Share

Sang Pewaris Buta
Sang Pewaris Buta
Penulis: Dewanu

Satu

Penulis: Dewanu
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-31 19:59:14

"Pak Jono, saya sebenarnya adalah utusan Pak Jovan."

Jono mengerutkan kening, bingung. Pria yang tak lama ini menjadi buta akibat kecelakaan itu benar-benar tak tahu siapa pria yang dimaksud oleh sopir sang sahabat.

"Pak Jovan? Siapa Jovan?" tanyanya.

"Kemungkinan besar, Pak Jovan adalah ayah dari Pak Jono."

Deg!

"Ayahku?" Jono terkejut. "Sejak kecil, saya tidak punya orang tua, Pak. Mana mungkin ada orang yang bisa menemukan anaknya padahal sudah puluhan tahun lamanya?" Jono menyipitkan matanya, berusaha menatap tajam pria paruh baya di hadapannya, meskipun tak berhasil melihat raut wajahnya.

"Saya rasa bapak salah orang," tegasnya.

"Tidak, saya sudah memastikan. Selain itu dari postur tubuh dan juga wajah... kalian punya kemiripan," kata pak Burhan meyakinkan.

"Hahaha...." Jono tertawa miris. "Sudahlah Pak, biarkan saja orang tuaku menjalani hidupnya sendiri. Saya tidak akan mengganggu mereka. Apalagi mana ada yang mau mengakui seorang anak buta seperti ini."

"Saya sudah sangat bersyukur memiliki istri dan sahabat yang setia," kata Jono lagi.

Selama ini, pria itu tumbuh di panti asuhan tanpa megetahui bagaimana asal-usul dirinya.

Bagaimana mungkin tiba-tiba saja ada orang yang mengaku sebagai ayahnya?

Tiba-tiba lelaki tua itu mengeluarkan selembar kertas, yang seharusnya membuat Jono percaya.

"Saya tidak bohong, Pak. Ini adalah bukti DNA pak Jono dan Pak Jovan yang sama."

Ucapan Burhan membuat Jono termenung.

Ia pun meremas tongkat di tangannya erat. Terlebih kala mendengar penuturan selanjutnya.

"Selama ini, Pak Jovan mencarimu tanpa henti. Akan tetapi, pencarian ini tidak mudah. Dan karena itulah Pak Jovan tidak pernah menikah lagi dan tidak memiliki keturunan selain Anda. Pak Jovan adalah orang yang sukses, dan dia butuh orang yang bisa mewarisi perusahaannya. Jadi--"

Ceklek!

Ucapan Burhan itu terhenti kala Laila menyelesaikan belanjanya.

Saat masuk ke mobil, pembantu Jono dan istrinya itu dapat merasakan suasana yang sangat canggung, sehingga ia pun berkata, "Apakah aku mengganggu percakapan kalian?"

"Tidak Laila, masuklah, apakah kau sudah mendapatkan semuanya?"

"Hmm, tentu Pak. Saya sudah mendapatkan semuanya. Dan ini, saya juga membeli makanan buat Pak Burhan dan Pak Jono," katanya sambil menyerahkan martabak masing-masing sekotak untuk dua pria itu,

Setelahnya, ketiga orang itu pun pergi ke rumah sakit untuk mengantarkan Jono melakukan perawatan.

Hanya saja, pria buta itu tak sempat berbicara kembali dengan Burhan sampai ke rumah.

Meski demikian, Jono sangat gelisah dengan berita itu.

Ia pun menunggu istrinya pulang untuk berdiskusi dengannya.

Selain itu, Jono juga ingin mengabarkan sebuah berita penting pada Winda.

Akhirnya, Jono mulai merasa ada perkembangan di indra penglihatannya meskipun saat ini dia hanya bisa melihat dalam warna hitam-putih dan sedikit cahaya kekuningan.

Sayangnya, Winda ternyata pulang larut malam. Pukul 12 malam!

Begitu tiba rumah, wanita itu berdendang ceria dan langsung ke ke kamar mandi dalam balutan pakaian seksi.

Entah mengapa tingkah istrinya semakin mencurigakan.

Jadi, saat mendengar Winda mengguyur air di tubuhnya, Jono berinisiatif untuk membuka ponsel milik istrinya tersebut.

Ditekannya password ponsel Winda dan tak lama kemudian ponsel itu terbuka.

Jono segera masuk ke aplikasi pesan.

