Daffa tiba di gerbang kampusnya dan melihat hampir semua dosennya berdiri di sana. Dia menegang, bingung karena pemandangan itu. Namun, dia langsung tersadar kembali, menghampiri seorang dosen yang pernah mengajar di salah satu kelasnya.“Profesor Banu, karena Profesor Paramayoga dan Dekan Fajar sedang menangani beberapa masalah, aku tidak tahu harus bertanya pada siapa mengenai pengajuan cutiku selama satu bulan.”Profesor Banu mengetahui seluruh hal yang telah terjadi, sehingga dia merasa kasihan pada Daffa dan dengan cepat mengangguk.“Aku sudah mengetahui pengajuanmu dan memberikanmu persetujuanku.”Daffa tidak menyangka hal-hal akan berjalan selancar ini.Walaupun begitu, dia menjulurkan tangannya untuk berjabatan tangan dengan Profesor Banu, berharap untuk mengekspresikan terima kasihnya.Setelah jabatan tangan itu, Daffa meninggalkan tempat itu dengan cepat karena dia tidak bisa menunggu lebih lama untuk pergi ke Kota Almiron.Erin telah memesankan tiket pesawat untuk per
Daffa terhenti setelah mendengar perkataan itu. Dia bertanya, “Berapa lama waktu yang tersisa waktu keberangkatan penerbangan kita?”Erin melirik jam tangannya sebelum wajahnya sedikit melembut. “Masih ada tiga jam sampai kita mendapatkan pas naik kita.”“Tampaknya kita memiliki banyak waktu untuk menyelesaikan masalah ini,” jawab Daffa yang menghela napas. Dia tidak lagi mencoba ikut campur saat itu. Alih-alih, Daffa menemukan pojokan sepi di bandara dengan penglihatan yang jelas terhadap keributan itu. Di sana, dia duduk dan membeli segelas kopi.Erin duduk di sampingnya dengan ekspresi kebingungan. “Tuan Halim, kenapa Anda tidak menghampiri mereka untuk membantu mereka?”Tawa geli terdengar dari Daffa saat itu. “Kurasa ini adalah sesuatu yang harus bisa mereka, sebagai seorang pengawal, tangani sendiri.”Tidak memahami maksud Daffa, Erin tetap terdiam. Dia terus berada di sampingnya dan menyaksikannya seraya Daffa meminum kopinya.…Sementara itu, keributan di lantai bawah me
Briana berlari ke sisi Daffa, mendesaknya, “Tuan Halim, sepertinya Anda bisa memberikan kesempatan lainnya pada Edward karena masalah ini terus mengganggunya cukup lama. Mungkin saja seorang gadis jatuh cinta pada pandangan pertama pada Edward dan terobsesi untuk menjadikannya pacarnya. Namun, Edward bahkan tidak mengingat pernah bertemu dengan putri wanita ini. Dia bahkan tidak tahu kapan mereka bertemu! Mengenai tuduhan lainnya yang dilontarkan oleh wanita ini terhadap hubungan kami, itu juga tidak benar!”Tatapannya terpaku pada wajah Daffa, mencari-cari apakah dia telah merubah pikirannya mengenai pemecatan Edward. Sayangnya, tidak ada perubahan sedikit pun.Bahkan Erin pun tidak tahu apa yang Daffa rencanakan. Dia merasa tindakannya saat ini berbeda dari apa yang sebelumnya dia kira.Keheningan mengisi tempat itu.Namun, para pengamat sekarang menatap Daffa tidak suka. Mereka merasa bahwa dia kejam karena tidak melindungi karyawannya dalam situasi itu.Mereka tidak tahu bahwa
