Perjalanan kembali ke Dragon Estate berlalu dengan lancar. Sekarang karena masalah utama West Atlantics Int’l telah ditangani, dia tidak perlu terlalu mengkhawatirkannya lagi. Dengan seseorang berpengalaman seperti Zaki di perusahaan itu, Daffa bisa beristirahat dengan tenang.Ketika dia tiba di griya tawangnya di Dragon Lord’s Imperial Residence, dia sedikit lelah yang merupakan hal yang normal karena jarak dari kantor pusat West Atlantics Int’l sampai griya tawangnya sangat jauh.Dia mandi dengan santai dan lama lalu makan malam sampai kenyang. Ketika dia selesai, dia mengenakan jubah mandi hitamnya dan berbaring di ranjangnya yang besar.Diam saja, dia meraih ponselnya dan mulai membuka beberapa aplikasi media sosial di ponselnya.Seperti itulah satu jam berlalu, dengan Daffa melihat-lihat aplikasi media sosial dengan malas. Dia mengingat bahwa sudah lama sekali sejak dia terakhir memasuki akun Groove-nya, sehingga dia membukanya.Sebagai anggota yang telah menghabiskan 75 mili
Puspa Sanjaya merupakan wanita tercantik peringkat ketiga di seluruh Universitas Praharsa. Seperti sebutannya, dia sangat cantik dan Daffa sebelumnya pernah beberapa kali berinteraksi dengan Puspa.Pertemuan pertamanya adalah ketika dia sedang makan di restoran. Dia bertabrakan dengannya secara tidak sengaja dan menumpahkan air ke bajunya. Ingin meminta maaf, dia mengelap air di bajunya dengan tangannya, tapi yang dia terima adalah dua tamparan menyakitkan dari Puspa. Dia juga dilabeli bajingan mesum olehnya.Dia tentunya memberikan kesan yang sangat buruk padanya hari itu.Pertemuan kedua mereka adalah saat pesta amal. Dia dan Puspa sama-sama mengincar anggur berumur 150 tahun yang sedang dilelang di pesta amal itu. Mereka berdua berperang melakukan penawaran untuk itu dan pada akhirnya Daffa-lah yang memenangkan pertarungan itu dan anggur itu dilelang seharga 60 miliar rupiah.Ini kian memperburuk hubungan di antara dia dan wanita tercantik peringkat ketiga di Universitas Prahars
Keesokan paginya, Daffa terbangun lebih siang daripada biasanya. Itu tidak mengherankan karena dia tidur sangat larut malam itu.Dia memulai rutinitas paginya segera setelah dia terbangun. Dia berlatih teknik meditasi dari buku usang yang diberikan kakeknya sebelum berlatih bela diri.Ketika dia menyelesaikan rutinitas paginya, dia mandi dengan cepat untuk menyegarkan dirinya. Setelah mandi, dia meminta seorang pelayan untuk mengirimkan makanan ke ruangannya. Dia hampir menghabiskan sarapannya ketika ponselnya berdering.Dia memeriksa nama peneleponnya dan mendapati bahwa itu adalah Bram. Dia mengangkat telepon itu dan menyalakan pengeras suara ponselnya.“Halo, Tuan Muda Halim,” sapa Bram saat telepon itu terhubung.“Halo, Bram.” jawab Daffa.“Saya sudah selesai memeriksa mendalam mengenai Grup Ganendra. Saya juga telah menambahkan penyebab konflik antara Korporasi Sanjaya dan Grup Ganendra ke dalam laporannya,” kata Bram.“Baiklah. Terima kasih banyak atas bantuanmu, Bram,” ka
