Jantung Daffa berdegup makin kencang ketika dia mendengar pernyataan pria itu. Pada saat itu, dia tahu bahwa pria itu hanya memiliki niat jahat terhadapnya.Dia menginginkan nyawanya?Itu membuat Daffa dilema. Dari aura yang dipancarkannya, Daffa tahu bahwa dia bukan tandingannya. Namun, ada sesuatu yang membuatnya bingung.“Kenapa kamu ingin membunuhku?” tanya Daffa.Dia tidak pernah melakukan kejahatan apa pun sampai seseorang akan ingin merebut nyawanya dan muncul di hadapannya tiba-tiba. Dia tidak pernah menonjolkan dirinya sejak dia menjadi kaya, jadi dia benar-benar kebingungan karena kemunculan pria itu.“Bukan kenapa-kenapa. Aku hanya mendapatkan pekerjaan untuk membunuhmu. Sesederhana itu,” jawab pria itu.“Siapa yang mengirimmu?” tanya Daffa lagi. Dia sangat penasaran mengenai hal itu.“Aku tidak bisa menjawab itu karena itu akan melanggar peraturanku untuk tidak membocorkan siapa yang mempekerjakanku,” ujar pria itu. “Kamu tidak perlu mengkhawatirkan hal itu. Lagi pul
[Rumah Besar Halim]Jauhar Halim, kakek Daffa dan mantan Kepala Konsorsium Halim sedang membaca-baca beberapa dokumen di ruang kerjanya. Dokumen itu berisikan laporan mengenai kinerja Daffa sebagai Kepala Konsorsium Halim yang baru.Sejak dia menyerahkan kepemimpinan Konsorsium Halim kepada Daffa, hidupnya cukup membosankan. Selain laporan sesekali mengenai kondisi perusahaan-perusahaannya, dia benar-benar memisahkan dirinya dari urusan perusahaan.Dia tidak akan terus meminta laporan mengenai kondisi perusahaan-perusahaannya, tapi dia perlu mengetahuinya karena Daffa masih seorang mahasiswa dan masih baru dalam dunia bisnis. Karena itu, dia merasa lega ketika dia membaca laporannya dan melihat bahwa Daffa melakukan tugasnya dengan baik. Malah, ada peningkatan pada saham perusahaannya.Jauhar menghela nafas. Dia memang lega, itu menunjukkan bahwa cucunya sama cerdasnya seperti anggota keluarga Halim lainnya dalam urusan bisnis. Dia menghela nafas lagi. Dia sekarang sudah mulai menu
Raut wajah Jauhar, Bram, dan Erin terlihat terkejut ketika mereka memasuki ruangan itu dan melihat Daffa yang terbaring di ranjang rumah sakit. Jauhar terutama terlihat paling terkejut di antara mereka bertiga.“Seberapa parah lukanya?” tanya Jauhar dengan tenggorokan yang tercekat.Dokter itu menatapnya dan menghela nafas sebelum menjawab dengan sikap yang profesional.“Tulang rusuknya patah, tangan kanan dan kirinya patah, kaki kirinya lumpuh sementara setelah ditembak dengan peluru beracun dan terancam akan lumpuh secara permanen, dan pergelangan kaki kanannya juga patah.”Jauhar menatap matanya beberapa saat setelah mendengar jawaban Dokter. Setelah hening selama satu menit, dia bertanya pada Dokter.“Seberapa besar kemungkinan dia selamat dari cobaan ini?”“Sepuluh persen,” jawab dokter itu.Jauhar menutup matanya lagi. Itu lebih buruk dari yang dia kira. Kemungkinan sebesar 10% berarti dia hanya memiliki sepersepuluh kemungkinan untuk selamat.Tempat itu hening selama beb
