Yang bisa wanita itu lakukan hanyalah berdiri dan membungkuk dengan dalam pada Daffa. “Aku sungguh minta maaf. Ini adalah kesalahanku. Aku rela membayar sebesar apa pun untuk meredakan amarahmu dan supaya tidak dihukum olehmu.”Pada titik itu, manajer itu sudah ditahan.Sementara itu, pria dari pusat pengendali berdiri di sisi dan menyaksikan kejadian itu berlangsung tanpa bereaksi apa-apa.Rasa penasaran terpampang di mata Daffa seraya dia menatap kedua orang itu. Itu adalah pertama kalinya dia menghadapi situasi seperti ini.Wanita itu tahu kalau Daffa penasaran dan dengan cepat menjelaskan, “Mereka berdua telah bekerja di bandara kami selama bertahun-tahun lamanya dan mereka sangat berwawasan mengenai luar dan dalam bandara ini.”“Jangan percaya pada wanita itu, Daffa!” teriak manajer itu tanpa berpikir dua kali. Dia murka karena dia ditahan selama beberapa saat.Teriakannya menghentikan putaran roda di otak Daffa, membuatnya mengerutkan dahi dan berfokus pada manajer yang puc
Daffa tidak mengucapkan sepatah kata apa pun. Yang dia lakukan hanyalah memejamkan matanya dan lanjut beristirahat.Tidak banyak waktu yang berlalu sampai Erin menutup laptopnya dan berdiri, matanya berbinar-binar. “Sudah selesai, Tuan Halim.”Di saat yang bersamaan, raut wajahnya terlihat kelelahan.Daffa membuka matanya, tapi sebelum dia bisa mengatakan apa-apa, wanita itu tertawa terbahak-bahak. “Siapa pun bisa tahu siapa yang memiliki perusahaan ini dengan mencarinya di internet. Lagi pula, akulah ....”Sudah kehabisan kesabarannya, Daffa bangkit berdiri dan memelototi wanita itu dengan tajam. “Kuharap kamu mengingat bahwa aku memiliki lebih dari setengah saham perusahaan penerbangan ini. Dengan kata lain, aku bisa mengganti direktur dan manajer eksekutif perusahaan ini semauku.”Rasa takut menjalar ke seluruh urat nadi wanita itu.Dia menengadahkan kepalanya, menatap Daffa dengan ketakutan sambil berpikir, “Aku adalah pemilik perusahaan ini yang kedua setelah Daffa. Aku juga
Elizabeth dengan berani bertatapan dengan Daffa, berujar, “Kamu mengaku sebagai pemegang saham utama dengan lebih dari setengah saham perusahaan ini, tapi aku tidak pernah melihatmu sebelumnya. Namun, aku akan meminta maaf atas segala hal yang terjadi hari ini jika kamu bisa membuktikannya.”Alis Daffa berkerut. Dia mengulurkan tangannya, meletakkannya di tangan kursi sambil mengetukkan jari-jarinya pada besi itu.Kekesalan terpancar dari dirinya seraya dia menjawab, “Menurut apa yang kuingat, aku sudah membuktikannya padamu sebelumnya.”Rasanya seperti sebuah badai salju bertiup di dalam mata Daffa, membuat temperatur di sekitar semua orang menurun drastis.“Seharusnya kamu pun tahu bahwa, sebagai atasanmu, aku tidak berkewajiban untuk membuktikan diriku padamu. Alih-alih, seharusnya kamu memperbaiki sikapmu terhadapku saat ini,” tambah Daffa.Dia lalu berdiri dan menatap sekelompok orang yang menghampirinya dengan mengejek. “Lama sekali.”Keterkejutan terpampang di wajah petuga
