Share

Bab 208

Author: Benjamin
Daffa masih penasaran mengenai situasinya. Lagi pula, menurut peraturan perusahaan penerbangan itu, sebuah penerbangan tidak mungkin lepas landas dalam satu jam setengah jika pintunya terbuka.

Para penumpang mulai kehilangan kesabarannya pada titik itu. Mereka makin gelisah dan mulai berseru-seru, menyebabkan keributan di dalam kabin.

Hanya Daffa yang tidak merasa terganggu karena semua hal itu dan dia tetap terduduk di kursinya.

Sementara itu, Kate mengira bahwa pintu itu telah terbuka karenanya. Sebuah seringaian bangga terukir pada wajahnya saat itu. Dia merasa senang karena kaptennya telah merespons perintahnya dengan begitu cepat.

“Bagaimana? Apakah kamu takut sekarang? Pesawat ini tidak akan terbang jika aku tidak memperbolehkannya. Jadi, lakukan seperti apa yang kuinginkan jika kamu ingin melanjutkan penerbanganmu dengan nyaman,” ujarnya, menyeringai sambil mengangkat dagunya penuh kemenangan pada Daffa.

Dia merasa seperti semua hal berjalan sesuai yang dia inginkan.

Daffa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 209

    Kate ingin mengatakan sesuatu lagi, tapi Daffa tiba-tiba membuka matanya.Tatapan matanya yang dingin membuat semua orang bergidik ngeri seraya dia memberi perintah pada kapten itu, “Kamu boleh terbang dengan kecepatan biasa jika kamu bisa lepas landas dalam 10 menit.”Dengan cemas, Kate menggigit bibir bawahnya sambil memperhatikan wajah Daffa. Setelah melihat tatapannya yang kosong, barulah dia menyadari bahwa dia serius. Karena itu, dia mengangguk pada kapten yang ragu-ragu di sampingnya.“Pergilah. Bawa pesawat ini ke Kota Almiron secepat mungkin.”Kursi di depan Daffa kosong.Kate tanpa ragu duduk di sana dan memakai sabuk pengaman.“Kurasa itu bukan kursimu,” ujar Daffa sambil mengerutkan dahinya. “Lagi pula, aku merasa terganggu.”Dia merasa napas Kate sedikit sesak, tapi dia tidak terlalu mengindahkannya. Alih-alih, dia hanya memejamkan matanya.Tidak lama, pesawat itu pun lepas landas.Keheningan mengisi kabin itu karena tidak ada satu orang pun yang ingin mengungkit

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 210

    Kate membungkuk pada Daffa dengan penuh hormat saat itu juga. “Tidak ada banyak hal yang kumiliki untuk membalas kebaikanmu. Mengenai saham perusahaan, aku akan menghubungi ayahku dan mendiskusikannya dengan jelas dengannya. Lalu, ayahku sebelumnya menghadiahiku dua perusahaan di industri hiburan. Walau aku tidak bisa melakukan banyak hal, aku bisa memberikan perusahaan-perusahaan ini padamu.”Kedua alis Daffa meninggi.Dia sangat terkejut oleh kemurahan hati wanita di hadapannya, jadi dia bertanya, “Apa yang kamu inginkan dengan memberikanku perusahaan-perusahaan itu?”Kate tidak menyangka Daffa akan bereaksi dengan terus terang seperti itu. Meskipun begitu, dia tahu bahwa kemungkinan besar Daffa akan menyetujui permintaannya saat itu. Setelah menghela napas lega, dia menjawab, “Kuharap ayahku bisa memiliki pengalaman yang lebih baik di pusat penahanan.”Tangan Daffa yang sedang bergerak di papan sentuh laptopnya terhenti.Dia menengadah ke arah Kate, memperhatikan ekspresi seriu

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 211

    “Lagi pula, aku benar-benar mencintai ayahmu. Aku tidak bersama dengannya karena kekayaannya,” tambah Elizabeth.Bisikan-bisikan mengenai perdebatan kedua wanita itu meledak di dalam kabin.“Aku memercayai wanita yang ditahan oleh petugas keamanan.”“Pramugari itu jelas-jelas bukanlah orang baik. Walaupun dia cantik, tatapan tajamnya membuatnya tampak seperti sedang merencanakan sesuatu yang jahat.”“Benar. Ditambah, aku tidak paham. Kenapa wanita itu bekerja sebagai pramugari jika dia memang sekaya itu?”Tangan Kate mengepal di samping badannya ketika dia mendengar diskusi orang-orang di sekitarnya. Dia ingin membantah ucapan mereka, tapi dia tidak tahu harus mengatakan apa. Napasnya menjadi cepat bersamaan dengan detak jantungnya.Saat itulah Daffa turun tangan, berkata, “Menurutku, sebagai seorang wanita yang sedang ditahan oleh petugas keamanan, dia seharusnya tidak berhak berbicara dengan siapa pun.”Barulah saat itu kedua petugas keamanan itu bangkit dari tempat duduk mere

