Erin masih berbincang dengan Alan ketika Daffa menghampiri mereka. Raut wajahnya terlihat masam, tapi ketika Erin menyadari bahwa Daffa sedang menghampirinya, senyuman muncul dengan cepat pada wajah Erin.“Tuan Halim!” panggil Erin dengan gembira tapi tetap sopan.“Kamu sudah sampai,” ucap Daffa seraya beranjak menghampirinya.Alan Purnama tidak bisa memercayai matanya. Erin terus bersikap acuh tak acuh padanya, berbicara padanya dengan muka masam. Namun, ketika dia melihat pengganggu ini, dia langsung tersenyum lebar. Itu adalah sebuah tamparan baginya dan wajahnya memerah karena amrah.“Siapa ini?” tanya Alan dengan angkuh setelah Erin selesai menyapa Daffa. Dia juga sangat jengkel pada saat itu. Walaupun dia memiliki status sebagai Direktur dari Dream Investment, Daffa benar-benar menjauhinya. Itu sangat memalukan bagi seseorang dengan statusnya.“Tuan Halim, ini adalah Direktur dari Grup Dream Investment, Alan Purnama.” Erin memperkenalkan Alan pada Daffa ketika dia mendengar
Ketika suara itu menggema, aula itu langsung hening. Semua orang, termasuk Alan, langsung menghentikan diskusi mereka dan memusatkan perhatian mereka pada podium aula.Seorang pria paruh baya berdiri di atas podium aula itu. Meskipun rambutnya beruban, dia tinggi dan tampan bahkan di usia tuanya. Dia mengenakan setelan jas putih mewah dengan beberapa cincin mahal menghiasi jari-jarinya.Sekilas, dia tampak seperti pebisnis sukses lainnya. Namun, seraya dia berdiri di sana, tidak bisa dipungkiri bahwa dia memancarkan aura yang kuat.Alasannya sederhana. Orang itu tidak lain adalah Tara Wiguna, Kepala Grup Wiguna dan tuan rumah perkumpulan hari ini.Grup Wiguna merupakan grup yang sangat kaya dan berpengaruh di negara ini, yang cukup jelas karena dia mampu mengundang banyak pebisnis dan selebritas terkemuka di seluruh penjuru negara ke perkumpulan itu. Semua orang ingin memberikan kesan yang baik padanya, jadi tidak ada yang berani berbicara ketika mereka mendengar suaranya.Tara te
Sisa waktu perkumpulan itu berlalu dengan lancar. Tidak ada konflik atau pertengkaran di antara para pebisnis di perkumpulan itu. Hanya dalam 30 menit setelah Tara Wiguna memperkenalkan Daffa kepada mereka semua, Erin menerima banyak kartu bisnis dari mereka.Sebagian besar dari mereka telah membuat janji temu dengan Erin dan akan segera mengunjungi perusahaan mereka untuk meneruskan pendaftaran mereka untuk dana investasi. Jika lulus seleksi, Erin berjanji pada mereka bahwa proyek mereka akan mendapatkan dana yang besar.Daffa bersyukur dia memutuskan untuk menghadiri perkumpulan itu. Keuntungan yang dia terima tidak sedikit dan kemampuan berjaring yang ditawarkan oleh perkumpulan itu tidak main-main. Dengan sebagian besar pebisnis di sana mendaftar untuk dana investasi, dia yakin akan menerima beberapa proyek yang menjanjikan. Proyek-proyek yang menjanjikan itu akan meningkatkan kesempatannya untuk menghasilkan keuntungan sebesar 3,75 kuadriliun rupiah.Mengenai Alan Purnama, dia