Di sana, ada sebuah nomor asing tanpa nama di sana.

[Aku senang kamu suka bajunya. Makasih juga yang service-mu tadi. Bikin ketagihan!]

Dada Jono sontak bergemuruh.

'Apakah Winda selingkuh?' batin Jono bergemuruh.

Terlebih masih banyak chat mesra lanjutan yang ia sudah tak sanggup membacanya.

Apa karena Jono buta, istrinya itu berpikir dia tak akan melihat selamanya dan menemukan hal ini?

Jono terus memejamkan mata dan merenungi jalan pernikahannya dengan Winda.

Suara air yang berhenti membuat Jono seger menutup ponsel istrinya dan meletakkannya pada tempat semula. Meski demikian, dia masih berpikir keras dengan siapa Winda berselingkuh.

Setahunya, Destalah yang paling dekat dengan sang istri. Tapi, apakah mungkin sahabatnya itu tega merebut Winda darinya?

"Aku harus memastikan ini," batinnya, pura-pura tertidur agar Winda tak curiga.

Jangankan membicarakan perihal ayah kandungnya. Yang ada, dia kini penuh emosi yang tak terkira!

***

Sesuai rencana, Jono kini bersembunyi, menguntit kepergian Winda.

Dia harus melihat siapa pria yang menjemput istrinya di pagi hari.

Sungguh, Jono berharap kecurigaannya ini salah. Hanya saja, dia justru menemukan Winda memeluk hangat sahabat Jono itu dengan erat, Mereka bahkan sempat berciuman panas!

Padahal, Winda tadi tampak buru-buru karena katanya ada banyak tugas yang harus dikerjakan.

Tapi, apa-apaan yang dilihatnya ini?

Jono terpekur, merenungi kenyataan pahit yang harus dia hadapi sekarang ini.

Istrinya menjadi orang yang paling menyakiti perasaannya--melebihi kebutaan yang pernah ia alami.

Jono menunggu Winda untuk mengaku.

Namun hari-hari berikutnya, ia justru melihat Winda semakin menjadi.

Meski ia bersyukur karena ia tak harus menjadi orang bodoh terus menerus, tetapi pengkhianatan ini jelas sangat menyakitkan.

Suatu pagi, pria itu duduk di kursi makan dalam diam dan tanpa sadar meneteskan air matanya.

"Pak Jono menangis?"

Suara Laila mengejutkannya.

"Maaf, tadi saya panggil tapi Pak Jono tidak menyahut," ujarnya canggung karena melihat raut wajah Jono yang memang berbeda.

"Tak apa, saya cuma sedikit bosan," kata Jono beralasan.

Laila kemudian pergi dan melanjutkan pekerjaannya membersihkan rumah, memasak dan menyiapkan keperluan. Tak lama kemudian ia menemui Jono.

"Pak Jono, ini ada uang dua juta rupiah milik ibu Winda, saya letakkan di dalam laci meja ya, Pak," kata Laila.

"Hmm, uang dua juta?"

"Iya, Pak. Sepertinya milik ibu tertinggal."

"Baiklah, letakkan saja di laci itu," kata Jono kemudian.

Jono melihat dengan jelas bahwa Laila meletakkan uang tersebut dengan hati-hati. Pantas Winda melepaskan begitu saja pekerjaan Laila, ternyata gadis ini memang jujur dan bertanggung jawab dalam bekerja.

Padahal Laila pasti berpikir kalau tuannya buta, tapi nyatanya gadis itu tetap bersikap santun. Sungguh berbeda dari istrinya yang....

Tok tok tok!

Terdengar ketukan pintu dari ruang tamu dan Laila bergegas untuk membukanya, ia melihat Pak Burhan ada di sana.

"Ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya Laila pada orang paruh baya itu.

"Ibu Winda minta dompetnya saya ambil, penting katanya."

"Dompet?" Laila merasa tidak menemukan dompet. Tapi ia menemukan uang itu di bawah meja. Mungkinkah ada dompet juga?

"Kata Bu Winda, dompet itu ada di atas lemari, Laila."

"Ouh, baik saya akan mengambilnya," kata Laila.

Jono mendengar hal tersebut. Dia pun meminta Laila membuka dompet tersebut.

"Tolong buka dan beritahu aku apa isi dompet itu, Laila," perintah Jono.

Laila menurut dan membuka dompet tersebut.