Ketika Daffa menemukan Erin, wanita itu telah menghilang. Yang tersisa hanya hanyalah bau darah yang samar-samar di udara.Erin tidak merasa bahwa dia perlu menyembunyikan apa pun dari Daffa.“Saya mematahkan pergelangan tangannya dan membuatnya mengaku kenapa dia melakukan semua hal itu.” Sambil berkata begitu, dia menatap Daffa, menunggu responsnya.Daffa menghela napas.Erin mengulurkan tangannya untuk melihat jam tangannya. “Jika kita mengetahui hal ini lebih lambat 30 menit dari sekarang, kita sudah menaiki pesawat dan menghadapi ancaman besar.”Daffa dan dua pengawalnya tampak kebingungan sebelum mereka bertanya, “Apa yang sebenarnya terjadi?”Tidak satu pun dari mereka bisa membayangkan keseriusan dari apa yang sedang terjadi.Setelah mempertimbangkannya selama beberapa saat, dia memutuskan untuk mengungkap kebenarannya. “Awalnya, saya tidak mengira bahwa hal-hal seserius itu, jadi saya berencana untuk memberikan peringatan pada semua orang yang terlibat dalam kejadian se
Daffa terkekeh-kekeh, terkejut karena perkataan Edward. “Itu tidak masalah karena kamu bisa membuktikan kemampuanmu dengan mengalahkan mereka dengan cepat.”Edward mengangguk.Ketika pembicaraan mereka selesai, dua pria itu muncul di samping Edward.Salah satu dari mereka mengayunkan tangan mereka ke sekitar pundak Edward dan berkata, “Edward Erlangga, kami sudah kesulitan melacakmu selama bertahun-tahun. Kami tidak mengira akan melihatmu di sini.”Edward, Briana, Erin, dan Daffa terkejut ketika Edward tidak langsung bertindak.Namun, Edward merasa bahwa pria itu telah mengerahkan kekuatannya dengan besar pada pundaknya, membuat alisnya mengerut.Dia tetap tidak bergerak, tapi berbicara dengan nada jengkel. “Bukankah kamu seharusnya senang karena sudah menemukan aku?”Wajah pria itu dipenuhi amarah. “Kami selalu memperlakukanmu dengan baik di masa lalu, Edward. Kenapa kamu melakukan ini pada kami sekarang? Lagi pula, aku harus tahu ibu kita ke mana. Dia bilang dia melihatmu dan
“Lalu, ketika ibu kami datang untuk membalas dendam, mereka membunuhnya!”“Oh? Yah, aku belum pernah mendengar omong kosong seperti itu,” jawab salah satu petugas pusat pengendali itu dengan tenang, “Kami akan menyelidiki permasalahan ini. Kalian perlu ikut denganku sampai kita mengetahui kebenarannya.”Daffa tahu bahwa suasana hati petugas itu sedang tidak baik, tapi dia tidak bergerak dari tempat duduknya.Petugas itu membetulkan posisi kacamatanya sebelum merengut pada Daffa. Bahkan nada suaranya pun berubah menjadi geram.“Apakah kamu tidak mendengar perkataanku? Kubilang ikut denganku!”Daffa terus terduduk di tempatnya, tidak bergerak dan tatapannya terpaku pada Edward.Melihat hal itu, petugas itu menoleh pada Edward. “Aku melihat apa yang terjadi barusan. Kamulah yang memulai pertengkarannya dan memukul mereka.”Itulah ketika pengeras suara di bandara mengumumkan nama Daffa dan rombongannya, mendesak mereka untuk segera menaiki pesawat.Daffa berdiri, membetulkan setela
“Itu tidak mungkin!” teriak manajer itu, dengan tidak sengaja menarik perhatian orang-orang.Kebingungan, dia berdeham dan menunggu waktu yang tepat untuk menjelaskan, “Anggota keamanan bandara kami adalah orang-orang profesional. Setiap pesawat memiliki inspektur keamanannya masing-masing, jadi pesawat kami tidak akan pernah memiliki masalah. Aku yakin kamu memiliki motif tersembunyi. Kamu pasti dibayar oleh pesaing kami untuk menyebarkan berita palsu!”Daffa menoleh pada pria dari pusat pengendali dan berkata, “Aku yakin kalian bisa mengkonfirmasi apakah aku mengatakan yang sebenarnya atau tidak. Aku sudah menghabiskan terlalu banyak waktu di bandara ini yang merupakan sebuah kerugian yang besar bagiku. Jadi, kuharap kita bisa menyelesaikan masalah ini secepatnya.”Pria itu mengangguk. Walaupun mereka berdua sepakat, mereka tidak mempertimbangkan perasaan manajer itu.Itu menyebabkan mata manajer itu membulat marah dan dia berteriak, “Kalian keterlaluan! Bandara kami tidak memili
