Share

Bab 198

Author: Benjamin
Briana berlari ke sisi Daffa, mendesaknya, “Tuan Halim, sepertinya Anda bisa memberikan kesempatan lainnya pada Edward karena masalah ini terus mengganggunya cukup lama. Mungkin saja seorang gadis jatuh cinta pada pandangan pertama pada Edward dan terobsesi untuk menjadikannya pacarnya. Namun, Edward bahkan tidak mengingat pernah bertemu dengan putri wanita ini. Dia bahkan tidak tahu kapan mereka bertemu! Mengenai tuduhan lainnya yang dilontarkan oleh wanita ini terhadap hubungan kami, itu juga tidak benar!”

Tatapannya terpaku pada wajah Daffa, mencari-cari apakah dia telah merubah pikirannya mengenai pemecatan Edward. Sayangnya, tidak ada perubahan sedikit pun.

Bahkan Erin pun tidak tahu apa yang Daffa rencanakan. Dia merasa tindakannya saat ini berbeda dari apa yang sebelumnya dia kira.

Keheningan mengisi tempat itu.

Namun, para pengamat sekarang menatap Daffa tidak suka. Mereka merasa bahwa dia kejam karena tidak melindungi karyawannya dalam situasi itu.

Mereka tidak tahu bahwa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 199

    Ketika Daffa menemukan Erin, wanita itu telah menghilang. Yang tersisa hanya hanyalah bau darah yang samar-samar di udara.Erin tidak merasa bahwa dia perlu menyembunyikan apa pun dari Daffa.“Saya mematahkan pergelangan tangannya dan membuatnya mengaku kenapa dia melakukan semua hal itu.” Sambil berkata begitu, dia menatap Daffa, menunggu responsnya.Daffa menghela napas.Erin mengulurkan tangannya untuk melihat jam tangannya. “Jika kita mengetahui hal ini lebih lambat 30 menit dari sekarang, kita sudah menaiki pesawat dan menghadapi ancaman besar.”Daffa dan dua pengawalnya tampak kebingungan sebelum mereka bertanya, “Apa yang sebenarnya terjadi?”Tidak satu pun dari mereka bisa membayangkan keseriusan dari apa yang sedang terjadi.Setelah mempertimbangkannya selama beberapa saat, dia memutuskan untuk mengungkap kebenarannya. “Awalnya, saya tidak mengira bahwa hal-hal seserius itu, jadi saya berencana untuk memberikan peringatan pada semua orang yang terlibat dalam kejadian se

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 200

    Daffa terkekeh-kekeh, terkejut karena perkataan Edward. “Itu tidak masalah karena kamu bisa membuktikan kemampuanmu dengan mengalahkan mereka dengan cepat.”Edward mengangguk.Ketika pembicaraan mereka selesai, dua pria itu muncul di samping Edward.Salah satu dari mereka mengayunkan tangan mereka ke sekitar pundak Edward dan berkata, “Edward Erlangga, kami sudah kesulitan melacakmu selama bertahun-tahun. Kami tidak mengira akan melihatmu di sini.”Edward, Briana, Erin, dan Daffa terkejut ketika Edward tidak langsung bertindak.Namun, Edward merasa bahwa pria itu telah mengerahkan kekuatannya dengan besar pada pundaknya, membuat alisnya mengerut.Dia tetap tidak bergerak, tapi berbicara dengan nada jengkel. “Bukankah kamu seharusnya senang karena sudah menemukan aku?”Wajah pria itu dipenuhi amarah. “Kami selalu memperlakukanmu dengan baik di masa lalu, Edward. Kenapa kamu melakukan ini pada kami sekarang? Lagi pula, aku harus tahu ibu kita ke mana. Dia bilang dia melihatmu dan

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 201

    “Lalu, ketika ibu kami datang untuk membalas dendam, mereka membunuhnya!”“Oh? Yah, aku belum pernah mendengar omong kosong seperti itu,” jawab salah satu petugas pusat pengendali itu dengan tenang, “Kami akan menyelidiki permasalahan ini. Kalian perlu ikut denganku sampai kita mengetahui kebenarannya.”Daffa tahu bahwa suasana hati petugas itu sedang tidak baik, tapi dia tidak bergerak dari tempat duduknya.Petugas itu membetulkan posisi kacamatanya sebelum merengut pada Daffa. Bahkan nada suaranya pun berubah menjadi geram.“Apakah kamu tidak mendengar perkataanku? Kubilang ikut denganku!”Daffa terus terduduk di tempatnya, tidak bergerak dan tatapannya terpaku pada Edward.Melihat hal itu, petugas itu menoleh pada Edward. “Aku melihat apa yang terjadi barusan. Kamulah yang memulai pertengkarannya dan memukul mereka.”Itulah ketika pengeras suara di bandara mengumumkan nama Daffa dan rombongannya, mendesak mereka untuk segera menaiki pesawat.Daffa berdiri, membetulkan setela