Namun, dia terkejut melihat dua potongan kertas kecil di sana

"Ehmm, ini... eh...ini, ini adalah tiket bioskop yang tayang kemarin, Pak," ujar Laila sedikit ragu.

Bab terkait

  • Sang Pewaris Buta    Dua

    Jono melihatnya sekilas.Dari penglihatannya yang tak sempurna itu, dia juga melihat dua tiket bioskop. "Ooh, baik. Masukkan kembali tiket tersebut dan uang yang kau temukan lagi," perintah Jono kemudian."Baik, Pak," ucap Laila hormat.Di sisi lain, Pak Burhan menunggu di ruang tamu, dan tak lama kemudian Laila keluar dengan membawa dompet tersebut."Ini Pak, dompetnya," ujar Laila sambil menyerahkan dompet Winda pada Pak Burhan.Pria itu pergi dan Jono sebenarnya sedang melihat dengan seksama pria yang tempo hari mengatakan semua hal tentang ayahnya.Antara percaya dan tidak percaya, Jono akhirnya memutuskan untuk memercayai pria itu."Laila, bisakah kau memanggil Pak Burhan untukku?" kata Jono setelah Pak Burhan pergi. "Katakan bahwa ada sesuatu yang ingin kukatakan kepadanya."Laila mengangguk dan segera berlari ke arah Pak Burhan. Pria itu melihat Laila yang berlari ke arahnya akhirnya urung menyalakan kendaraannya.Tak lama kemudian, Jono berjalan pelan seperti orang yang benar

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-03
  • Sang Pewaris Buta    Tiga

    Di sisi lain, Jono tengah mempersiapkan dirinya untuk segala kemungkinan setelah mendapat informasi dari satpam.Ia harus melihat sendiri bagaimana dan ke mana kedua orang tersebut pergi. Jono berdiri di dekat area parkir bioskop dan berharap bisa melihat dengan jelas perbuatan mereka.Pria itu mengikuti ke mana mereka akan pergi sehingga bisa mendengar percakapan mereka berdua."Winda, kamu senang bekerja di tempatku?"Terdengar suara Desta tak jauh dari Jono bersembunyi, karena meskipun terlihat, mereka tidak akan menyadari karena masih menganggap Jono buta dan tidak berdaya."Iya dong Mas, inilah hidup yang aku inginkan sebenarnya. Aku bisa bekerja dan juga menikmati hidup dengan uangku sendiri. Selain itu aku bisa mengenal pria hebat sepertimu.""Lalu, bagaimana dengan Jono?"Jono terdiam. Dia masih terus mendengar percakapan mereka meskipun batinnya mendidih."Mau bagaimana lagi, Mas? Dia buta sekarang. Untuk saat ini, biarkan saja dia berada di rumah. Toh ada Laila yang menguru

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-03
  • Sang Pewaris Buta    Empat

    Diam-diam, Winda mencermati wajah suaminya, mencoba mencari ekspresi apa yang ada di sana. Mungkinkah Jono mengetahui sesuatu?Bagaimanapun juga ia harus memastikan Jono tidak curiga dengan perubahan yang ada pada sikapnya.Jadi setelah selesai mandi, Winda pun mendekati Jono."Mas, apa kau mencium aroma wangi sekarang?" tanya Winda mencoba sedikit menggoda Jono. Ia harus bisa bersikap senormal mungkin untuk bisa bersenang-senang dengan Desta atau semua akan rusak sebelum waktunya.Seperti yang diharapkan, Jono mendengus seperti kucing mencium aroma ikan di sisi tubuhnya."Hmm, lumayan, kau memang sangat wangi. Kalau begitu kau bisa melayaniku malam ini?" Jono berpura-pura membutuhkan, padahal sebenarnya ia bertekad tak akan menyentuh istrinya lagi!Winda menegang. Setelah sekian lama semenjak kecelakaan yang membutakan mata Jono, tak pernah sekalipun Jono menyentuhnya. Itu karena Jono tak bisa melakukan sembarang gerakan karena akan menimbulkan rasa sakit yang luar biasa di kornea ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-04
  • Sang Pewaris Buta    Lima