”Berhenti berteriak pada satu sama lain,” kata suara yang lemah.Ketika anggota keluarga Sanjaya mendengar suara itu, mereka langsung berhenti berteriak pada satu sama lain dan menoleh ke arah sumber suara itu.“Kakek!” teriak Liam, Farel, dan anggota keluarga Sanjaya lainnya bersamaan.Beberapa detik kemudian, seorang pria tua bisa terlihat menuruni anak tangga vila itu. Dia ditemani oleh seorang pria yang tampaknya berumur awal 70-an. Semua orang yang hadir mengenal pria itu. Dia adalah pelayan dan asisten kakeknya yang paling dipercaya.Farel bergegas menyiapkan sofa untuk diduduki kakeknya. Ketika kakeknya duduk dengan nyaman, pelayan itu mengosongkan botol air ke gelas, lalu menyerahkannya untuk diminum kakek mereka.Kakeknya menghabiskan isi gelas itu sebelum meletakkan gelas itu di atas meja.“Aku mendengar situasi genting yang sedang dihadapi Korporasi Sanjaya,” kata kakek mereka, Evan.Ketika orang-orang yang hadir mendengar perkataan kakeknya, mereka langsung memelotot
[Dragon Lord’s Imperial Residence] Dua jam yang laluDaffa memasuki ruang kerjanya dan menyalakan laptopnya. Dia memeriksa kotak masuknya dan melihat bahwa Bram sudah mengirimkan surel padanya mengenai laporan mendalam mengenai Grup Ganendra. Merasa puas, dia membuka dokumen itu dan membacanya.Daffa sedikit terkejut membaca ringkasan dari grup bisnis itu. Dari ringkasannya, dapat dikatakan bahwa Grup Ganendra berada sedikit di atas rata-rata di kota tempat kantor pusat mereka berada.Sekarang makin penasaran, Daffa terus membaca ringkasan itu.Seraya Daffa membaca informasi mengenai Grup Ganendra, segudang emosi tampak di wajahnya. Ketika dia selesai membaca ringkasannya, ekspresi penasarannya sekarang berubah datar.Tentu saja Grup Ganendra bisa menekan Korporasi Sanjaya karena Grup Ganendra merupakan anak perusahaan dari Grup Dream Investment!Dokumen yang dikirimkan Bram padanya berisikan semua kejadian besar dan kecil yang terlibat dengan Grup Ganendra sejak pembentukan pe
Anggota keluarga yang hadir menoleh pada Liam keheranan. Mereka tidak menyangka Liam yang terlihat tidak berdaya tadi tiba-tiba bangkit berdiri dengan semangat.Liam melihat ke sekitar ruangan dengan mata yang membelalak terkejut. Dia buru-buru menyalakan pengeras suara supaya mereka bisa mendengar perbincangan itu sebelum berbicara.“Halo. Apakah saya sedang berbicara dengan Liam Sanjaya?” tanya penelepon itu dengan profesional dari ujung telepon.“Iya, saya adalah Liam Sanjaya!” jawab Liam dengan semangat.“Saya akan ulangi apa yang baru saja saya katakan,” kata penelepon itu dengan sopan.“Saya adalah Zaki Wijaya dari West Atlantics Int’l dan saya ingin berinvestasi di perusahaan Anda.”Semua orang, termasuk Puspa, menatap Liam dengan mata membelalak.Berinvestasi di perusahaan mereka?Mereka bisa melihat secercah harapan lagi ketika mereka mendengar perkataan Zaki, tapi mereka mencoba menenangkan diri mereka.Walaupun itu adalah berita bagus bahwa sebuah perusahaan bersedi
Sementara itu, ketika anggota keluarga Sanjaya sedang merayakan keajaiban yang terjadi pada mereka, Daffa sedang bersantai di kursi di samping kolam renang dalam ruangannya dengan segelas anggur.Dia telah melakukan apa yang bisa dia lakukan untuk menyelamatkan perusahaan ayah Puspa. Dengan investasi dari perusahaannya, mereka seharusnya bisa keluar dari krisis ini.Mengenai Grup Ganendra, Daffa bersumpah bahwa ayah-anak itu akan menghadapi konsekuensi dari kejahatan mereka, yang sudah lampau dan saat ini juga.Dia tidak tahan akan ketidakadilan yang dilakukan terhadap korban kejahatan mereka. Dia telah memberi tahu Bram mengenai hal ini dan ayah-anak itu akan segera ditahan oleh polisi.Daffa tidak peduli apakah perbuatannya akan menyinggung Grup Dream Investment karena Grup Ganendra adalah anak perusahaan mereka. Pengaruh yang dimiliki oleh sebuah konsorsium sangat mengerikan dan tidak sembarang orang bisa menghadapinya.Daffa berdiri dan melepaskan jubah mandinya saat itu, menu
