Sebagai ahli bela diri terbangkit, Daffa bisa dengan mudah mendeteksi bahwa dia adalah alasan di balik kemarahan petugas tersebut. Tampaknya, situasinya berjalan seperti yang Daffa duga.Tangan petugas tersebut terkepal seraya dia memelototi Daffa dengan tatapan membunuh. “Dasar menjijikkan, bertingkah sok suci padahal kamulah pembunuh sebenarnya dalam situasi ini! Kematian pria miskin yang kekayaannya kamu curi itu adalah salahmu! Namun, itu tetap belum membuatmu puas. Kamu bahkan menyuruh bawahanmu untuk mengusik pelayan malang yang bekerja untuk mendiang Rafael! Lantas kenapa jika ada konflik di antara kamu dan Rafael dan Rafael tidak sepenuhnya tidak bersalah? Dalam hal ini, pelayan itu, bawahannya, tidak bersalah!”Daffa mengernyit, menghela napas dalam-dalam setelah mengetahui bahwa itulah kenapa petugas tersebut mencoba memukulnya tadi. Daffa mengumpulkan seluruh kesabarannya yang tersisa untuk bertanya, “Apakah kamu tidak mendengar apa kata petugas yang memimpin kasus ini? Ba
Si pengemudi menghela napas dalam-dalam, meletakkan tangannya di jantungnya dan menepuknya beberapa kali sebelum menyalakan mesinnya lagi.Namun, petugas yang pertama tidak berhenti di sana. Matanya menusuk si pengemudi saat dia menggeram, “Aku selalu mengagumimu karena kamu adalah seniorku dan kamu jauh lebih tua dariku. Namun, kamu telah mengecewakan aku. Aku yakin kamu hanya memberikan tersangka kita kelonggaran karena dia kaya dan berpengaruh. Apakah uang sepenting itu? Apakah suapan sederhana sudah cukup bagimu untuk mengorbankan keyakinanmu sebagai seorang polisi?”Dia menghela napas panjang, lalu menoleh ke arah Daffa untuk menatapnya dengan tajam. “Meskipun aku tidak tahu bagaimana kamu membuat rekanku kehilangan kesadarannya, aku senang kamu melakukannya karena kamu telah memperkuat statusmu sebagai seorang penjahat.”Daffa mengangguk sebelum mengangkat bahunya. “Kalau begitu, haruskah aku melakukannya padamu juga?”Mata petugas itu membelalak dan dia cepat-cepat meletakka
Daffa menghela napas panjang, perlahan membuka matanya, dan berkata, “Kesembronoan dan interferensi seluruh unit polisimu menghilangkan peluang bawahanku untuk menemukan bukti yang membuktikan ketidakbersalahanku. Bukan hanya itu, karena kalian juga, pelayan itu menghancurkan setiap bukti yang tersisa sebelum kamu bahkan sempat melihatnya. Selain itu, bawahanmu tiba-tiba menyerangku di dalam mobil dan bahkan menghinaku. Mereka masih hidup karena aku adalah orang yang lebih dewasa dan mampu mengendalikan emosiku.”Matanya menggelap seraya dia menaikkan sebelah alis pada Umar.Itu adalah tatapan yang benar-benar ingin Umar hindari, tapi pada saat itu dia tidak dapat menghindarinya. Yang bisa dia lakukan hanyalah mengatupkan rahangnya dan membungkuk sambil berkata, “Saya minta maaf atas bawahan-bawahan saya karena tindakan mereka yang salah dan saya berjanji mereka akan menanggung akibatnya. Percayakan kata-kata saya dan ampuni dia kali ini saja.”Daffa menggelengkan kepalanya sebagai
