Daffa terus tersenyum ketika berbicara, tapi entah kenapa, itu membuat semua orang bergidik. Meskipun demikian, Daffa tidak memperbolehkan siapa pun untuk menyuarakan pendapat mereka. Sambil mengangkat bahu, dia menambahkan, “Kalian akan mati dengan cara yang paling mengenaskan jika kalian menjadi musuhku. Ketika itu terjadi, meskipun aku sangat tidak menginginkan hal itu, aku tidak memiliki pilihan lain selain menghabisi kalian.”Para pria itu ragu-ragu selama sesaat. Mereka menatap satu sama lain, menilai apa yang semua orang pikirkan sebelum memfokuskan kembali perhatian mereka kepada Daffa. Menelan ludah, salah satu dari mereka dengan berhati-hati memeriksa reaksi Daffa dengan mengatakan, “Apakah itu berarti kamu akan mengakhiri hidup kami sesuka hatimu, kapan saja di masa depan, selama kamu merasa itu beralasan?”Meskipun Daffa sudah membunuh seseorang dalam sekejap sebelumnya—belum lagi, pria itu mati dengan mengenaskan—kelima puluh orang yang tersisa itu masih mempertanyakan D
“Aku ingin Daffa mati dan dia mengetahuinya. Maka, tidak peduli apakah aku benar-benar melakukan sesuatu, Daffa akan melakukan segala hal yang dapat dia lakukan untuk membuat masalah denganku. Jika itu terjadi, aku akan mati, jadi lebih baik aku bertemu dengannya sekarang dan mengambil tindakan sendiri.”Berpikir begitu, Rafael mengepalkan tangannya erat-erat, memejamkan matanya, dan menenangkan napasnya yang berpacu.…Di hotel, reaksi Daffa berbeda. Dia benar-benar santai setelah menjawab pesan itu. Dia duduk di sofa, menyilangkan kakinya di atas kakinya yang lain, dan dengan santai menyesap kopinya. Melirik pintu kamar hotelnya, dia tahu ada empat orang yang sedang menunggu untuk menemuinya, jadi dia mengumumkan, “Masuklah.”Keempat orang itu pun berbaris dengan rapi di hadapannya dan Daffa menatap kedua orang yang berdiri di tengah. Yang satu adalah seniornya di kampus, sementara yang satu lagi adalah pengikut barunya dengan lengan yang bertato. Dia menatap orang kedua saat itu
“Kamu terlihat lemah. Kurasa sebaiknya kamu berbalik dan kabur sekarang. Kalau tidak, aku tidak bisa menjamin apakah kamu akan terluka atau tidak,” kata salah satu pria bertato dengan tangan yang diletakkan di pinggangnya. Dia dan rekan-rekannya menjulurkan dagu mereka dengan arogan pada Briana, mencibirnya seolah-olah Briana hanyalah sebuah hiburan.Namun, di lubuk hati mereka, mereka tidak sabar melihat apa yang dapat dilakukan seorang gadis lemah dalam sebuah pertarungan dan mengira Briana adalah lawan yang mudah untuk dikalahkan. Meskipun tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Briana, citra para pria itu terhadapnya lenyap dan wajah mereka berubah ketakutan.Itu karena Briana telah melakukan tindakan pertamanya, menyegarkan ingatan mereka tentang apa yang terjadi sebelumnya ketika Briana menghilang begitu saja dan muncul kembali untuk membunuh seseorang. Seperti sebelumnya, dia bergerak hampir 35 meter melintasi lobi sebelum para pria itu bisa berkedip.Selain itu, ta
