แชร์

Bab 88

ผู้เขียน: Benjamin
Sisa waktu perkumpulan itu berlalu dengan lancar. Tidak ada konflik atau pertengkaran di antara para pebisnis di perkumpulan itu. Hanya dalam 30 menit setelah Tara Wiguna memperkenalkan Daffa kepada mereka semua, Erin menerima banyak kartu bisnis dari mereka.

Sebagian besar dari mereka telah membuat janji temu dengan Erin dan akan segera mengunjungi perusahaan mereka untuk meneruskan pendaftaran mereka untuk dana investasi. Jika lulus seleksi, Erin berjanji pada mereka bahwa proyek mereka akan mendapatkan dana yang besar.

Daffa bersyukur dia memutuskan untuk menghadiri perkumpulan itu. Keuntungan yang dia terima tidak sedikit dan kemampuan berjaring yang ditawarkan oleh perkumpulan itu tidak main-main. Dengan sebagian besar pebisnis di sana mendaftar untuk dana investasi, dia yakin akan menerima beberapa proyek yang menjanjikan. Proyek-proyek yang menjanjikan itu akan meningkatkan kesempatannya untuk menghasilkan keuntungan sebesar 3,75 kuadriliun rupiah.

Mengenai Alan Purnama, dia
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 89

    ”Semuanya, ini adalah pemimpin dari West Atlantics Int’l, Daffa Halim,” ungkap Zaki dengan penuh hormat.Ketika mereka mendengar perkataan Zaki, mata mereka membelalak dan mereka menatap Daffa dengan tidak percaya.Pemimpin dari perusahaan yang kaya itu adalah pria muda yang berumur awal 20-an ini?Itu benar-benar tidak bisa dipercaya.Sebelum menyetujui usulan Zaki, mereka melakukan riset intensif terhadap West Atlantics Int’l dan mereka tertegun oleh penemuan mereka.Mereka langsung menyadari potensi dari perusahaan itu. Jika mereka bergabung dalam tahap awal sekarang dan bekerja dengan keras, dalam dua atau tiga tahun ke depan, West Atlantics Int’l akan tumbuh menjadi raksasa bisnis. Pada saat itu, status mereka di perusahaan itu pasti akan sangat tinggi.Mereka juga mencari tahu mengenai pemimpin perusahaannya, tapi tidak bisa menemukan foto apa pun atau informasi yang jelas mengenainya.Itu meningkatkan rasa penasaran mereka pada perusahaan tersebut, karena tidak semua oran

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 90

    Perjalanan kembali ke Dragon Estate berlalu dengan lancar. Sekarang karena masalah utama West Atlantics Int’l telah ditangani, dia tidak perlu terlalu mengkhawatirkannya lagi. Dengan seseorang berpengalaman seperti Zaki di perusahaan itu, Daffa bisa beristirahat dengan tenang.Ketika dia tiba di griya tawangnya di Dragon Lord’s Imperial Residence, dia sedikit lelah yang merupakan hal yang normal karena jarak dari kantor pusat West Atlantics Int’l sampai griya tawangnya sangat jauh.Dia mandi dengan santai dan lama lalu makan malam sampai kenyang. Ketika dia selesai, dia mengenakan jubah mandi hitamnya dan berbaring di ranjangnya yang besar.Diam saja, dia meraih ponselnya dan mulai membuka beberapa aplikasi media sosial di ponselnya.Seperti itulah satu jam berlalu, dengan Daffa melihat-lihat aplikasi media sosial dengan malas. Dia mengingat bahwa sudah lama sekali sejak dia terakhir memasuki akun Groove-nya, sehingga dia membukanya.Sebagai anggota yang telah menghabiskan 75 mili

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 91

    Puspa Sanjaya merupakan wanita tercantik peringkat ketiga di seluruh Universitas Praharsa. Seperti sebutannya, dia sangat cantik dan Daffa sebelumnya pernah beberapa kali berinteraksi dengan Puspa.Pertemuan pertamanya adalah ketika dia sedang makan di restoran. Dia bertabrakan dengannya secara tidak sengaja dan menumpahkan air ke bajunya. Ingin meminta maaf, dia mengelap air di bajunya dengan tangannya, tapi yang dia terima adalah dua tamparan menyakitkan dari Puspa. Dia juga dilabeli bajingan mesum olehnya.Dia tentunya memberikan kesan yang sangat buruk padanya hari itu.Pertemuan kedua mereka adalah saat pesta amal. Dia dan Puspa sama-sama mengincar anggur berumur 150 tahun yang sedang dilelang di pesta amal itu. Mereka berdua berperang melakukan penawaran untuk itu dan pada akhirnya Daffa-lah yang memenangkan pertarungan itu dan anggur itu dilelang seharga 60 miliar rupiah.Ini kian memperburuk hubungan di antara dia dan wanita tercantik peringkat ketiga di Universitas Prahars