Luka-luka pada tubuh Daffa mulai memulih dengan kecepatan yang terlihat oleh mata telanjang. Dia tidak ragu bahwa cairan emas itu akan menyembuhkan Daffa sepenuhnya. Namun, walaupun dia memercayai ramuan itu, dia tetap mengkhawatirkan cucunya.Proses penyembuhan itu berlangsung selama lebih dari lima menit karena keparahan luka yang dialami oleh Daffa, dengan Jauhar yang terus memperhatikan Daffa selama proses penyembuhan itu berlangsung. Selama proses pemulihan itu berlangsung, nanah hitam yang bau terus keluar dari kulit Daffa. Jauhar dengan cepat memanggil para pelayan.Nanah hitam itu bukanlah satu-satunya hal yang keluar dari tubuh Daffa. Rambutnya juga rontok dan rambut yang baru terlihat tumbuh dari kepalanya yang botak. Dia terus bergerak-gerak di ranjangnya dan melihatnya sekilas pun sudah jelas bahwa dia sangat kesakitan.Para pelayan langsung melakukan tugasnya ketika mereka tiba. Mereka melepaskan bajunya dengan rapi dan menyeka nanah hitam dari kulitnya sebelum menggant
Daffa menoleh pada kakeknya dengan tatapan terkejut.Kakeknya tahu siapa pelakunya?“Kakek tahu siapa pelakunya?” tanya Daffa.“Iya,” jawab kakek Daffa.“Berani sekali,” ejek kakek Daffa. “Mereka beraninya melukaimu, benar-benar mengabaikan identitasmu sebagai anggota keluarga Halim.”“Apakah mereka tidak takut pada keluarga Halim lagi?” tanya kakek Daffa dengan nada yang dingin.Daffa menatap kakeknya dan merasa kulitnya bergidik. Tatapan pada wajah kakeknya terlihat seperti seseorang yang sudah bertanggung jawab atas perusahaan yang berada di tingkat teratas dari rantai makanan selama lebih dari 40 tahun. Daffa masih seorang mahasiswa yang belum lulus dari universitasnya, jadi normal saja auranya tidak sebanding dengan kakeknya yang merupakan veteran berpengalaman.Namun, itu tidak menghentikan Daffa dari bertanya pada kakeknya siapa pelakunya. Dia sangat penasaran siapa yang mengirimkan seorang pembunuh bayaran untuk membunuhnya. Dia tidak menyinggung siapa pun akhir-akhir in
Lintang tersentak ketakutan ketika dia mendengar pertanyaan penelepon itu. Untuk identitas peneleponnya dan kenapa dia bisa membuat Lintang tersentak ketakutan, jawabannya sudah cukup jelas.Penelepon itu tidak lain adalah Kepala Grup Erihal saat itu dan ayahnya Lintang, Ian Erihal!“Apakah kamu tuli?!” teriak Ian dengan mengamuk dari ujung telepon.“T…Tidak, Tuan!” Lintang tergagap ketakutan.“Aku bertanya padamu! Jawab aku!” Ian mengamuk.Lintang tersentak ketakutan lagi, tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Dia tidak berani menjawab pertanyaan ayahnya itu. Dia tidak mungkin akan memberi tahu ayahnya bahwa dia menggunakan pengawal pribadinya untuk menghabisi seseorang yang bukan siapa-siapa. Bukan karena dia melukai Daffa dengan parah, tapi karena dia mempergunakan pengawal spesial ayahnya bahkan setelah peringatan keras yang ayahnya berikan padanya.Ian menghela nafas frustrasi di ujung telepon. Setelah 30 detik berlalu, Ian akhirnya memecah keheningan.“Tampaknya kamu menolak
[Rumah Besar Halim]Tiga hari belakangan berjalan dengan lancar bagi Daffa. Sementara Grup Erihal sedang berjuang melawan kebangkrutan karena hasil dari penyerangan Jauhar Halim, dia sedang memulihkan dirinya dengan damai dari luka-lukanya.Dia terbangun di pagi hari seperti biasa dan masih dipenuhi oleh energi. Dia menuruti perkataan kakeknya dan melatih teknik pernafasan dari buku yang diberikan oleh kakeknya sebelum berlatih rutinitas bela dirinya.Selama berlatih beberapa hari belakangan, dia menyadari bahwa gerakan-gerakannya terasa lebih mudah dilakukan dibandingkan sebelumnya. Pergerakannya yang dulu kaku sekarang menjadi seluwes air. Tidak hanya itu, waktu yang dibutuhkan untuk melakukan semua rutinitasnya terpotong lebih dari setengahnya!Dia juga menyadari bahwa kekuatan tendangan dan pukulannya meningkat dan dia bisa berpikir dengan lebih cepat daripada biasanya. Tanpa sepengetahuan Daffa, ramuan emas yang diberikan kakeknya untuk menyembuhkannya tidak hanya meningkatkan