Sambil mengatakannya, Tegar menatap Ansel dengan sengaja. Dia tidak menyangka Daffa akan mengangkat sebelah alisnya dan terkekeh mendengar perkataannya. Itu adalah pertama kalinya Daffa tertawa sejak Tegar mulai bekerja untuknya.Namun, melihat Daffa yang sungguh terhibur membuat Tegar lebih cemas. Dia bertanya-tanya apakah dia tidak sengaja mengatakan sesuatu yang salah. Menelan ludah, dia menjelaskan dengan suara kecil, “Saya rasa saya mungkin lebih kuat dari Ansel dalam hal kekuatan bertarung.”Tidak ada yang berubah dari wajah Daffa. Malah, senyumnya makin lebar seraya dia mengangguk mendengar perbandingan Tegar. “Itu mungkin benar. Mungkin kamu bisa bicara dari hati ke hati dengan Ansel saat kita turun dari mobil ini.”Saat itulah kepala Ansel menoleh ke samping seraya dia mengamati setiap bagian dari Tegar, menelitinya. Sebenarnya, Ansel memiliki keahlian bela diri, tapi dia selalu merasa kemampuan bela dirinya biasa-biasa saja.Namun, setelah melihat reaksi Daffa saat ini, A
Rafael mencondongkan badannya ke arah Daffa, matanya berbinar dengan antisipasi.Sayangnya, paruh kedua perkataan Daffa langsung mengecewakannya. “Aku telah memberimu banyak kesempatan, tapi kamu tidak memanfaatkannya. Bukan hanya itu, kamu membuang-buang pemakluman dan pengampunanku dengan menghubungi orang-orang yang dapat membunuhku ketika aku memberimu waktu untuk menyelidiki pasar.”Dia dengan pelan mengetuk meja dan menambahkan, “Satu-satunya alasan kamu memohon ampun padaku sekarang adalah karena tidak ada orang yang bersedia membantumu. Orang-orang itu sudah mati sekarang.”Rafael menatap Daffa dengan mata yang bergetar saat itu juga. Dia kira dia sudah menyembunyikan rencananya dengan baik, tapi sayangnya, Daffa sudah menyadari hal itu selama ini. Membuka bibirnya, dia ingin mengatakan sesuatu untuk menyelamatkan dirinya, tapi tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya.Kedua orang itu duduk dalam keheningan selama cukup lama. Hal itu terus berlanjut hingga Daffa
Daffa menatap Umar dengan terkejut. “Aku tidak menduga kamu akan membuka pintunya. Namun, jika aku adalah kamu, aku akan pergi ke tempat kejadian perkara untuk mengumpulkan bukti sebelum seseorang bisa menghancurkannya.”Dengan bibir yang berkedut, Umar merasa Daffa aneh dan bertanya-tanya apa yang sedang dia rencanakan. Umar selalu berpikir dia adalah orang yang pintar dan bisa membaca isi pikiran banyak kriminal. Namun, pada saat itu, dia menyadari bahwa dia telah menilai dirinya terlalu tinggi selama bertahun-tahun. Dia tidak bisa membaca isi pikiran Daffa.Namun, mungkin itu karena para kriminal yang telah Umar tangani sebelumnya memiliki pola pikir yang sederhana, sementara Daffa adalah orang pertama yang kompeten dan cerdas yang pernah Umar temui. Beberapa menit berlalu seraya dia larut dalam kebingungannya.Pada akhirnya, Daffa tidak tahan dengan keheningan itu lebih lama. Dia mengulurkan kakinya ke luar mobil, tapi dia tidak menggerakkan tubuh bagian atasnya. Kemudian, Daffa
Sebagai ahli bela diri terbangkit, Daffa bisa dengan mudah mendeteksi bahwa dia adalah alasan di balik kemarahan petugas tersebut. Tampaknya, situasinya berjalan seperti yang Daffa duga.Tangan petugas tersebut terkepal seraya dia memelototi Daffa dengan tatapan membunuh. “Dasar menjijikkan, bertingkah sok suci padahal kamulah pembunuh sebenarnya dalam situasi ini! Kematian pria miskin yang kekayaannya kamu curi itu adalah salahmu! Namun, itu tetap belum membuatmu puas. Kamu bahkan menyuruh bawahanmu untuk mengusik pelayan malang yang bekerja untuk mendiang Rafael! Lantas kenapa jika ada konflik di antara kamu dan Rafael dan Rafael tidak sepenuhnya tidak bersalah? Dalam hal ini, pelayan itu, bawahannya, tidak bersalah!”Daffa mengernyit, menghela napas dalam-dalam setelah mengetahui bahwa itulah kenapa petugas tersebut mencoba memukulnya tadi. Daffa mengumpulkan seluruh kesabarannya yang tersisa untuk bertanya, “Apakah kamu tidak mendengar apa kata petugas yang memimpin kasus ini? Ba