Pipi pramugari itu merona dengan terang. Bahkan suaranya terdengar jauh lebih lembut.“Penumpang yang terhormat, sebentar lagi pesawat akan lepas landas, jadi pria itu tidak boleh berdiri karena akan mengganggu prosedur lepas landas. Itulah mengapa saya menegurnya. Tindakan saya juga membuat penerbangan lebih lancar untuk penumpang seperti Anda.”Nada bicaranya yang dilembut-lembutkan secara sengaja terdengar seperti kuku yang mencakar papan tulis di telinga Daffa. Dia tidak terkesan dan bisa melihat tabiat wanita itu, juga apa yang sedang dia pikirkan saat itu.“Aku tidak memedulikan apa yang kamu pikirkan,” kata Daffa, “tapi kuharap kamu tidak akan membuat masalah lagi selama perjalanan ke depannya.”Wajah pramugari itu memucat, tidak bisa menerima apa yang Daffa katakan. Baginya, itu adalah sebuah hal yang mengejutkan bahwa Daffa, seorang tuan muda dari ujung kepala sampai ujung kaki, bisa mengatakan perkataan sekasar itu. Dia terpaku di tempat dia berdiri cukup lama sebelum pen
Daffa masih penasaran mengenai situasinya. Lagi pula, menurut peraturan perusahaan penerbangan itu, sebuah penerbangan tidak mungkin lepas landas dalam satu jam setengah jika pintunya terbuka.Para penumpang mulai kehilangan kesabarannya pada titik itu. Mereka makin gelisah dan mulai berseru-seru, menyebabkan keributan di dalam kabin.Hanya Daffa yang tidak merasa terganggu karena semua hal itu dan dia tetap terduduk di kursinya.Sementara itu, Kate mengira bahwa pintu itu telah terbuka karenanya. Sebuah seringaian bangga terukir pada wajahnya saat itu. Dia merasa senang karena kaptennya telah merespons perintahnya dengan begitu cepat.“Bagaimana? Apakah kamu takut sekarang? Pesawat ini tidak akan terbang jika aku tidak memperbolehkannya. Jadi, lakukan seperti apa yang kuinginkan jika kamu ingin melanjutkan penerbanganmu dengan nyaman,” ujarnya, menyeringai sambil mengangkat dagunya penuh kemenangan pada Daffa.Dia merasa seperti semua hal berjalan sesuai yang dia inginkan.Daffa
Kate ingin mengatakan sesuatu lagi, tapi Daffa tiba-tiba membuka matanya.Tatapan matanya yang dingin membuat semua orang bergidik ngeri seraya dia memberi perintah pada kapten itu, “Kamu boleh terbang dengan kecepatan biasa jika kamu bisa lepas landas dalam 10 menit.”Dengan cemas, Kate menggigit bibir bawahnya sambil memperhatikan wajah Daffa. Setelah melihat tatapannya yang kosong, barulah dia menyadari bahwa dia serius. Karena itu, dia mengangguk pada kapten yang ragu-ragu di sampingnya.“Pergilah. Bawa pesawat ini ke Kota Almiron secepat mungkin.”Kursi di depan Daffa kosong.Kate tanpa ragu duduk di sana dan memakai sabuk pengaman.“Kurasa itu bukan kursimu,” ujar Daffa sambil mengerutkan dahinya. “Lagi pula, aku merasa terganggu.”Dia merasa napas Kate sedikit sesak, tapi dia tidak terlalu mengindahkannya. Alih-alih, dia hanya memejamkan matanya.Tidak lama, pesawat itu pun lepas landas.Keheningan mengisi kabin itu karena tidak ada satu orang pun yang ingin mengungkit
Kate membungkuk pada Daffa dengan penuh hormat saat itu juga. “Tidak ada banyak hal yang kumiliki untuk membalas kebaikanmu. Mengenai saham perusahaan, aku akan menghubungi ayahku dan mendiskusikannya dengan jelas dengannya. Lalu, ayahku sebelumnya menghadiahiku dua perusahaan di industri hiburan. Walau aku tidak bisa melakukan banyak hal, aku bisa memberikan perusahaan-perusahaan ini padamu.”Kedua alis Daffa meninggi.Dia sangat terkejut oleh kemurahan hati wanita di hadapannya, jadi dia bertanya, “Apa yang kamu inginkan dengan memberikanku perusahaan-perusahaan itu?”Kate tidak menyangka Daffa akan bereaksi dengan terus terang seperti itu. Meskipun begitu, dia tahu bahwa kemungkinan besar Daffa akan menyetujui permintaannya saat itu. Setelah menghela napas lega, dia menjawab, “Kuharap ayahku bisa memiliki pengalaman yang lebih baik di pusat penahanan.”Tangan Daffa yang sedang bergerak di papan sentuh laptopnya terhenti.Dia menengadah ke arah Kate, memperhatikan ekspresi seriu