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 212

    “Walaupun tampak seperti jumlah yang besar, itu hanyalah sebutir pasir di mata para taipan sesungguhnya. Terutama, ahli bela diri yang terbangkit adalah sumber daya yang lebih berharga daripada uang. Maka dari itu, mereka dimiliki oleh banyak orang-orang kaya, walaupun Shelvin adalah sebuah pengecualian. Kasusnya sangat aneh.” Saat Daffa tenggelam dalam lamunannya, seluruh kabin itu kacau balau.Lagi pula, seseorang telah ditembak mati di dalam sebuah pesawat yang berada ribuan meter di atas permukaan. Hal itu sudah cukup untuk membuat seluruh penumpang kehilangan akal sehatnya.Bahkan kedua petugas keamanan pun tersentak terbangun pada saat itu. Kepala mereka menoleh-noleh dengan cepat, meneliti setiap pojokan pesawat. Namun, mereka tidak bisa menemukan apa-apa. Situasinya pun tidak membaik. Semua orang histeris.Beberapa orang berteriak dan berlari ke bagian belakang pesawat, ingin menjauhkan diri dari kursi kelas pertama.Di saat yang bersamaan, orang-orang lainnya ingin tahu ap

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 213

    Petugas keamanan itu tidak menyangka akan ada seseorang yang membantah pernyataannya.Rasanya seperti kewenangannya sedang dipertanyakan dan dia tidak mau menerimanya. Karena itu, dia berseru pada Kate, “Kamu juga tidak sehebat itu! Kamu tahu Daffa memiliki hubungan yang tidak baik dengan pacar ayahmu, tapi kamu memilih untuk berpihak pada Daffa! Kamu bahkan menginginkan Daffa untuk menjadi pacarmu!”Jantung Kate berpacu setelah mendengarnya.Dia merasa bahwa tindakannya sebelumnya adalah tindakan yang bodoh dan khawatir kalau Daffa akan marah ketika mengingat sikapnya sebelumnya. Dia tahu sikap Daffa terhadapnya telah membaik sejak saat itu, jadi dia dengan berhati-hati melirik ke arahnya.Saat itu, mata Kate membelalak.Dia tidak berpikir panjang ketika dia menoleh untuk melirik Daffa. Karena itu, dia tidak menyangka Daffa akan menatapnya juga. Selain itu, dia tidak menunjukkan kebencian atau kejengkelan. Daffa menatapnya dengan kagum dan bangga.“Matanya sungguh menawan,” piki

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 214

    Layar itu menunjukkan apa yang terjadi setelah Erin menarik wanita tua itu keluar dari bandara sebelumnya.Tatapan Daffa menggelap seolah hujan es sedang bertiup di dalam matanya. Tidak ada satu pun kata-kata yang keluar dari mulutnya. Dia menatap Shelvin dan berkata, “Aku tidak tahu siapa kamu dan aku tidak bisa melakukan apa-apa jika kamu memutuskan untuk mempublikasikan video itu. Namun, kurasa kamu paham kalau kamu melakukannya, kamu akan menjadi musuhku.”Bibir Shelvin melengkung ke atas. “Aku tahu, tapi aku tetap ingin melihatmu membayarnya. Lagi pula, aku tidak suka orang-orang yang memiliki kekayaan yang berlimpah.”Mata Daffa menyipit. Dia tidak menduga Shelvin akan mengatakan hal-hal seperti itu. Walau begitu, dia tetap memasang ekspresi datar. Dia hanya mengangguk sebelum kembali ke tempat duduknya dan memejamkan matanya.“Kalau begitu, semoga beruntung,” ujar Briana, yang selama ini terus terdiam, dengan tiba-tiba. Dia lalu mengeluarkan laptopnya dan duduk dengan nyaman