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 202

    “Itu tidak mungkin!” teriak manajer itu, dengan tidak sengaja menarik perhatian orang-orang.Kebingungan, dia berdeham dan menunggu waktu yang tepat untuk menjelaskan, “Anggota keamanan bandara kami adalah orang-orang profesional. Setiap pesawat memiliki inspektur keamanannya masing-masing, jadi pesawat kami tidak akan pernah memiliki masalah. Aku yakin kamu memiliki motif tersembunyi. Kamu pasti dibayar oleh pesaing kami untuk menyebarkan berita palsu!”Daffa menoleh pada pria dari pusat pengendali dan berkata, “Aku yakin kalian bisa mengkonfirmasi apakah aku mengatakan yang sebenarnya atau tidak. Aku sudah menghabiskan terlalu banyak waktu di bandara ini yang merupakan sebuah kerugian yang besar bagiku. Jadi, kuharap kita bisa menyelesaikan masalah ini secepatnya.”Pria itu mengangguk. Walaupun mereka berdua sepakat, mereka tidak mempertimbangkan perasaan manajer itu.Itu menyebabkan mata manajer itu membulat marah dan dia berteriak, “Kalian keterlaluan! Bandara kami tidak memili

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 203

    Daffa berbicara dengan terus terang.“Aku punya berita buruk untukmu. Menurut penyelidikanku, kekasihmu memegang 20 persen saham dari perusahaan penerbangan ini. Namun, aku memiliki 51 persen. Walaupun saham sebesar 20 persen itu memberikan kekasihmu status sebagai salah satu dari dua pemegang saham terbesar ....”Wajah manajer itu memucat. Yang membuatnya lebih terkejut adalah bahwa ucapannya belum berakhir.“Kamu bukanlah orang yang cakap. Yang kamu lakukan hanyalah mengandalkan penampilanmu untuk menggoda kekasihmu saat ini. Kamu hanya bisa berdiri di sini dan mengacungkan jarimu padaku dengan tidak sopan karena kekasihmu memberikanmu posisi ini,” lanjut Daffa.Dia lalu meregangkan lehernya, menambahkan sambil memperhatikan ekspresi manajer itu, “Ada banyak yang kuketahui, seperti suami kekasihmu. Dia dan perusahaanku jarang bekerja sama karena dia terlalu inferior.”Manajer itu tiba-tiba tampak tenang.Melihatnya, bibir Daffa melengkung penuh arti.“Tentu saja, itu hanyalah

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 204

    Yang bisa wanita itu lakukan hanyalah berdiri dan membungkuk dengan dalam pada Daffa. “Aku sungguh minta maaf. Ini adalah kesalahanku. Aku rela membayar sebesar apa pun untuk meredakan amarahmu dan supaya tidak dihukum olehmu.”Pada titik itu, manajer itu sudah ditahan.Sementara itu, pria dari pusat pengendali berdiri di sisi dan menyaksikan kejadian itu berlangsung tanpa bereaksi apa-apa.Rasa penasaran terpampang di mata Daffa seraya dia menatap kedua orang itu. Itu adalah pertama kalinya dia menghadapi situasi seperti ini.Wanita itu tahu kalau Daffa penasaran dan dengan cepat menjelaskan, “Mereka berdua telah bekerja di bandara kami selama bertahun-tahun lamanya dan mereka sangat berwawasan mengenai luar dan dalam bandara ini.”“Jangan percaya pada wanita itu, Daffa!” teriak manajer itu tanpa berpikir dua kali. Dia murka karena dia ditahan selama beberapa saat.Teriakannya menghentikan putaran roda di otak Daffa, membuatnya mengerutkan dahi dan berfokus pada manajer yang puc