“Lagi pula, aku benar-benar mencintai ayahmu. Aku tidak bersama dengannya karena kekayaannya,” tambah Elizabeth.Bisikan-bisikan mengenai perdebatan kedua wanita itu meledak di dalam kabin.“Aku memercayai wanita yang ditahan oleh petugas keamanan.”“Pramugari itu jelas-jelas bukanlah orang baik. Walaupun dia cantik, tatapan tajamnya membuatnya tampak seperti sedang merencanakan sesuatu yang jahat.”“Benar. Ditambah, aku tidak paham. Kenapa wanita itu bekerja sebagai pramugari jika dia memang sekaya itu?”Tangan Kate mengepal di samping badannya ketika dia mendengar diskusi orang-orang di sekitarnya. Dia ingin membantah ucapan mereka, tapi dia tidak tahu harus mengatakan apa. Napasnya menjadi cepat bersamaan dengan detak jantungnya.Saat itulah Daffa turun tangan, berkata, “Menurutku, sebagai seorang wanita yang sedang ditahan oleh petugas keamanan, dia seharusnya tidak berhak berbicara dengan siapa pun.”Barulah saat itu kedua petugas keamanan itu bangkit dari tempat duduk mere
Wanita itu menjelaskan, “Aku kehabisan uang dan mereka bilang mereka akan membayarku dengan bayaran yang tinggi untuk melakukan ini. Yang perlu kulakukan hanyalah membawa kamera ketika datang kemari.”Daffa mengernyit. “Bagaimana caranya kamu masuk kemari?” Nada bicaranya dingin. Penjelasan wanita itu tidak berarti apa-apa baginya.Wanita itu menelan ludah. “Aku tidak tahu. Mereka menyuruhku untuk meminum ramuan, setelah itu aku kehilangan kesadaranku. Ketika aku terbangun, aku sudah ada di sini.”Daffa mengernyit mendengarnya. Wanita itu berseru, “Tunggu! Aku bersumpah aku mengatakan yang sebenarnya!”Dia tahu Daffa tidak puas dengan jawabannya, tapi hanya itu yang dia ketahui. Dia menatap Daffa sambil menangis saat Daffa berkata, “Apakah kamu perlu berteriak padaku seperti itu?”Dia berkata dengan gemetar, “Maaf, a … aku tidak bermaksud.”Mata Daffa masih dingin, tapi dia melepaskan wanita itu. Akan tetapi, ini tidak membuat wanita itu tenang. Sebaliknya, wanita itu menegang da
Bram menatap dia dengan tenang. “Mungkin kamu akan mempertimbangkan untuk memberitahuku kenapa kamu ada di sini jika kamu tidak ingin mati.”Pria itu tertawa terbahak-bahak. Daffa mengernyit dan berkata, “Bram, bawa dia pergi supaya kamu bisa menginterogasinya nanti.”Bram langsung mengulurkan tangannya untuk memegang pria itu—kecepatannya membuat mata Daffa berbinar. Seperti yang dia duga, Bram adalah ahli bela diri yang tampaknya lebih cakap dibandingkan semua orang yang ada di sana, termasuk Daffa. Ini membuat Daffa ingin bertarung dengannya, tapi ini tentunya bukan waktu yang tepat untuk itu. Dia berusaha sekeras mungkin untuk menahan keinginannya untuk menerkam Bram.Pada saat ini, Edward dan Briana muncul. Dari langkah kaki dan napas mereka, Daffa tahu mereka telah berlari sampai ke sini, membuatnya mengangkat sebelah alisnya. Dia menoleh untuk melihat ke arah pintu dan berkata, “Bram, tunggu sebentar.”Bram tidak tahu kenapa Daffa tiba-tiba menghentikannya, tapi dia melakuka