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 92

    Keesokan paginya, Daffa terbangun lebih siang daripada biasanya. Itu tidak mengherankan karena dia tidur sangat larut malam itu.Dia memulai rutinitas paginya segera setelah dia terbangun. Dia berlatih teknik meditasi dari buku usang yang diberikan kakeknya sebelum berlatih bela diri.Ketika dia menyelesaikan rutinitas paginya, dia mandi dengan cepat untuk menyegarkan dirinya. Setelah mandi, dia meminta seorang pelayan untuk mengirimkan makanan ke ruangannya. Dia hampir menghabiskan sarapannya ketika ponselnya berdering.Dia memeriksa nama peneleponnya dan mendapati bahwa itu adalah Bram. Dia mengangkat telepon itu dan menyalakan pengeras suara ponselnya.“Halo, Tuan Muda Halim,” sapa Bram saat telepon itu terhubung.“Halo, Bram.” jawab Daffa.“Saya sudah selesai memeriksa mendalam mengenai Grup Ganendra. Saya juga telah menambahkan penyebab konflik antara Korporasi Sanjaya dan Grup Ganendra ke dalam laporannya,” kata Bram.“Baiklah. Terima kasih banyak atas bantuanmu, Bram,” ka

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 93

    ”Berhenti berteriak pada satu sama lain,” kata suara yang lemah.Ketika anggota keluarga Sanjaya mendengar suara itu, mereka langsung berhenti berteriak pada satu sama lain dan menoleh ke arah sumber suara itu.“Kakek!” teriak Liam, Farel, dan anggota keluarga Sanjaya lainnya bersamaan.Beberapa detik kemudian, seorang pria tua bisa terlihat menuruni anak tangga vila itu. Dia ditemani oleh seorang pria yang tampaknya berumur awal 70-an. Semua orang yang hadir mengenal pria itu. Dia adalah pelayan dan asisten kakeknya yang paling dipercaya.Farel bergegas menyiapkan sofa untuk diduduki kakeknya. Ketika kakeknya duduk dengan nyaman, pelayan itu mengosongkan botol air ke gelas, lalu menyerahkannya untuk diminum kakek mereka.Kakeknya menghabiskan isi gelas itu sebelum meletakkan gelas itu di atas meja.“Aku mendengar situasi genting yang sedang dihadapi Korporasi Sanjaya,” kata kakek mereka, Evan.Ketika orang-orang yang hadir mendengar perkataan kakeknya, mereka langsung memelotot

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 94

    [Dragon Lord’s Imperial Residence] Dua jam yang laluDaffa memasuki ruang kerjanya dan menyalakan laptopnya. Dia memeriksa kotak masuknya dan melihat bahwa Bram sudah mengirimkan surel padanya mengenai laporan mendalam mengenai Grup Ganendra. Merasa puas, dia membuka dokumen itu dan membacanya.Daffa sedikit terkejut membaca ringkasan dari grup bisnis itu. Dari ringkasannya, dapat dikatakan bahwa Grup Ganendra berada sedikit di atas rata-rata di kota tempat kantor pusat mereka berada.Sekarang makin penasaran, Daffa terus membaca ringkasan itu.Seraya Daffa membaca informasi mengenai Grup Ganendra, segudang emosi tampak di wajahnya. Ketika dia selesai membaca ringkasannya, ekspresi penasarannya sekarang berubah datar.Tentu saja Grup Ganendra bisa menekan Korporasi Sanjaya karena Grup Ganendra merupakan anak perusahaan dari Grup Dream Investment!Dokumen yang dikirimkan Bram padanya berisikan semua kejadian besar dan kecil yang terlibat dengan Grup Ganendra sejak pembentukan pe