Si pengemudi menghela napas dalam-dalam, meletakkan tangannya di jantungnya dan menepuknya beberapa kali sebelum menyalakan mesinnya lagi.Namun, petugas yang pertama tidak berhenti di sana. Matanya menusuk si pengemudi saat dia menggeram, “Aku selalu mengagumimu karena kamu adalah seniorku dan kamu jauh lebih tua dariku. Namun, kamu telah mengecewakan aku. Aku yakin kamu hanya memberikan tersangka kita kelonggaran karena dia kaya dan berpengaruh. Apakah uang sepenting itu? Apakah suapan sederhana sudah cukup bagimu untuk mengorbankan keyakinanmu sebagai seorang polisi?”Dia menghela napas panjang, lalu menoleh ke arah Daffa untuk menatapnya dengan tajam. “Meskipun aku tidak tahu bagaimana kamu membuat rekanku kehilangan kesadarannya, aku senang kamu melakukannya karena kamu telah memperkuat statusmu sebagai seorang penjahat.”Daffa mengangguk sebelum mengangkat bahunya. “Kalau begitu, haruskah aku melakukannya padamu juga?”Mata petugas itu membelalak dan dia cepat-cepat meletakka
Daffa menggumamkan nama itu pada dirinya sendiri sebelum menatap pria itu lagi. “Kamu orang asing?”Yarlin mengedipkan mata untuk sesaat sebelum mengangguk. Menunjukkan senyuman getir sambil memerahkan matanya, dia menjelaskan, “Aku telah terjebak di sini begitu lama hingga aku tidak dapat mengingat banyak hal lagi.”“Terjebak?” Daffa mengangkat sebelah alisnya.Yarlin mengangguk, wajahnya makin tegang saat dia menoleh ke samping dan melambaikan tangannya, menghentikan semua kabut di sekitar tubuhnya.Kerutan terbentuk di wajah Daffa seketika.Ternyata, ada ruangan tersembunyi di belakang Yarlin selama ini. Daffa bisa melihat ruangan yang menyala dengan terang dan terdapat perabotan yang lengkap, tempat Yarlin tinggali selama ini, karena kabutnya telah terangkat.Itu langsung membuat alis Daffa menyempit menjadi berbentuk V. Tidak ada yang terdengar aneh dari penjelasan Yarlin, tapi dia tahu perabotan itu berasal dari era yang berbeda dan ada tanda-tanda keausan akibat penggunaan
Wajah Briana berkerut kebingungan ketika dia mendengar apa yang Daffa katakan. Namun, Daffa menggelengkan kepalanya dan tidak menjelaskan dirinya sendiri.Pria itu, yang diduga Shelvin, berdiri di hadapan mereka berdua sepanjang waktu. Pada saat itu, bibirnya melengkung saat dia mencibir, “Aku tidak percaya kamu bisa sekeji ini.”Itu langsung menarik perhatian Daffa.Setelah egonya terdongkrak, pria itu melanjutkan, “Apakah Shelvin pernah melihat sisi dirimu yang ini? Dia tampaknya tidak memiliki kesan negatif apa pun darimu—yah, setidaknya tidak ada dari yang bisa kuakses.”Tatapan mematikan datang dari Daffa ketika nama Shelvin disebutkan oleh pria di balik kabut hitam itu yang sekarang mengendalikan tubuh Shelvin.Namun, “Shelvin” yang ini tampaknya tidak keberatan dengan pelototan Daffa. Senyum pria itu makin lebar saat dia menambahkan, “Aku tidak menyangka kamu akan menjadi seperti ini, Daffa.”Briana awalnya mengerutkan bibirnya karena tidak nyaman. Namun, dia segera kehila