Tiga Rolls-Royce yang indah melaju ke gedung kuliah mereka. Semua orang yang ada di sana terlihat terkejut ketika mereka melihat barisan mobil Rolls-Royce putih yang mahal itu.Rolls-Royce itu berhenti dan tiga pengawal menakutkan yang mengenakan setelan jas hitam turun dari mobil. Aura menakutkan dari tiga pengawal itu membuat para mahasiswa ketakutan. Mereka langsung tahu bahwa tiga pengawal itu memiliki keterampilan tempur yang sangat baik. Kehebohan seperti itu membuat mereka semua bertanya-tanya siapa sosok yang ada di mobil yang kedua.Seorang pengawal membuka pintu Rolls-Royce itu dan ketika orang di dalamnya turun, para mahasiswa tampak tidak memercayai apa yang mereka lihat.Orang itu tidak lain adalah Daffa Halim!Semua orang di sana tahu siapa Daffa Halim. Setelah mendonasikan 61,5 miliar rupiah di penggalangan dana dan mengalahkan penawaran Puspa Sanjaya, mereka tahu bahwa dia sudah tidak lagi miskin seperti sebelumnya dan namanya tersebar di seluruh universitas, tapi m
Itulah kenapa dia ada di sini. Ini adalah satu-satunya kesempatan dia. Dia awalnya merupakan pria terkaya di Kota Almiron, tapi Daffa dengan mudah merenggut semua itu darinya. Ini berarti tidak ada keluarga kaya lain di Kota Almiron yang bisa membantunya karena mereka tidak akan mampu melawan Daffa.Rafael telah mencoba memilih antara mengulang dari awal di tempat baru sebelum kembali untuk balas dendam dan melepaskannya. Meskipun dia baru saja mendengar tentang Keluarga Halim dan tidak tahu banyak mengenai mereka, dia sangat paham bahwa mereka cukup kaya dan berpengaruh untuk memiliki mata dan telinga di banyak kota yang berbeda. Ini berarti Keluarga Halim jauh lebih mengerikan dari yang dia bayangkan.Pada saat ini, Daffa terduduk di ruang kerjanya seraya dia memikirkan mengenai perusahaan ayah kepala penjaga keamanan itu. Kepala penjaga keamanan itu telah meninggalkan ruangan, tapi dia tiba-tiba kembali. Dia bergegas memasuki ruangan dan dengan cepat menutup pintu. Tindakannya yan
“Dia juga memiliki banyak pemikiran yang tidak dapat diterima secara sosial. Awalnya, situasinya tidak berjalan dengan baik baginya karena tindakannya membuat orang-orang takut padanya. Seraya waktu berlalu, orang-orang mulai lupa dan di bawah pengawasan ayahku, dia makin menjadi seperti manusia normal—manusia yang pintar membuat orang lain bahagia.” Penjaga keamanan itu menatap Daffa dengan serius.“Kamu harus memercayai aku. Aku sudah memberi tahu banyak sekali orang mengenai hal ini, tapi tidak ada yang memercayaiku. Aku mengatakan kebenarannya!” Suaranya gemetar karena gelisah.Daffa mengangguk dan menepuk bahunya. “Tenanglah. Aku mengenal Felix. Dia meninggal setelah melompat dari jendela ruanganku. Hal itu sudah tersebar di internet dan pihak berwajib telah menginterogasiku mengenai hal itu. Dia sudah mati, jadi tidak ada yang perlu kamu khawatirkan.”Penjaga keamanan itu menundukkan kepalanya, tidak ingin Daffa melihat betapa emosinya tidak terkendali. Daffa menatapnya dan me
