Share

Bab 85

Author: Benjamin
Kerumunan yang hadir itu terkesiap terkejut ketika seorang pria muda itu turun dari mobil.

Dia luar biasa tampan!

Dengan wajah yang sangat menawan, tubuh yang kekar, dan kulit yang halus, dia jauh lebih tampan dibandingkan selebritas pria dan model yang telah tiba sebelumnya.

Mereka bukan hanya terkejut oleh penampilannya yang menawan, tapi karena kedatangannya yang berkelas. Mobil yang dia bawa ke perkumpulan itu terlihat sangat mahal dan melihatnya sekilas pun sudah jelas bahwa mobil itu jauh lebih berkelas dari mobil-mobil yang digunakan oleh pebisnis dan selebritas lainnya.

Para paparazzi dan media yang hadir bergegas mengambil foto pria muda yang sangat tampan itu. Walaupun mereka belum pernah melihatnya sebelumnya, kenyataan bahwa dia hadir di perkumpulan itu dan dengan mobil yang memesona itu membuktikan bahwa pria itu memiliki latar belakang yang luar biasa.

Tentu saja, pria muda yang sedang dibicarakan itu tidak lain adalah Daffa.

Daffa adalah orang terakhir yang tiba di
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 86

    Erin masih berbincang dengan Alan ketika Daffa menghampiri mereka. Raut wajahnya terlihat masam, tapi ketika Erin menyadari bahwa Daffa sedang menghampirinya, senyuman muncul dengan cepat pada wajah Erin.“Tuan Halim!” panggil Erin dengan gembira tapi tetap sopan.“Kamu sudah sampai,” ucap Daffa seraya beranjak menghampirinya.Alan Purnama tidak bisa memercayai matanya. Erin terus bersikap acuh tak acuh padanya, berbicara padanya dengan muka masam. Namun, ketika dia melihat pengganggu ini, dia langsung tersenyum lebar. Itu adalah sebuah tamparan baginya dan wajahnya memerah karena amrah.“Siapa ini?” tanya Alan dengan angkuh setelah Erin selesai menyapa Daffa. Dia juga sangat jengkel pada saat itu. Walaupun dia memiliki status sebagai Direktur dari Dream Investment, Daffa benar-benar menjauhinya. Itu sangat memalukan bagi seseorang dengan statusnya.“Tuan Halim, ini adalah Direktur dari Grup Dream Investment, Alan Purnama.” Erin memperkenalkan Alan pada Daffa ketika dia mendengar

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 87

    Ketika suara itu menggema, aula itu langsung hening. Semua orang, termasuk Alan, langsung menghentikan diskusi mereka dan memusatkan perhatian mereka pada podium aula.Seorang pria paruh baya berdiri di atas podium aula itu. Meskipun rambutnya beruban, dia tinggi dan tampan bahkan di usia tuanya. Dia mengenakan setelan jas putih mewah dengan beberapa cincin mahal menghiasi jari-jarinya.Sekilas, dia tampak seperti pebisnis sukses lainnya. Namun, seraya dia berdiri di sana, tidak bisa dipungkiri bahwa dia memancarkan aura yang kuat.Alasannya sederhana. Orang itu tidak lain adalah Tara Wiguna, Kepala Grup Wiguna dan tuan rumah perkumpulan hari ini.Grup Wiguna merupakan grup yang sangat kaya dan berpengaruh di negara ini, yang cukup jelas karena dia mampu mengundang banyak pebisnis dan selebritas terkemuka di seluruh penjuru negara ke perkumpulan itu. Semua orang ingin memberikan kesan yang baik padanya, jadi tidak ada yang berani berbicara ketika mereka mendengar suaranya.Tara te

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 88

    Sisa waktu perkumpulan itu berlalu dengan lancar. Tidak ada konflik atau pertengkaran di antara para pebisnis di perkumpulan itu. Hanya dalam 30 menit setelah Tara Wiguna memperkenalkan Daffa kepada mereka semua, Erin menerima banyak kartu bisnis dari mereka.Sebagian besar dari mereka telah membuat janji temu dengan Erin dan akan segera mengunjungi perusahaan mereka untuk meneruskan pendaftaran mereka untuk dana investasi. Jika lulus seleksi, Erin berjanji pada mereka bahwa proyek mereka akan mendapatkan dana yang besar.Daffa bersyukur dia memutuskan untuk menghadiri perkumpulan itu. Keuntungan yang dia terima tidak sedikit dan kemampuan berjaring yang ditawarkan oleh perkumpulan itu tidak main-main. Dengan sebagian besar pebisnis di sana mendaftar untuk dana investasi, dia yakin akan menerima beberapa proyek yang menjanjikan. Proyek-proyek yang menjanjikan itu akan meningkatkan kesempatannya untuk menghasilkan keuntungan sebesar 3,75 kuadriliun rupiah.Mengenai Alan Purnama, dia

