Alya dan Daffa menengadah untuk melihat orang yang menghampiri meja mereka. Ekspresi Daffa tampak tenang ketika dia melihat orang itu, tapi ekspresi Alya sangat berkebalikan darinya. Matanya membelalak selebar piring cawan.Orang yang menghampiri meja mereka adalah Michael Irawan, pewaris tunggal dari konglomerat Irawan!Michael Irawan adalah teman satu kelas Alya di SMA dua tahun yang lalu. Saat mereka masih SMA, Michael Irawan merupakan sosok yang sangat populer. Dia selalu memiliki banyak orang yang mengaguminya dan mengekor di belakangnya. Dia tampan, pintar, dan kaya, sehingga tidak heran jika banyak orang yang ingin menjadi temannya.Di sisi lain, Alya tidak sekaya itu. Dia bahkan tidak pernah merasa bahwa dia berada di level yang sama dengannya, jadi dia tidak pernah menghiraukannya.Namun, beberapa rumor yang beredar mengatakan bahwa Michael tertarik pada Alya. Alya mengira bahwa itu hanyalah rumor palsu karena dia tidak memiliki apa pun yang akan membuatnya tertarik, tapi
Alya tersentak ketika dia mendengar pertanyaan Daffa. Dia membalikkan badannya pelan-pelan sambil menahan nafasnya.Daffa masih terduduk di kursinya dengan ekspresi tenangnya yang tidak berubah. Namun, sikapnya benar-benar berbeda dibandingkan dengan sebelumnya, seolah dia telah berubah dari anjing jinak menjadi seekor singa, tetap duduk di kursinya sambil memandangi Alya.Alya menelan ludahnya pelan sebelum angkat bicara.“Jangan khawatir, Daffa. Aku kenal Michael. Kami hanya akan berbincang dan bertanya kabar. Tidak perlu mengkhawatirkanku,” jelas Alya.“Kamu masih belum menjawab pertanyaanku, Alya,” jawab Daffa dengan tenang.Alya menghela nafas. Dia tahu bahwa Daffa bukan orang yang sama seperti sebelumnya karena dia sekarang luar biasa kaya, tapi mereka sedang membicarakan Michael Irawan di sini, pewaris tunggal Konglomerat Irawan!Ketika dia masih berpacaran dengan Michael di SMA, tidak ada yang mau membantunya ketika dia menjelaskan situasinya pada mereka. Itu sudah menunj
Beberapa hari setelahnya sangat sulit bagi Daffa karena dia hanya memiliki sisa dua hari libur sebelum jatah liburnya habis. Dia telah menghabiskan sebagian besar waktunya di ruang kerjanya untuk memeriksa beberapa dokumen mengenai Konsorsium Halim. Namun, walaupun dia telah bekerja dengan keras, dia masih belum menyelesaikan bahkan 10% dari pekerjaan yang seharusnya dia lakukan terkait Konsorsium Halim.Setelah menandatangani satu dokumen lagi, dia menyandarkan dirinya pada kursi dan menghela nafas. Masih ada banyak dokumen yang telah ditata dengan rapi di meja yang menunggu untuk dia periksa.Dia akhirnya mengerti apa maksud dari kakeknya. Tidak mungkin dia bisa menangani pekerjaan ini sendirian. Dia telah fokus untuk bekerja selama beberapa hari, tapi dia baru menyelesaikan sebagian kecil dari pekerjaannya. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika dia sudah harus kembali menghadiri kuliah. Kalau begini, dia tidak bisa menyelesaikan sepeser pun pekerjaannya.Daffa menghe
