แชร์

Bab 80

ผู้เขียน: Benjamin
”Aku hanya bisa memberimu modal untuk memulai perusahaanmu dengan satu syarat,” ucap kakek Daffa dengan berwibawa.

Daffa menelan ludahnya, tapi mempersiapkan dirinya untuk menanyakan syaratnya.

“Apa syaratnya, Kakek?” tanya Daffa.

“Kamu harus menghasilkan keuntungan lima kali lipat dari modal awal yang aku berikan padamu dalam satu tahun,” jawab kakeknya dengan tegas.

Mata Daffa membelalak terkejut mendengar syarat kakeknya.

Dia harus menghasilkan keuntungan lima kali lipat dari modal awalnya dalam satu tahun?

Itu adalah syarat yang sangat berat, terutama baginya!

Daffa hanya memiliki sedikit pengalaman yang hanya didapatkan dari mengelola beberapa aset seperti PT Nix dan beberapa bisnis lainnya dalam beberapa bulan. Dengan itu pun, dia belum membuat keuntungan lima kali lipat dari yang biasanya mereka hasilkan.

Daffa merasa tidak nyaman pada saat itu, tapi dia memaksakan dirinya untuk tetap tenang. Dia belum tahu seberapa banyak modal yang akan diberikan oleh kakeknya. Dia ber
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 81

    Penelepon itu adalah Helen!Sudah hampir dua minggu sejak Daffa menolong Helen dari tindakan Lintang yang hina. Setelah mengantarnya ke asramanya, dia mencium bibirnya dan berlari sebelum dia bisa bereaksi apa-apa.Setelah hari itu, dia terus mencoba untuk menghubunginya. Bukan karena ciuman itu, tapi karena dia ingin tahu apakah Helen baik-baik saja karena dia mengira bahwa Helen pasti akan terkejut.Tidak seperti dugaannya, Helen menolak mengangkat teleponnya sama sekali! Bukan hanya itu, dia juga menolak bertemu dengannya sama sekali, membuat Daffa tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Dia benar-benar menghindarinya.Daffa tidak memiliki pilihan lagi selain membiarkannya sendirian. Dia tidak tahu kenapa Helen menghindarinya, tapi dia menghargai pilihannya. Masih ada banyak hal yang perlu dia lakukan, jadi dia tidak bisa menghabiskan seluruh waktunya memikirkan tentang penolakan Helen untuk bertemu dengannya.Maka dari itu, dapat dibayangkan betapa terkejutnya Daffa ketika dia

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 82

    Daffa mengerutkan dahinya mendengar perkataan Erin karena dia tidak menunggu seorang tamu dalam waktu dekat. Namun, karena orang ini telah datang untuk mengunjunginya, dia merasa bahwa dia harus menyambut orang itu.“Biarkan dia masuk,” kata Daffa.Erin mengangguk mengerti sebelum meninggalkan ruang kerjanya. Beberapa detik kemudian, pintu ruang kerjanya terbuka dan seorang pria melangkah masuk, diikuti oleh Erin.Melihat pria itu sekilas menunjukkan bahwa dia bukan pebisnis biasa. Dia mengenakan setelan jas hitam yang sudah lusuh dan telah dijahit ulang di sana-sini dan sepatunya sama lusuhnya. Walaupun Daffa yakin pria itu adalah pria paruh baya, wajahnya yang keriput membuatnya terlihat jauh lebih tua dari umurnya yang sebenarnya.“Terima kasih telah setuju untuk bertemu dengan saya, Tuan Halim!” sapa pria itu dengan nada yang sangat sopan. Dia bahkan sedikit membungkuk seraya dia berbicara.Daffa hanya tersenyum untuk menjawab sapaannya. Dia telah melihat pakaiannya dan tahu b

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 83

    ”Aku akan meneleponmu lagi nanti, Tuan Zaki,” kata Daffa. Pada akhirnya, dia tidak bisa langsung mempekerjakan orang asing. Dia harus mencari tahu dulu dan memastikan bahwa Zaki adalah orang yang bisa dipercaya sebelum dia menerimanya.“Tentu, Tuan Halim,” jawab Zaki. Raut wajahnya terlihat murung, tapi dia masih memastikan untuk tetap bersikap sopan pada Daffa. Walaupun Daffa tidak menerimanya, dia juga tidak menolaknya mentah-mentah. Dia hanya bisa menunggu kabar darinya. Jika dia tidak menerima telepon apa pun dari Daffa dalam satu minggu, maka dia akan meminta dana investasi.Zaki membungkuk pelan lagi sebelum meninggalkan ruang kerja Daffa. Ketika dia pergi, Daffa memberi isyarat pada Erin. Erin langsung mengerti apa yang diminta atasannya, sehingga dia mengangguk sebagai jawabannya. Dia menginginkannya untuk mencari tahu mengenai Zaki dan melihat apakah dia bisa dipercaya. Jika iya, maka tidak ada salahnya jika dia menerimanya.Segera setelah Erin meninggalkan ruangannya untuk

