Daffa berbicara dengan terus terang.“Aku punya berita buruk untukmu. Menurut penyelidikanku, kekasihmu memegang 20 persen saham dari perusahaan penerbangan ini. Namun, aku memiliki 51 persen. Walaupun saham sebesar 20 persen itu memberikan kekasihmu status sebagai salah satu dari dua pemegang saham terbesar ....”Wajah manajer itu memucat. Yang membuatnya lebih terkejut adalah bahwa ucapannya belum berakhir.“Kamu bukanlah orang yang cakap. Yang kamu lakukan hanyalah mengandalkan penampilanmu untuk menggoda kekasihmu saat ini. Kamu hanya bisa berdiri di sini dan mengacungkan jarimu padaku dengan tidak sopan karena kekasihmu memberikanmu posisi ini,” lanjut Daffa.Dia lalu meregangkan lehernya, menambahkan sambil memperhatikan ekspresi manajer itu, “Ada banyak yang kuketahui, seperti suami kekasihmu. Dia dan perusahaanku jarang bekerja sama karena dia terlalu inferior.”Manajer itu tiba-tiba tampak tenang.Melihatnya, bibir Daffa melengkung penuh arti.“Tentu saja, itu hanyalah
Yang bisa wanita itu lakukan hanyalah berdiri dan membungkuk dengan dalam pada Daffa. “Aku sungguh minta maaf. Ini adalah kesalahanku. Aku rela membayar sebesar apa pun untuk meredakan amarahmu dan supaya tidak dihukum olehmu.”Pada titik itu, manajer itu sudah ditahan.Sementara itu, pria dari pusat pengendali berdiri di sisi dan menyaksikan kejadian itu berlangsung tanpa bereaksi apa-apa.Rasa penasaran terpampang di mata Daffa seraya dia menatap kedua orang itu. Itu adalah pertama kalinya dia menghadapi situasi seperti ini.Wanita itu tahu kalau Daffa penasaran dan dengan cepat menjelaskan, “Mereka berdua telah bekerja di bandara kami selama bertahun-tahun lamanya dan mereka sangat berwawasan mengenai luar dan dalam bandara ini.”“Jangan percaya pada wanita itu, Daffa!” teriak manajer itu tanpa berpikir dua kali. Dia murka karena dia ditahan selama beberapa saat.Teriakannya menghentikan putaran roda di otak Daffa, membuatnya mengerutkan dahi dan berfokus pada manajer yang puc
Daffa tidak mengucapkan sepatah kata apa pun. Yang dia lakukan hanyalah memejamkan matanya dan lanjut beristirahat.Tidak banyak waktu yang berlalu sampai Erin menutup laptopnya dan berdiri, matanya berbinar-binar. “Sudah selesai, Tuan Halim.”Di saat yang bersamaan, raut wajahnya terlihat kelelahan.Daffa membuka matanya, tapi sebelum dia bisa mengatakan apa-apa, wanita itu tertawa terbahak-bahak. “Siapa pun bisa tahu siapa yang memiliki perusahaan ini dengan mencarinya di internet. Lagi pula, akulah ....”Sudah kehabisan kesabarannya, Daffa bangkit berdiri dan memelototi wanita itu dengan tajam. “Kuharap kamu mengingat bahwa aku memiliki lebih dari setengah saham perusahaan penerbangan ini. Dengan kata lain, aku bisa mengganti direktur dan manajer eksekutif perusahaan ini semauku.”Rasa takut menjalar ke seluruh urat nadi wanita itu.Dia menengadahkan kepalanya, menatap Daffa dengan ketakutan sambil berpikir, “Aku adalah pemilik perusahaan ini yang kedua setelah Daffa. Aku juga