Daffa menunjuk ke arah kamar mandi saat dia berbicara. “Kamu bisa periksa kamar mandinya jika kamu mau. Itu sama saja seperti kamar mandi lainnya. Tidak ada apa pun yang memungkinkan aku untuk mengunggah apa pun di internet.” Dia menatap Bram yang masih terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu. Sebagai ahli bela diri terbangkit, Daffa langsung tahu apa yang Bram pikirkan dan bibirnya pun berkedut. Daffa menatap Bram dengan tatapan tidak berdaya dan berkata, “Dengar, kamera-kamera itu tidak ada hubungannya denganku.”Bram langsung menghela napas lega. Daffa menahan keinginannya untuk memutar bola matanya dan berbalik untuk melihat wanita tadi sambil mengetukkan jari-jarinya di sandaran tangan sofa. Suasananya menjadi sangat tegang hingga Bram menundukkan kepalanya lagi, memandang lantai.Setelah beberapa detik, Daffa berujar, “Bram.” Itu membuat Bram merinding dan menundukkan kepalanya makin dalam. Bram tidak dapat membayangkan apa yang hendak Daffa katakan dan keringat membasahi ken
Daffa mengangkat sebelah alisnya. Dia memegang leher wanita itu dan melemparkannya ke dalam bak mandi, membuatnya megap-megap karena dia berusaha bernapas. Daffa mengabaikannya, memakai celananya, dan meletakkan tangannya di kenop pintu. Di dalam benaknya, vila Keluarga Halim adalah tempat baginya untuk bersantai dan menjalani waktu yang damai, tapi tampaknya dia keliru. Dia membuka pintu untuk melihat Erin berdiri di sana dan bibirnya berkedut. “Kukira kamu akan menunggu di luar.” Dia tidak memakai atasan karena lemari pakaiannya ada di luar.Tentunya, Erin tidak menduga akan melihat Daffa seperti ini. Dia merona dan memalingkan diri dari Daffa, tapi tidak dapat berjalan pergi—rasanya seakan-akan kakinya dilem ke lantai. Namun, mungkin otaknya berhenti berfungsi dan tidak dapat menyuruh kakinya untuk bergerak. Bagaimanapun, Erin tidak pergi.Daffa tampak terkejut oleh itu, tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Alih-alih, dia berjalan melewati Erin dan memasuki ruang gantinya, muncul ke
Wanita itu tetap terdiam di tempatnya, terlihat terkejut. Daffa berniat untuk ikut berpura-pura seolah dia tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi dia sangat ingin menertawai akting wanita itu yang sangat buruk. Lagi pula, tidak ada pelayan Keluarga Halim yang akan mengenakan stoking setinggi paha saat bekerja. Namun, Daffa tahu dia harus berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. Dia memasang ekspresi marah dan menggeram, “Aku jijik oleh keberadaanmu, jadi sebaiknya kamu menjauh dariku!”Mendengarnya, wajah wanita itu menjadi pucat. Daffa mengetukkan jemarinya ke tepi bak mandi, bertanya-tanya apakah dia terlalu kasar. Apakah wanita itu akan bisa melanjutkan aktingnya? Bibir Daffa berkedut saat dia memejamkan matanya dan berkata, “Ingat, jangan pakai apa pun selain seragam yang benar lain kali kamu bekerja … tidak peduli sebagus apa itu terlihat padamu.”Daffa merasakan kekejutan dan kesenangan wanita itu mendengar perkataan Daffa dan mendengar langkah kaki menghampirinya. Daffa m
Teivel membutuhkan tempat yang sunyi supaya tidak akan ada yang mengganggunya. Daffa menunggu hingga dia tidak dapat mendeteksi Teivel sebelum mendarat di tanah. Ketika dia melakukannya, orang-orang berjubah hitam itu perlahan membuka mata mereka dan tersadar kembali. Beberapa dari mereka mulai muntah-muntah ketika mereka melihat darah tikus dan potongan-potongan yang tersebar di sekitar mereka, tapi ini tidak memengaruhi Daffa.Dia bilang, “Maaf tidak sengaja mengetahui rahasia kalian seperti ini.” Orang-orang itu kembali tenang dan menatap Daffa. Daffa tersenyum dan berkata, “Kurasa ini adalah permasalahan yang perlu diselesaikan.”Pemimpin dari mereka melangkah maju untuk menghalangi yang lain dari pandangan Daffa dan berkata dengan pelan, “Semuanya bisa didiskusikan selama kamu tidak membiarkan Pak Teivel tahu tentang ini.”Daffa mengangkat sebelah alisnya. “Sayangnya, dia sudah tahu.”Si pemimpin menjadi pucat mendengarnya, tapi amarah mulai menggelora di matanya. Namun, beber