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 84

    [Dragon Estate, Dragon Lord’s Imperial Residence] Daffa terbangun lebih siang daripada biasanya. Dia telah bekerja sampai dini hari kemarin, karena itu dia bangun lebih siang dari biasanya. Untungnya, dia bisa menyelesaikan semua pekerjaannya karena dia begadang.Ketika dia terbangun, waktu sudah tengah hari. Dia lalu melakukan rutinitas paginya, termasuk latihan bela diri dan meditasi.Seraya Daffa berlatih bela diri, dia menyadari bahwa gerakannya makin luwes dibandingkan sebelumnya. Rasanya seperti dia sudah makin baik dan makin kuat setiap berlatih, membuat Daffa benar-benar kebingungan.Dia tidak tahu bahwa kakeknya telah menggunakan ramuan kuno untuk menyembuhkan luka-lukanya dan ramuan emas itulah yang meningkatkan kekuatan fisiknya dan membuat gerakan bela dirinya makin kuat dan bertenaga dibandingkan sebelumnya.Daffa tidak terlalu memikirkannya dan langsung mandi ketika dia selesai berlatih bela diri.Dia sedang sarapan ketika ponselnya berdering. Dia memeriksa nama pe

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 85

    Kerumunan yang hadir itu terkesiap terkejut ketika seorang pria muda itu turun dari mobil.Dia luar biasa tampan!Dengan wajah yang sangat menawan, tubuh yang kekar, dan kulit yang halus, dia jauh lebih tampan dibandingkan selebritas pria dan model yang telah tiba sebelumnya.Mereka bukan hanya terkejut oleh penampilannya yang menawan, tapi karena kedatangannya yang berkelas. Mobil yang dia bawa ke perkumpulan itu terlihat sangat mahal dan melihatnya sekilas pun sudah jelas bahwa mobil itu jauh lebih berkelas dari mobil-mobil yang digunakan oleh pebisnis dan selebritas lainnya.Para paparazzi dan media yang hadir bergegas mengambil foto pria muda yang sangat tampan itu. Walaupun mereka belum pernah melihatnya sebelumnya, kenyataan bahwa dia hadir di perkumpulan itu dan dengan mobil yang memesona itu membuktikan bahwa pria itu memiliki latar belakang yang luar biasa.Tentu saja, pria muda yang sedang dibicarakan itu tidak lain adalah Daffa.Daffa adalah orang terakhir yang tiba di

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 86

    Erin masih berbincang dengan Alan ketika Daffa menghampiri mereka. Raut wajahnya terlihat masam, tapi ketika Erin menyadari bahwa Daffa sedang menghampirinya, senyuman muncul dengan cepat pada wajah Erin.“Tuan Halim!” panggil Erin dengan gembira tapi tetap sopan.“Kamu sudah sampai,” ucap Daffa seraya beranjak menghampirinya.Alan Purnama tidak bisa memercayai matanya. Erin terus bersikap acuh tak acuh padanya, berbicara padanya dengan muka masam. Namun, ketika dia melihat pengganggu ini, dia langsung tersenyum lebar. Itu adalah sebuah tamparan baginya dan wajahnya memerah karena amrah.“Siapa ini?” tanya Alan dengan angkuh setelah Erin selesai menyapa Daffa. Dia juga sangat jengkel pada saat itu. Walaupun dia memiliki status sebagai Direktur dari Dream Investment, Daffa benar-benar menjauhinya. Itu sangat memalukan bagi seseorang dengan statusnya.“Tuan Halim, ini adalah Direktur dari Grup Dream Investment, Alan Purnama.” Erin memperkenalkan Alan pada Daffa ketika dia mendengar

