentu saja dianggap sebagai penghinaan besar oleh sang petugas. Mengklaim diri sendiri sebagai sosok Crazy Rich tertentu adalah tindakan hina yang menjengkelkan.“Tuan, berhentilah menjadi pura-pura kaya. Bahkan dengan mata tertutup, semua orang bisa melihat jika anda hidup dalam kemiskinan! Pulanglah dan jangan kembali lagi sebelum kalian benar-benar melakukan pemesanan dan pembayaran tiket
‘Liburan Ekslusif?’Lily mengangguk sembari berusaha mencerna situasi yang dia lihat. Ternyata Henry benar-benar mampu menyewa sebuah kapal pesiar untuk mereka berdua saja. Itu benar-benar di luar prediksi Lily. Rasa ingin tahu Lily tentang rahasia yang disembunyikan suaminya semakin membesar, namun, ia tahu saat itu bukanlah waktu yang tepat untuk mencari tahu."Apakah suamiku sebenarnya adalah putra dari keluarga kaya raya?" Pikiran itu sempat melintas di benak Lily, segera ia menepis dugaan tersebut sebab Lily telah mengenal Henry sejak kecil, dan memastikan Henry bukanlah putra dari keluarga kaya raya. Henry bahkan diadopsi dari panti asuhan oleh keluarga Wilson sewaktu Henry masih kecil.Sementara itu, menyaksikan sang istri tertegun diam, Henry mengusap rambut Lily sembari menunjuk ke sisi depan."Sayang, jangan terlalu banyak berpikir. Aku membawamu ke sini untuk membuatmu tersenyum, bukan untuk menambah beban pikiranmu," ucap Henry seraya menggandeng Lily memasuki kapal.Lily
Petugas kapal telah mengantar Henry dan Lily memasuki kapal pesiar, tepatnya di depan kamar mereka berdua. Sebelum pria itu pamit pergi, ia tampak kesulitan menyembunyikan rasa gelisah dan kekhawatiran yang mendalam. Bukannya segera pergi, pria itu justru menelan ludah berkali-kali sembari kebingungan mengutarakan apa yang ingin ia katakan.“Kau takut aku melaporkan perlakuanmu pada atasanmu lalu kau dipecat?” tebak Henry James.Pria itu tersentak kaget lalu mengangguk. Henry lantas tersenyum tipis dan menepuk pundak si petugas. “Kau tahu, tentu saja aku ingin melakukannya. Kau telah mengusirku, ingat? Ha ha, bahkan setelah aku berniat menunjukkan tiket liburanku, kau tetap ingin mengusirku.”Petugas kapal itu mengeluarkan keringat sebesar biji jagung dari pelipis. Memang benar dia telah meremehkan Henry James sebelumnya, dan karena itu, sangat wajar jika Henry murka. Petugas kapal itu kian gelisah sebab dipecat dari perusahaan ternama akan berdampak buruk bagi karirnya di masa depan.
Henry dan Lily membeku di tempat mereka berada lalu saling memandang karena akhirnya mereka tahu siapa yang menjadi bahan pembicaraan pelayan wanita itu. Meskipun obrolan dari toilet itu tak cukup keras namun cukup jelas untuk didengar oleh telinga Lily dan Henry.Lily menelan ludah seolah sulit mempercayai telinganya. Pelayan itu telah memujinya hingga membuatnya begitu bahagia, siapa yang menduga jika perempuan itu memiliki wajah yang lain. "Henry, pelayan itu benar-benar sedang membicarakan kita," lirih Lily dengan suara parau.Henry mengangguk kecil, dia juga tak mengharapkan bahwa pujian yang diberikan si pelayan sebelumnya hanyalah topeng untuk menyembunyikan kebusukan di hatinya. Henry bingung, apakah dia yang tak teliti atau memang perempuan itu yang terlalu ahli bersandiwara, yang jelas, ia masih ingat betapa terlihat tulusnya ucapan demi ucapan yang terlontar dari bibir si pelayan."Sayang, ini tak bisa dibiarkan. Dia benar-benar telah menodai kepercayaanku. Aku ingin member
Suzan memutar otaknya demi menyelamatkan posisinya yang terpojok. Dia masih enggan untuk mengakui bahwa dia telah melakukan kesalahan."Oh, Tuan Muda, sepertinya ada kesalahpahaman di sini! Tadi kita hanya sedang berbicara tentang klien kami beberapa hari yang lalu." Suzan berbohong dengan wajah canggung."Mohon anda tak buru-buru berprasangka buruk. Ah, mari kita lupakan saja kesalahpahaman ini..." Suzan melanjutkan sambil berusaha menjaga senyumannya agar tak terlihat bahwa hatinya berdebar kencang. Suzan sangat takut jika Henry akan memberikan hukuman yang berat kepadanya.Henry tersenyum tipiss. Menurutnya, Suzan sangat pandai dalam mengarang cerita-cerita dan memanipulasi orang lain. Jika saja dia menggunakan kemampuannya dalam berbicara untuk masuk ke dunia politik, Henry yakin akan ada jutaan rakyat yang tertipu oleh mulut manisnya."Klien kalian juga bernama Henry James dan memiliki istri bernama Lily Wilson? Kebetulan sekali! Lalu, dia juga memberimu $1000 sebagai tip? Keboho
Pagi-pagi sekali, pintu kamar Henry dan Lily diketuk oleh Ruri, dia memberitahu mereka bahwa kapal mereka telah masuk ke Paradise Island. Lily yang membuka mata lebih dulu menjadi bersemangat.“Kami akan mempersiapkan sarapan pagi dan mengirimnya ke sini,” ucap Ruri yang tetap berdiri di depan pintu ruangan Henry dan Lily.“Terima kasih, Ruri,” balas Lily memberi tanda bahwa pesan Ruri telah tersampaikan.Lily lantas bergegas ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya dan mandi, setelah itu dia mengganti pakaiannya dengan pakaian yang lebih santai. Lily melempar pandangan singkat kepada Henry yang masih tidur. Dia tak tega untuk membangunkan suaminya yang terlihat sangat terlelap itu.Lily memutuskan untuk melihat pemandangan Paradise Island sendirian, ia segera keluar kamar dan berlari-lari kecil menyusuri lorong menuju ke deck kapal.Begitu tiba di deck kapal, Ruri menyapa Lily dan menawarkan diri untuk menemani Lily.“Koki kami sedang mempersiapkan hidangan spesial untuk Nyonya dan Tuan