Share

Bab 42

Author: Benjamin
[Hotel Sky Golden, pukul 7:30 malam]

Hotel Sky Golden, hotel terbaik di daerah itu sangat ramai. Beberapa orang berseragam hitam putih berjalan dengan buru-buru untuk mengerjakan berbagai tugas di dalam hotel.

Hotel tersebut dihias dengan mewah, lebih mewah dari hotel itu biasanya. Lampu gantung yang besar dan indah tergantung di langit-langit yang sama mewahnya. Lantai hotel tersebut dipoles dengan sempurna, memantulkan cahaya dari lampu gantung itu.

Bukan hanya para staf yang terlihat mondar mandir. Beberapa orang berpakaian pakaian yang sangat mewah terlihat berjalan-jalan di lobi hotel, sesekali menyesap anggur yang disediakan oleh para pelayan berseragam hitam putih. Jelas sekali bahwa orang-orang yang berpakaian dengan mewah merupakan para mahasiswa dan tokoh masyarakat yang diundang pada pesta amal itu.

Beberapa orang yang berpakaian mewah juga terlihat berkumpul di luar pintu masuk lobi hotel. Sebagian besar dari mereka baru saja tiba dengan mobil-mobil yang sama mahalnya,
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Arif Tirta
gak bisa di buka
goodnovel comment avatar
Arif Tirta
membosankan...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 43

    Semua orang langsung berbalik untuk melihat sosok yang turun dari mobil sport keren itu. Mobil itu sendiri sudah sangat memukau. Mereka langsung tahu bahwa pemiliknya tentu bukanlah orang biasa!Ketika sosok itu akhirnya turun dari mobil, semua orang langsung tercengang. Mereka tidak percaya apa yang mereka lihat.Sosok itu sangat tampan, dengan kesan maskulin dan wajah yang sangat menawan. Setelan tiga potongnya terlihat sempurna juga jam tangan Rolex berlian di pergelangannya.Sosok itu tidak lain adalah Daffa Halim.“Wah! Tampan sekali!”“Apakah dia salah satu mahasiswa kita?”“Entahlah. Walaupun dia terlihat familier, aku yakin tidak pernah melihatnya sebelumnya di mana pun.”“Yang pasti dia tentunya adalah orang yang sangat penting!”Ketika orang lain masih kesulitan mengingat apakah mereka pernah melihat atau bertemu dengan Daffa sebelumnya, Sarah memperhatikan pendatang kaya raya itu lekat-lekat. Walaupun dia terkejut oleh betapa menawannya dia, dia tidak bisa mengenyamp

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 44

    Ketika Daffa memasuki lobi hotel, tempat itu masih sama ramainya seperti sebelum kehadirannya. Beberapa orang berpakaian mewah masih berjalan-jalan sambil mengobrol santai dan tertawa-tawa.Daffa menarik banyak perhatian seraya dia berjalan. Banyak orang telah mendengar kedatangannya yang dramatis dan berkelas dan teman-temannya yang tadi berada di luar ketika dia tiba, jadi tidak heran banyak tatapan terkejut tertuju padanya.Para mahasiswa Universitas Praharsa kehabisan kata-kata ketika mendengar kedatangannya. Daffa Halim yang mereka tahu adalah orang miskin yang bahkan tidak bisa membeli baju bagus, jadi keterkejutan mereka ketika melihatnya di lobi hotel dan terlihat sangat berkelas bisa dimengerti.“Itu benar-benar Daffa Halim?” tanya seseorang masih tidak percaya.“Aku yakin itu dia!” jawab seseorang.“Namun, dia terlihat sangat berbeda.”“Itu memang dia. Aku juga mahasiswa di departemen Manajemen Bisnis dengannya, jadi tidak mungkin aku salah. Aku yakin 100 persen bahwa i

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 45

    ”Satu setengah miliar rupiah.”Ada keheningan sesaat ketika semua orang mendengarnya. Mereka tidak percaya seseorang seberani itu untuk meningkatkan penawarannya dua kali lipat dari penawaran sebelumnya.Semua orang langsung berbalik ke arah orang yang melakukan penawaran setinggi itu. Secara mengejutkan, orang itu tidak lain adalah Daffa!Daffa berdiam diri dengan tangan kiri di sakunya dan segelas anggur di tangan kanannya. Postur dan tatapan acuh tak acuhnya membuatnya terlihat sangat tampan dan menawan sampai-sampai para wanita memerah di pipinya.Puspa, Jihan, Dilan, Sarah, Heren, Cakra, Anna, dan beberapa sosok kaya lainnya menatap Daffa dengan tatapan yang berbeda.Puspa dan Jihan menatap Daffa lekat-lekat. Mereka telah menerima fakta bahwa Daffa memang sangat menawan, tapi itu bukanlah alasan mengapa mereka menatapnya. Mereka merasa bahwa wajahnya sangat familier.Jihan Winata, wanita tercantik peringkat kedua di Universitas Praharsa tidak mengetahuinya, tapi dia memang p