”Semuanya, ini adalah pemimpin dari West Atlantics Int’l, Daffa Halim,” ungkap Zaki dengan penuh hormat.Ketika mereka mendengar perkataan Zaki, mata mereka membelalak dan mereka menatap Daffa dengan tidak percaya.Pemimpin dari perusahaan yang kaya itu adalah pria muda yang berumur awal 20-an ini?Itu benar-benar tidak bisa dipercaya.Sebelum menyetujui usulan Zaki, mereka melakukan riset intensif terhadap West Atlantics Int’l dan mereka tertegun oleh penemuan mereka.Mereka langsung menyadari potensi dari perusahaan itu. Jika mereka bergabung dalam tahap awal sekarang dan bekerja dengan keras, dalam dua atau tiga tahun ke depan, West Atlantics Int’l akan tumbuh menjadi raksasa bisnis. Pada saat itu, status mereka di perusahaan itu pasti akan sangat tinggi.Mereka juga mencari tahu mengenai pemimpin perusahaannya, tapi tidak bisa menemukan foto apa pun atau informasi yang jelas mengenainya.Itu meningkatkan rasa penasaran mereka pada perusahaan tersebut, karena tidak semua oran
Perjalanan kembali ke Dragon Estate berlalu dengan lancar. Sekarang karena masalah utama West Atlantics Int’l telah ditangani, dia tidak perlu terlalu mengkhawatirkannya lagi. Dengan seseorang berpengalaman seperti Zaki di perusahaan itu, Daffa bisa beristirahat dengan tenang.Ketika dia tiba di griya tawangnya di Dragon Lord’s Imperial Residence, dia sedikit lelah yang merupakan hal yang normal karena jarak dari kantor pusat West Atlantics Int’l sampai griya tawangnya sangat jauh.Dia mandi dengan santai dan lama lalu makan malam sampai kenyang. Ketika dia selesai, dia mengenakan jubah mandi hitamnya dan berbaring di ranjangnya yang besar.Diam saja, dia meraih ponselnya dan mulai membuka beberapa aplikasi media sosial di ponselnya.Seperti itulah satu jam berlalu, dengan Daffa melihat-lihat aplikasi media sosial dengan malas. Dia mengingat bahwa sudah lama sekali sejak dia terakhir memasuki akun Groove-nya, sehingga dia membukanya.Sebagai anggota yang telah menghabiskan 75 mili
Puspa Sanjaya merupakan wanita tercantik peringkat ketiga di seluruh Universitas Praharsa. Seperti sebutannya, dia sangat cantik dan Daffa sebelumnya pernah beberapa kali berinteraksi dengan Puspa.Pertemuan pertamanya adalah ketika dia sedang makan di restoran. Dia bertabrakan dengannya secara tidak sengaja dan menumpahkan air ke bajunya. Ingin meminta maaf, dia mengelap air di bajunya dengan tangannya, tapi yang dia terima adalah dua tamparan menyakitkan dari Puspa. Dia juga dilabeli bajingan mesum olehnya.Dia tentunya memberikan kesan yang sangat buruk padanya hari itu.Pertemuan kedua mereka adalah saat pesta amal. Dia dan Puspa sama-sama mengincar anggur berumur 150 tahun yang sedang dilelang di pesta amal itu. Mereka berdua berperang melakukan penawaran untuk itu dan pada akhirnya Daffa-lah yang memenangkan pertarungan itu dan anggur itu dilelang seharga 60 miliar rupiah.Ini kian memperburuk hubungan di antara dia dan wanita tercantik peringkat ketiga di Universitas Prahars
Keesokan paginya, Daffa terbangun lebih siang daripada biasanya. Itu tidak mengherankan karena dia tidur sangat larut malam itu.Dia memulai rutinitas paginya segera setelah dia terbangun. Dia berlatih teknik meditasi dari buku usang yang diberikan kakeknya sebelum berlatih bela diri.Ketika dia menyelesaikan rutinitas paginya, dia mandi dengan cepat untuk menyegarkan dirinya. Setelah mandi, dia meminta seorang pelayan untuk mengirimkan makanan ke ruangannya. Dia hampir menghabiskan sarapannya ketika ponselnya berdering.Dia memeriksa nama peneleponnya dan mendapati bahwa itu adalah Bram. Dia mengangkat telepon itu dan menyalakan pengeras suara ponselnya.“Halo, Tuan Muda Halim,” sapa Bram saat telepon itu terhubung.“Halo, Bram.” jawab Daffa.“Saya sudah selesai memeriksa mendalam mengenai Grup Ganendra. Saya juga telah menambahkan penyebab konflik antara Korporasi Sanjaya dan Grup Ganendra ke dalam laporannya,” kata Bram.“Baiklah. Terima kasih banyak atas bantuanmu, Bram,” ka