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 89

    ”Semuanya, ini adalah pemimpin dari West Atlantics Int’l, Daffa Halim,” ungkap Zaki dengan penuh hormat.Ketika mereka mendengar perkataan Zaki, mata mereka membelalak dan mereka menatap Daffa dengan tidak percaya.Pemimpin dari perusahaan yang kaya itu adalah pria muda yang berumur awal 20-an ini?Itu benar-benar tidak bisa dipercaya.Sebelum menyetujui usulan Zaki, mereka melakukan riset intensif terhadap West Atlantics Int’l dan mereka tertegun oleh penemuan mereka.Mereka langsung menyadari potensi dari perusahaan itu. Jika mereka bergabung dalam tahap awal sekarang dan bekerja dengan keras, dalam dua atau tiga tahun ke depan, West Atlantics Int’l akan tumbuh menjadi raksasa bisnis. Pada saat itu, status mereka di perusahaan itu pasti akan sangat tinggi.Mereka juga mencari tahu mengenai pemimpin perusahaannya, tapi tidak bisa menemukan foto apa pun atau informasi yang jelas mengenainya.Itu meningkatkan rasa penasaran mereka pada perusahaan tersebut, karena tidak semua oran

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 90

    Perjalanan kembali ke Dragon Estate berlalu dengan lancar. Sekarang karena masalah utama West Atlantics Int’l telah ditangani, dia tidak perlu terlalu mengkhawatirkannya lagi. Dengan seseorang berpengalaman seperti Zaki di perusahaan itu, Daffa bisa beristirahat dengan tenang.Ketika dia tiba di griya tawangnya di Dragon Lord’s Imperial Residence, dia sedikit lelah yang merupakan hal yang normal karena jarak dari kantor pusat West Atlantics Int’l sampai griya tawangnya sangat jauh.Dia mandi dengan santai dan lama lalu makan malam sampai kenyang. Ketika dia selesai, dia mengenakan jubah mandi hitamnya dan berbaring di ranjangnya yang besar.Diam saja, dia meraih ponselnya dan mulai membuka beberapa aplikasi media sosial di ponselnya.Seperti itulah satu jam berlalu, dengan Daffa melihat-lihat aplikasi media sosial dengan malas. Dia mengingat bahwa sudah lama sekali sejak dia terakhir memasuki akun Groove-nya, sehingga dia membukanya.Sebagai anggota yang telah menghabiskan 75 mili

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 91

    Puspa Sanjaya merupakan wanita tercantik peringkat ketiga di seluruh Universitas Praharsa. Seperti sebutannya, dia sangat cantik dan Daffa sebelumnya pernah beberapa kali berinteraksi dengan Puspa.Pertemuan pertamanya adalah ketika dia sedang makan di restoran. Dia bertabrakan dengannya secara tidak sengaja dan menumpahkan air ke bajunya. Ingin meminta maaf, dia mengelap air di bajunya dengan tangannya, tapi yang dia terima adalah dua tamparan menyakitkan dari Puspa. Dia juga dilabeli bajingan mesum olehnya.Dia tentunya memberikan kesan yang sangat buruk padanya hari itu.Pertemuan kedua mereka adalah saat pesta amal. Dia dan Puspa sama-sama mengincar anggur berumur 150 tahun yang sedang dilelang di pesta amal itu. Mereka berdua berperang melakukan penawaran untuk itu dan pada akhirnya Daffa-lah yang memenangkan pertarungan itu dan anggur itu dilelang seharga 60 miliar rupiah.Ini kian memperburuk hubungan di antara dia dan wanita tercantik peringkat ketiga di Universitas Prahars