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 46

    Lima belas miliar rupiah?!Semua orang berbalik ke arah orang yang membuat penawaran tidak masuk akal itu. Tentu saja, tidak lain adalah Daffa Halim!Daffa menyesap lagi anggur dari gelas kaca di tangannya, tapi tatapannya terpaku pada anggur yang terpampang, mengabaikan semua tatapan yang tertuju padanya.Namun, tidak seperti ketika pertama kali dia menawarkan 1,5 miliar rupiah untuk lukisan tadi, kali ini orang lain pun tidak menyerah. Kali ini, beberapa orang terkemuka ikut berperang dalam penawaran itu.“Enam belas miliar lima ratus juta rupiah!” teriak seseorang beberapa detik setelah Daffa menaikkan penawarannya.“Tujuh belas miliar dua ratus lima puluh juta rupiah!” seru orang lain.“Delapan belas miliar rupiah!”“Sembilan belas miliar lima ratus juta rupiah!”“Dua puluh dua miliar lima ratus juta rupiah!”Semua orang terhenti ketika mereka mendengar penawaran itu. Dua puluh dua miliar lima ratus juta rupiah? Bukankah itu agak berlebihan?Mereka semua berbalik ke arah

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 47

    Daffa bangun lebih siang dari biasanya keesokan harinya. Itu tidak mengherankan karena pesta amal semalam berakhir lebih larut dari yang dia kira. Namun, Daffa tidak masalah. Dia merupakan seseorang yang menyumbangkan uang paling banyak di pesta amal itu karena dia telah menghabiskan uang sejumlah 61,5 miliar rupiah. Maka dari itu, dia mendapatkan libur satu minggu dari universitas.Daffa memutuskan untuk mengunjungi beberapa perusahaan yang terdaftar di Konsorsium Halim setelah menunda-nundanya beberapa kali. Dia telah menghabiskan hari-harinya sebelum pesta amal membaca dokumen-dokumen yang dikirimkan kakeknya mengenai Konsorsium Halim. Dia belum pergi karena dia harus mengurus hal-hal yang lebih mendesak dan tidak memiliki banyak waktu, tapi karena dia diberikan libur satu minggu dari universitas, dia akhirnya memiliki waktu yang cukup.Daffa mandi dengan cepat dan sarapan dengan enak. Karena dia akan mengunjungi sebuah perusahaan hari ini, dia memutuskan untuk berpakaian resmi. D

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 48

    Pria itu menghentikan tindakannya dan berbalik menghadap pengganggu yang telah menghentikannya sambil mengerutkan dahinya.“Apa yang sedang kamu lakukan? Apakah kamu tidak ada pekerjaan? Apakah kamu lelah bekerja di sini?” pria itu bertanya kepada si pengganggu dengan marah.Daffa, si pengganggu itu mendengus ketika mendengar pertanyaan orang itu. Orang itu telah salah mengiranya sebagai karyawan di sini dan sedang menggunakan kekuasaannya untuk mengusirnya. Itu berarti pria itu sedang melakukan hal yang mencurigakan.Daffa mengabaikan pertanyaan pria itu dan berjalan ke arah wanita itu. Wanita itu terlihat lega ketika seseorang muncul di area yang terpencil itu.“Halo. Ada masalah apa ini?” tanya Daffa pada wanita itu dengan lembut.Wanita itu menjauh dari pria itu dan mendekat kepada Daffa tanpa dia sadari. Daffa terlihat semenawan biasanya, suaranya pun sangat menenangkan. Kesan maskulinnya memberikan wanita itu perasaan aman, karena itu dia bergerak mendekat ke Daffa.“Pria i