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 215

    Daffa duduk kembali ke kursinya. Dia tahu pria di lantai itu sudah tidak lagi berniat untuk menyerang. Maka, Daffa menaruh kembali perhatiannya ke layar laptopnya.Shelvin tidak menyangka hal itu dari Daffa. Dia berlutut di lantai dan tidak berani untuk bergerak sambil menghela napas panjang. Seraya waktu berlalu, dia akhirnya merasa bahwa dia tidak bisa terus-terusan berada di posisi itu lagi, jadi dia dengan berhati-hati menengadahkan kepalanya dan melirik pada Daffa. Itulah ketika Daffa kembali berbicara.“Semua hal yang telah kamu lakukan sampai sekarang tetaplah sebuah kesalahan sampai aku mengizinkanmu untuk berdiri. Aku sedang bermurah hati dengan hanya membuatmu berlutut sekarang. Jika kamu bahkan tidak bisa memenuhi satu syarat ini, kusarankan untuk sekalian mencoba membunuhku saja. Kalau tidak, kamu akan berakhir dengan lebih menyedihkan.”Setiap otot di tubuh Shelvin bergetar seraya dia berlutut dan membungkukkan bagian atas tubuhnya ke lantai.Dia menyerahkan dirinya ka

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 216

    “Daffa tidak menanyakan tingkat keahlian kami untuk keuntungan pribadinya,” pikir Briana, tersentuh karena Daffa repot-repot ingin tahu lebih banyak mengenai kemampuannya. Itu berarti dia benar-benar mendengarkannya dan mempelajari mengenai para pengawalnya.“Saya pernah mendapatkan peringkat pertama dalam kompetisi peretasan,” jelasnya, “dan Edward bisa melakukan banyak hal dengan kemampuannya. Hanya dia, di antara para pengawal lainnya, yang mampu melakukan operasi bedah yang rumit.”Daffa menyandarkan punggungnya pada kursi, tenggelam dalam pikirannya. Beberapa saat berlalu sampai dia kembali berbicara.“Tingkat kemampuan kalian tampak lebih tinggi daripada para ahli lainnya dalam bidang tersebut. Bisa dikatakan kalau kalian berdua berada di peringkat teratas di seluruh dunia atas apa yang kalian lakukan.”Masih menunduk di lantai, mata Shelvin terbuka lebar ketika dia mendengar perkataan Daffa.“Aku tidak mengetahui hal itu sebelumnya. Jika aku mengetahuinya, aku tidak akan mu

Latest chapter

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 665

    Wanita itu menjelaskan, “Aku kehabisan uang dan mereka bilang mereka akan membayarku dengan bayaran yang tinggi untuk melakukan ini. Yang perlu kulakukan hanyalah membawa kamera ketika datang kemari.”Daffa mengernyit. “Bagaimana caranya kamu masuk kemari?” Nada bicaranya dingin. Penjelasan wanita itu tidak berarti apa-apa baginya.Wanita itu menelan ludah. “Aku tidak tahu. Mereka menyuruhku untuk meminum ramuan, setelah itu aku kehilangan kesadaranku. Ketika aku terbangun, aku sudah ada di sini.”Daffa mengernyit mendengarnya. Wanita itu berseru, “Tunggu! Aku bersumpah aku mengatakan yang sebenarnya!”Dia tahu Daffa tidak puas dengan jawabannya, tapi hanya itu yang dia ketahui. Dia menatap Daffa sambil menangis saat Daffa berkata, “Apakah kamu perlu berteriak padaku seperti itu?”Dia berkata dengan gemetar, “Maaf, a … aku tidak bermaksud.”Mata Daffa masih dingin, tapi dia melepaskan wanita itu. Akan tetapi, ini tidak membuat wanita itu tenang. Sebaliknya, wanita itu menegang da

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 664

    Bram menatap dia dengan tenang. “Mungkin kamu akan mempertimbangkan untuk memberitahuku kenapa kamu ada di sini jika kamu tidak ingin mati.”Pria itu tertawa terbahak-bahak. Daffa mengernyit dan berkata, “Bram, bawa dia pergi supaya kamu bisa menginterogasinya nanti.”Bram langsung mengulurkan tangannya untuk memegang pria itu—kecepatannya membuat mata Daffa berbinar. Seperti yang dia duga, Bram adalah ahli bela diri yang tampaknya lebih cakap dibandingkan semua orang yang ada di sana, termasuk Daffa. Ini membuat Daffa ingin bertarung dengannya, tapi ini tentunya bukan waktu yang tepat untuk itu. Dia berusaha sekeras mungkin untuk menahan keinginannya untuk menerkam Bram.Pada saat ini, Edward dan Briana muncul. Dari langkah kaki dan napas mereka, Daffa tahu mereka telah berlari sampai ke sini, membuatnya mengangkat sebelah alisnya. Dia menoleh untuk melihat ke arah pintu dan berkata, “Bram, tunggu sebentar.”Bram tidak tahu kenapa Daffa tiba-tiba menghentikannya, tapi dia melakuka