Mereka semua berdiri dan membungkuk ketika Daffa melangkah masuk. Itu menunjukkan bahwa mereka mengerti latar belakang Daffa yang sangat berkuasa.Baru ketika Daffa duduk di tengah meja konferensi, semua orang pun duduk.Sekretaris senior dari salah satu anggota petinggi tingkat atas menyerahkan beberapa dokumen kepada Daffa sebelum menyerahkannya kepada orang lain yang hadir. Ketika semua orang telah menerima dokumen tersebut, sekretaris itu berdiri di samping atasannya. Rapat pun dimulai.Rapat itu dimulai dengan memperkenalkan produk terbaru yang diciptakan oleh beberapa peneliti dari Departemen Penelitian Inovatif. Ekspresi wajah Daffa tetap datar seraya dia mengamati dokumen yang diberikan padanya, tapi dia terkejut melihat isinya. PT Nix benar-benar membuktikan bahwa mereka pantas menjadi perusahaan nomor satu di negara ini.Dokumen-dokumen tersebut berisikan daftar produk, detail mengenainya, dan harga awal untuk peluncurannya. Para petinggi mulai mendiskusikan mengenai prod
Daffa mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh karena dia ingin tiba di Bar Eve secepat mungkin. Dia tentunya melanggar batas kecepatan karena dia melaju dengan sangat cepat yang menarik perhatian beberapa petugas lalu lintas padanya. Namun, ketika mereka melihat plat nomornya yang telah dikustomisasi dan mobilnya yang terlihat sangat mahal, mereka menutup matanya. Orang seperti itu pasti memiliki identitas yang sangat berkuasa. Selama dia tidak terlibat kecelakaan, mereka bisa mengabaikan hal tersebut.Setelah mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh selama satu jam, Daffa akhirnya tiba di tujuannya. Di luar bar tersebut sudah ramai dengan musik yang keras dari dalam bar dan menggema ke luar bangunannya. Ada antrean panjang orang-orang yang menunggu untuk masuk ke dalam, menunjukkan bahwa bar tersebut adalah bar yang populer.Ketika Daffa berhenti di parkiran dengan mobil sportnya, kehadirannya langsung menarik perhatian banyak orang.“Wah! Mobil sport yang mahal,” kata seora
Erin sedang ditahan dengan kasar oleh dua pria. Gaun hitamnya robek-robek dan tangan mereka memegang dadanya dengan kasar. Dia mencoba memberontak dengan seluruh tenaganya, tapi dia masih terlalu lemah dibandingkan mereka. Bukan hanya itu, salah satu dari dua pria itu menutup mulutnya dengan tangannya supaya dia tidak bisa berteriak untuk meminta tolong.Ketika Daffa melihat tatapan yang penuh nafsu dari kedua pria itu dan air mata yang menetes dari mata Erin, matanya memerah penuh amarah. Dia tidak butuh orang lain untuk memberitahunya apa yang sedang mereka lakukan pada wanita itu. Tindakan mereka sudah menjelaskan semuanya.Mereka ingin menyetubuhinya dengan paksa.“Apa yang sedang kalian lakukan?” tanya Daffa dengan nada yang sangat dingin.Kedua pria itu tersentak terkejut ketika mereka mendengar suara Daffa. Mereka tidak menyangka akan ada orang lain di sana.“Bagaimana kamu bisa menemukan kami?” tanya salah satu pria itu pada Daffa.“Bukan itu yang seharusnya kamu permasal
Erin menatap Daffa dengan raut wajah kebingungan.‘Bekerja untuknya?’Dia bahkan tidak mengenalnya! Malah, dia tidak tahu bagaimana dia bisa ada di sini. Saat dia masih mencoba mencari tahu di mana dia sekarang, seseorang muncul tanpa menjelaskan apa-apa dan dia tiba-tiba memintanya untuk bekerja untuknya.Erin ingin mengumpat padanya, tapi mempertimbangkan dia tidak mengenalnya maupun mengetahui di mana dia sekarang, dia menahan umpatannya. Pria itu mungkin saja sangat berbahaya dan akan memukulnya jika dia bertingkah.Satu-satunya alasan dia sedikit tenang adalah karena dia yakin pria itu tidak mirip sama sekali dengan dua orang yang ingin menyetubuhinya. Walaupun saat itu cukup gelap, dia masih mengingat wajah kedua orang itu dengan sangat jelas.“Permisi, Tuan, tapi aku tidak mengenalmu maupun mengetahui apa pekerjaanmu. Aku bahkan tidak tahu bagaimana aku bisa ada di sini. Bagaimana aku bisa menjawab pertanyaanmu?” jawab Erin dengan jengkel.Daffa terbatuk pelan ketika mende