“Pasti membutuhkan banyak tekad bagi Briana untuk tidak membunuhmu dan bawahanmu. Pastikan untuk berterima kasih padanya nanti,” tambah Edward. Dia lalu menghampiri sisi Briana untuk berkata, “Tunggu di sini. Aku akan membantu Tuan Halim.”Edward hendak beranjak ke lantai atas ketika seseorang menarik lengan bajunya, menghentikannya. Dia berbalik sambil mengernyit karena dia bisa merasakan tatapan cemburu seseorang terpaku padanya. Begitu dia menghadap Briana lagi, Edward menaikkan sebelah alisnya seakan-akan mempertanyakan reaksinya yang tidak profesional.Itu membuat Briana mengangkat alisnya sebelum memasang kembali ekspresi datarnya. Briana lalu membuka mulutnya untuk berbicara dalam suara yang lembut. “Kamu yang tunggu di sini. Kemampuan bertarungmu tidak sebagus aku, jadi sebaiknya aku yang pergi dan membantu Tuan Halim.”Dia lalu melihat ke belakangnya tempat Prima berada dan matanya membelalak sesaat. Ketika dia melihat Prima gemetar ketakutan, tatapan Briana kembali tidak b
Itu karena Daffa merasakan aura familier di dalam mata Shelvin begitu Shelvin menatapnya. Namun, itu hanya bertahan sesaat. Akan tetapi, Daffa tetap tidak dapat menahan kegembiraan di dalam hatinya setelah menyadari keberadaan Shelvin.Sebaliknya, wajah Shelvin menggelap. Dia dengan serak berkata sambil mengeluarkan gumpalan gas hitam lainnya, “Jangan senang dulu, bocah.”Walaupun matanya menyipit menjadi berbentuk garis, Daffa mempertahankan ekspresi netral sambil menghadap angin topan yang tiba-tiba terbentuk di dalam ruangan itu. Gas hitam itu entah bagaimana menyebabkan udara berputar kian cepat tiap detiknya, menyapu perabotan bersamanya.Pakaian Daffa yang sudah robek mulai berkibar di udara sampai-sampai pakaiannya tidak dapat menutupi tubuhnya lagi. Namun, mereka berdua tetap berdiri menghadap satu sama lain tanpa terlalu mengindahkannya.Seraya mereka memandang satu sama lain dengan lebih intens, makin banyak hal tersapu ke dalam tengah-tengah angin topan itu. Tekanan atmo
Mata Daffa membelalak. Bahkan tulangnya gemetar di balik kulitnya karena amarah yang membara di dalam dadanya. Meskipun demikian, Daffa tidak melakukan apa pun dan hanya tersenyum pada Shelvin.Walaupun begitu, Shelvin tahu kalau Daffa hanya berpura-pura. Shelvin melengkungkan satu sisi bibirnya ke atas, mencibir, “Kamu terus berpura-pura seperti kamu sangat ingin bekerja bersamaku, tapi di lubuk hatimu, yang kamu inginkan hanyalah menekan tombol jeda untuk pertarungan kita hari ini.”Suaranya tetap datar sepanjang waktu.“Dari apa yang kuingat, aku selalu memandangmu sebagai orang yang cukup baik. Memang, kamu bisa bersikap arogan dan memiliki potensi yang kurang untuk perkembangan karakter, tapi aku bisa mengerti kenapa.”Shelvin mengangguk dengan pengertian, tapi itu hanya meninggalkan rasa pahit di mulut Daffa. Walaupun Daffa mengernyit, Shelvin mengabaikan Daffa dan melanjutkan perkataannya.“Itu normal. Lagi pula, kamu dulu sangat miskin.” Dia menatap Daffa dengan tatapan be
Bahkan gas hitam yang melawan penjeratan jaring emas itu membeku. Itu memberikan jaring emas Daffa kesempatan untuk menyerang. Maka, jaring itu dengan cepat dan aman membungkus gas hitam itu.Demikian pula, kedua kubah yang melawan satu sama lain dari awal akhirnya berhenti. Kubah hitam itu perlahan menyusut menjadi hanya seukuran kuku jari Daffa, yang berarti Daffa adalah pemenangnya.Menoleh untuk menatap pria itu, Daffa melanjutkan, “Namun, aku tidak bersedia melakukannya karena aku menghargai semua hubungan dalam hidupku.”Tatapannya menusuk pria itu. Dia tidak mau mengedip, memfokuskan seluruh perhatiannya pada pria di balik kabut hitam itu.Kendati sikap tenangnya, Daffa meletakkan kedua tangannya di balik punggungnya dan mengepalkannya, menyembunyikan betapa kacau emosinya saat itu. Saat Daffa mengatakan kata-kata itu, kabut hitam di sekitar pria itu mulai menghilang.Itu terus berlanjut hingga wajah pria itu menjadi jelas. Wajahnya sama seperti yang Daffa bayangkan sebelum