Daffa berbicara dengan terus terang.“Aku punya berita buruk untukmu. Menurut penyelidikanku, kekasihmu memegang 20 persen saham dari perusahaan penerbangan ini. Namun, aku memiliki 51 persen. Walaupun saham sebesar 20 persen itu memberikan kekasihmu status sebagai salah satu dari dua pemegang saham terbesar ....”Wajah manajer itu memucat. Yang membuatnya lebih terkejut adalah bahwa ucapannya belum berakhir.“Kamu bukanlah orang yang cakap. Yang kamu lakukan hanyalah mengandalkan penampilanmu untuk menggoda kekasihmu saat ini. Kamu hanya bisa berdiri di sini dan mengacungkan jarimu padaku dengan tidak sopan karena kekasihmu memberikanmu posisi ini,” lanjut Daffa.Dia lalu meregangkan lehernya, menambahkan sambil memperhatikan ekspresi manajer itu, “Ada banyak yang kuketahui, seperti suami kekasihmu. Dia dan perusahaanku jarang bekerja sama karena dia terlalu inferior.”Manajer itu tiba-tiba tampak tenang.Melihatnya, bibir Daffa melengkung penuh arti.“Tentu saja, itu hanyalah
Wanita itu menjelaskan, “Aku kehabisan uang dan mereka bilang mereka akan membayarku dengan bayaran yang tinggi untuk melakukan ini. Yang perlu kulakukan hanyalah membawa kamera ketika datang kemari.”Daffa mengernyit. “Bagaimana caranya kamu masuk kemari?” Nada bicaranya dingin. Penjelasan wanita itu tidak berarti apa-apa baginya.Wanita itu menelan ludah. “Aku tidak tahu. Mereka menyuruhku untuk meminum ramuan, setelah itu aku kehilangan kesadaranku. Ketika aku terbangun, aku sudah ada di sini.”Daffa mengernyit mendengarnya. Wanita itu berseru, “Tunggu! Aku bersumpah aku mengatakan yang sebenarnya!”Dia tahu Daffa tidak puas dengan jawabannya, tapi hanya itu yang dia ketahui. Dia menatap Daffa sambil menangis saat Daffa berkata, “Apakah kamu perlu berteriak padaku seperti itu?”Dia berkata dengan gemetar, “Maaf, a … aku tidak bermaksud.”Mata Daffa masih dingin, tapi dia melepaskan wanita itu. Akan tetapi, ini tidak membuat wanita itu tenang. Sebaliknya, wanita itu menegang da
Bram menatap dia dengan tenang. “Mungkin kamu akan mempertimbangkan untuk memberitahuku kenapa kamu ada di sini jika kamu tidak ingin mati.”Pria itu tertawa terbahak-bahak. Daffa mengernyit dan berkata, “Bram, bawa dia pergi supaya kamu bisa menginterogasinya nanti.”Bram langsung mengulurkan tangannya untuk memegang pria itu—kecepatannya membuat mata Daffa berbinar. Seperti yang dia duga, Bram adalah ahli bela diri yang tampaknya lebih cakap dibandingkan semua orang yang ada di sana, termasuk Daffa. Ini membuat Daffa ingin bertarung dengannya, tapi ini tentunya bukan waktu yang tepat untuk itu. Dia berusaha sekeras mungkin untuk menahan keinginannya untuk menerkam Bram.Pada saat ini, Edward dan Briana muncul. Dari langkah kaki dan napas mereka, Daffa tahu mereka telah berlari sampai ke sini, membuatnya mengangkat sebelah alisnya. Dia menoleh untuk melihat ke arah pintu dan berkata, “Bram, tunggu sebentar.”Bram tidak tahu kenapa Daffa tiba-tiba menghentikannya, tapi dia melakuka