”Berhenti berteriak pada satu sama lain,” kata suara yang lemah.Ketika anggota keluarga Sanjaya mendengar suara itu, mereka langsung berhenti berteriak pada satu sama lain dan menoleh ke arah sumber suara itu.“Kakek!” teriak Liam, Farel, dan anggota keluarga Sanjaya lainnya bersamaan.Beberapa detik kemudian, seorang pria tua bisa terlihat menuruni anak tangga vila itu. Dia ditemani oleh seorang pria yang tampaknya berumur awal 70-an. Semua orang yang hadir mengenal pria itu. Dia adalah pelayan dan asisten kakeknya yang paling dipercaya.Farel bergegas menyiapkan sofa untuk diduduki kakeknya. Ketika kakeknya duduk dengan nyaman, pelayan itu mengosongkan botol air ke gelas, lalu menyerahkannya untuk diminum kakek mereka.Kakeknya menghabiskan isi gelas itu sebelum meletakkan gelas itu di atas meja.“Aku mendengar situasi genting yang sedang dihadapi Korporasi Sanjaya,” kata kakek mereka, Evan.Ketika orang-orang yang hadir mendengar perkataan kakeknya, mereka langsung memelotot
“Jika kamu bersedia melepaskan dia, kuharap ada seseorang yang bisa membawanya pergi dari sini sebelum kita melanjutkannya.”Mengejutkan semua orang, Mika tiba-tiba memelototi Daffa dan berteriak, “Dasar pembunuh kejam! Kalau kamu membunuh ibuku, sebaiknya bunuh aku juga atau aku bersumpah aku tidak akan berhenti sampai membalas dendamku! Aku tahu kamu mungkin tidak akan memercayaiku karena aku masih muda dan tidak berdaya sekarang, tapi aku akan mengejarmu cepat atau lambat!”Mata Priska membelalak dan dia dengan cepat menutup mulut Mika dengan tangannya. Akan tetapi, dia sudah terlambat. Maka dari itu, untuk pertama kalinya, dia menampar Mika. Hatinya terpelintir dengan menyakitkan saat melakukannya, tapi dia memaksakan dirinya untuk tidak melembut. “Minta maaf pada Daffa sekarang juga!”Mika meringis karena rasa sakitnya, tapi dia tidak meminta maaf. Sebaliknya, kebenciannya pada Daffa menjadi makin dalam. “Aku membencimu dengan setiap sel dari diriku. Karenamu, ibuku menamparku
Tiba-tiba, tatapan mata Priska menjadi misterius. Dia pun berbisik, “Aku bisa memberitahumu segalanya, tapi apakah kamu yakin kamu ingin mendengarnya? Kamu akan menyesal begitu kamu mendengar apa yang akan kukatakan.”Raut wajah Daffa terlihat bosan. “Itu bukan urusanmu. Katakan saja semua hal yang kamu ketahui.”“Kamu berani juga, ya.” Priska tersenyum, terlihat gembira. “Seseorang memang mendatangiku. Dia bilang selama aku melakukan sesuai perintah mereka, aku akan menerima jumlah uang yang sangat besar sebagai balasannya. Itu akan lebih dari cukup untukku, anakku, cucuku, dan beberapa generasi setelahnya untuk hidup dengan nyaman. Malah, mereka mungkin bisa hidup dengan mewah. Itu adalah tawaran yang tidak bisa kutolak, jadi aku melakukan sesuai perintah mereka. Seperti yang diduga, aku dibayar dengan tinggi. Yang mereka ingin aku lakukan cukup sederhana—menemukan seorang reporter bernama Dahlia dan memastikan kalian berdua bertemu satu sama lain.”Raut wajah yang aneh terpampang