    Tok tok tok!"Maaf, Tuan. Rapat akan segera dimulai. Apakah saya harus menundanya sebentar?"Seorang asisten masuk dan memutus percakapan mereka.Pria tua itu pun menghela napas. "Tidak. Aku akan segera ke sana."Hanah sendiri masih penasaran. Namun, ia mengatupkan bibirnya karena rasanya tidak sopan kalau dia memaksa untuk tau sekarang.Di sisi lain, ia juga menolak asumsi bahwa Jovan memiliki anak yang lain. Bagaimanapun, ia tak bisa menerima kenyataan yang memungkinkan untuk posisinya tergeser oleh siapapun, walaupun jika itu adalah anak kandung ayah angkatnya."Hanah, pergilah membeli mobil itu bersama Leo, setelah itu segera kau meminta Leo untuk mengantarmu ke desa menemui orang tuamu. Mengerti?" Suara Jovan menekan supaya gadis itu tidak mengganggu pekerjaannya."Ayah, kenapa aku harus pergi dengan manusia es itu? Dari sekian banyak pengawal ayah, haruskah Leo?" protesnya."Benar, hanya Leo yang harus mengantarmu. Oke?" kata Jovan malah menegaskan.Gadis itu memanyunkan bibirny

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-04
  • Sang Pewaris Buta    Enam

    "Tidakkah kau masih membutuhkan Desta juga untuk membiayai pengobatanmu?" jawab Winda lirih mencari alasan.Hal ini membuat Jono menahan senyum sinis untuk keluar di wajahnya."Kau memang pengertian, itukah sebabnya kau sangat baik dengan temanku itu? Karena jasanya pada suamimu?" kata Jono tapi sebenarnya ada hal lain yang sedang muncul di kepalanya.Setelah melontarkan ucapan itu, Jono menyeret langkahnya keluar rumah, menghirup udara malam yang dingin. Tapi itu lebih baik, daripada melihat istrinya yang memuakkan!Wajah Jono berkerut, seolah menanggung beban yang berat.Memikirkan Desta sepertinya bukan tipe lelaki yang bersih dalam bisnis, seharusnya ia bisa melakukan sesuatu.Spekulasi memang, tapi itulah peruntungan!Erwin pasti sangat berguna membuat Desta mendapatkan masalah secara hukum. Tapi cela itu, bagaimana caranya untuk mengetahui?Segera ia menghubungi pak Burhan, sopir Desta sekaligus utusan ayahnya."Cari kelemahan perusahaan Desta, aku akan membuatnya dipenjara," t

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-06
  • Sang Pewaris Buta    Tujuh

    "Apa tidak boleh?" tanya Jono santai."Uhm," deham Desta menormalkan diri, "kenapa tiba-tiba? Bukankah seharusnya kau masih dalam perawatan?" "Begitulah, kami harus kembali karena tidak ada yang bisa kulakukan di sini." Jono lalu merunduk, mengambil sesuatu di bawah meja."Dan ini, ini adalah uang yang pernah kau berikan padaku, aku sudah memilikinya dan sekarang aku kembalikan," katanya sambil menunjuk sebuah amplop besar ditangannya .Brak!Hal itu membuat Desta dan Winda semakin melongo.Desta mendekati amplop tersebut dan membukanya."Sejumlah uang yang banyak ini... bagaimana kau mendapatkannya?" tanya Desta keheranan. "Selama ini kau tidak bekerja, bagaimana bisa mendapatkan uang sebanyak ini?"Pria itu lalu mengitari beberapa perabotan mahal miliknya, seolah kuatir sesuatu telah dijual teman butanya."Terima saja uang itu tanpa harus bertanya bagaimana aku mendapatkannya," balas Jono, setidaknya ia tidak terbebani lagi dengan kebaikan Desta.Tak banyak yang bisa Jono simpulkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-18
  • Sang Pewaris Buta    Delapan

    "Kau... kau sungguh mau membayarnya, Mas?" Wajah Winda tersirat keraguan, sangat aneh rasanya karena tiba-tiba Jono punya uang dalam jumlah besar."Hmm, tentu saja. Aku yang akan membayarnya."Kini, Laila tak bisa berkata-kata. Ia memang membutuhkan uang itu untuk mengobati sang ibu yang sedang berada di rumah sakit saat ini, dan uang gaji ini memang sangat berarti.Pagi itu, Laila menerima pembayaran dari Jono sebagai gaji terakhirnya. Bagaimanapun, ia sangat berterima kasih karena Jono membayarnya dengan gaji penuh dan juga bonus yang cukup besar.Jono memberikan uang itu disaat Desta dan Winda sedang keluar rumah karena Winda mengantar Desta yang hendak kembali. Saat itulah, Jono memberikan sejumlah uang bonus tersebut tanpa diketahui siapa pun."Terima kasih banyak, Pak. Uang ini sangat berarti buat saya, saya akan berterimakasih dan mudah-mudahan bisa membalas kebaikan pak Jono suatu hari nanti," katanya dengan meneteskan air mata.Setelah itu, Laila pulang dan Winda sudah me