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 95

    Anggota keluarga yang hadir menoleh pada Liam keheranan. Mereka tidak menyangka Liam yang terlihat tidak berdaya tadi tiba-tiba bangkit berdiri dengan semangat.Liam melihat ke sekitar ruangan dengan mata yang membelalak terkejut. Dia buru-buru menyalakan pengeras suara supaya mereka bisa mendengar perbincangan itu sebelum berbicara.“Halo. Apakah saya sedang berbicara dengan Liam Sanjaya?” tanya penelepon itu dengan profesional dari ujung telepon.“Iya, saya adalah Liam Sanjaya!” jawab Liam dengan semangat.“Saya akan ulangi apa yang baru saja saya katakan,” kata penelepon itu dengan sopan.“Saya adalah Zaki Wijaya dari West Atlantics Int’l dan saya ingin berinvestasi di perusahaan Anda.”Semua orang, termasuk Puspa, menatap Liam dengan mata membelalak.Berinvestasi di perusahaan mereka?Mereka bisa melihat secercah harapan lagi ketika mereka mendengar perkataan Zaki, tapi mereka mencoba menenangkan diri mereka.Walaupun itu adalah berita bagus bahwa sebuah perusahaan bersedi

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 96

    Sementara itu, ketika anggota keluarga Sanjaya sedang merayakan keajaiban yang terjadi pada mereka, Daffa sedang bersantai di kursi di samping kolam renang dalam ruangannya dengan segelas anggur.Dia telah melakukan apa yang bisa dia lakukan untuk menyelamatkan perusahaan ayah Puspa. Dengan investasi dari perusahaannya, mereka seharusnya bisa keluar dari krisis ini.Mengenai Grup Ganendra, Daffa bersumpah bahwa ayah-anak itu akan menghadapi konsekuensi dari kejahatan mereka, yang sudah lampau dan saat ini juga.Dia tidak tahan akan ketidakadilan yang dilakukan terhadap korban kejahatan mereka. Dia telah memberi tahu Bram mengenai hal ini dan ayah-anak itu akan segera ditahan oleh polisi.Daffa tidak peduli apakah perbuatannya akan menyinggung Grup Dream Investment karena Grup Ganendra adalah anak perusahaan mereka. Pengaruh yang dimiliki oleh sebuah konsorsium sangat mengerikan dan tidak sembarang orang bisa menghadapinya.Daffa berdiri dan melepaskan jubah mandinya saat itu, menu

บทล่าสุด

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 622

    “Aku tidak berurusan dengan apa pun yang terjadi selanjutnya,” lanjut Daffa.Dengan sebuah anggukan, Teivel melambaikan tangannya dengan acuh tidak acuh dan menjawab, “Baiklah. Kamu boleh kembali ke Keluarga Aruna dan selesaikan permasalahan mereka sekarang.”Daffa menaikkan sebelah alisnya, tapi pada akhirnya dia mengangguk dan berbalik untuk pergi dari tempat dia masuk. Itu juga kebetulan mengarah ke vila Keluarga Aruna.Ketika Daffa tiba, dia terkejut melihat Kate dan William menunggu dirinya di depan rumah mereka meskipun rumah mereka sudah hancur. Bibir melengkung ke atas, Daffa berkata, “Aku tidak berpikir akan melihat kalian berdua di sini. Kukira kalian sudah pergi sekarang.”William menoleh untuk bertemu pandang dengan Daffa. Kata-kata Daffa yang terus terang membuat William tidak nyaman, tapi William masih bersikap dengan penuh hormat. Dia menggerakkan seluruh otot wajahnya untuk membentuk senyuman yang sopan, yang hampir mustahil, jadi dia pada akhirnya gagal melakukanny

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 621

    Daffa memejamkan matanya rapat-rapat, menyembunyikan seberapa besar penderitaan yang dia rasakan di dalam. Dia bisa saja lebih memperhatikan gas hitam yang menyelinap melewatinya. Alih-alih, satu hal yang Daffa bisa lakukan adalah menjaga penghalang itu dengan lebih baik dan mencegah lebih banyak gas hitam melarikan diri.Pikiran berhamburan dari setiap sudut benaknya saat dia memikirkan cara untuk menjadi lebih efisien.Saat itulah suara Teivel terdengar. “Daffa, aku membutuhkan bantuanmu seperti sebelumnya. Jika kamu tidak mau kita kembali lagi ke awal—harus terus-menerus memburu pria tua berjubah hitam itu—dan jika kamu tidak mau diburu oleh pria tua itu, tenangkan dirimu dan bersihkan pikiranmu sekarang juga!”Itu adalah pertama kalinya Daffa mendengar Teivel berbicara dengan nada yang mendesak. Daffa mengernyit dan menyadari dia tidak pernah mengalami emosi yang berkedip dan gejolak batin sebelumnya. Daffa selalu tegas dan fokus, mau dia kaya ataupun miskin.Demikian pula, dia