Sekarang, Daffa sudah yakin. Dialah yang akan menjadi orang yang pertama kali membantah jika seseorang mengatakan bahwa Elton telah meninggal di hadapannya, yang merupakan apa yang semua orang saksikan. Dia sekarang tahu bahwa ada yang janggal tentang kematian Elton. Dia menatap Priska dan bertanya, “Lalu, apa yang kamu lakukan setelahnya?”Priska menghela napas. “Aku membuatnya marah dan menyuruhnya mendatangimu. Aku ingin menggunakan kamu untuk membantuku mengakhiri hidupnya dan semua hal berjalan dengan sempurna. Aku hanya tidak menduga kamu akan melacak kami secepat ini.”Daffa bertanya, “Apa yang dipikirkan oleh anggota keluarga Bakti lainnya tentang hal ini?”Priska terlihat sinis. “Mereka? Apa yang bisa orang-orang tidak berguna itu katakan tentang hal ini? Yang dapat mereka lakukan hanyalah berbicara, makan, dan menghabiskan uang. Meskipun mereka tidak memiliki kemampuan untuk menjalankan Grup Bakti, mereka ingin mendapatkan asetnya. Itulah sebabnya mereka membuat segala mac
Itu berarti Priska tidak dapat menyembunyikan kebenarannya. Akan tetapi, ini mungkin adalah hasil akhir terburuk yang dapat Priska bayangkan. Jadi, dia bangkit duduk, terlihat tenang.“Ibu Richard-lah yang membuat Bart menjadi seperti ini. Bart diserang oleh seseorang saat dia sedang dalam perjalanan pulang pada suatu hari. Mereka datang dengan truk dan bersenjata. Itu sudah terlambat ketika aku mendengar permintaan bantuan Bart. Mereka telah menekannya ke tanah, bergelimang darah. Aku membawa banyak orang bersamaku dan para penyerang itu tahu mereka tidak dapat membawa Bart pergi di depan mataku. Jadi, mereka menyuntikkan semacam obat padanya saat aku mencoba menghampirinya.” Priska hampir tidak dapat berkata-kata lagi pada titik ini dan dadanya naik-turun.Dia menggertakkan giginya, begitu kuat hingga pembuluh darah di lehernya menyembul. Sambil menggertakkan giginya, dia berkata, “Bart sejak saat itu berubah. Setiap malam, dia menjadi seperti ini, tapi dia kembali menjadi normal
“Kalau begitu, ada apa dengan putramu? Kelihatannya ada yang salah dengannya.”Raut wajah Priska menjadi rumit mendengar perkataan Daffa. Dia bergegas berlutut dan menatapnya dengan tatapan memohon dan berkata, “Aku tahu kamu berkuasa. Kumohon, tolong temukan ibu kandung Richard untukku supaya aku bisa mengakhiri hidupnya dengan cara yang paling menyakitkan yang dapat terpikirkan olehku!” Matanya menjadi merah dan dia gemetar hebat.“Itu adalah permintaanku satu-satunya. Jika kamu tidak menyetujuinya, kamu tidak akan mendapatkan apa-apa dariku.” Dia mengangkat kepalanya tinggi-tinggi.Daffa melirik pistolnya, lalu menaikkan sebelah alisnya. “Kamu tampaknya melupakan apa yang kumiliki di sampingku.” Mengejutkan baginya, Priska tidak terlihat takut. Sebaliknya, dia melemparkan kepalanya ke belakang dan tertawa histeris. Daffa tidak tahu apa yang Priska ingin sampaikan, jadi dia meraih pistolnya sambil mengernyit.“Sepertinya kamu benar-benar melupakan apa yang kubilang.” Dia mengokan
Daffa menarik napas dalam-dalam dan bersandar, mengamati Richard. Berdasarkan informasi yang telah mereka kumpulkan sebelumnya, Richard seharusnya berumur 18 tahun, tapi anak ini 10 tahun saja pun kelihatannya belum. Dia melirik Priska.“Sebelum kita membahas hal yang penting, aku ingin kamu memberitahuku mengenai Richard.”Wajah Priska menggelap dan dia memberungut, terlihat geram. Namun, dia tidak berani menunjukkan amarahnya di hadapan Daffa, jadi dia menundukkan kepalanya, mencoba memikirkan cara untuk menjelaskannya.Ketika dia tidak terpikirkan apa-apa, dia memejamkan matanya, menarik napas dalam-dalam, mengepalkan tangannya. Tidak mungkin dia bisa mengakui sesuatu yang sangat memalukan! Jadi, dia mengangkat kepalanya dan menatap Daffa dengan takut-takut, berkata, “Sebelum itu, kurasa kamu harus memperkenalkan dirimu sendiri.”Daffa mengangkat sebelah alisnya, terlihat sinis. Di saat yang sama, dia mengeluarkan pistolnya dan mematikan pengamannya. “Seharusnya kamu telah mende