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 49

    Daffa menghabiskan satu hari penuh mengunjungi beberapa perusahaan yang terdaftar di Konsorsium Halim, mulai dari beberapa perusahaan terkemuka sampai beberapa hotel dan sanggraloka mewah, termasuk beberapa restoran. Ketika harinya sudah berakhir, Daffa merasa sangat kelelahan.Dia memeriksa daftar perusahaan yang telah dia kunjungi dan hampir pingsan karena terkejut. Dia bahkan belum mengunjungi 10% dari seluruh perusahaan yang harus dia kunjungi. Kalau begini, dia akan mati kelelahan sebelum bisa selesai mengunjungi semua perusahaan itu. Mungkin, inilah kenapa kakeknya terus-terusan mengingatkannya untuk mencari asisten pribadi. Dia tidak akan sanggup melakukannya sendirian.Daffa tiba di rumah dengan kelelahan dan terantuk ke kamar mandinya. Setelah mandi cukup lama dan makan malam, dia melompat ke kasur dan jatuh tertidur.Keesokan harinya, Daffa bangun dengan keadaan segar dan berenergi. Dia meraih ponselnya yang diletakkan di meja samping kasur dan memeriksa jadwalnya. Dia han

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 50

    Ketika Alya melihat pemilik mobil itu, dia tercengang sesaat. Akan tetapi, Daffa tidak menghiraukannya dan terus mengemudi.Alya tidak bisa memercayai matanya. Walaupun dia telah mengubah gaya rambut dan penampilannya dan terlihat benar-benar berbeda dengan sebelumnya, dia tidak akan pernah bisa melupakannya. Tuan.sederhana10, orang yang telah menghabiskan 75 miliar rupiah untuk menghadiahinya dan memiliki mobil semahal itu tidak lain adalah Daffa Halim, mantan pacar dari teman dekatnya Sarah Kusuma!“Melihat caramu menganga melihatku, sepertinya kamu mengingatku,” kata Daffa, tidak mengalihkan pandangannya dari jalanan seraya dia berbicara.“Tentu saja! Bagaimana aku bisa melupakan kamu?!” seru Alya.Alya ingat dengan jelas bagaimana Daffa telah mengejar Sarah dengan seluruh tenaganya. Karena usahanya yang tidak kunjung habis itulah dia memiliki kesan yang mendalam padanya. Dia tahu Daffa mencintai Sarah dengan sepenuh hati selama itu. Itulah mengapa dia sangat terkejut ketika Sar

Latest chapter

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 520

    Daffa mengangkat sebelah alisnya dan tersenyum. Dia memang jahat, tapi suasana hatinya meningkat melihat amarah mereka. Mereka telah membuatnya sangat kerepotan. Dia menyilangkan kakinya dan mendengarkan protes mereka yang kian gaduh.“Astaga. Aku tahu Daffa kuat, tapi apakah dia tahu apa yang dia katakan? Apakah dia menyiratkan dia lebih kuat dibandingkan tiga orang sekaligus? Dasar pembual. Aku ingin menjadi yang pertama untuk menantangnya! Akan kutunjukkan siapa yang berkuasa!”“Enyahlah dan tunggu giliranmu! Tidakkah kamu tahu berapa banyak orang yang tiba di sini sebelum dirimu? Aku seharusnya menjadi orang pertama yang menangani hal ini! Dulu, aku selalu menangani orang-orang yang baru bergabung.”Briana berjalan menghampiri Daffa dan berdiri di sampingnya. Ketika Briana mendengar apa yang dikatakan orang-orang, Briana mengernyit dan memandang Daffa. Kemudian, Briana membungkuk dan mencondongkan badannya ke arah Daffa.“Tuan Halim?” Daffa mengangguk dan mengangkat satu jariny

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 519

    Meskipun demikian, penampilannya yang tidak rapi tidak menutupi tubuhnya yang kekar maupun membuat tangannya yang terkepal kurang menakutkan. Kepalan tangannya bergoyang di udara, menciptakan embusan angin yang berembus melalui halaman itu, pada akhirnya menyebar ke seluruh pintu masuk utama Hotel Umbrite.Hanya itulah yang Briana dengar—angin. Untuk pertama kalinya, Briana memiliki ide untuk mengumpulkan energi dalamnya dan membentuknya menjadi sumbatan telinga, meredamkan suara apa pun di sekitarnya. Itulah apa yang Briana lakukan. Karena itu, dia duduk di halaman belakang hotel dan tidak dapat mendengar Daffa memanggil namanya dari lantai kedua.Tidak mendapatkan jawaban apa-apa, Daffa menghela napas lemah sebelum berfokus pada Briana. Barulah saat itu Daffa memahami apa yang sedang Briana lakukan. Dia juga terkejut mengetahui tindakan Briana. Meskipun Daffa tidak terlalu memperhatikan perkembangan energi dalam dan kemampuan bela diri Briana, Daffa tetap tahu Briana telah berkemba