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 620

    Teivel berbicara dengan suara yang serak tapi puas. “Pria tua itu belum pernah bisa melepaskan kekuatan penuhnya. Dia belum pernah bisa dan masih tidak bisa mengalahkanku meskipun aku sudah menjadi lemah dan tidak dapat lagi menggunakan kekuatanku seperti dulu. Lagi pula, kekuatannya sekarang lebih lemah daripada kekuatanku.”Daffa mengangkat sebelah alisnya terkesan. Dia menoleh ke arah Teivel lagi dan bertanya, “Yah, karena dia telah mengubah dirinya menjadi kabut hitam ini, apa yang harus kita lakukan sekarang?”Wajah menggelap dengan muram, Teivel menjawab, “Bukankah kamu sudah tidak sabar untuk bertanya padaku tentang mantranya? Aku bisa memberitahumu tentang itu sekarang. Ketika kamu dan Yarlin Weis berbincang di dalam ruang kurungan di balik tembok batangan emas itu, energi yang kamu lepaskan—yang mirip seperti lapisan air—adalah sebuah penghalang bermantra.”Daffa mengangguk, tatapan fokusnya tertuju pada Teivel tanpa berpindah sekali pun.“Aku terkesan kamu sudah menguasai

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 619

    “Kamu membuang-buang energimu untuk pikiran-pikiran yang tidak perlu sekarang.” Teivel menekan pundak Daffa, menambahkan, “Aku seharusnya sudah mati sejak lama. Akan tetapi, ajaibnya, kesadaranku tetap ada di dalam buku ini. Maka dari itu, pertemuan kita itu tidak normal dan seharusnya tidak pernah terjadi.”Teivel tidak lagi berbicara. Dia menurunkan tangannya, menyaksikan gas hitam menguap, lalu melihat ke depan ke arah larinya pria tua berjubah hitam itu.Dengan tatapan datar pada Daffa, Teivel berkata, “Kita harus mengejarnya dan membunuhnya sekarang juga—dia selalu terlibat dalam semua penderitaan selama bertahun-tahun. Dapat dikatakan bahwa dia merencanakan benih pertama dari banyak tragedi ini. Jika dia kabur, dia bisa menyamar menjadi siapa pun dan terus melakukan hal-hal buruk. Kita tidak akan ada di sekitar untuk menghentikan dia. Meskipun kamu dan aku adalah ahli bela diri terbangkit dan memiliki jangka hidup yang lebih panjang dibandingkan sebagian besar orang, kita tetap

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 618

    Daffa menghirup bau lebih banyak darah dari retakan itu. Itu mengirimkan sensasi mengerikan di tenggorokannya dan dia ingin muntah. Daffa terus membuka matanya, tidak ingin melewatkan apa yang telah terjadi.Namun, dia langsung mengernyit, terkejut oleh kolam darah tak berujung dan tumpukan-tumpukan mayat yang tinggi. Saat penghalang hitam itu perlahan lenyap, mayat-mayat itu berhamburan ke luar seperti air yang mengalir deras dari bendungan yang bocor.Bibir berkedut, Daffa tidak dapat menerima pemandangan mengerikan dan tidak adil di hadapannya. Napasnya menjadi cepat dan benaknya penuh oleh amarah membunuh.Saat itu, Teivel angkat bicara. Satu-satunya yang berubah adalah kali ini suaranya terdengar dari hadapan Daffa. Teivel membentak, “Daffa, mayat-mayat itu adalah orang-orang berjubah hitam. Kamu mungkin merasa kasihan pada mereka sekarang, tapi pada akhirnya kamu akan mengetahui bahwa mereka tidak pantas menerima ibamu.”Teivel berbicara dengan suara yang tegang dan hampir ma