Daffa baru saja selesai rapat dengan para petinggi Perusahaan Century, sebuah perusahaan terkemuka yang berada di bawah Konsorsium Halim ketika ponselnya berdering.Dia memeriksa nama peneleponnya dan mendapati bahwa itu adalah nomor tidak dikenal. Namun, dia memutuskan untuk menjawab telepon itu.“Halo,” kata Daffa ketika dia mengangkatnya.Ada keheningan selama beberapa saat sebelum penelepon itu angkat bicara.“Halo. Apakah ini Daffa Halim?” tanya penelepon itu.Daffa terkejut ketika dia mendengar suara penelepon itu.Dia pasti adalah seorang wanita.Situasi ini menarik perhatian Daffa. Dia merasa seperti pernah mendengar suara wanita itu sebelumnya, tapi dia tidak yakin pernah mendengarnya di mana.“Benar, aku Daffa Halim,” jawab Daffa.Ada keheningan lainnya selama beberapa saat. Ketika penelepon itu tidak angkat bicara selama beberapa detik, Daffa tidak tahan untuk mengisi keheningan yang tidak nyaman itu.“Siapa ini dan ada yang bisa kubantu?” tanya Daffa. Nada bicaran
“Jelas-jelas kamu adalah bocah tidak dikenal. Aku tidak tahu bagaimana kamu memenangkan hati keluarga kecilmu dan membuat mereka membelikanmu jam tangan mahal itu, tapi biar kuberi tahu ini. Jika aku adalah kamu, aku akan mengembalikan jam tangan itu atau setidaknya menghadiahkannya untuk orang lain untuk mendapatkan keuntungan untuk keluargaku!” perintahnya.“Apa yang baru saja kamu katakan sangat kontradiktif. Sebelumnya, kamu mengaku bahwa jam tanganku adalah tiruan. Namun, sekarang kamu mengatakan bahwa keluargaku menghadiahiku jam tangan yang asli.” Daffa menaikkan sebelah alisnya. Dia berbicara dengan begitu tenang sehingga semua orang bisa mendengar ancaman terselubung di balik suaranya.Tidak perlu menjadi genius untuk mengetahui bahwa suasana hati Daffa sedang buruk saat itu. Menghela napas, Daffa mengepalkan tangannya dan meretakkan buku-buku jarinya lagi. Namun, kali ini, dia melanjutkannya dengan membungkuk, mengulurkan tangannya, dan mengangkat direktur yang sangat gemuk
Daffa bahkan tidak bisa menjamin bahwa direktur bodoh itu dapat memahami apa yang akan dia katakan, jadi dia tetap terdiam. Namun, dia terkejut karena direktur itu menganggap diamnya dia sebagai tanda kekalahan.Direktur itu menganggap hal itu sebagai konfirmasi bahwa Daffa sedang memakai barang tiruan. Oleh karena itu, dia mendongakkan dagunya pada Daffa dengan angkuh dan berbicara lebih lantang daripada sebelumnya. “Kenapa kamu tidak menjawab? Apakah itu karena tebakanku benar dan kamu sekarang takut?”Daffa tidak ingin menghabiskan energinya menjelaskan hal-hal pada direktur itu lagi, jadi Daffa hanya menghampiri pria itu untuk menekankan, “Aku adalah orang yang pemarah dan aku yakin kamu sudah mendengarnya dari orang lain beberapa hari belakangan. Namun, yang membuatku terkejut adalah kamu bersikeras untuk membuatku kesal.”Seraya dia menggelengkan kepalanya, dia meretakkan buku-buku jarinya, mengeluarkan suara yang renyah dan menakutkan.Setelah mendengarnya, lutut direktur it