Elizabeth dengan berani bertatapan dengan Daffa, berujar, “Kamu mengaku sebagai pemegang saham utama dengan lebih dari setengah saham perusahaan ini, tapi aku tidak pernah melihatmu sebelumnya. Namun, aku akan meminta maaf atas segala hal yang terjadi hari ini jika kamu bisa membuktikannya.”Alis Daffa berkerut. Dia mengulurkan tangannya, meletakkannya di tangan kursi sambil mengetukkan jari-jarinya pada besi itu.Kekesalan terpancar dari dirinya seraya dia menjawab, “Menurut apa yang kuingat, aku sudah membuktikannya padamu sebelumnya.”Rasanya seperti sebuah badai salju bertiup di dalam mata Daffa, membuat temperatur di sekitar semua orang menurun drastis.“Seharusnya kamu pun tahu bahwa, sebagai atasanmu, aku tidak berkewajiban untuk membuktikan diriku padamu. Alih-alih, seharusnya kamu memperbaiki sikapmu terhadapku saat ini,” tambah Daffa.Dia lalu berdiri dan menatap sekelompok orang yang menghampirinya dengan mengejek. “Lama sekali.”Keterkejutan terpampang di wajah petuga
Pipi pramugari itu merona dengan terang. Bahkan suaranya terdengar jauh lebih lembut.“Penumpang yang terhormat, sebentar lagi pesawat akan lepas landas, jadi pria itu tidak boleh berdiri karena akan mengganggu prosedur lepas landas. Itulah mengapa saya menegurnya. Tindakan saya juga membuat penerbangan lebih lancar untuk penumpang seperti Anda.”Nada bicaranya yang dilembut-lembutkan secara sengaja terdengar seperti kuku yang mencakar papan tulis di telinga Daffa. Dia tidak terkesan dan bisa melihat tabiat wanita itu, juga apa yang sedang dia pikirkan saat itu.“Aku tidak memedulikan apa yang kamu pikirkan,” kata Daffa, “tapi kuharap kamu tidak akan membuat masalah lagi selama perjalanan ke depannya.”Wajah pramugari itu memucat, tidak bisa menerima apa yang Daffa katakan. Baginya, itu adalah sebuah hal yang mengejutkan bahwa Daffa, seorang tuan muda dari ujung kepala sampai ujung kaki, bisa mengatakan perkataan sekasar itu. Dia terpaku di tempat dia berdiri cukup lama sebelum pen
Daffa masih penasaran mengenai situasinya. Lagi pula, menurut peraturan perusahaan penerbangan itu, sebuah penerbangan tidak mungkin lepas landas dalam satu jam setengah jika pintunya terbuka.Para penumpang mulai kehilangan kesabarannya pada titik itu. Mereka makin gelisah dan mulai berseru-seru, menyebabkan keributan di dalam kabin.Hanya Daffa yang tidak merasa terganggu karena semua hal itu dan dia tetap terduduk di kursinya.Sementara itu, Kate mengira bahwa pintu itu telah terbuka karenanya. Sebuah seringaian bangga terukir pada wajahnya saat itu. Dia merasa senang karena kaptennya telah merespons perintahnya dengan begitu cepat.“Bagaimana? Apakah kamu takut sekarang? Pesawat ini tidak akan terbang jika aku tidak memperbolehkannya. Jadi, lakukan seperti apa yang kuinginkan jika kamu ingin melanjutkan penerbanganmu dengan nyaman,” ujarnya, menyeringai sambil mengangkat dagunya penuh kemenangan pada Daffa.Dia merasa seperti semua hal berjalan sesuai yang dia inginkan.Daffa
Kate ingin mengatakan sesuatu lagi, tapi Daffa tiba-tiba membuka matanya.Tatapan matanya yang dingin membuat semua orang bergidik ngeri seraya dia memberi perintah pada kapten itu, “Kamu boleh terbang dengan kecepatan biasa jika kamu bisa lepas landas dalam 10 menit.”Dengan cemas, Kate menggigit bibir bawahnya sambil memperhatikan wajah Daffa. Setelah melihat tatapannya yang kosong, barulah dia menyadari bahwa dia serius. Karena itu, dia mengangguk pada kapten yang ragu-ragu di sampingnya.“Pergilah. Bawa pesawat ini ke Kota Almiron secepat mungkin.”Kursi di depan Daffa kosong.Kate tanpa ragu duduk di sana dan memakai sabuk pengaman.“Kurasa itu bukan kursimu,” ujar Daffa sambil mengerutkan dahinya. “Lagi pula, aku merasa terganggu.”Dia merasa napas Kate sedikit sesak, tapi dia tidak terlalu mengindahkannya. Alih-alih, dia hanya memejamkan matanya.Tidak lama, pesawat itu pun lepas landas.Keheningan mengisi kabin itu karena tidak ada satu orang pun yang ingin mengungkit