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 617

    “Meskipun begitu, kamu cukup berani untuk mengetes batasanku pada saat ini,” ujar Daffa, hidungnya berkerut dengan meremehkan.Pria tua itu membeku yang terasa lama sekali. Pada akhirnya, dia menggertakkan giginya dan menundukkan kepalanya sambil melangkah mundur.Daffa yakin pria itu pasti akan langsung berlutut untuk memohon ampun jika pria itu tidak berusaha kabur. Maka, pandangannya tertuju pada pria itu dengan ragu. “Apa yang kamu coba lakukan?”Bertemu pandang dengan Daffa, pria tua itu menggelengkan kepalanya dan menjawab, “Bukan apa-apa. Hanya saja orang-orang itu telah menelantarkan aku, jadi ….”“Jadi, kamu berniat membuatku mengejar mereka dan membunuh mereka,” jawab Daffa yang mengerutkan alisnya.Pria itu mengangguk.“Apakah kamu yakin?” tanya Daffa, matanya sedikit membelalak. “Kamu merasa puas meskipun kamu akan tetap mati nantinya?”Tanpa ragu, pria tua itu mengangguk.Seringai lebar merekah di wajah Daffa pada saat itu. Dia tahu pria itu tidak memiliki niat ter

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 616

    Edward mengedipkan matanya, matanya tertuju pada Daffa dan fokus. Lalu, bibirnya mulai gemetar saat dia berkata, “Tuan Halim, saya tidak menyangka bisa melihat Anda lagi.”Daffa memutar bola matanya. “Maksudmu, kamu akan mati atau apakah kamu takut aku akan mati?”Edward terhuyung, lalu menggelengkan kepalanya. “Bukan itu yang saya maksud, Tuan.”Daffa tersenyum. “Aku tahu itu, tentu saja. Aku hanya merasa caramu mengatakannya lucu.” Mereka saling bertatapan dan melihat kelegaan di mata satu sama lain. Briana masih berdiri di atas tumpukan puing seraya dia mengamati mereka berdua berbincang di samping tornado. Briana menggelengkan kepalanya dengan tidak berdaya.Kemudian, dia menangkupkan kedua tangannya di sekitar mulutnya, menyalurkan kekuatan jiwanya ke tenggorokannya, dan berkata dengan lantang, “Ayo turun! Tuan Halim, mentor Anda dan pria tua itu telah pergi. Kita harus mengejar mereka.”Daffa mengernyit. Dia pikir Teivel dan pria tua itu telah berpindah ke tempat lain, mirip

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 615

    Mata Daffa merah dan sedikit berair. Dia tidak mengatakan apa-apa. Alih-alih, dia mencoba menyalurkan semua kekuatan jiwa emas yang dia miliki ke dalam tubuh Briana. Tidak lama, Briana merasa seperti dia telah pulih kembali.Briana membuka matanya, terlihat lebih bertenaga dibandingkan sebelumnya. Dia mengernyit pada Daffa dengan tidak setuju dan mencoba mendorongnya, tapi Daffa langsung menghentikannya. Daffa terlihat lebih tenang dibandingkan sebelumnya, tapi nada bicaranya muram saat dia berkata, “Kamu belum membaik sepenuhnya. Tidak ada yang lebih penting saat ini daripada pemulihanmu.”Briana tidak mengatakan apa-apa. Daffa melanjutkan, “Lagi pula, kamu harus membaik sesegera mungkin. Aku masih butuh bantuanmu untuk banyak hal.”Briana menatap Daffa sambil tersenyum dan mengangguk. Dia sedikit tersendat saat dia berkata, “Baik, Tuan.”Briana memiliki banyak pertanyaan, tapi dia tidak memiliki keberanian untuk menanyakannya pada saat ini. Ketika Daffa sudah yakin Briana baik-ba

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 614

    “Semuanya bermuara pada satu hal—kamu dan aku berada di pihak yang berlawanan!” Seraya Teivel berbicara, pandangannya tertuju ke belakang roh pria tua itu dan pada tubuhnya.Wajahnya berubah dingin dan napasnya menjadi cepat. Dia menoleh ke belakang untuk melihat pria tua itu dan berkata, “Namun, karena kita berdua masih hidup, kita harus meninggalkan masa lalu. Sekarang, waktunya menyelesaikan dendam baru.”Pria tua itu menyipitkan matanya. “Maksudmu seperti bagaimana kamu mencuri muridku?”Bibir Teivel berkedut. Kemudian, dia menggelengkan kepalanya. “Tidak, tapi seperti bagaimana kamu mencuri tubuhku.”Ekspresi jelek merayap ke wajah pria tua itu mendengar perkataannya. Dia memelototi Teivel seraya wajahnya mulai berkerut dengan amarah lagi. Dia meraung, “Tidak, ini adalah tubuhku! Ini adalah milikku!”Pada saat ini, Daffa masih bisa mendengar apa yang sedang terjadi. Dia ingin melakukan sesuatu, tapi dia hanya dapat menyaksikan tubuhnya dan jiwanya perlahan menyatu. Dia tidak

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status