“Konyol sekali. Apakah kamu sudah lupa? Kamu menelepon dan mengirimnya pesan di hadapanku, berkata bahwa kamu melakukan semua hal ini karena kamu jatuh cinta pada wajah tampannya di televisi. Ini semua tidak akan terjadi jika dia mau berpacaran denganmu!”Senyum sinis tersungging di wajah direktur itu seraya dia mengejek, “Lagi pula, sepertinya kamu salah paham. Kamu bukan wanitaku.”Daffa merasa sangat jijik dengan kedua orang itu hingga tenggorokannya terasa tercekit.“Kalau kalian memanggilku kemari hanya untuk membanggakan mengenai bagaimana kalian akan memaksakan aku melakukan kekerasan, yah, aku bisa mengatakan ini—kalian pada dasarnya sedang cari mati dengan melakukan itu!” sela dia sambil mengulurkan tangan ke atas untuk memijat pelipisnya.“Membasmi musuh-musuhku adalah hal terakhir yang ingin kulakukan. Namun, sekarang, aku tidak masalah.”Dengan begitu, dia berjalan di ruang kerja itu dan duduk di sofa, dengan santai menyilangkan kakinya di atas kakinya yang lain.Seme
Daffa menambahkan, “Karena kalian berdua memanggilku kemari, kurasa baru adil jika kalian berdua menghadapiku untuk menangani permasalahan ini.”Direktur itu bangkit berdiri dari sofa. Perutnya yang bergelambir bergoyang-goyang seperti jeli saat dia berlari ke arah pintu. Hanya butuh waktu kurang dari sedetik baginya untuk melakukannya.Dahlia melihat segalanya terjadi, matanya membulat tertarik oleh adegan konyol itu. Dia tahu direktur itu baru-baru ini bertambah berat badan banyak, jadi dia tidak pernah melakukan pergerakan yang besar. Itu adalah pertama kalinya Dahlia melihatnya.Ketika direktur itu akhirnya tiba di pintu, dia meletakkan satu tangan di pinggangnya sambil membungkuk dan terengah-engah. Napasnya begitu cepat sampai siapa pun akan merasa khawatir dia akan pingsan di detik selanjutnya.Berdiri di samping, Dahlia menundukkan kepalanya, tapi itu bukan karena dia khawatir. Dia melakukan itu untuk menyembunyikan senyumannya. Lagi pula, Daffa sudah membuka pintu, jadi di
Napas kepala penjaga keamanan itu berpacu, menggelitik kulit Daffa. Namun, tidak ada yang jahat dari ekspresi wajahnya. Rasa ingin tahu berbinar di matanya saat dia bertanya, “Kenapa kamu tidak menghentikan aku masuk? Hanya ada kamu dan aku di lift ini, jadi kamu bisa dengan mudah menghancurkan kamera pengawas dan menyerangku jika kamu ingin. Sudah jelas bahwa aku bukanlah tandinganmu. Aku yakin aku akan kalah jika kamu menyerangku sekarang.”Dia menatap Daffa dengan percampuran emosi yang rumit, tapi satu hal yang tidak dia rasakan adalah rasa takut. Berdiri di hadapan Daffa, dia meletakkan kedua tangannya di samping tubuhnya sambil mengangkat kepalanya dengan santai.Daffa mengembalikan pandangan penjaga itu. Tidak lama, lift itu pun tiba di lantai ke-10 dan senyuman terukir di wajah Daffa.“Yah, kalau begitu aku harus membuat harapanmu menjadi kenyataan.” Setelah mengatakan itu, dia mengulurkan tangannya.Walaupun tidak ada yang terlihat tidak biasa dari tindakannya, itu mencipt
“Kami peringatkan, pergilah sekarang juga! Kalau tidak, kami akan memanggil polisi untuk menanganimu!” seru penjaga keamanan itu.“Aku menantikan saat itu terjadi.” Daffa hanya tersenyum kepada mereka dan mendorong salah satu penjaga keamanan itu kesamping dengan menggenggam kerahnya.Saat itulah pintu lift terbuka. Banyak orang di dalam lift itu ingin keluar, tapi mereka bisa merasakan ketegangan yang menyesakkan di luar ketika pintunya terbuka, jadi mereka tidak berani bergerak.Pandangan Daffa menyapu mereka dan ketika semua orang di dalam masih gemetar kabur dari dalam lift, perhatiannya kembali tertuju pada penjaga keamanan.“Seseorang dari tempat ini menyuruhku untuk datang kemari. Oleh karena itu, kuminta kamu biarkan aku menemuinya sekarang atau aku tidak bisa menjamin apakah kamu akan berakhir disingkirkan seperti gerbang keamanan tadi. FT TV telah melakukan kejahatan yang mengerikan. Mereka melaporkan beberapa berita palsu dan memutarbalikkan kebenarannya. Karena itu, kes