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 205

    Daffa tidak mengucapkan sepatah kata apa pun. Yang dia lakukan hanyalah memejamkan matanya dan lanjut beristirahat.Tidak banyak waktu yang berlalu sampai Erin menutup laptopnya dan berdiri, matanya berbinar-binar. “Sudah selesai, Tuan Halim.”Di saat yang bersamaan, raut wajahnya terlihat kelelahan.Daffa membuka matanya, tapi sebelum dia bisa mengatakan apa-apa, wanita itu tertawa terbahak-bahak. “Siapa pun bisa tahu siapa yang memiliki perusahaan ini dengan mencarinya di internet. Lagi pula, akulah ....”Sudah kehabisan kesabarannya, Daffa bangkit berdiri dan memelototi wanita itu dengan tajam. “Kuharap kamu mengingat bahwa aku memiliki lebih dari setengah saham perusahaan penerbangan ini. Dengan kata lain, aku bisa mengganti direktur dan manajer eksekutif perusahaan ini semauku.”Rasa takut menjalar ke seluruh urat nadi wanita itu.Dia menengadahkan kepalanya, menatap Daffa dengan ketakutan sambil berpikir, “Aku adalah pemilik perusahaan ini yang kedua setelah Daffa. Aku juga

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 206

    Elizabeth dengan berani bertatapan dengan Daffa, berujar, “Kamu mengaku sebagai pemegang saham utama dengan lebih dari setengah saham perusahaan ini, tapi aku tidak pernah melihatmu sebelumnya. Namun, aku akan meminta maaf atas segala hal yang terjadi hari ini jika kamu bisa membuktikannya.”Alis Daffa berkerut. Dia mengulurkan tangannya, meletakkannya di tangan kursi sambil mengetukkan jari-jarinya pada besi itu.Kekesalan terpancar dari dirinya seraya dia menjawab, “Menurut apa yang kuingat, aku sudah membuktikannya padamu sebelumnya.”Rasanya seperti sebuah badai salju bertiup di dalam mata Daffa, membuat temperatur di sekitar semua orang menurun drastis.“Seharusnya kamu pun tahu bahwa, sebagai atasanmu, aku tidak berkewajiban untuk membuktikan diriku padamu. Alih-alih, seharusnya kamu memperbaiki sikapmu terhadapku saat ini,” tambah Daffa.Dia lalu berdiri dan menatap sekelompok orang yang menghampirinya dengan mengejek. “Lama sekali.”Keterkejutan terpampang di wajah petuga

Latest chapter

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 665

    Wanita itu menjelaskan, “Aku kehabisan uang dan mereka bilang mereka akan membayarku dengan bayaran yang tinggi untuk melakukan ini. Yang perlu kulakukan hanyalah membawa kamera ketika datang kemari.”Daffa mengernyit. “Bagaimana caranya kamu masuk kemari?” Nada bicaranya dingin. Penjelasan wanita itu tidak berarti apa-apa baginya.Wanita itu menelan ludah. “Aku tidak tahu. Mereka menyuruhku untuk meminum ramuan, setelah itu aku kehilangan kesadaranku. Ketika aku terbangun, aku sudah ada di sini.”Daffa mengernyit mendengarnya. Wanita itu berseru, “Tunggu! Aku bersumpah aku mengatakan yang sebenarnya!”Dia tahu Daffa tidak puas dengan jawabannya, tapi hanya itu yang dia ketahui. Dia menatap Daffa sambil menangis saat Daffa berkata, “Apakah kamu perlu berteriak padaku seperti itu?”Dia berkata dengan gemetar, “Maaf, a … aku tidak bermaksud.”Mata Daffa masih dingin, tapi dia melepaskan wanita itu. Akan tetapi, ini tidak membuat wanita itu tenang. Sebaliknya, wanita itu menegang da

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 664

    Bram menatap dia dengan tenang. “Mungkin kamu akan mempertimbangkan untuk memberitahuku kenapa kamu ada di sini jika kamu tidak ingin mati.”Pria itu tertawa terbahak-bahak. Daffa mengernyit dan berkata, “Bram, bawa dia pergi supaya kamu bisa menginterogasinya nanti.”Bram langsung mengulurkan tangannya untuk memegang pria itu—kecepatannya membuat mata Daffa berbinar. Seperti yang dia duga, Bram adalah ahli bela diri yang tampaknya lebih cakap dibandingkan semua orang yang ada di sana, termasuk Daffa. Ini membuat Daffa ingin bertarung dengannya, tapi ini tentunya bukan waktu yang tepat untuk itu. Dia berusaha sekeras mungkin untuk menahan keinginannya untuk menerkam Bram.Pada saat ini, Edward dan Briana muncul. Dari langkah kaki dan napas mereka, Daffa tahu mereka telah berlari sampai ke sini, membuatnya mengangkat sebelah alisnya. Dia menoleh untuk melihat ke arah pintu dan berkata, “Bram, tunggu sebentar.”Bram tidak tahu kenapa Daffa tiba-tiba menghentikannya, tapi dia melakuka