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • Sang Pewaris Buta    Sembilan

    Di sisi lain, Winda yang tidak habis pikir kenapa Jono melakukannya.Ia mulai masuk ke kamar yang satu lagi, kamar yang lebih sempit dan pengap."Lihat saja nanti, aku tidak akan hidup seperti ini lagi," gerutunya. "Aku akan menelepon Desta dan mengirim uang untukku, aku tidak akan sudi tinggal di tempat kumuh ini!"Winda sangat kesal, tapi ia hanya bisa meluapkan amarahnya di balik tembok kamar yang sekarang ia tempati. Sepertinya harapan indah untuk menjadi wanita modis sudah semakin menipis.****Keesokan harinya, Jono bangun pagi dan mendapati rumah masih berantakan. Ia juga tidak melihat ada makanan di meja dapur padahal ia sudah berpesan untuk memasak makanan dengan sejumlah uang yang ia berikan. Tapi nyatanya Winda masih tidur pulas di kamarnya.Ia pun hanya menggelengkan kepalanya dan segera membersihkan tubuhnya. Lalu, pergi dengan mengunci kembali pintu rumahnya.Winda segera bangkit dan tersenyum licik. Ia sengaja pura-pura tidur dan tidak memasak untuk Jono."Rasakan, inil

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-20

Bab terbaru

  • Sang Pewaris Buta    TAMAT

    "Jonathan, bangunlah nak, sebaiknya kalian tidur di kamar kalian dan bukan di sini," bisik ibunya pelan sementara Jonathan masih belum penuh kesadarannya. "Ibu? Oh, tidak, aku ketiduran tadi." "Mana Mirna pengasuh kalian? Kenapa tidak ada di sini untuk menjaga mereka?" "Anu Bu, Ayah Mirna sakit keras sehingga ia harus ke rumah sakit." "Oh, begitu rupanya. Kalau begitu, bangunkan istrimu dan aku yang akan menjaga anak-anak malam ini." Jonathan sedikit malu, tapi tentu saja itu yang diharapkan. "Baik, Bu, aku akan membangunkan Meena terlebih dahulu." "Baik, bangunkan dia dan aku akan menyiapkan botol susu untuk anak-anak." Setelah ibunya pergi, Jonathan mendekati Meena yang terlelap sementara Juan masih menyusu di tubuhnya. Perlahan iapun mengusap puncak kepala Meena dengan lembut lalu menyentuh pipinya. "Sayang, kamu mau bangun apa enggak?" panggil Jonathan dengan terus membelai pipinya. "Hah? Eh, Jonathan?" "Iya, ini aku, suamimu." "Ya Tuhan, aku lupa. Aku hampir terkejut

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Empat Puluh

    Winda berjalan mendekati dengan jantung berdetak hebat. Rasa malu bercampur marah seorang membayang di wajahnya. Akan tetapi ini adalah akhir dari perjalanan yang harus ia lakukan. Setelah semua ini, ia akan pergi menjauh dari pria pujaannya ini. Meena melihat wajah Winda yang tertunduk dalam membuatnya kasihan. "Winda..." "Selamat atas pernikahan kalian, Meena. Semoga kalian bahagia." Jonathan hanya diam melihatnya sementara Hanah melihatnya dengan wajah kesal. "Kamu tau sekarang, seorang lelaki itu tidak akan memaafkan perempuan yang berselingkuh, apa kamu mengerti sekarang?" Hanah berbicara blak-blakan, membuat Winda semakin sedih. "Maafkan aku atas semuanya. Aku sungguh minta maaf," wajah Winda kemerahan menahan air mata. Jonathan berharap penyesalan itu memang benar-benar ada pada wanita ini.Setelah mengatakannya Winda kemudian membalikkan tubuhnya untuk pergi dari sana.Meena sedikit merasa bersalah atas kejadian itu. Iapun tak mengira akan seperti ini akhirnya."Aku mer