Kate membungkuk pada Daffa dengan penuh hormat saat itu juga. “Tidak ada banyak hal yang kumiliki untuk membalas kebaikanmu. Mengenai saham perusahaan, aku akan menghubungi ayahku dan mendiskusikannya dengan jelas dengannya. Lalu, ayahku sebelumnya menghadiahiku dua perusahaan di industri hiburan. Walau aku tidak bisa melakukan banyak hal, aku bisa memberikan perusahaan-perusahaan ini padamu.”Kedua alis Daffa meninggi.Dia sangat terkejut oleh kemurahan hati wanita di hadapannya, jadi dia bertanya, “Apa yang kamu inginkan dengan memberikanku perusahaan-perusahaan itu?”Kate tidak menyangka Daffa akan bereaksi dengan terus terang seperti itu. Meskipun begitu, dia tahu bahwa kemungkinan besar Daffa akan menyetujui permintaannya saat itu. Setelah menghela napas lega, dia menjawab, “Kuharap ayahku bisa memiliki pengalaman yang lebih baik di pusat penahanan.”Tangan Daffa yang sedang bergerak di papan sentuh laptopnya terhenti.Dia menengadah ke arah Kate, memperhatikan ekspresi seriu
“Kalau begitu, sesuai keinginanmu. Aku akan mengumpulkan dewan direksi lainnya untuk memulai rapatnya. Aku sudah memberi tahu mereka sebelumnya melalui laptopku, tapi mereka mengabaikan aku—mereka tidak pernah menganggapku serius. Ada juga manajer bisnis menyusahkan yang sebelumnya kurekrut. Walaupun aku tidak mau mengakuinya, tapi aku tidak bisa menyangkal kurangnya kemampuanku untuk mengatur saluran televisi ini. Demikian pula, ketidakpedulianku membuat para karyawan melakukan hal-hal buruk sesuka hati mereka.”Kemudian, dia berjalan pergi dengan kepala yang tertunduk. Kekecewaan membebani pundaknya karena dia pernah menghabiskan begitu banyak energi untuk menjalankan FT TV. Akan tetapi, akhir-akhir ini, yang bisa dia lakukan hanyalah duduk di pintu utama perusahaan dan menyaring tamu mana saja yang datang dengan niat buruk. Yang memperburuk semuanya, dia sekarang tidak memiliki pilihan selain menyerahkan FT TV pada Daffa.Masih duduk di kursi, Daffa tahu setiap kata yang dikatakan
Daffa maju satu langkah, berbalik untuk menghadap ke depan, dan memasuki ruang rapat itu.Penjaga keamanan itu membeku dengan tatapan kosong. Butuh waktu yang lama baginya sebelum tersadar kembali, bergegas menyusul Daffa sementara matanya bergerak-gerak ke sana kemari di tempat itu.Kemudian, dia tersenyum dengan hangat pada Daffa dan berkata, “Sebelum kita menugaskan penerus baru FT TV, aku akan melayanimu dengan sebaik mungkin. Seperti itulah kurang lebih situasinya nanti. Dalam keadaan apa pun, aku akan sangat senang melayanimu.”Kerutan muncul di wajah Daffa sesaat, tapi dia tidak mengatakan apa-apa karena dia tahu kepala penjaga keamanan di sampingnya sedang mengatakan kebenarannya. Itu adalah pemikiran sesungguhnya penjaga keamanan itu.Namun, Daffa tidak memerlukan itu. Dia hanya ingin mengumpulkan para petinggi perusahaan saluran televisi itu di ruang rapat saat itu juga. Barulah saat itu dia bisa tenang dan melakukan apa yang dia inginkan. Meskipun dia merasa cemas, dia t