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 663

    Daffa menunjuk ke arah kamar mandi saat dia berbicara. “Kamu bisa periksa kamar mandinya jika kamu mau. Itu sama saja seperti kamar mandi lainnya. Tidak ada apa pun yang memungkinkan aku untuk mengunggah apa pun di internet.” Dia menatap Bram yang masih terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu. Sebagai ahli bela diri terbangkit, Daffa langsung tahu apa yang Bram pikirkan dan bibirnya pun berkedut. Daffa menatap Bram dengan tatapan tidak berdaya dan berkata, “Dengar, kamera-kamera itu tidak ada hubungannya denganku.”Bram langsung menghela napas lega. Daffa menahan keinginannya untuk memutar bola matanya dan berbalik untuk melihat wanita tadi sambil mengetukkan jari-jarinya di sandaran tangan sofa. Suasananya menjadi sangat tegang hingga Bram menundukkan kepalanya lagi, memandang lantai.Setelah beberapa detik, Daffa berujar, “Bram.” Itu membuat Bram merinding dan menundukkan kepalanya makin dalam. Bram tidak dapat membayangkan apa yang hendak Daffa katakan dan keringat membasahi ken

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 662

    Daffa mengangkat sebelah alisnya. Dia memegang leher wanita itu dan melemparkannya ke dalam bak mandi, membuatnya megap-megap karena dia berusaha bernapas. Daffa mengabaikannya, memakai celananya, dan meletakkan tangannya di kenop pintu. Di dalam benaknya, vila Keluarga Halim adalah tempat baginya untuk bersantai dan menjalani waktu yang damai, tapi tampaknya dia keliru. Dia membuka pintu untuk melihat Erin berdiri di sana dan bibirnya berkedut. “Kukira kamu akan menunggu di luar.” Dia tidak memakai atasan karena lemari pakaiannya ada di luar.Tentunya, Erin tidak menduga akan melihat Daffa seperti ini. Dia merona dan memalingkan diri dari Daffa, tapi tidak dapat berjalan pergi—rasanya seakan-akan kakinya dilem ke lantai. Namun, mungkin otaknya berhenti berfungsi dan tidak dapat menyuruh kakinya untuk bergerak. Bagaimanapun, Erin tidak pergi.Daffa tampak terkejut oleh itu, tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Alih-alih, dia berjalan melewati Erin dan memasuki ruang gantinya, muncul ke

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 661

    Wanita itu tetap terdiam di tempatnya, terlihat terkejut. Daffa berniat untuk ikut berpura-pura seolah dia tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi dia sangat ingin menertawai akting wanita itu yang sangat buruk. Lagi pula, tidak ada pelayan Keluarga Halim yang akan mengenakan stoking setinggi paha saat bekerja. Namun, Daffa tahu dia harus berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. Dia memasang ekspresi marah dan menggeram, “Aku jijik oleh keberadaanmu, jadi sebaiknya kamu menjauh dariku!”Mendengarnya, wajah wanita itu menjadi pucat. Daffa mengetukkan jemarinya ke tepi bak mandi, bertanya-tanya apakah dia terlalu kasar. Apakah wanita itu akan bisa melanjutkan aktingnya? Bibir Daffa berkedut saat dia memejamkan matanya dan berkata, “Ingat, jangan pakai apa pun selain seragam yang benar lain kali kamu bekerja … tidak peduli sebagus apa itu terlihat padamu.”Daffa merasakan kekejutan dan kesenangan wanita itu mendengar perkataan Daffa dan mendengar langkah kaki menghampirinya. Daffa m