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 87

    Ketika suara itu menggema, aula itu langsung hening. Semua orang, termasuk Alan, langsung menghentikan diskusi mereka dan memusatkan perhatian mereka pada podium aula.Seorang pria paruh baya berdiri di atas podium aula itu. Meskipun rambutnya beruban, dia tinggi dan tampan bahkan di usia tuanya. Dia mengenakan setelan jas putih mewah dengan beberapa cincin mahal menghiasi jari-jarinya.Sekilas, dia tampak seperti pebisnis sukses lainnya. Namun, seraya dia berdiri di sana, tidak bisa dipungkiri bahwa dia memancarkan aura yang kuat.Alasannya sederhana. Orang itu tidak lain adalah Tara Wiguna, Kepala Grup Wiguna dan tuan rumah perkumpulan hari ini.Grup Wiguna merupakan grup yang sangat kaya dan berpengaruh di negara ini, yang cukup jelas karena dia mampu mengundang banyak pebisnis dan selebritas terkemuka di seluruh penjuru negara ke perkumpulan itu. Semua orang ingin memberikan kesan yang baik padanya, jadi tidak ada yang berani berbicara ketika mereka mendengar suaranya.Tara te

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 88

    Sisa waktu perkumpulan itu berlalu dengan lancar. Tidak ada konflik atau pertengkaran di antara para pebisnis di perkumpulan itu. Hanya dalam 30 menit setelah Tara Wiguna memperkenalkan Daffa kepada mereka semua, Erin menerima banyak kartu bisnis dari mereka.Sebagian besar dari mereka telah membuat janji temu dengan Erin dan akan segera mengunjungi perusahaan mereka untuk meneruskan pendaftaran mereka untuk dana investasi. Jika lulus seleksi, Erin berjanji pada mereka bahwa proyek mereka akan mendapatkan dana yang besar.Daffa bersyukur dia memutuskan untuk menghadiri perkumpulan itu. Keuntungan yang dia terima tidak sedikit dan kemampuan berjaring yang ditawarkan oleh perkumpulan itu tidak main-main. Dengan sebagian besar pebisnis di sana mendaftar untuk dana investasi, dia yakin akan menerima beberapa proyek yang menjanjikan. Proyek-proyek yang menjanjikan itu akan meningkatkan kesempatannya untuk menghasilkan keuntungan sebesar 3,75 kuadriliun rupiah.Mengenai Alan Purnama, dia

บทล่าสุด

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 665

    Wanita itu menjelaskan, “Aku kehabisan uang dan mereka bilang mereka akan membayarku dengan bayaran yang tinggi untuk melakukan ini. Yang perlu kulakukan hanyalah membawa kamera ketika datang kemari.”Daffa mengernyit. “Bagaimana caranya kamu masuk kemari?” Nada bicaranya dingin. Penjelasan wanita itu tidak berarti apa-apa baginya.Wanita itu menelan ludah. “Aku tidak tahu. Mereka menyuruhku untuk meminum ramuan, setelah itu aku kehilangan kesadaranku. Ketika aku terbangun, aku sudah ada di sini.”Daffa mengernyit mendengarnya. Wanita itu berseru, “Tunggu! Aku bersumpah aku mengatakan yang sebenarnya!”Dia tahu Daffa tidak puas dengan jawabannya, tapi hanya itu yang dia ketahui. Dia menatap Daffa sambil menangis saat Daffa berkata, “Apakah kamu perlu berteriak padaku seperti itu?”Dia berkata dengan gemetar, “Maaf, a … aku tidak bermaksud.”Mata Daffa masih dingin, tapi dia melepaskan wanita itu. Akan tetapi, ini tidak membuat wanita itu tenang. Sebaliknya, wanita itu menegang da

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 664

    Bram menatap dia dengan tenang. “Mungkin kamu akan mempertimbangkan untuk memberitahuku kenapa kamu ada di sini jika kamu tidak ingin mati.”Pria itu tertawa terbahak-bahak. Daffa mengernyit dan berkata, “Bram, bawa dia pergi supaya kamu bisa menginterogasinya nanti.”Bram langsung mengulurkan tangannya untuk memegang pria itu—kecepatannya membuat mata Daffa berbinar. Seperti yang dia duga, Bram adalah ahli bela diri yang tampaknya lebih cakap dibandingkan semua orang yang ada di sana, termasuk Daffa. Ini membuat Daffa ingin bertarung dengannya, tapi ini tentunya bukan waktu yang tepat untuk itu. Dia berusaha sekeras mungkin untuk menahan keinginannya untuk menerkam Bram.Pada saat ini, Edward dan Briana muncul. Dari langkah kaki dan napas mereka, Daffa tahu mereka telah berlari sampai ke sini, membuatnya mengangkat sebelah alisnya. Dia menoleh untuk melihat ke arah pintu dan berkata, “Bram, tunggu sebentar.”Bram tidak tahu kenapa Daffa tiba-tiba menghentikannya, tapi dia melakuka