Dia menjadi tenang dan otaknya mulai bekerja lagi. Dia tidak tahu apakah Daffa sedang mengatakan yang sebenarnya karena ekspresi wajahnya yang sangat datar. Itu berbeda sekali dengan deskripsi yang ada di buku psikologi mengenai ekspresi seseorang yang bersemangat.Sebagai seorang aktor, kepala penjaga keamanan itu pernah mengambil kelas psikologi untuk memerankan karakternya dengan lebih realistis. Dengan begitu, dia percaya buku itu benar. Dia memandang Daffa dan mencoba membacanya.Daffa tahu apa yang sedang dilakukan oleh pria itu, tapi dia tidak merespons. Setelah keheningan selama beberapa detik, dia berkata, “Aku ingin tahu alasan ketidakhadiranmu. Firasatku memberitahuku alasannya sama dengan kenapa kamu menjadi penjaga keamanan di sini. Pada akhirnya, aku akan berurusan dengan orang-orang ini, jadi tidak ada gunanya kamu menyembunyikan kenyataannya. Jika kamu ingin terus menjadi orang sukses dengan karier yang sukses, orang-orang ini hanya akan menjadi penghambat bagimu—sepe
Daffa tahu kepala penjaga keamanan itu murka karena prasangka mahasiswa lainnya dan dia dapat meledak kapan pun. Senyuman geli melengkung di wajah Daffa seraya dia menggelengkan kepalanya dan berkata, “Itu karena aku saat itu belum mengetahui bahwa aku adalah pewaris keluarga kaya. Kemiskinan yang pernah kualami itu sangat nyata—begitu parah hingga aku tidak berani makan sampai aku merasa kenyang setiap kali aku makan, takut aku akan kehabisan uang.”Dia berbicara dengan sangat tenang, tapi perkataannya menyentuh penjaga keamanan itu yang matanya memerah. Maka dari itu, Daffa tersenyum tidak berdaya, meluruskan punggungnya, dan berjalan menghampiri kepala penjaga keamanan itu. Dia lalu meremas bahu pria itu untuk menenangkannya.“Kamu tidak perlu merasa emosional untukku karena aku tidak merasa hal-hal yang telah kulakukan di masa lalu patut untuk ditangisi,” katanya sambil tersenyum cerah.Hal itu hanya membuat penjaga keamanan itu makin merasa kasihan pada Daffa. Namun, dia tidak
“Kalau begitu, sesuai keinginanmu. Aku akan mengumpulkan dewan direksi lainnya untuk memulai rapatnya. Aku sudah memberi tahu mereka sebelumnya melalui laptopku, tapi mereka mengabaikan aku—mereka tidak pernah menganggapku serius. Ada juga manajer bisnis menyusahkan yang sebelumnya kurekrut. Walaupun aku tidak mau mengakuinya, tapi aku tidak bisa menyangkal kurangnya kemampuanku untuk mengatur saluran televisi ini. Demikian pula, ketidakpedulianku membuat para karyawan melakukan hal-hal buruk sesuka hati mereka.”Kemudian, dia berjalan pergi dengan kepala yang tertunduk. Kekecewaan membebani pundaknya karena dia pernah menghabiskan begitu banyak energi untuk menjalankan FT TV. Akan tetapi, akhir-akhir ini, yang bisa dia lakukan hanyalah duduk di pintu utama perusahaan dan menyaring tamu mana saja yang datang dengan niat buruk. Yang memperburuk semuanya, dia sekarang tidak memiliki pilihan selain menyerahkan FT TV pada Daffa.Masih duduk di kursi, Daffa tahu setiap kata yang dikatakan
Daffa maju satu langkah, berbalik untuk menghadap ke depan, dan memasuki ruang rapat itu.Penjaga keamanan itu membeku dengan tatapan kosong. Butuh waktu yang lama baginya sebelum tersadar kembali, bergegas menyusul Daffa sementara matanya bergerak-gerak ke sana kemari di tempat itu.Kemudian, dia tersenyum dengan hangat pada Daffa dan berkata, “Sebelum kita menugaskan penerus baru FT TV, aku akan melayanimu dengan sebaik mungkin. Seperti itulah kurang lebih situasinya nanti. Dalam keadaan apa pun, aku akan sangat senang melayanimu.”Kerutan muncul di wajah Daffa sesaat, tapi dia tidak mengatakan apa-apa karena dia tahu kepala penjaga keamanan di sampingnya sedang mengatakan kebenarannya. Itu adalah pemikiran sesungguhnya penjaga keamanan itu.Namun, Daffa tidak memerlukan itu. Dia hanya ingin mengumpulkan para petinggi perusahaan saluran televisi itu di ruang rapat saat itu juga. Barulah saat itu dia bisa tenang dan melakukan apa yang dia inginkan. Meskipun dia merasa cemas, dia t