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 660

    Teivel membutuhkan tempat yang sunyi supaya tidak akan ada yang mengganggunya. Daffa menunggu hingga dia tidak dapat mendeteksi Teivel sebelum mendarat di tanah. Ketika dia melakukannya, orang-orang berjubah hitam itu perlahan membuka mata mereka dan tersadar kembali. Beberapa dari mereka mulai muntah-muntah ketika mereka melihat darah tikus dan potongan-potongan yang tersebar di sekitar mereka, tapi ini tidak memengaruhi Daffa.Dia bilang, “Maaf tidak sengaja mengetahui rahasia kalian seperti ini.” Orang-orang itu kembali tenang dan menatap Daffa. Daffa tersenyum dan berkata, “Kurasa ini adalah permasalahan yang perlu diselesaikan.”Pemimpin dari mereka melangkah maju untuk menghalangi yang lain dari pandangan Daffa dan berkata dengan pelan, “Semuanya bisa didiskusikan selama kamu tidak membiarkan Pak Teivel tahu tentang ini.”Daffa mengangkat sebelah alisnya. “Sayangnya, dia sudah tahu.”Si pemimpin menjadi pucat mendengarnya, tapi amarah mulai menggelora di matanya. Namun, beber

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 659

    “Jangan khawatir, mereka tidak bisa melihatku. Kita akan baik-baik saja selama kamu tidak bergabung denganku di udara,” ucap Teivel.Daffa mengembuskan napas, meletakkan tangannya di balik punggungnya, dan melihat pemandangan di hadapannya tanpa bersuara. Ada darah tikus di mana-mana, bersamaan dengan potongan-potongan kecil daging. Dia merasa perutnya bergejolak, jadi dia menahap napasnya dan melayang, bergabung dengan Teivel di udara. “Pak, aku melihat percampuran amarah dan kesedihan di dalam matamu.”Teivel memejamkan matanya dan mengangguk. “Iya. Aku menggunakan metode rahasia untuk menelusuri ingatan mereka. Mereka telah melalui banyak hal, lebih dari yang seharusnya, sebelum mereka tertidur. Mereka mengalami berbagai macam kesulitan ketika aku bertemu mereka. Ketika aku membawa mereka bersamaku, yang tertua bahkan belum berusia tujuh tahun. Aku membesarkan mereka dan mengajari mereka cara membaca dan menulis, tapi aku tidak mengajarkan meditasi pada mereka. Aku hanya ingin mer

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 658

    Jauhar menegang, tapi dia tetap berusaha sekeras mungkin untuk mempertahankan senyumannya. “Aku belum melihat teman-teman ayahmu dalam waktu yang lama, terutama setelah orang tuamu meninggal. Mereka semua memiliki alasan tersendiri untuk pergi.” Dia menarik napas dalam-dalam. Daffa tahu Jauhar merasa terganggu. Jauhar melanjutkan, “Pada saat itu, aku tidak dapat menerima kematian ayahmu dan aku akan menghargai kehadiran mereka. Setidaknya, itu akan membuatku merasa seperti dia masih hidup. Aku tahu mereka tidak diwajibkan untuk melakukan apa pun, tapi mereka bahkan tidak repot-repot menghadiri pemakamannya. Aku menolak memercayai satu hal pun yang mereka katakan!”Dia berusaha keras untuk menahan agar amarahnya tidak meledak-ledak, tapi dia mau tidak mau tetap gemetar. “Kamu tidak boleh memercayai mereka sepenuhnya, jadi ingatlah untuk jangan percayai ucapan mereka mentah-mentah. Lagi pula, tidak ada jaminan mereka tidak berteman dengan ayahmu dengan niat tersembunyi. Siapa yang tahu

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 657

    “Ya, aku mengkhawatirkan hal yang sama. Tidak ada sihir ataupun meditasi yang akan menjaga jantung seseorang terus berdetak selama lima abad kecuali jantung yang berdetak di dalam mereka sekarang bukan milik mereka, atau ada hal lain dalam hal ini yang tidak kita ketahui.” Teivel menghela napas. “Bagaimanapun, sejarah kembali terulang. Apa yang terjadi lima abad yang lalu terjadi lagi sekarang.Daffa menggigit bibirnya dan mengernyit dalam-dalam. Kemudian, dia berkata, “Apa yang harus kita lakukan untuk mencegah situasi ini menjadi makin parah? Aku sejujurnya tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang. Kukira aku sudah memberantas orang-orang berjubah hitam, tapi di sinilah mereka, muncul di hadapanku lagi.”Teivel tertawa, tapi itu bukan tawa menghina. Dia berkata, “Mereka tidak bisa diberantas—tidak dengan cara yang kamu pikirkan—karena tidak ada yang bisa menghentikan dalang utamanya setelah aku mati. Aku mengenal lawanku dengan baik. Dia pasti telah melemparkan dirinya sendiri

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status