Senyum merayu tersungging di wajah Umar.Namun, hal itu hanya membuat Daffa merasa lebih jijik padanya. “Aku tidak mau membuang waktuku lagi padamu dan unit polisimu. Meskipun begitu, sudah beberapa saat berlalu sejak kejadiannya terjadi dan tidak ada satu pun bawahanmu yang menghampiriku untuk menyelesaikan kasus ini.”Sambil menghela napas, Umar memandang jam tangannya dan seketika merasa frustrasi karena Daffa benar. Umar kira dia baru beristirahat sebentar, tapi nyatanya dia telah menghilang selama cukup lama.Setelah menenangkan dirinya, Umar mengangguk pada Daffa dan menjawab, “Maafkan saya, Tuan Halim. Ini adalah kesalahan saya. Saya akan menyelesaikan permasalahan ini sekarang juga—saya berjanji.”Dia lalu menegakkan punggungnya dan menatap Daffa dengan tegas sambil berjanji, “Saya akan mengungkap kasus ini dalam satu jam.”Daffa memejamkan matanya pada saat itu.Sambil mengulurkan tangannya, Umar mengisyaratkan pada Daffa untuk bergabung dengannya dalam penyelidikan. Dia
Umar berdiri di samping kedua orang itu, wajahnya memucat melihat adegan mengerikan di hadapannya. Dia langsung mengulurkan tangannya untuk menghentikan situasinya agar tidak makin parah sambil menghadap ke lantai, tidak berani melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.Namun, meskipun dia sudah berusaha untuk menengahi mereka, dia masih tidak tahu bagaimana caranya mengurangi kebencian di antara kedua orang itu. Mata petugas yang dikurung membelalak pada saat itu. Dia tahu apa yang telah dia katakan akan membuat Daffa marah, tapi dia tidak menyangka Daffa akan mencoba membunuhnya karena itu. Jantungnya sekarang berdebar kencang karena keadaannya sudah melenceng dari rencananya di awal.Dengan mata yang terpaku pada Umar, petugas itu menatap Umar dengan tatapan memohon, berharap Umar akan menyelamatkannya.Melihatnya, Umar menghela napas dan memejamkan matanya untuk mencari solusi atas kegilaan ini. Dia membatin, “Daffa marah dan tingkat kemarahannya telah meningkat secara signifi
Daffa mengatakan hal tersebut dengan santai, membuat alis Bima berkerut. Dia mengamati Daffa dengan hati-hati, mencoba mencari tahu apakah Daffa sedang berbohong atau tidak.Saat itulah Bram menyadari bahwa dia telah melupakan satu hal yang krusial—dia tidak lagi memiliki suara dalam hal itu karena dia telah menyerang Daffa.Daffa menyeringai. Dia meletakkan kedua tangannya di balik punggung sambil membiarkan Bima mengamatinya. Pada akhirnya, dia menghela napas dan mengabaikan tatapan Bima, berkomentar, “Ada banyak cara untuk menyelesaikan situasi ini, tapi kalian tidak repot-repot mencoba satu pun dari semua cara itu. Aku sudah membuang-buang terlalu banyak waktu berdiam diri di kantor polisi dan kesabaranku sudah habis. Jadi, bagaimana jika kalian menelepon atau mengirimku surel ketika kalian sudah memecahkan pembunuhan Rafael? Aku akan pergi sekarang.”Bibir Bima berkerut oleh amarah sekali lagi seraya dia mendengus dengan keras. Dia menunggu hingga perhatian semua orang tertuju
Namun, sebelum Ansel dapat terpikirkan sebuah rencana, suara Daffa yang dingin terdengar. “Buang semua idemu ke tempat sampah karena itu tidak akan terjadi. Tegar tidak diperbolehkan pergi bersama kita karena dia sebelumnya terlibat dengan banyak kegiatan terlarang.”Mata Ansel membelalak karena dia tidak menduga hal itu. Dia ingin meminta lebih banyak informasi, tapi dia merasa sebaiknya dia tidak menguji kesabaran Daffa pada saat itu. Jadi, dia menundukkan kepalanya dalam diam.Tidak lama waktu berlalu sebelum taksi mereka tiba di hotel.Ansel tidak dapat memberanikan dirinya untuk menanyakan pertanyaannya. Tanpa dia sadari, keraguannya membuatnya tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk bertanya lagi. Daffa telah membayar biaya taksi, membuka pintu, dan keluar tanpa berpikir dua kali ataupun melirik Ansel.Oleh karena itu, Ansel baru sadar banyak orang berdiri di luar mobil ketika dia tersadarkan dari lamunannya dan turun dari mobil.Edward berdiri di depan orang-orang itu,