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 92

    Keesokan paginya, Daffa terbangun lebih siang daripada biasanya. Itu tidak mengherankan karena dia tidur sangat larut malam itu.Dia memulai rutinitas paginya segera setelah dia terbangun. Dia berlatih teknik meditasi dari buku usang yang diberikan kakeknya sebelum berlatih bela diri.Ketika dia menyelesaikan rutinitas paginya, dia mandi dengan cepat untuk menyegarkan dirinya. Setelah mandi, dia meminta seorang pelayan untuk mengirimkan makanan ke ruangannya. Dia hampir menghabiskan sarapannya ketika ponselnya berdering.Dia memeriksa nama peneleponnya dan mendapati bahwa itu adalah Bram. Dia mengangkat telepon itu dan menyalakan pengeras suara ponselnya.“Halo, Tuan Muda Halim,” sapa Bram saat telepon itu terhubung.“Halo, Bram.” jawab Daffa.“Saya sudah selesai memeriksa mendalam mengenai Grup Ganendra. Saya juga telah menambahkan penyebab konflik antara Korporasi Sanjaya dan Grup Ganendra ke dalam laporannya,” kata Bram.“Baiklah. Terima kasih banyak atas bantuanmu, Bram,” ka

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 93

    ”Berhenti berteriak pada satu sama lain,” kata suara yang lemah.Ketika anggota keluarga Sanjaya mendengar suara itu, mereka langsung berhenti berteriak pada satu sama lain dan menoleh ke arah sumber suara itu.“Kakek!” teriak Liam, Farel, dan anggota keluarga Sanjaya lainnya bersamaan.Beberapa detik kemudian, seorang pria tua bisa terlihat menuruni anak tangga vila itu. Dia ditemani oleh seorang pria yang tampaknya berumur awal 70-an. Semua orang yang hadir mengenal pria itu. Dia adalah pelayan dan asisten kakeknya yang paling dipercaya.Farel bergegas menyiapkan sofa untuk diduduki kakeknya. Ketika kakeknya duduk dengan nyaman, pelayan itu mengosongkan botol air ke gelas, lalu menyerahkannya untuk diminum kakek mereka.Kakeknya menghabiskan isi gelas itu sebelum meletakkan gelas itu di atas meja.“Aku mendengar situasi genting yang sedang dihadapi Korporasi Sanjaya,” kata kakek mereka, Evan.Ketika orang-orang yang hadir mendengar perkataan kakeknya, mereka langsung memelotot

Latest chapter

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 586

    Saat kening Umar basah oleh keringat, dia mendengar tawa yang familier dari lorong. Seketika, dia memasang seringai sombong dan berkata, “Hah! Terima itu, Daffa! Apakah kamu akhirnya menyadari betapa bodohnya kamu? Apakah kamu tahu siapa orang yang tertawa di luar kamar hotelmu?Tatapan angkuhnya mendarat di Daffa selama waktu yang singkat sebelum menghilang sepenuhnya. Tidak lama, dia mengerutkan bibirnya ketakutan ketika dia mendengar jawaban Daffa.“Bosmu. Omong-omong, untunglah kamu senang bertemu dengannya. Kuharap kamu bisa terus bahagia seperti ini.” Dengan begitu, Daffa mengalihkan tatapannya yang tegas ke arah pintu.Demikian pula, Umar terbaring di lantai dan menatap pintu dengan tidak sabar sambil menggumam pelan, “Tunggu saja, Daffa! Kematian akan mendatangimu sebentar lagi!”Tatapan Daffa tiba-tiba melesat ke arah Umar. Meskipun Daffa tidak mengatakan atau melakukan apa-apa, tatapannya sudah cukup untuk membuat rambut di punggung Umar berdiri tegak.Takut, Umar menutu

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 585

    Dengan pandangan yang gemetar karena rasa takut, Umar berseru, “Sebaiknya kamu pikirkan dengan baik-baik sebelum melakukan apa yang akan kamu lakukan, Daffa Halim! Pikirkan tentang apakah kamu bisa menanggung konsekuensinya!”Daffa menaikkan sebelah alisnya sambil memamerkan giginya yang putih. “Sejujurnya, perkataanmu membuatku terhibur.”Dia lalu mengeluarkan tangannya untuk mencengkeram kerah baju Umar. Akan tetapi, kali ini, dia menarik Umar keluar dari lekukan di tembok dan melempar Umar ke ruang di belakangnya. Hanya permusuhan yang terlihat di matanya yang berbinar pada saat itu. Hal itu terus bertahan hingga Umar mendarat di tanah dengan suara dentuman yang keras.Satu-satunya yang berbeda adalah kali ini Umar tidak berteriak kesakitan. Dia terus terdiam setelah dia terbanting ke lantai.Daffa berputar badan, hidungnya berkerut menjadi cibiran kepada Umar sambil dia berbicara dengan santai, “Oh? Aku terkesan. Kamu masih hidup.”Di lantai, Umar berusaha sebisa mungkin untuk