Daffa menunjuk ke arah kamar mandi saat dia berbicara. “Kamu bisa periksa kamar mandinya jika kamu mau. Itu sama saja seperti kamar mandi lainnya. Tidak ada apa pun yang memungkinkan aku untuk mengunggah apa pun di internet.” Dia menatap Bram yang masih terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu. Sebagai ahli bela diri terbangkit, Daffa langsung tahu apa yang Bram pikirkan dan bibirnya pun berkedut. Daffa menatap Bram dengan tatapan tidak berdaya dan berkata, “Dengar, kamera-kamera itu tidak ada hubungannya denganku.”Bram langsung menghela napas lega. Daffa menahan keinginannya untuk memutar bola matanya dan berbalik untuk melihat wanita tadi sambil mengetukkan jari-jarinya di sandaran tangan sofa. Suasananya menjadi sangat tegang hingga Bram menundukkan kepalanya lagi, memandang lantai.Setelah beberapa detik, Daffa berujar, “Bram.” Itu membuat Bram merinding dan menundukkan kepalanya makin dalam. Bram tidak dapat membayangkan apa yang hendak Daffa katakan dan keringat membasahi ken
Daffa mengangkat sebelah alisnya. Dia memegang leher wanita itu dan melemparkannya ke dalam bak mandi, membuatnya megap-megap karena dia berusaha bernapas. Daffa mengabaikannya, memakai celananya, dan meletakkan tangannya di kenop pintu. Di dalam benaknya, vila Keluarga Halim adalah tempat baginya untuk bersantai dan menjalani waktu yang damai, tapi tampaknya dia keliru. Dia membuka pintu untuk melihat Erin berdiri di sana dan bibirnya berkedut. “Kukira kamu akan menunggu di luar.” Dia tidak memakai atasan karena lemari pakaiannya ada di luar.Tentunya, Erin tidak menduga akan melihat Daffa seperti ini. Dia merona dan memalingkan diri dari Daffa, tapi tidak dapat berjalan pergi—rasanya seakan-akan kakinya dilem ke lantai. Namun, mungkin otaknya berhenti berfungsi dan tidak dapat menyuruh kakinya untuk bergerak. Bagaimanapun, Erin tidak pergi.Daffa tampak terkejut oleh itu, tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Alih-alih, dia berjalan melewati Erin dan memasuki ruang gantinya, muncul ke
Wanita itu tetap terdiam di tempatnya, terlihat terkejut. Daffa berniat untuk ikut berpura-pura seolah dia tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi dia sangat ingin menertawai akting wanita itu yang sangat buruk. Lagi pula, tidak ada pelayan Keluarga Halim yang akan mengenakan stoking setinggi paha saat bekerja. Namun, Daffa tahu dia harus berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. Dia memasang ekspresi marah dan menggeram, “Aku jijik oleh keberadaanmu, jadi sebaiknya kamu menjauh dariku!”Mendengarnya, wajah wanita itu menjadi pucat. Daffa mengetukkan jemarinya ke tepi bak mandi, bertanya-tanya apakah dia terlalu kasar. Apakah wanita itu akan bisa melanjutkan aktingnya? Bibir Daffa berkedut saat dia memejamkan matanya dan berkata, “Ingat, jangan pakai apa pun selain seragam yang benar lain kali kamu bekerja … tidak peduli sebagus apa itu terlihat padamu.”Daffa merasakan kekejutan dan kesenangan wanita itu mendengar perkataan Daffa dan mendengar langkah kaki menghampirinya. Daffa m
Teivel membutuhkan tempat yang sunyi supaya tidak akan ada yang mengganggunya. Daffa menunggu hingga dia tidak dapat mendeteksi Teivel sebelum mendarat di tanah. Ketika dia melakukannya, orang-orang berjubah hitam itu perlahan membuka mata mereka dan tersadar kembali. Beberapa dari mereka mulai muntah-muntah ketika mereka melihat darah tikus dan potongan-potongan yang tersebar di sekitar mereka, tapi ini tidak memengaruhi Daffa.Dia bilang, “Maaf tidak sengaja mengetahui rahasia kalian seperti ini.” Orang-orang itu kembali tenang dan menatap Daffa. Daffa tersenyum dan berkata, “Kurasa ini adalah permasalahan yang perlu diselesaikan.”Pemimpin dari mereka melangkah maju untuk menghalangi yang lain dari pandangan Daffa dan berkata dengan pelan, “Semuanya bisa didiskusikan selama kamu tidak membiarkan Pak Teivel tahu tentang ini.”Daffa mengangkat sebelah alisnya. “Sayangnya, dia sudah tahu.”Si pemimpin menjadi pucat mendengarnya, tapi amarah mulai menggelora di matanya. Namun, beber