Karena keadaan yang rumit itu, Kota Almiron hanya memiliki satu jaringan televisi—FT TV.Daffa awalnya mengira kedatangannya yang tiba-tiba tidak akan menarik perhatian siapa pun, tapi dia telah meremehkan pria yang berbicara di telepon sebelumnya.Pria itu tahu Daffa akan muncul, jadi dia sudah memerintah seseorang untuk menunggu kedatangannya di pintu utama jaringan televisi itu. Sayangnya, perkiraannya sedikit melenceng dan Daffa tiba di sana 20 menit lebih lambat daripada yang diprediksi.Jengkel, pria itu mengamuk di dalam hatinya, “Tidak ada yang berani memperlakukan aku seperti ini kecuali mereka tidak tahu siapa aku dan kekuasaanku!”Dengan begitu, dia bangkit dari sofa dan berdiri. Pergerakannya yang tiba-tiba membuat lututnya membentur dan menjegal Dahlia yang selama ini berlutut di sampingnya.Rasa sakit dan kekejutan menyebabkan Dahlia berteriak tajam saat dia terjatuh, kedua telapak tangannya menekan lantai untuk menjaga agar dia tetap duduk tegak. Dia menatap pria it
Daffa menghela napas dengan getir, menambahkan, “Itu adalah sesuatu yang akan kuubah setelah aku kembali ke kantor. Namun, sebelum kita melakukan itu, kamu harus beristirahat karena kamu harus sehat sepenuhnya untuk membantuku menyelesaikan hal-hal ketika kita kembali ke West Atlantics Int’l. Lagi pula, kamu belum pernah ke sana sebelumnya, jadi bekerja di sana akan membebanimu. Satu-satunya perbedaan mengenai West Atlantics Int’l adalah tidak ada yang akan berani melukaimu di bawah pengawasanku. Kamu aman di sana dan itu lebih baik daripada tempat ini.”“Iya. Tidak akan ada yang berani melukai saya di West Atlantics Int’l karena Anda adalah pemilik perusahaannya. Itu adalah markas Anda,” jawab Briana yang tersenyum dan mengangguk dengan penuh keyakinan.Kepercayaan penuh itu membuat jantung Daffa berdebar kencang saat itu juga. Setelah dia menyadari detak jantungnya yang menggila, ujung matanya berkerut menatap Briana dengan rasa ingin tahu.Kemudian, dia memalingkan pandangannya d
Pria botak itu lalu merebut ponsel dari tangan Dahlia dan berteriak dengan suara yang memicu rasa takut orang lain.“Sebaiknya tunjukkan dirimu di hadapanku sekarang. Kalau tidak, aku bisa menjamin kamu akan berakhir mengenaskan. Ketahuilah ini—aku lebih bernilai daripada Dahlia. Kuharap kamu cukup pintar untuk tidak meremehkan kekuatan pendapat publik.”Dia mematikan telepon setelah mengatakannya.Sementara itu, alis Daffa berkerut setelah mendengar klik dari ujung telepon lainnya. Segala hal berjalan di luar rencana awal Daffa. Dia mengangkat pergelangan tangannya untuk melihat waktu sebelum mengembalikan tangannya ke pinggangnya.Di saat yang sama, dia duduk di kursi pengemudi, mengetuk dasbor dengan tangannya yang lain, dan menghela napas.Briana sudah memasuki mobil, wajahnya berkerut dengan kekhawatiran ketika dia melihat raut wajah Daffa.“Tuan, saya adalah ahli bela diri terbangkit. Walaupun saya tidak lebih terampil dari Anda—oh, yah, itu tidak penting ….” Sebelum dia bi