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 663

    Daffa menunjuk ke arah kamar mandi saat dia berbicara. “Kamu bisa periksa kamar mandinya jika kamu mau. Itu sama saja seperti kamar mandi lainnya. Tidak ada apa pun yang memungkinkan aku untuk mengunggah apa pun di internet.” Dia menatap Bram yang masih terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu. Sebagai ahli bela diri terbangkit, Daffa langsung tahu apa yang Bram pikirkan dan bibirnya pun berkedut. Daffa menatap Bram dengan tatapan tidak berdaya dan berkata, “Dengar, kamera-kamera itu tidak ada hubungannya denganku.”Bram langsung menghela napas lega. Daffa menahan keinginannya untuk memutar bola matanya dan berbalik untuk melihat wanita tadi sambil mengetukkan jari-jarinya di sandaran tangan sofa. Suasananya menjadi sangat tegang hingga Bram menundukkan kepalanya lagi, memandang lantai.Setelah beberapa detik, Daffa berujar, “Bram.” Itu membuat Bram merinding dan menundukkan kepalanya makin dalam. Bram tidak dapat membayangkan apa yang hendak Daffa katakan dan keringat membasahi ken

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 662

    Daffa mengangkat sebelah alisnya. Dia memegang leher wanita itu dan melemparkannya ke dalam bak mandi, membuatnya megap-megap karena dia berusaha bernapas. Daffa mengabaikannya, memakai celananya, dan meletakkan tangannya di kenop pintu. Di dalam benaknya, vila Keluarga Halim adalah tempat baginya untuk bersantai dan menjalani waktu yang damai, tapi tampaknya dia keliru. Dia membuka pintu untuk melihat Erin berdiri di sana dan bibirnya berkedut. “Kukira kamu akan menunggu di luar.” Dia tidak memakai atasan karena lemari pakaiannya ada di luar.Tentunya, Erin tidak menduga akan melihat Daffa seperti ini. Dia merona dan memalingkan diri dari Daffa, tapi tidak dapat berjalan pergi—rasanya seakan-akan kakinya dilem ke lantai. Namun, mungkin otaknya berhenti berfungsi dan tidak dapat menyuruh kakinya untuk bergerak. Bagaimanapun, Erin tidak pergi.Daffa tampak terkejut oleh itu, tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Alih-alih, dia berjalan melewati Erin dan memasuki ruang gantinya, muncul ke

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 661

    Wanita itu tetap terdiam di tempatnya, terlihat terkejut. Daffa berniat untuk ikut berpura-pura seolah dia tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi dia sangat ingin menertawai akting wanita itu yang sangat buruk. Lagi pula, tidak ada pelayan Keluarga Halim yang akan mengenakan stoking setinggi paha saat bekerja. Namun, Daffa tahu dia harus berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. Dia memasang ekspresi marah dan menggeram, “Aku jijik oleh keberadaanmu, jadi sebaiknya kamu menjauh dariku!”Mendengarnya, wajah wanita itu menjadi pucat. Daffa mengetukkan jemarinya ke tepi bak mandi, bertanya-tanya apakah dia terlalu kasar. Apakah wanita itu akan bisa melanjutkan aktingnya? Bibir Daffa berkedut saat dia memejamkan matanya dan berkata, “Ingat, jangan pakai apa pun selain seragam yang benar lain kali kamu bekerja … tidak peduli sebagus apa itu terlihat padamu.”Daffa merasakan kekejutan dan kesenangan wanita itu mendengar perkataan Daffa dan mendengar langkah kaki menghampirinya. Daffa m