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 518

    Antisipasi dan semangat terpancar dari mata Daffa pada saat itu. Dia tidak sabar bertemu musuh utamanya.Itu tidak luput dari perhatian Briana yang langsung memandang Daffa dengan tatapan ingin tahu. Selagi Briana bertanya-tanya alasan di balik ekspresi semangat Daffa, Alicia, yang berdiri di sampingnya, tiba-tiba berbicara dan memperjelas hal-hal untuknya.“Dia akhirnya menunjukkan dirinya!” seru Alicia, tangannya terkepal erat. “Meskipun saya baru sebentar bekerja untuk Anda, Tuan, saya telah mendengar tentangnya berkali-kali. Pria itu benar-benar mengganggu saya! Dia seperti pria menyeramkan, memanipulasi orang-orang seakan-akan mereka adalah boneka dan bidak catur. Dia membuat mereka melakukan perintahnya, sementara dia bersembunyi dengan nyaman di dalam bentengnya! Meskipun dia penakut, dia terus mengirimkan bawahan-bawahannya untuk menyebabkan masalah dalam kehidupan orang lain!”Briana menatap Alicia terkejut karena Alicia telah memahami pikiran Daffa tanpa perlu berusaha ker

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 517

    “Aku tahu pria itu mengangkat kakinya tinggi-tinggi saat berjalan karena jarak antara jejak kakinya lebar tapi masih dalam jarak berjalan rata-rata orang. Maka dari itu, aku berhenti merasa takut. Aku tidak lagi melihatnya sebagai manusia super dan berpikir dia kemungkinan besar hanya terampil dalam seni bela diri.” Wahyu bertatapan dengan Daffa sebelum melanjutkan, “Itu adalah semua yang kuketahui. Untuk kali ketiga pria itu menyerangku, aku tidak tahu bagaimana dia menculikku atau bagaimana aku bertahan hidup. Yang kuketahui hanyalah bahwa tubuhku tidak bekerja dengan baik sejak kejadian itu.”Setelahnya, pandangannya berpindah pada area di sekitarnya, memberikannya ekspresi yang suram dan sedih.Tidak sepertinya, Daffa mengernyit, merasa tidak senang dengan informasi itu. Beberapa saat berlalu sebelum Daffa dengan singkat melambaikan tangannya mengusir, berkata, “Pergi dari sini. Kamu adalah pria yang bebas mulai hari ini.”Ujung mata Wahyu memerah setelah mendengarnya. Dia lalu

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 516

    “Sayangnya, itulah kenyataannya. Kalian semua adalah orang yang kejam, jadi aku tahu aku akan berakhir mengenaskan jika aku berbohong. Itu adalah hasil akhir yang tidak dapat kuterima. Aku juga tidak harus mengalaminya karena aku sudah mengungkapkan segala hal yang kuketahui padamu.Dengan begitu, Wahyu memejamkan matanya dan dengan damai menunggu ajalnya. Yang membuatnya lebih terkejut adalah bahwa Daffa terus menginterogasinya, yang berarti dia 100 persen akan pergi dari sini hidup-hidup.Matanya membelalak terbuka dan dia menatap Daffa dengan tatapan emosional dan berterima kasih. “K … kamu memercayaiku?”“Iya.” Daffa mengangguk. “Aku memercayaimu. Jadi, mulai sekarang, kamu hanya perlu memilih apakah kamu ingin terus menjawab pertanyaanku atau tidak.”Kali ini, Wahyu tidak ragu-ragu ataupun berhenti. Dia langsung mengangguk dengan penuh tekad. “Aku akan melakukannya. Kamu telah memilih untuk memercayaiku meskipun kata-kataku benar-benar gila. Itu hanya berarti kamu memercayaiku