Namun, Daffa bisa dengan samar merasakan pergerakan dari sosok yang bersembunyi di balik kabut hitam. Orang itu tampaknya kesulitan, yang berarti situasinya menguntungkan bagi Daffa yang akhirnya bisa melawan pria itu dengan setara. “Ini adalah kesempatan terakhirmu untuk melawanku dengan adil. Kalau tidak, aku akan membunuhmu.”“Tidak ada yang bisa mendapatkan nyawaku.” Pria itu akhirnya berbicara, tapi suaranya masih terdengar seperti serangkaian gerutuan. “Saat aku masih anak-anak, aku diperintah untuk membunuh seratus ribu orang. Barulah saat itu aku bisa mengakhiri hidupku. Namun, aku puas dengan kehidupanku saat ini dan belum merasa perlu mengakhiri hidupku.”Kerutan muncul di wajahnya saat dia menatap Daffa dan menambahkan, “Aku akan mengatakan ini—kamu adalah orang yang paling banyak bicara yang pernah kutemui.”Saat itulah kekuatan jiwa hitamnya mulai berfluktuasi dengan cepat.Mengamati dari kejauhan, Daffa menyadari riak kecil terbentuk di udara dan perlahan kembali ke k
Ditawan oleh tangan sosok gelap itu, Daffa mencoba menggerakkan lengannya. Akan tetapi, dia menyadari bahwa tidak ada ruang yang cukup untuk bergerak, jadi lengannya terjebak menempel ke tubuhnya. Menghela napas dalam-dalam, dia memanggil kekuatan jiwanya dalam bentuk gas yang hangat dan berdengung dan menenggelamkannya ke dalam pori-porinya.Dia berpikir bahwa, karena gas hitam dan gas emas saling memengaruhi satu sama lain sebelumnya, dia bisa menggunakan teori itu ke situasinya saat ini. Itu terlihat seperti kesempatan yang sangat bagus untuk melemahkan lawannya.Dia menyipitkan matanya pada pria di balik kabut hitam itu, bertanya-tanya bagaimana orang itu bahkan tidak berpindah tempat meskipun Daffa telah menyerangnya berkali-kali. Segala hal tampak tidak normal bagi Daffa yang merasa satu-satunya alasan sosok gelap itu tetap tidak terluka adalah karena dia belum menemukan kelemahan fatal sosok gelap itu.“Namun, apa kelemahan fatal seseorang yang cukup kuat untuk menawanku?” Da
Wajah Daffa terlihat pucat karena dia sangat membutuhkan kedua kubah itu untuk berhenti bertabrakan dengan satu sama lain. Barulah saat itu dia bisa menjadikan kubah hitam itu berwarna emas sepenuhnya. Setiap kali tabrakan terjadi, berbagai macam gas berwarna akan meledak. Beberapa mengenai tubuh Daffa, sementara yang lainnya menabrak penghalangnya.Sementara itu, kubah hitam kedua yang dibuat oleh sosok itu terus menyerang penghalang itu dengan kuat sehingga beberapa dentuman keras terdengar. Penghalang yang juga bergetar setelah setiap benturan pun tidak membantu. Hantaman itu akan menabrak penghalang, terpental, lalu menabrak tanah dengan dentuman yang menggema.Semua suara itu menyebabkan getaran yang terus-menerus di telinga Daffa, membuatnya mengernyit dan memanggil beberapa kekuatan jiwa untuk membentuk penghalang di sekitar telinganya. Kemudian, dia mengembuskan napas panjang, sedikit relaks karena sekarang telinganya tidak sakit.Saat itulah tangannya terjulur ke samping, m