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 584

    Daffa menahan napasnya ketika dia melihat kondisi Danar. Mungkin dia keliru sedari awal. Dia seharusnya tidak pernah membiarkan Umar membawa Danar ke sel tahanan. Mungkin dengan begitu, Danar tidak akan terluka separah ini.Tenggelam dalam rasa bersalah, Daffa membenci dirinya sendiri karena telah memercayai Umar dan tidak melakukan apa-apa terhadap kekerasan Umar terhadap Danar. Semua itu memicu kemarahan yang lain dalam diri Daffa.Maka, ketika Umar menunjuk ke arah Erin dengan tidak sopan, Daffa tidak ragu-ragu untuk menembakkan kekuatan jiwanya ke arah Umar. Meskipun demikian, dia tidak mengerahkan banyak kekuatan jiwa karena dia tidak ingin memberikan Umar kematian secepat itu.Umar tidak yakin tentang apa yang telah terjadi, tapi dia merasakan angin kencang mengenai tubuhnya, membuatnya memuntahkan darah. Pada saat yang sama, benturan itu membuat tubuhnya melayang jauh.Dia bisa merasakan angin itu bertiup mengenai kulitnya dengan sangat kasar hingga angin itu menyayat seluru

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 583

    Daffa bersandar ke kursi sambil mengetukkan buku-buku jarinya ke meja. Dia sedang larut dalam pikirannya, bertanya-tanya apakah ada hal lain yang perlu dia urus setelah kembali ke Kota Aswar.Namun, pikiran itu tidak lama berhenti ketika Erin kembali ke ruangan dengan dua sosok di belakangnya. Daffa sudah tahu dari langkah kaki kedua orang itu bahwa yang pertama adalah pria yang datang menghampiri dengan tenang dan yang kedua adalah seseorang yang ragu-ragu. Mengernyit, Daffa seketika berdiri.Seperti Daffa, raut wajah Shelvin langsung menjadi dingin saat dia melihat ke arah pintu dan bertanya dengan suara rendah, “Apa yang terjadi, Tuan?”Daffa memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Dia lalu berjalan ke arah pintu, wajahnya berubah menjadi dingin yang mematikan saat dia berbicara. “Selama ketidakhadiranmu, aku mendapatkan bawahan baru bernama Danar. Namun, dia melakukan banyak hal-hal keji atas nama Keluarga Bakti dulu. Dia ditahan oleh polisi, tapi seorang petugas polisi bernam

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 582

    Shelvin dengan terus terang mengungkap, “Aku menemukan ingatan Yarlin tentang tempat latihan dengan praktik-praktik kejam. Pasukan negara-negara Timur telah melarang kelompok yang memulai tempat latihan itu. Kelompok itu ingin mencapai keabadian, jadi mereka mencoba menyerap jiwa-jiwa orang lain untuk memperpanjang hidup mereka. Semua usaha mereka yang besar untuk mengembangkan obat? Itu semua demi alasan yang tidak masuk akal ini. Mereka melakukan banyak hal-hal tidak etis dan ilegal, tapi di suatu titik, mereka semua terekspos. Banyak orang marah pada mereka meskipun mereka memiliki banyak kedudukan sosial dan kekuatan yang sangat besar. Kelompok itu tidak bisa bertahan melawan reaksi orang-orang, jadi eksperimen mereka gagal. Kelompok itu mendapatkan hukuman mati, tapi mereka licik dan berbicara manis pada pasukan di negara itu untuk membebaskan mereka. Pada akhirnya, mereka hanya dideportasi. Karena ini terjadi lama sekali ketika orang-orang tidak menyimpan catatan tertulis, pasuka