Edward menunggu jawaban Daffa sebelum berkata, “Saya rasa berbahaya pergi ke sana sekarang. Kita mungkin akan diserang oleh kerumunan itu jika kita turun dari mobil sekarang.”Daffa mengangguk, mengulurkan tangannya untuk membuka pintu mobil, lalu turun dari mobil sebelum Edward bisa bereaksi apa-apa. Dia berkata kepada seluruh rombongannya, “Rencana baru kita adalah membuang semua rencana kita sebelumnya. Setiap orang bebas bertindak sesuai dengan situasi masing-masing, tapi aku hanya meminta kalian semua kembali kepadaku hidup-hidup!”Kejadian itu terjadi dalam sekejap. Edward masih ternganga di kursi pengemudi, sementara Daffa sudah menghajar dua orang yang menghalangi pintu rumah sakit. Edward sangat terkejut hingga dia lupa memutar setir, membuatnya menabrak salah satu musuh mereka.Teriakan kesakitan memecah udara dan itu menarik perhatian semua orang.Sementara itu, orang-orang lainnya yang datang bersama Daffa langsung menyebar, memanfaatkan distraksi itu untuk menaklukkan
Daffa menggumamkan nama itu pada dirinya sendiri sebelum menatap pria itu lagi. “Kamu orang asing?”Yarlin mengedipkan mata untuk sesaat sebelum mengangguk. Menunjukkan senyuman getir sambil memerahkan matanya, dia menjelaskan, “Aku telah terjebak di sini begitu lama hingga aku tidak dapat mengingat banyak hal lagi.”“Terjebak?” Daffa mengangkat sebelah alisnya.Yarlin mengangguk, wajahnya makin tegang saat dia menoleh ke samping dan melambaikan tangannya, menghentikan semua kabut di sekitar tubuhnya.Kerutan terbentuk di wajah Daffa seketika.Ternyata, ada ruangan tersembunyi di belakang Yarlin selama ini. Daffa bisa melihat ruangan yang menyala dengan terang dan terdapat perabotan yang lengkap, tempat Yarlin tinggali selama ini, karena kabutnya telah terangkat.Itu langsung membuat alis Daffa menyempit menjadi berbentuk V. Tidak ada yang terdengar aneh dari penjelasan Yarlin, tapi dia tahu perabotan itu berasal dari era yang berbeda dan ada tanda-tanda keausan akibat penggunaan
Wajah Briana berkerut kebingungan ketika dia mendengar apa yang Daffa katakan. Namun, Daffa menggelengkan kepalanya dan tidak menjelaskan dirinya sendiri.Pria itu, yang diduga Shelvin, berdiri di hadapan mereka berdua sepanjang waktu. Pada saat itu, bibirnya melengkung saat dia mencibir, “Aku tidak percaya kamu bisa sekeji ini.”Itu langsung menarik perhatian Daffa.Setelah egonya terdongkrak, pria itu melanjutkan, “Apakah Shelvin pernah melihat sisi dirimu yang ini? Dia tampaknya tidak memiliki kesan negatif apa pun darimu—yah, setidaknya tidak ada dari yang bisa kuakses.”Tatapan mematikan datang dari Daffa ketika nama Shelvin disebutkan oleh pria di balik kabut hitam itu yang sekarang mengendalikan tubuh Shelvin.Namun, “Shelvin” yang ini tampaknya tidak keberatan dengan pelototan Daffa. Senyum pria itu makin lebar saat dia menambahkan, “Aku tidak menyangka kamu akan menjadi seperti ini, Daffa.”Briana awalnya mengerutkan bibirnya karena tidak nyaman. Namun, dia segera kehila