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 663

    Daffa menunjuk ke arah kamar mandi saat dia berbicara. “Kamu bisa periksa kamar mandinya jika kamu mau. Itu sama saja seperti kamar mandi lainnya. Tidak ada apa pun yang memungkinkan aku untuk mengunggah apa pun di internet.” Dia menatap Bram yang masih terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu. Sebagai ahli bela diri terbangkit, Daffa langsung tahu apa yang Bram pikirkan dan bibirnya pun berkedut. Daffa menatap Bram dengan tatapan tidak berdaya dan berkata, “Dengar, kamera-kamera itu tidak ada hubungannya denganku.”Bram langsung menghela napas lega. Daffa menahan keinginannya untuk memutar bola matanya dan berbalik untuk melihat wanita tadi sambil mengetukkan jari-jarinya di sandaran tangan sofa. Suasananya menjadi sangat tegang hingga Bram menundukkan kepalanya lagi, memandang lantai.Setelah beberapa detik, Daffa berujar, “Bram.” Itu membuat Bram merinding dan menundukkan kepalanya makin dalam. Bram tidak dapat membayangkan apa yang hendak Daffa katakan dan keringat membasahi ken

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 662

    Daffa mengangkat sebelah alisnya. Dia memegang leher wanita itu dan melemparkannya ke dalam bak mandi, membuatnya megap-megap karena dia berusaha bernapas. Daffa mengabaikannya, memakai celananya, dan meletakkan tangannya di kenop pintu. Di dalam benaknya, vila Keluarga Halim adalah tempat baginya untuk bersantai dan menjalani waktu yang damai, tapi tampaknya dia keliru. Dia membuka pintu untuk melihat Erin berdiri di sana dan bibirnya berkedut. “Kukira kamu akan menunggu di luar.” Dia tidak memakai atasan karena lemari pakaiannya ada di luar.Tentunya, Erin tidak menduga akan melihat Daffa seperti ini. Dia merona dan memalingkan diri dari Daffa, tapi tidak dapat berjalan pergi—rasanya seakan-akan kakinya dilem ke lantai. Namun, mungkin otaknya berhenti berfungsi dan tidak dapat menyuruh kakinya untuk bergerak. Bagaimanapun, Erin tidak pergi.Daffa tampak terkejut oleh itu, tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Alih-alih, dia berjalan melewati Erin dan memasuki ruang gantinya, muncul ke

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 661

    Wanita itu tetap terdiam di tempatnya, terlihat terkejut. Daffa berniat untuk ikut berpura-pura seolah dia tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi dia sangat ingin menertawai akting wanita itu yang sangat buruk. Lagi pula, tidak ada pelayan Keluarga Halim yang akan mengenakan stoking setinggi paha saat bekerja. Namun, Daffa tahu dia harus berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. Dia memasang ekspresi marah dan menggeram, “Aku jijik oleh keberadaanmu, jadi sebaiknya kamu menjauh dariku!”Mendengarnya, wajah wanita itu menjadi pucat. Daffa mengetukkan jemarinya ke tepi bak mandi, bertanya-tanya apakah dia terlalu kasar. Apakah wanita itu akan bisa melanjutkan aktingnya? Bibir Daffa berkedut saat dia memejamkan matanya dan berkata, “Ingat, jangan pakai apa pun selain seragam yang benar lain kali kamu bekerja … tidak peduli sebagus apa itu terlihat padamu.”Daffa merasakan kekejutan dan kesenangan wanita itu mendengar perkataan Daffa dan mendengar langkah kaki menghampirinya. Daffa m