Daffa menaikkan sebelah alisnya, mengenali kepala penjaga keamanan itu karena mereka sebelumnya menaiki lift bersama. Dia dengan tenang berkomentar, “Kamu terlihat lebih baik mengenakan setelan jas ini daripada seragam penjaga keamanan sebelumnya.”Reaksi Daffa anehnya sangat tenang meskipun dia melihat kepala penjaga keamanan, yang seharusnya hanya menghasilkan 37,5 juta rupiah per bulannya, berganti pakaian dengan setelan jas mahal.Perubahan itu menandakan bahwa penjaga keamanan itu, pada kenyataannya, merupakan seseorang berstatus tinggi dan bertanggung jawab mendistribusikan gaji para karyawan lainnya.Karena Daffa tenang, kepala penjaga keamanan itu tidak bisa menahan emosinya. Alisnya menaik sangat tinggi terkejut seraya tersenyum pada Daffa. “Kamu tidak terlihat terkejut oleh identitasku yang sebenarnya. Apakah kamu sudah mengetahuinya lebih dulu?”Setelah mendengar hal itu, Daffa, yang hendak melangkah maju, berhenti melangkah. Ambang pintu lift adalah satu-satunya hal yan
“Ada juga pria di pintu masuk utama perusahaan yang mengawasi semua anggota keamanan!” Berpikir begitu, semua rambut di punggung direktur itu menegak.Berdiri di hadapan si direktur, Daffa menaikkan sebelah alisnya dan berkata, “Itu reaksi yang aneh. Kamu terlihat ketakutan, tapi aku tidak tahu kenapa. Apakah aku perlu mengingatkanmu bahwa kamu memintaku untuk datang kemari? Kukira kamu setidaknya akan siap secara mental untuk menghadapi konsekuensinya setelah aku tiba.”Mulut direktur itu menganga sangat lama. Di suatu titik, direktur itu kembali tersadar dan memohon, “M … Maafkan aku! Aku sangat bersedia untuk menyampaikan permintaan kepada para atasanku. Aku bersumpah aku sangat bersedia, tapi aku tidak bisa melakukannya karena aku mungkin akan kehilangan pekerjaanku. Lagi pula, perusahaan ini tidak dimiliki oleh satu orang saja dan kami juga merupakan saluran televisi ….”Dia menelan ludah dan memandang lantai setelah mengatakannya. Roda gigi di dalam otaknya berputar kencang, m
“Jelas-jelas kamu adalah bocah tidak dikenal. Aku tidak tahu bagaimana kamu memenangkan hati keluarga kecilmu dan membuat mereka membelikanmu jam tangan mahal itu, tapi biar kuberi tahu ini. Jika aku adalah kamu, aku akan mengembalikan jam tangan itu atau setidaknya menghadiahkannya untuk orang lain untuk mendapatkan keuntungan untuk keluargaku!” perintahnya.“Apa yang baru saja kamu katakan sangat kontradiktif. Sebelumnya, kamu mengaku bahwa jam tanganku adalah tiruan. Namun, sekarang kamu mengatakan bahwa keluargaku menghadiahiku jam tangan yang asli.” Daffa menaikkan sebelah alisnya. Dia berbicara dengan begitu tenang sehingga semua orang bisa mendengar ancaman terselubung di balik suaranya.Tidak perlu menjadi genius untuk mengetahui bahwa suasana hati Daffa sedang buruk saat itu. Menghela napas, Daffa mengepalkan tangannya dan meretakkan buku-buku jarinya lagi. Namun, kali ini, dia melanjutkannya dengan membungkuk, mengulurkan tangannya, dan mengangkat direktur yang sangat gemuk
Daffa bahkan tidak bisa menjamin bahwa direktur bodoh itu dapat memahami apa yang akan dia katakan, jadi dia tetap terdiam. Namun, dia terkejut karena direktur itu menganggap diamnya dia sebagai tanda kekalahan.Direktur itu menganggap hal itu sebagai konfirmasi bahwa Daffa sedang memakai barang tiruan. Oleh karena itu, dia mendongakkan dagunya pada Daffa dengan angkuh dan berbicara lebih lantang daripada sebelumnya. “Kenapa kamu tidak menjawab? Apakah itu karena tebakanku benar dan kamu sekarang takut?”Daffa tidak ingin menghabiskan energinya menjelaskan hal-hal pada direktur itu lagi, jadi Daffa hanya menghampiri pria itu untuk menekankan, “Aku adalah orang yang pemarah dan aku yakin kamu sudah mendengarnya dari orang lain beberapa hari belakangan. Namun, yang membuatku terkejut adalah kamu bersikeras untuk membuatku kesal.”Seraya dia menggelengkan kepalanya, dia meretakkan buku-buku jarinya, mengeluarkan suara yang renyah dan menakutkan.Setelah mendengarnya, lutut direktur it