“Pasti membutuhkan banyak tekad bagi Briana untuk tidak membunuhmu dan bawahanmu. Pastikan untuk berterima kasih padanya nanti,” tambah Edward. Dia lalu menghampiri sisi Briana untuk berkata, “Tunggu di sini. Aku akan membantu Tuan Halim.”Edward hendak beranjak ke lantai atas ketika seseorang menarik lengan bajunya, menghentikannya. Dia berbalik sambil mengernyit karena dia bisa merasakan tatapan cemburu seseorang terpaku padanya. Begitu dia menghadap Briana lagi, Edward menaikkan sebelah alisnya seakan-akan mempertanyakan reaksinya yang tidak profesional.Itu membuat Briana mengangkat alisnya sebelum memasang kembali ekspresi datarnya. Briana lalu membuka mulutnya untuk berbicara dalam suara yang lembut. “Kamu yang tunggu di sini. Kemampuan bertarungmu tidak sebagus aku, jadi sebaiknya aku yang pergi dan membantu Tuan Halim.”Dia lalu melihat ke belakangnya tempat Prima berada dan matanya membelalak sesaat. Ketika dia melihat Prima gemetar ketakutan, tatapan Briana kembali tidak b
Itu karena Daffa merasakan aura familier di dalam mata Shelvin begitu Shelvin menatapnya. Namun, itu hanya bertahan sesaat. Akan tetapi, Daffa tetap tidak dapat menahan kegembiraan di dalam hatinya setelah menyadari keberadaan Shelvin.Sebaliknya, wajah Shelvin menggelap. Dia dengan serak berkata sambil mengeluarkan gumpalan gas hitam lainnya, “Jangan senang dulu, bocah.”Walaupun matanya menyipit menjadi berbentuk garis, Daffa mempertahankan ekspresi netral sambil menghadap angin topan yang tiba-tiba terbentuk di dalam ruangan itu. Gas hitam itu entah bagaimana menyebabkan udara berputar kian cepat tiap detiknya, menyapu perabotan bersamanya.Pakaian Daffa yang sudah robek mulai berkibar di udara sampai-sampai pakaiannya tidak dapat menutupi tubuhnya lagi. Namun, mereka berdua tetap berdiri menghadap satu sama lain tanpa terlalu mengindahkannya.Seraya mereka memandang satu sama lain dengan lebih intens, makin banyak hal tersapu ke dalam tengah-tengah angin topan itu. Tekanan atmo
Mata Daffa membelalak. Bahkan tulangnya gemetar di balik kulitnya karena amarah yang membara di dalam dadanya. Meskipun demikian, Daffa tidak melakukan apa pun dan hanya tersenyum pada Shelvin.Walaupun begitu, Shelvin tahu kalau Daffa hanya berpura-pura. Shelvin melengkungkan satu sisi bibirnya ke atas, mencibir, “Kamu terus berpura-pura seperti kamu sangat ingin bekerja bersamaku, tapi di lubuk hatimu, yang kamu inginkan hanyalah menekan tombol jeda untuk pertarungan kita hari ini.”Suaranya tetap datar sepanjang waktu.“Dari apa yang kuingat, aku selalu memandangmu sebagai orang yang cukup baik. Memang, kamu bisa bersikap arogan dan memiliki potensi yang kurang untuk perkembangan karakter, tapi aku bisa mengerti kenapa.”Shelvin mengangguk dengan pengertian, tapi itu hanya meninggalkan rasa pahit di mulut Daffa. Walaupun Daffa mengernyit, Shelvin mengabaikan Daffa dan melanjutkan perkataannya.“Itu normal. Lagi pula, kamu dulu sangat miskin.” Dia menatap Daffa dengan tatapan be
Bahkan gas hitam yang melawan penjeratan jaring emas itu membeku. Itu memberikan jaring emas Daffa kesempatan untuk menyerang. Maka, jaring itu dengan cepat dan aman membungkus gas hitam itu.Demikian pula, kedua kubah yang melawan satu sama lain dari awal akhirnya berhenti. Kubah hitam itu perlahan menyusut menjadi hanya seukuran kuku jari Daffa, yang berarti Daffa adalah pemenangnya.Menoleh untuk menatap pria itu, Daffa melanjutkan, “Namun, aku tidak bersedia melakukannya karena aku menghargai semua hubungan dalam hidupku.”Tatapannya menusuk pria itu. Dia tidak mau mengedip, memfokuskan seluruh perhatiannya pada pria di balik kabut hitam itu.Kendati sikap tenangnya, Daffa meletakkan kedua tangannya di balik punggungnya dan mengepalkannya, menyembunyikan betapa kacau emosinya saat itu. Saat Daffa mengatakan kata-kata itu, kabut hitam di sekitar pria itu mulai menghilang.Itu terus berlanjut hingga wajah pria itu menjadi jelas. Wajahnya sama seperti yang Daffa bayangkan sebelum