Ketika dia melihat responsnya, Daffa tersenyum penuh kemenangan. Itu tepat seperti prediksinya. Dia bertanya sekali lagi, kali ini dengan percaya diri.“Jadi, Erin Mahendra, apakah kamu mau bekerja untukku?”Erin tidak langsung menjawabnya. Dia masih tertegun oleh isi dari dokumen tersebut dan tawaran kontrak yang dia tawarkan.Dokumen tersebut berisi daftar beberapa perusahaan yang terkemuka secara global. Sebagai mantan wakil presiden dari Numbers Int’l, dia mengenali beberapa perusahaan yang disebutkan di dokumen tersebut.Perusahaan yang memiliki nilai paling kecil di dokumen tersebut masih bernilai sekurang-kurangnya 450 triliun rupiah, yang merupakan jumlah yang luar biasa besar. Bahkan saingan Numbers Int’l, PT Nix terdaftar dalam dokumen tersebut juga.Walaupun dia sangat terkejut oleh daftar perusahaan yang tertera di dokumen itu, keterkejutannya meningkat lagi ketika dia membaca detail kontraknya.Kontrak tersebut menyatakan bahwa dia akan membantu mengelola beberapa pe
“Jelas-jelas kamu adalah bocah tidak dikenal. Aku tidak tahu bagaimana kamu memenangkan hati keluarga kecilmu dan membuat mereka membelikanmu jam tangan mahal itu, tapi biar kuberi tahu ini. Jika aku adalah kamu, aku akan mengembalikan jam tangan itu atau setidaknya menghadiahkannya untuk orang lain untuk mendapatkan keuntungan untuk keluargaku!” perintahnya.“Apa yang baru saja kamu katakan sangat kontradiktif. Sebelumnya, kamu mengaku bahwa jam tanganku adalah tiruan. Namun, sekarang kamu mengatakan bahwa keluargaku menghadiahiku jam tangan yang asli.” Daffa menaikkan sebelah alisnya. Dia berbicara dengan begitu tenang sehingga semua orang bisa mendengar ancaman terselubung di balik suaranya.Tidak perlu menjadi genius untuk mengetahui bahwa suasana hati Daffa sedang buruk saat itu. Menghela napas, Daffa mengepalkan tangannya dan meretakkan buku-buku jarinya lagi. Namun, kali ini, dia melanjutkannya dengan membungkuk, mengulurkan tangannya, dan mengangkat direktur yang sangat gemuk
Daffa bahkan tidak bisa menjamin bahwa direktur bodoh itu dapat memahami apa yang akan dia katakan, jadi dia tetap terdiam. Namun, dia terkejut karena direktur itu menganggap diamnya dia sebagai tanda kekalahan.Direktur itu menganggap hal itu sebagai konfirmasi bahwa Daffa sedang memakai barang tiruan. Oleh karena itu, dia mendongakkan dagunya pada Daffa dengan angkuh dan berbicara lebih lantang daripada sebelumnya. “Kenapa kamu tidak menjawab? Apakah itu karena tebakanku benar dan kamu sekarang takut?”Daffa tidak ingin menghabiskan energinya menjelaskan hal-hal pada direktur itu lagi, jadi Daffa hanya menghampiri pria itu untuk menekankan, “Aku adalah orang yang pemarah dan aku yakin kamu sudah mendengarnya dari orang lain beberapa hari belakangan. Namun, yang membuatku terkejut adalah kamu bersikeras untuk membuatku kesal.”Seraya dia menggelengkan kepalanya, dia meretakkan buku-buku jarinya, mengeluarkan suara yang renyah dan menakutkan.Setelah mendengarnya, lutut direktur it