Kulitnya putih tapi keriput dan kendur.Daffa mengangkat sebelah alisnya. Dia tidak menduga wanita yang terus mengalahkan Ansel berpenampilan seperti ini. Dia menggigit bibirnya, lalu menoleh ke arah Bart yang tidak seperti dia duga pula. Bart gemuk dan terlihat tidak rapi, matanya tidak terlihat cerdas sedikit pun.Malah, dia terlihat benar-benar tidak waras. Itu mengingatkan Daffa mengenai apa yang terjadi padanya dan Bakrie ketika dia pertama tiba di Kota Almiron.Matanya menggelap, tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Di antara keempat orang itu, anak laki-laki yang paling mudalah yang menarik perhatiannya. Dia terlihat familier, tapi tidak mirip dengan para anggota Keluarga Bakti, termasuk Priska dan Bart. Daffa membungkuk dan tersenyum ramah padanya, berkata, “Apakah kamu Richard?”Anak itu mengangguk, mengedipkan matanya dengan polos. Pada saat yang sama, dia dengan gugup bersembunyi di belakang Priska. Daffa menegakkan tubuhnya, menyapu tatapannya pada Priska dan melihat keje
Si kepala penjaga keamanan tampak murka. Namun, dia tahu ini bukanlah waktunya untuk mengurusi bawahan-bawahannya. Daffa-lah ancaman mereka di sini. Dia terhuyung berdiri dan berlari ke arah Daffa dengan tatapan mengancam.“Kamu telah menantangku untuk waktu yang terlalu lama. Aku tahu kamu kuat, tapi itu tidak berarti kami bukan tandinganmu!” Matanya menyala dengan liar seakan-akan dia adalah seekor elang yang telah mengincar mangsanya.Daffa mengernyit, terlihat jengkel karena dihentikan lagi. Dia menyipitkan matanya dan berkata, “Kamu adalah penjaga keamanan yang bagus, tapi aku juga telah memberimu kehormatan yang cukup dengan bersabar denganmu. Anggap ini peringatan—jika kamu tidak enyah dari pandanganku, aku jamin aku tidak akan bersikap baik lagi padamu.”Briana angkat bicara, “Dengar, kamu hanyalah penjaga keamanan. Kamu bukan bagian dari Keluarga Bakti, jadi kamu tidak perlu melakukan sejauh itu demi mereka. Tuan Halim itu berbahaya. Jika kamu membuatnya marah, aku yakin Ke
Secara umum, orang-orang membawa senjata di sana.Meskipun Daffa tertarik pada penjaga keamanan itu, nada bicaranya berubah menjadi bengis. “Sederhana saja. Aku kemari untuk menemui pemilik vila ini.”Penjaga keamanan itu mengernyit, merasakan bahwa Daffa bukanlah orang yang bisa diremehkan. Pria itu hanya dapat mengumpulkan semua kesabarannya yang tersisa. “Itu tidak masalah, tapi aku perlu mengetahui apakah kamu sudah membuat janji temu. Tidak ada yang memberitahuku bahwa akan ada pengunjung pada jam ini.”Daffa menaikkan sebelah alisnya, terlihat terhibur. “Kamu benar. Akan tetapi, aku belum membuat janji temu. Sayangnya bagimu, aku akan memasuki tempat ini apa pun yang kamu katakan atau lakukan.”Penjaga keamanan itu menghela napas. “Kalau begitu, aku harus meminta maaf terlebih dulu. Keluarga Bakti tidak pernah mengizinkan pengunjung memasuki rumah mereka lewat dari pukul enam malam kecuali ada perjamuan yang penting. Terlebih lagi, karena kamu sudah membuktikan bahwa kamu ada