Daffa menaikkan sebelah alisnya, mengenali kepala penjaga keamanan itu karena mereka sebelumnya menaiki lift bersama. Dia dengan tenang berkomentar, “Kamu terlihat lebih baik mengenakan setelan jas ini daripada seragam penjaga keamanan sebelumnya.”Reaksi Daffa anehnya sangat tenang meskipun dia melihat kepala penjaga keamanan, yang seharusnya hanya menghasilkan 37,5 juta rupiah per bulannya, berganti pakaian dengan setelan jas mahal.Perubahan itu menandakan bahwa penjaga keamanan itu, pada kenyataannya, merupakan seseorang berstatus tinggi dan bertanggung jawab mendistribusikan gaji para karyawan lainnya.Karena Daffa tenang, kepala penjaga keamanan itu tidak bisa menahan emosinya. Alisnya menaik sangat tinggi terkejut seraya tersenyum pada Daffa. “Kamu tidak terlihat terkejut oleh identitasku yang sebenarnya. Apakah kamu sudah mengetahuinya lebih dulu?”Setelah mendengar hal itu, Daffa, yang hendak melangkah maju, berhenti melangkah. Ambang pintu lift adalah satu-satunya hal yan
“Ada juga pria di pintu masuk utama perusahaan yang mengawasi semua anggota keamanan!” Berpikir begitu, semua rambut di punggung direktur itu menegak.Berdiri di hadapan si direktur, Daffa menaikkan sebelah alisnya dan berkata, “Itu reaksi yang aneh. Kamu terlihat ketakutan, tapi aku tidak tahu kenapa. Apakah aku perlu mengingatkanmu bahwa kamu memintaku untuk datang kemari? Kukira kamu setidaknya akan siap secara mental untuk menghadapi konsekuensinya setelah aku tiba.”Mulut direktur itu menganga sangat lama. Di suatu titik, direktur itu kembali tersadar dan memohon, “M … Maafkan aku! Aku sangat bersedia untuk menyampaikan permintaan kepada para atasanku. Aku bersumpah aku sangat bersedia, tapi aku tidak bisa melakukannya karena aku mungkin akan kehilangan pekerjaanku. Lagi pula, perusahaan ini tidak dimiliki oleh satu orang saja dan kami juga merupakan saluran televisi ….”Dia menelan ludah dan memandang lantai setelah mengatakannya. Roda gigi di dalam otaknya berputar kencang, m
“Jelas-jelas kamu adalah bocah tidak dikenal. Aku tidak tahu bagaimana kamu memenangkan hati keluarga kecilmu dan membuat mereka membelikanmu jam tangan mahal itu, tapi biar kuberi tahu ini. Jika aku adalah kamu, aku akan mengembalikan jam tangan itu atau setidaknya menghadiahkannya untuk orang lain untuk mendapatkan keuntungan untuk keluargaku!” perintahnya.“Apa yang baru saja kamu katakan sangat kontradiktif. Sebelumnya, kamu mengaku bahwa jam tanganku adalah tiruan. Namun, sekarang kamu mengatakan bahwa keluargaku menghadiahiku jam tangan yang asli.” Daffa menaikkan sebelah alisnya. Dia berbicara dengan begitu tenang sehingga semua orang bisa mendengar ancaman terselubung di balik suaranya.Tidak perlu menjadi genius untuk mengetahui bahwa suasana hati Daffa sedang buruk saat itu. Menghela napas, Daffa mengepalkan tangannya dan meretakkan buku-buku jarinya lagi. Namun, kali ini, dia melanjutkannya dengan membungkuk, mengulurkan tangannya, dan mengangkat direktur yang sangat gemuk