“Konyol sekali. Apakah kamu sudah lupa? Kamu menelepon dan mengirimnya pesan di hadapanku, berkata bahwa kamu melakukan semua hal ini karena kamu jatuh cinta pada wajah tampannya di televisi. Ini semua tidak akan terjadi jika dia mau berpacaran denganmu!”Senyum sinis tersungging di wajah direktur itu seraya dia mengejek, “Lagi pula, sepertinya kamu salah paham. Kamu bukan wanitaku.”Daffa merasa sangat jijik dengan kedua orang itu hingga tenggorokannya terasa tercekit.“Kalau kalian memanggilku kemari hanya untuk membanggakan mengenai bagaimana kalian akan memaksakan aku melakukan kekerasan, yah, aku bisa mengatakan ini—kalian pada dasarnya sedang cari mati dengan melakukan itu!” sela dia sambil mengulurkan tangan ke atas untuk memijat pelipisnya.“Membasmi musuh-musuhku adalah hal terakhir yang ingin kulakukan. Namun, sekarang, aku tidak masalah.”Dengan begitu, dia berjalan di ruang kerja itu dan duduk di sofa, dengan santai menyilangkan kakinya di atas kakinya yang lain.Seme
Daffa menambahkan, “Karena kalian berdua memanggilku kemari, kurasa baru adil jika kalian berdua menghadapiku untuk menangani permasalahan ini.”Direktur itu bangkit berdiri dari sofa. Perutnya yang bergelambir bergoyang-goyang seperti jeli saat dia berlari ke arah pintu. Hanya butuh waktu kurang dari sedetik baginya untuk melakukannya.Dahlia melihat segalanya terjadi, matanya membulat tertarik oleh adegan konyol itu. Dia tahu direktur itu baru-baru ini bertambah berat badan banyak, jadi dia tidak pernah melakukan pergerakan yang besar. Itu adalah pertama kalinya Dahlia melihatnya.Ketika direktur itu akhirnya tiba di pintu, dia meletakkan satu tangan di pinggangnya sambil membungkuk dan terengah-engah. Napasnya begitu cepat sampai siapa pun akan merasa khawatir dia akan pingsan di detik selanjutnya.Berdiri di samping, Dahlia menundukkan kepalanya, tapi itu bukan karena dia khawatir. Dia melakukan itu untuk menyembunyikan senyumannya. Lagi pula, Daffa sudah membuka pintu, jadi di
Napas kepala penjaga keamanan itu berpacu, menggelitik kulit Daffa. Namun, tidak ada yang jahat dari ekspresi wajahnya. Rasa ingin tahu berbinar di matanya saat dia bertanya, “Kenapa kamu tidak menghentikan aku masuk? Hanya ada kamu dan aku di lift ini, jadi kamu bisa dengan mudah menghancurkan kamera pengawas dan menyerangku jika kamu ingin. Sudah jelas bahwa aku bukanlah tandinganmu. Aku yakin aku akan kalah jika kamu menyerangku sekarang.”Dia menatap Daffa dengan percampuran emosi yang rumit, tapi satu hal yang tidak dia rasakan adalah rasa takut. Berdiri di hadapan Daffa, dia meletakkan kedua tangannya di samping tubuhnya sambil mengangkat kepalanya dengan santai.Daffa mengembalikan pandangan penjaga itu. Tidak lama, lift itu pun tiba di lantai ke-10 dan senyuman terukir di wajah Daffa.“Yah, kalau begitu aku harus membuat harapanmu menjadi kenyataan.” Setelah mengatakan itu, dia mengulurkan tangannya.Walaupun tidak ada yang terlihat tidak biasa dari tindakannya, itu mencipt
“Kami peringatkan, pergilah sekarang juga! Kalau tidak, kami akan memanggil polisi untuk menanganimu!” seru penjaga keamanan itu.“Aku menantikan saat itu terjadi.” Daffa hanya tersenyum kepada mereka dan mendorong salah satu penjaga keamanan itu kesamping dengan menggenggam kerahnya.Saat itulah pintu lift terbuka. Banyak orang di dalam lift itu ingin keluar, tapi mereka bisa merasakan ketegangan yang menyesakkan di luar ketika pintunya terbuka, jadi mereka tidak berani bergerak.Pandangan Daffa menyapu mereka dan ketika semua orang di dalam masih gemetar kabur dari dalam lift, perhatiannya kembali tertuju pada penjaga keamanan.“Seseorang dari tempat ini menyuruhku untuk datang kemari. Oleh karena itu, kuminta kamu biarkan aku menemuinya sekarang atau aku tidak bisa menjamin apakah kamu akan berakhir disingkirkan seperti gerbang keamanan tadi. FT TV telah melakukan kejahatan yang mengerikan. Mereka melaporkan beberapa berita palsu dan memutarbalikkan kebenarannya. Karena itu, kes