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 581

    Tatapan Shelvin menyapu melewati Erin sebelum mendarat pada Daffa saat dia berkata, “Hanya saja, aku merasakan abnormalitas pada nona itu ketika dia tiba sebelumnya. Karena itu, aku menelusuri kembali ingatanku dan ingatan Yarlin untuk membandingkannya.”Alis Erin menyatu menjadi kerutan dalam, tapi dia menahan dirinya untuk tidak berkomentar karena dia tahu Daffa sedang fokus sepenuhnya pada percakapan itu.Meskipun Shelvin melihat sikap kedua orang itu yang berbeda, Shelvin melanjutkan, “Aku menemukan bahwa orang-orang mengerikan dari Timur itu—orang-orang busuk yang menyerang Yarlin—telah mengembangkan obat ini sejak bertahun-tahun yang lalu.”Daffa mengangguk. “Iya, aku tahu itu.”Dengan raut wajah yang berubah menjadi ekspresi yang rumit tapi sedikit senang, Shelvin menjawab, “Iya, tapi yang ingin kuberi tahu padamu adalah bahwa orang-orang itu belum berhasil.”“Itu mungkin saja,” kata Daffa dan dia mengangguk setelah jeda yang panjang. Dia berpikir meskipun tokoh-tokoh menge

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 580

    Meskipun hal itu mustahil, Erin melakukannya.Tatapan Daffa menajam pada Erin. Daffa tahu kecerobohannya telah membuat Erin berada dalam kondisinya saat ini dan Daffa menyalahkan dirinya sendiri karena hal itu. Mata menyipit dengan penuh tekad, Daffa menembakkan kekuatan jiwanya ke depan.Pada saat itu, kekuatan jiwa abu-abu Erin sudah setengah jalan keluar dari tubuhnya, tapi memberontak sekeras mungkin untuk tetap berada di dalam tubuh Erin.Daffa tidak pernah melihat situasi seperti itu sebelumnya, jadi dia menatap ke bawah ke lengannya dan memanggil, “P ….”Seperti jarum jam, Teivel muncul sebelum Daffa bisa selesai mengatakan “Pak.” Teivel melirik gas itu sambil tersenyum. Sosoknya kemudian berpindah ke belakang Daffa untuk berkata, “Itu hanyalah seberkas kekuatan jiwa biasa. Satu-satunya alasan ia menahan seranganmu adalah karena pemiliknya menggabungkan darahnya ke dalamnya.”Serentak, dia melambaikan lengannya ke meja di depan, membuat gelas Daffa di atas meja melayang di

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 579

    Alicia mengangguk dengan muram—itu adalah metode yang dia pelajari dari Daffa. Tampaknya semua orang akan takut pada Alicia jika dia menunjukkan ekspresi ini. Dia kemudian berbalik untuk pergi tanpa mengatakan apa-apa lagi.Erin membeku di tempatnya dalam waktu yang lama. Di suatu titik, dia mendengus, merasa kehabisan kata-kata dan marah terhadap tingkah laku Alicia. Meskipun demikian, Erin berbalik dan langsung berjalan pergi, setiap langkahnya kian berat.Ketika Erin tiba di tangga lantai kedua dan berjalan melewati ruangan Briana, dia mendengar seseorang berkata, “Erin? Apakah itu kamu?”Berhenti mendadak, Erin menipiskan bibirnya dengan rasa bersalah. Dia telah melupakan satu hal penting—seperti Briana, Daffa adalah ahli bela diri terbangkit. Maka, Daffa bisa mendengar segala hal di dalam hotel.“Iya, ini aku. Apakah ada masalah?” Erin berjalan dengan lebih ringan dan berbicara dengan lebih lembut dibandingkan sebelumnya ketika berjalan memasuki ruangan Briana.“Tidak.” Brian

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 578

    Daffa menatap ponselnya dengan datar. Tidak ada yang bisa mengetahui apa yang sedang dia pikirkan, bahkan Alicia yang telah menguping panggilan telepon itu dari awal sekalipun.Keheningan selama beberapa saat berlalu sebelum Alicia mengumpulkan keberanian untuk menghampiri sisi Daffa. Dia menjaga jarak sejauh dua langkah dari Daffa sambil berbicara, “Tuan, bukankah sebaiknya kita pergi dan selamatkan Kate? Lagi pula, dia belum melakukan kesalahan apa pun selama ini.”Meskipun Daffa menoleh untuk bertatapan dengan Alicia, butuh beberapa saat sebelum Daffa menghela napas dan menjawab, “Benar, dia tidak bersalah. Namun, orang yang terbaik untuk menangani hal ini bukan kita.”Daffa berbicara tanpa perasaan, seperti bagaimana dia menatap Alicia.Suara itu tidak hangat sama sekali hingga tubuh Alicia secara naluriah gemetar. Alicia tidak lagi berani bertatapan dengan Daffa pada saat itu.Menghela napas, Daffa bertanya, “Apakah kamu sadar yang kamu lakukan sekarang sama seperti apa yang

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status