“Jangan khawatir, mereka tidak bisa melihatku. Kita akan baik-baik saja selama kamu tidak bergabung denganku di udara,” ucap Teivel.Daffa mengembuskan napas, meletakkan tangannya di balik punggungnya, dan melihat pemandangan di hadapannya tanpa bersuara. Ada darah tikus di mana-mana, bersamaan dengan potongan-potongan kecil daging. Dia merasa perutnya bergejolak, jadi dia menahap napasnya dan melayang, bergabung dengan Teivel di udara. “Pak, aku melihat percampuran amarah dan kesedihan di dalam matamu.”Teivel memejamkan matanya dan mengangguk. “Iya. Aku menggunakan metode rahasia untuk menelusuri ingatan mereka. Mereka telah melalui banyak hal, lebih dari yang seharusnya, sebelum mereka tertidur. Mereka mengalami berbagai macam kesulitan ketika aku bertemu mereka. Ketika aku membawa mereka bersamaku, yang tertua bahkan belum berusia tujuh tahun. Aku membesarkan mereka dan mengajari mereka cara membaca dan menulis, tapi aku tidak mengajarkan meditasi pada mereka. Aku hanya ingin mer
Jauhar menegang, tapi dia tetap berusaha sekeras mungkin untuk mempertahankan senyumannya. “Aku belum melihat teman-teman ayahmu dalam waktu yang lama, terutama setelah orang tuamu meninggal. Mereka semua memiliki alasan tersendiri untuk pergi.” Dia menarik napas dalam-dalam. Daffa tahu Jauhar merasa terganggu. Jauhar melanjutkan, “Pada saat itu, aku tidak dapat menerima kematian ayahmu dan aku akan menghargai kehadiran mereka. Setidaknya, itu akan membuatku merasa seperti dia masih hidup. Aku tahu mereka tidak diwajibkan untuk melakukan apa pun, tapi mereka bahkan tidak repot-repot menghadiri pemakamannya. Aku menolak memercayai satu hal pun yang mereka katakan!”Dia berusaha keras untuk menahan agar amarahnya tidak meledak-ledak, tapi dia mau tidak mau tetap gemetar. “Kamu tidak boleh memercayai mereka sepenuhnya, jadi ingatlah untuk jangan percayai ucapan mereka mentah-mentah. Lagi pula, tidak ada jaminan mereka tidak berteman dengan ayahmu dengan niat tersembunyi. Siapa yang tahu
“Ya, aku mengkhawatirkan hal yang sama. Tidak ada sihir ataupun meditasi yang akan menjaga jantung seseorang terus berdetak selama lima abad kecuali jantung yang berdetak di dalam mereka sekarang bukan milik mereka, atau ada hal lain dalam hal ini yang tidak kita ketahui.” Teivel menghela napas. “Bagaimanapun, sejarah kembali terulang. Apa yang terjadi lima abad yang lalu terjadi lagi sekarang.Daffa menggigit bibirnya dan mengernyit dalam-dalam. Kemudian, dia berkata, “Apa yang harus kita lakukan untuk mencegah situasi ini menjadi makin parah? Aku sejujurnya tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang. Kukira aku sudah memberantas orang-orang berjubah hitam, tapi di sinilah mereka, muncul di hadapanku lagi.”Teivel tertawa, tapi itu bukan tawa menghina. Dia berkata, “Mereka tidak bisa diberantas—tidak dengan cara yang kamu pikirkan—karena tidak ada yang bisa menghentikan dalang utamanya setelah aku mati. Aku mengenal lawanku dengan baik. Dia pasti telah melemparkan dirinya sendiri