“Konyol sekali. Apakah kamu sudah lupa? Kamu menelepon dan mengirimnya pesan di hadapanku, berkata bahwa kamu melakukan semua hal ini karena kamu jatuh cinta pada wajah tampannya di televisi. Ini semua tidak akan terjadi jika dia mau berpacaran denganmu!”Senyum sinis tersungging di wajah direktur itu seraya dia mengejek, “Lagi pula, sepertinya kamu salah paham. Kamu bukan wanitaku.”Daffa merasa sangat jijik dengan kedua orang itu hingga tenggorokannya terasa tercekit.“Kalau kalian memanggilku kemari hanya untuk membanggakan mengenai bagaimana kalian akan memaksakan aku melakukan kekerasan, yah, aku bisa mengatakan ini—kalian pada dasarnya sedang cari mati dengan melakukan itu!” sela dia sambil mengulurkan tangan ke atas untuk memijat pelipisnya.“Membasmi musuh-musuhku adalah hal terakhir yang ingin kulakukan. Namun, sekarang, aku tidak masalah.”Dengan begitu, dia berjalan di ruang kerja itu dan duduk di sofa, dengan santai menyilangkan kakinya di atas kakinya yang lain.Seme
Daffa menambahkan, “Karena kalian berdua memanggilku kemari, kurasa baru adil jika kalian berdua menghadapiku untuk menangani permasalahan ini.”Direktur itu bangkit berdiri dari sofa. Perutnya yang bergelambir bergoyang-goyang seperti jeli saat dia berlari ke arah pintu. Hanya butuh waktu kurang dari sedetik baginya untuk melakukannya.Dahlia melihat segalanya terjadi, matanya membulat tertarik oleh adegan konyol itu. Dia tahu direktur itu baru-baru ini bertambah berat badan banyak, jadi dia tidak pernah melakukan pergerakan yang besar. Itu adalah pertama kalinya Dahlia melihatnya.Ketika direktur itu akhirnya tiba di pintu, dia meletakkan satu tangan di pinggangnya sambil membungkuk dan terengah-engah. Napasnya begitu cepat sampai siapa pun akan merasa khawatir dia akan pingsan di detik selanjutnya.Berdiri di samping, Dahlia menundukkan kepalanya, tapi itu bukan karena dia khawatir. Dia melakukan itu untuk menyembunyikan senyumannya. Lagi pula, Daffa sudah membuka pintu, jadi di
Napas kepala penjaga keamanan itu berpacu, menggelitik kulit Daffa. Namun, tidak ada yang jahat dari ekspresi wajahnya. Rasa ingin tahu berbinar di matanya saat dia bertanya, “Kenapa kamu tidak menghentikan aku masuk? Hanya ada kamu dan aku di lift ini, jadi kamu bisa dengan mudah menghancurkan kamera pengawas dan menyerangku jika kamu ingin. Sudah jelas bahwa aku bukanlah tandinganmu. Aku yakin aku akan kalah jika kamu menyerangku sekarang.”Dia menatap Daffa dengan percampuran emosi yang rumit, tapi satu hal yang tidak dia rasakan adalah rasa takut. Berdiri di hadapan Daffa, dia meletakkan kedua tangannya di samping tubuhnya sambil mengangkat kepalanya dengan santai.Daffa mengembalikan pandangan penjaga itu. Tidak lama, lift itu pun tiba di lantai ke-10 dan senyuman terukir di wajah Daffa.“Yah, kalau begitu aku harus membuat harapanmu menjadi kenyataan.” Setelah mengatakan itu, dia mengulurkan tangannya.Walaupun tidak ada yang terlihat tidak biasa dari tindakannya, itu mencipt