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 660

    Teivel membutuhkan tempat yang sunyi supaya tidak akan ada yang mengganggunya. Daffa menunggu hingga dia tidak dapat mendeteksi Teivel sebelum mendarat di tanah. Ketika dia melakukannya, orang-orang berjubah hitam itu perlahan membuka mata mereka dan tersadar kembali. Beberapa dari mereka mulai muntah-muntah ketika mereka melihat darah tikus dan potongan-potongan yang tersebar di sekitar mereka, tapi ini tidak memengaruhi Daffa.Dia bilang, “Maaf tidak sengaja mengetahui rahasia kalian seperti ini.” Orang-orang itu kembali tenang dan menatap Daffa. Daffa tersenyum dan berkata, “Kurasa ini adalah permasalahan yang perlu diselesaikan.”Pemimpin dari mereka melangkah maju untuk menghalangi yang lain dari pandangan Daffa dan berkata dengan pelan, “Semuanya bisa didiskusikan selama kamu tidak membiarkan Pak Teivel tahu tentang ini.”Daffa mengangkat sebelah alisnya. “Sayangnya, dia sudah tahu.”Si pemimpin menjadi pucat mendengarnya, tapi amarah mulai menggelora di matanya. Namun, beber

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 659

    “Jangan khawatir, mereka tidak bisa melihatku. Kita akan baik-baik saja selama kamu tidak bergabung denganku di udara,” ucap Teivel.Daffa mengembuskan napas, meletakkan tangannya di balik punggungnya, dan melihat pemandangan di hadapannya tanpa bersuara. Ada darah tikus di mana-mana, bersamaan dengan potongan-potongan kecil daging. Dia merasa perutnya bergejolak, jadi dia menahap napasnya dan melayang, bergabung dengan Teivel di udara. “Pak, aku melihat percampuran amarah dan kesedihan di dalam matamu.”Teivel memejamkan matanya dan mengangguk. “Iya. Aku menggunakan metode rahasia untuk menelusuri ingatan mereka. Mereka telah melalui banyak hal, lebih dari yang seharusnya, sebelum mereka tertidur. Mereka mengalami berbagai macam kesulitan ketika aku bertemu mereka. Ketika aku membawa mereka bersamaku, yang tertua bahkan belum berusia tujuh tahun. Aku membesarkan mereka dan mengajari mereka cara membaca dan menulis, tapi aku tidak mengajarkan meditasi pada mereka. Aku hanya ingin mer

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 658

    Jauhar menegang, tapi dia tetap berusaha sekeras mungkin untuk mempertahankan senyumannya. “Aku belum melihat teman-teman ayahmu dalam waktu yang lama, terutama setelah orang tuamu meninggal. Mereka semua memiliki alasan tersendiri untuk pergi.” Dia menarik napas dalam-dalam. Daffa tahu Jauhar merasa terganggu. Jauhar melanjutkan, “Pada saat itu, aku tidak dapat menerima kematian ayahmu dan aku akan menghargai kehadiran mereka. Setidaknya, itu akan membuatku merasa seperti dia masih hidup. Aku tahu mereka tidak diwajibkan untuk melakukan apa pun, tapi mereka bahkan tidak repot-repot menghadiri pemakamannya. Aku menolak memercayai satu hal pun yang mereka katakan!”Dia berusaha keras untuk menahan agar amarahnya tidak meledak-ledak, tapi dia mau tidak mau tetap gemetar. “Kamu tidak boleh memercayai mereka sepenuhnya, jadi ingatlah untuk jangan percayai ucapan mereka mentah-mentah. Lagi pula, tidak ada jaminan mereka tidak berteman dengan ayahmu dengan niat tersembunyi. Siapa yang tahu

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 657

    “Ya, aku mengkhawatirkan hal yang sama. Tidak ada sihir ataupun meditasi yang akan menjaga jantung seseorang terus berdetak selama lima abad kecuali jantung yang berdetak di dalam mereka sekarang bukan milik mereka, atau ada hal lain dalam hal ini yang tidak kita ketahui.” Teivel menghela napas. “Bagaimanapun, sejarah kembali terulang. Apa yang terjadi lima abad yang lalu terjadi lagi sekarang.Daffa menggigit bibirnya dan mengernyit dalam-dalam. Kemudian, dia berkata, “Apa yang harus kita lakukan untuk mencegah situasi ini menjadi makin parah? Aku sejujurnya tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang. Kukira aku sudah memberantas orang-orang berjubah hitam, tapi di sinilah mereka, muncul di hadapanku lagi.”Teivel tertawa, tapi itu bukan tawa menghina. Dia berkata, “Mereka tidak bisa diberantas—tidak dengan cara yang kamu pikirkan—karena tidak ada yang bisa menghentikan dalang utamanya setelah aku mati. Aku mengenal lawanku dengan baik. Dia pasti telah melemparkan dirinya sendiri

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status