“Jangan khawatir, mereka tidak bisa melihatku. Kita akan baik-baik saja selama kamu tidak bergabung denganku di udara,” ucap Teivel.Daffa mengembuskan napas, meletakkan tangannya di balik punggungnya, dan melihat pemandangan di hadapannya tanpa bersuara. Ada darah tikus di mana-mana, bersamaan dengan potongan-potongan kecil daging. Dia merasa perutnya bergejolak, jadi dia menahap napasnya dan melayang, bergabung dengan Teivel di udara. “Pak, aku melihat percampuran amarah dan kesedihan di dalam matamu.”Teivel memejamkan matanya dan mengangguk. “Iya. Aku menggunakan metode rahasia untuk menelusuri ingatan mereka. Mereka telah melalui banyak hal, lebih dari yang seharusnya, sebelum mereka tertidur. Mereka mengalami berbagai macam kesulitan ketika aku bertemu mereka. Ketika aku membawa mereka bersamaku, yang tertua bahkan belum berusia tujuh tahun. Aku membesarkan mereka dan mengajari mereka cara membaca dan menulis, tapi aku tidak mengajarkan meditasi pada mereka. Aku hanya ingin mer
Jauhar menegang, tapi dia tetap berusaha sekeras mungkin untuk mempertahankan senyumannya. “Aku belum melihat teman-teman ayahmu dalam waktu yang lama, terutama setelah orang tuamu meninggal. Mereka semua memiliki alasan tersendiri untuk pergi.” Dia menarik napas dalam-dalam. Daffa tahu Jauhar merasa terganggu. Jauhar melanjutkan, “Pada saat itu, aku tidak dapat menerima kematian ayahmu dan aku akan menghargai kehadiran mereka. Setidaknya, itu akan membuatku merasa seperti dia masih hidup. Aku tahu mereka tidak diwajibkan untuk melakukan apa pun, tapi mereka bahkan tidak repot-repot menghadiri pemakamannya. Aku menolak memercayai satu hal pun yang mereka katakan!”Dia berusaha keras untuk menahan agar amarahnya tidak meledak-ledak, tapi dia mau tidak mau tetap gemetar. “Kamu tidak boleh memercayai mereka sepenuhnya, jadi ingatlah untuk jangan percayai ucapan mereka mentah-mentah. Lagi pula, tidak ada jaminan mereka tidak berteman dengan ayahmu dengan niat tersembunyi. Siapa yang tahu
“Ya, aku mengkhawatirkan hal yang sama. Tidak ada sihir ataupun meditasi yang akan menjaga jantung seseorang terus berdetak selama lima abad kecuali jantung yang berdetak di dalam mereka sekarang bukan milik mereka, atau ada hal lain dalam hal ini yang tidak kita ketahui.” Teivel menghela napas. “Bagaimanapun, sejarah kembali terulang. Apa yang terjadi lima abad yang lalu terjadi lagi sekarang.Daffa menggigit bibirnya dan mengernyit dalam-dalam. Kemudian, dia berkata, “Apa yang harus kita lakukan untuk mencegah situasi ini menjadi makin parah? Aku sejujurnya tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang. Kukira aku sudah memberantas orang-orang berjubah hitam, tapi di sinilah mereka, muncul di hadapanku lagi.”Teivel tertawa, tapi itu bukan tawa menghina. Dia berkata, “Mereka tidak bisa diberantas—tidak dengan cara yang kamu pikirkan—karena tidak ada yang bisa menghentikan dalang utamanya setelah aku mati. Aku mengenal lawanku dengan baik. Dia pasti telah melemparkan dirinya sendiri