Karena keadaan yang rumit itu, Kota Almiron hanya memiliki satu jaringan televisi—FT TV.Daffa awalnya mengira kedatangannya yang tiba-tiba tidak akan menarik perhatian siapa pun, tapi dia telah meremehkan pria yang berbicara di telepon sebelumnya.Pria itu tahu Daffa akan muncul, jadi dia sudah memerintah seseorang untuk menunggu kedatangannya di pintu utama jaringan televisi itu. Sayangnya, perkiraannya sedikit melenceng dan Daffa tiba di sana 20 menit lebih lambat daripada yang diprediksi.Jengkel, pria itu mengamuk di dalam hatinya, “Tidak ada yang berani memperlakukan aku seperti ini kecuali mereka tidak tahu siapa aku dan kekuasaanku!”Dengan begitu, dia bangkit dari sofa dan berdiri. Pergerakannya yang tiba-tiba membuat lututnya membentur dan menjegal Dahlia yang selama ini berlutut di sampingnya.Rasa sakit dan kekejutan menyebabkan Dahlia berteriak tajam saat dia terjatuh, kedua telapak tangannya menekan lantai untuk menjaga agar dia tetap duduk tegak. Dia menatap pria it
Daffa menghela napas dengan getir, menambahkan, “Itu adalah sesuatu yang akan kuubah setelah aku kembali ke kantor. Namun, sebelum kita melakukan itu, kamu harus beristirahat karena kamu harus sehat sepenuhnya untuk membantuku menyelesaikan hal-hal ketika kita kembali ke West Atlantics Int’l. Lagi pula, kamu belum pernah ke sana sebelumnya, jadi bekerja di sana akan membebanimu. Satu-satunya perbedaan mengenai West Atlantics Int’l adalah tidak ada yang akan berani melukaimu di bawah pengawasanku. Kamu aman di sana dan itu lebih baik daripada tempat ini.”“Iya. Tidak akan ada yang berani melukai saya di West Atlantics Int’l karena Anda adalah pemilik perusahaannya. Itu adalah markas Anda,” jawab Briana yang tersenyum dan mengangguk dengan penuh keyakinan.Kepercayaan penuh itu membuat jantung Daffa berdebar kencang saat itu juga. Setelah dia menyadari detak jantungnya yang menggila, ujung matanya berkerut menatap Briana dengan rasa ingin tahu.Kemudian, dia memalingkan pandangannya d
Pria botak itu lalu merebut ponsel dari tangan Dahlia dan berteriak dengan suara yang memicu rasa takut orang lain.“Sebaiknya tunjukkan dirimu di hadapanku sekarang. Kalau tidak, aku bisa menjamin kamu akan berakhir mengenaskan. Ketahuilah ini—aku lebih bernilai daripada Dahlia. Kuharap kamu cukup pintar untuk tidak meremehkan kekuatan pendapat publik.”Dia mematikan telepon setelah mengatakannya.Sementara itu, alis Daffa berkerut setelah mendengar klik dari ujung telepon lainnya. Segala hal berjalan di luar rencana awal Daffa. Dia mengangkat pergelangan tangannya untuk melihat waktu sebelum mengembalikan tangannya ke pinggangnya.Di saat yang sama, dia duduk di kursi pengemudi, mengetuk dasbor dengan tangannya yang lain, dan menghela napas.Briana sudah memasuki mobil, wajahnya berkerut dengan kekhawatiran ketika dia melihat raut wajah Daffa.“Tuan, saya adalah ahli bela diri terbangkit. Walaupun saya tidak lebih terampil dari Anda—oh, yah, itu tidak penting ….” Sebelum dia bi