Namun, Daffa bisa dengan samar merasakan pergerakan dari sosok yang bersembunyi di balik kabut hitam. Orang itu tampaknya kesulitan, yang berarti situasinya menguntungkan bagi Daffa yang akhirnya bisa melawan pria itu dengan setara. “Ini adalah kesempatan terakhirmu untuk melawanku dengan adil. Kalau tidak, aku akan membunuhmu.”“Tidak ada yang bisa mendapatkan nyawaku.” Pria itu akhirnya berbicara, tapi suaranya masih terdengar seperti serangkaian gerutuan. “Saat aku masih anak-anak, aku diperintah untuk membunuh seratus ribu orang. Barulah saat itu aku bisa mengakhiri hidupku. Namun, aku puas dengan kehidupanku saat ini dan belum merasa perlu mengakhiri hidupku.”Kerutan muncul di wajahnya saat dia menatap Daffa dan menambahkan, “Aku akan mengatakan ini—kamu adalah orang yang paling banyak bicara yang pernah kutemui.”Saat itulah kekuatan jiwa hitamnya mulai berfluktuasi dengan cepat.Mengamati dari kejauhan, Daffa menyadari riak kecil terbentuk di udara dan perlahan kembali ke k
Ditawan oleh tangan sosok gelap itu, Daffa mencoba menggerakkan lengannya. Akan tetapi, dia menyadari bahwa tidak ada ruang yang cukup untuk bergerak, jadi lengannya terjebak menempel ke tubuhnya. Menghela napas dalam-dalam, dia memanggil kekuatan jiwanya dalam bentuk gas yang hangat dan berdengung dan menenggelamkannya ke dalam pori-porinya.Dia berpikir bahwa, karena gas hitam dan gas emas saling memengaruhi satu sama lain sebelumnya, dia bisa menggunakan teori itu ke situasinya saat ini. Itu terlihat seperti kesempatan yang sangat bagus untuk melemahkan lawannya.Dia menyipitkan matanya pada pria di balik kabut hitam itu, bertanya-tanya bagaimana orang itu bahkan tidak berpindah tempat meskipun Daffa telah menyerangnya berkali-kali. Segala hal tampak tidak normal bagi Daffa yang merasa satu-satunya alasan sosok gelap itu tetap tidak terluka adalah karena dia belum menemukan kelemahan fatal sosok gelap itu.“Namun, apa kelemahan fatal seseorang yang cukup kuat untuk menawanku?” Da
Wajah Daffa terlihat pucat karena dia sangat membutuhkan kedua kubah itu untuk berhenti bertabrakan dengan satu sama lain. Barulah saat itu dia bisa menjadikan kubah hitam itu berwarna emas sepenuhnya. Setiap kali tabrakan terjadi, berbagai macam gas berwarna akan meledak. Beberapa mengenai tubuh Daffa, sementara yang lainnya menabrak penghalangnya.Sementara itu, kubah hitam kedua yang dibuat oleh sosok itu terus menyerang penghalang itu dengan kuat sehingga beberapa dentuman keras terdengar. Penghalang yang juga bergetar setelah setiap benturan pun tidak membantu. Hantaman itu akan menabrak penghalang, terpental, lalu menabrak tanah dengan dentuman yang menggema.Semua suara itu menyebabkan getaran yang terus-menerus di telinga Daffa, membuatnya mengernyit dan memanggil beberapa kekuatan jiwa untuk membentuk penghalang di sekitar telinganya. Kemudian, dia mengembuskan napas panjang, sedikit relaks karena sekarang telinganya tidak sakit.Saat itulah tangannya terjulur ke samping, m