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 660

    Teivel membutuhkan tempat yang sunyi supaya tidak akan ada yang mengganggunya. Daffa menunggu hingga dia tidak dapat mendeteksi Teivel sebelum mendarat di tanah. Ketika dia melakukannya, orang-orang berjubah hitam itu perlahan membuka mata mereka dan tersadar kembali. Beberapa dari mereka mulai muntah-muntah ketika mereka melihat darah tikus dan potongan-potongan yang tersebar di sekitar mereka, tapi ini tidak memengaruhi Daffa.Dia bilang, “Maaf tidak sengaja mengetahui rahasia kalian seperti ini.” Orang-orang itu kembali tenang dan menatap Daffa. Daffa tersenyum dan berkata, “Kurasa ini adalah permasalahan yang perlu diselesaikan.”Pemimpin dari mereka melangkah maju untuk menghalangi yang lain dari pandangan Daffa dan berkata dengan pelan, “Semuanya bisa didiskusikan selama kamu tidak membiarkan Pak Teivel tahu tentang ini.”Daffa mengangkat sebelah alisnya. “Sayangnya, dia sudah tahu.”Si pemimpin menjadi pucat mendengarnya, tapi amarah mulai menggelora di matanya. Namun, beber

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 659

    “Jangan khawatir, mereka tidak bisa melihatku. Kita akan baik-baik saja selama kamu tidak bergabung denganku di udara,” ucap Teivel.Daffa mengembuskan napas, meletakkan tangannya di balik punggungnya, dan melihat pemandangan di hadapannya tanpa bersuara. Ada darah tikus di mana-mana, bersamaan dengan potongan-potongan kecil daging. Dia merasa perutnya bergejolak, jadi dia menahap napasnya dan melayang, bergabung dengan Teivel di udara. “Pak, aku melihat percampuran amarah dan kesedihan di dalam matamu.”Teivel memejamkan matanya dan mengangguk. “Iya. Aku menggunakan metode rahasia untuk menelusuri ingatan mereka. Mereka telah melalui banyak hal, lebih dari yang seharusnya, sebelum mereka tertidur. Mereka mengalami berbagai macam kesulitan ketika aku bertemu mereka. Ketika aku membawa mereka bersamaku, yang tertua bahkan belum berusia tujuh tahun. Aku membesarkan mereka dan mengajari mereka cara membaca dan menulis, tapi aku tidak mengajarkan meditasi pada mereka. Aku hanya ingin mer

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 658

    Jauhar menegang, tapi dia tetap berusaha sekeras mungkin untuk mempertahankan senyumannya. “Aku belum melihat teman-teman ayahmu dalam waktu yang lama, terutama setelah orang tuamu meninggal. Mereka semua memiliki alasan tersendiri untuk pergi.” Dia menarik napas dalam-dalam. Daffa tahu Jauhar merasa terganggu. Jauhar melanjutkan, “Pada saat itu, aku tidak dapat menerima kematian ayahmu dan aku akan menghargai kehadiran mereka. Setidaknya, itu akan membuatku merasa seperti dia masih hidup. Aku tahu mereka tidak diwajibkan untuk melakukan apa pun, tapi mereka bahkan tidak repot-repot menghadiri pemakamannya. Aku menolak memercayai satu hal pun yang mereka katakan!”Dia berusaha keras untuk menahan agar amarahnya tidak meledak-ledak, tapi dia mau tidak mau tetap gemetar. “Kamu tidak boleh memercayai mereka sepenuhnya, jadi ingatlah untuk jangan percayai ucapan mereka mentah-mentah. Lagi pula, tidak ada jaminan mereka tidak berteman dengan ayahmu dengan niat tersembunyi. Siapa yang tahu

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 657

    “Ya, aku mengkhawatirkan hal yang sama. Tidak ada sihir ataupun meditasi yang akan menjaga jantung seseorang terus berdetak selama lima abad kecuali jantung yang berdetak di dalam mereka sekarang bukan milik mereka, atau ada hal lain dalam hal ini yang tidak kita ketahui.” Teivel menghela napas. “Bagaimanapun, sejarah kembali terulang. Apa yang terjadi lima abad yang lalu terjadi lagi sekarang.Daffa menggigit bibirnya dan mengernyit dalam-dalam. Kemudian, dia berkata, “Apa yang harus kita lakukan untuk mencegah situasi ini menjadi makin parah? Aku sejujurnya tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang. Kukira aku sudah memberantas orang-orang berjubah hitam, tapi di sinilah mereka, muncul di hadapanku lagi.”Teivel tertawa, tapi itu bukan tawa menghina. Dia berkata, “Mereka tidak bisa diberantas—tidak dengan cara yang kamu pikirkan—karena tidak ada yang bisa menghentikan dalang utamanya setelah aku mati. Aku mengenal lawanku dengan baik. Dia pasti telah melemparkan dirinya sendiri

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status