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 515

    “Karena kenyataannya adalah kamu membuatku kesal dan itu menghapus harapan yang mereka miliki untuk bertahan hidup.” Daffa berjalan dengan pelan dan terkendali ke arah pria itu. Keberadaannya memancarkan aura menyesakkan yang mempercepat napas semua orang.Pada akhirnya, salah satu dari banyak pria di tim musuh itu tidak dapat menahan dirinya lebih lama lagi. Matanya memerah seraya dia memelototi orang yang berbohong pada Briana sebelumnya, menggeram, “Itu sudah cukup, Wahyu! Si Daffa ini telah banyak berbicara, tapi kata-katanya tidak sepenuhnya salah. Kamulah satu-satunya alasan kita semua akan menderita sekarang! Si b*jingan yang meninggalkan kita sebelumnya tidak berpikir dua kali sebelum memberikan informasi orang dalam pada wanita itu. Dia bahkan tidak peduli jika kita semua akan hidup atau tidak! Kami tidak mendapatkan akses pada banyak rahasia perusahaan, tapi kamu dan si b*jingan itu tahu segalanya. Jelas-jelas itu tidak adil bagi kami! Sekarang, untuk alasan yang tidak diket

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 514

    “Aku bersedia memberitahumu tentang itu. Sejujurnya, aku hanya tahu sedikit, tapi rekannya yang membelakangi mendiang bosku adalah sosok berjubah hitam. Dia sering muncul di tengah malam—atau setidaknya saat itulah aku selalu melihatnya. Hanya saja, dia belum muncul lagi akhir-akhir ini,” ungkap pria itu dalam satu tarikan napas sebelum menatap Briana dengan mata yang berkaca-kaca.Pada saat yang sama, karena alasan yang tidak diketahui, dia menyenggol bahu orang di sampingnya.Sebuah senyuman merekah di wajah Briana seketika. “Baiklah, kamu boleh pergi. Begitu kamu keluar dari sini, kusarankan kamu cari pekerjaan yang benar alih-alih bekerja untuk organisasi terlarang seperti sekarang. Pekerjaan ini tidak memiliki masa depan yang cerah dan membuatmu berada dalam bahaya. Jika aku menemukanmu di tim lawanku di masa depan dan melakukan hal-hal terlarang lagi, aku akan membuatmu membayar dua kali lipat—satu untuk dosa-dosamu saat ini dan satu lagi untuk pelanggaran masa depanmu. Paham?”

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 513

    Senjata-senjata musuh, semuanya jatuh dalam waktu yang sama, menghasilkan suara kekalahan menyedihkan yang menggema di telinga semua orang. Bahkan hati mereka pun sakit memikirkan bahwa mereka kalah.“Untunglah semuanya sudah berakhir,” kata Briana, menghela napas sambil mengangkat alisnya. Dia lalu berbalik untuk kembali ke kamarnya dan berpikir, “Alicia mampu membereskan semuanya.”Seperti yang diduga, begitu dia membuka pintu belakang untuk kembali memasuki hotel, seseorang membuka pintu dari dalam—itu adalah Alicia yang panik. Alicia bergegas menghampiri dengan sangat terburu-buru hingga Briana harus mundur beberapa langkah.Sambil tersenyum, Briana bertanya, “Ada apa? Kenapa kamu tergesa-gesa? Katakan saja padaku, mungkin aku bisa membantu.”Alicia terengah-engah dengan keras hingga dia hampir tidak bisa berbicara. Badan condong ke depan dan meletakkan kedua tangannya di lutut untuk menopang tubuhnya, dia menarik napas dengan terengah-engah sebelum menjawab, “T … tidak, aku ba

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 512

    Cara Bara jatuh berlutut membuatnya tampak seolah-olah dia bersedia memohon ampun pada Daffa.Daffa menaikkan sebelah alisnya dan mau tidak mau tertawa terbahak-bahak. Itu menarik perhatian semua orang karena mereka selalu memandangnya sebagai pria yang tampan dan tegas. Itu adalah pertama kalinya mereka melihatnya tertawa tanpa menahan diri, jadi itu membuat mereka terkejut.Menjadi pusat perhatian mulai membuat Daffa tidak nyaman, jadi bibirnya perlahan berkerut. Meskipun demikian, matanya sedikit melengkung terhibur saat dia menatap Bara yang berlutut di tanah dan belum menerima hasil akhir saat ini. Tidak lama, Daffa memejamkan matanya, berbicara dengan nada yang santai.“Hah! Aku selalu mengira kepalamu tidak cerdas, tapi aku tidak menyangka bahkan tindakanmu akan sebodoh ini. Bahkan anak berusia satu tahun yang baru saja belajar berjalan pun tidak akan terjatuh dengan kikuk sambil berjalan. Lucu sekali.”Mata Bara membelalak pada Daffa. Keraguan tampak di matanya seraya dia m

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status