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Sembilan

    Indriana menerimanya, akan tetapi telapak tangannya sudah penuh keringat dingin. Ia merasa inilah yang ia butuhkan selama ini. Sebuah bukti nyata yang bisa mengembalikan ingatannya pada masa itu. Jonathan membiarkan Indriana dalam pikirannya sendiri. Ia terus mencoba banyak hal untuk membantu Indriana pulih. Wanita itu terus membuka album dan melihat apa yang ada di sana. Entah mengapa dadanya bergemuruh hebat saat melihat wajahnya berada di setiap lembar foto di sana. "Aku tak menyangka memiliki kenangan yang begitu indah seperti ini." Indriana melihat sendiri betapa indah senyum yang ia miliki dahulu. Senyum seorang wanita yang penuh kebahagiaan. Pada foto pernikahan itu iapun bisa menyaksikan tatapan matanya yang mencintai Jovan. "Ini adalah pernikahan kita?" tanya Indriana takjub. Jovan hampir menitikkan air matanya karena sangat sedih saat ini. Semua kebahagiaan yang pernah mereka miliki bersama menghilang begitu cepat. Karena tiga bulan setelah itu Indriana meng

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Delapan

    Meena terpaksa mencobanya karena permintaan Indriana dan cincin itu sangat pas di jarinya. "Itu sangat pas sama kamu, Meena." Meena mengedikkan bahunya, ia masih tak mengerti. "Kalau begitu, aku akan menikahimu saja, apakah kamu bersedia?" Meena melotot tajam, jadi benar Jonathan sedang bermain-main? "Jonathan, apa maksudmu?" "Ayah, ibu... sebenarnya wanita itu adalah Meena. Wanita yang kusukai adalah Meena, dan sekarang aku ingin mendengar jawaban dari Meena." Indriana lebih terkejut lagi, ia tak menyangka Meena adalah gadis yang dimaksud Jonathan. "Kamu Serius?" "Tentu saja aku serius, Bu. Aku tau Meena adalah yang terbaik untukku dan juga untuk Juan. Apakah menurut ibu tidak seperti itu?" Indriana menatap Meena tak bisa menahan untuk tersenyum. Tentu saja itulah yang ia harapkan selama ini. "Aku sudah pernah menjodohkan kalian dahulu, tapi kalian tidak menuruti keinginan ibu, hah?" Ya, Jonathan juga ingat waktu itu dirinya menolak mentah-mentah tawaran ibuny

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Tujuh

    Jovan mendengarkan dengan serius, dia tidak mengerti siapa wanita itu kali ini. "Kalau begitu, perkenalkan dia pada ayahmu ini, ayah senang mendengarnya, Juan membutuhkan seorang ibu, seharusnya kalian cepat menikah saja." Jonathan tersenyum, tidak sulit mendapatkan persetujuan semacam ini bukan? "Lalu bagaimana dengan ibu? Apakah ibu setuju kalau aku cepat menikah?" Indriana terdiam, ia tidak terlihat antusias. "Aku tidak yakin wanita seperti apa lagi yang kau pilih sebagai pendamping hidupmu. Tapi aku sudah kehabisan kata-kata untuk membuatmu sadar." Jawaban ibunya membuat Jonathan tidak puas samasekali. "Ibu tidak setuju aku menikah lagi?" "Bukan begitu, Jonathan. Ibu hanya ingin mengenal wanita seperti apakah dia itu. Ibu tentu saja merasa kuatir dengan kisahmu dalam menjalani rumah tangga. Ibu takut kamu terluka lagi." "Ibu, aku tidak seperti ayahku,.dia hanya setia dengan satu wanita saja, bukankah begitu, Ayah?" Jovan dan Indriana tertawa kecil dan sedikit t

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Enam

    Tentu saja itu sangat penting, apakah kamu tidak berniat memberi tau? batin Meena, ia tetap diam tidak mengatakan apapun. "Terserah, kalau menurutmu penting, suatu saat kau pasti akan memberi tau padaku. Tapi sebenarnya... ini cukup berlebihan, aku bahkan tidak berharap kau bertindak sejauh ini. Bagiku, sudah cukup jika kamu mencintaiku." "Kenapa aku merasa wanita tidak seperti itu, Meena? Winda dulu juga begitu, tapi ternyata..." "Lihatlah, kamu masih juga membawa-bawa masa lalu. Aku berharap menjadi wanita yang cukup pintar sehingga tidak terlalu menunggu dan menuntut pemberian seorang laki-laki. Akan tetapi sebenarnya banyak juga kejadian wanita jadi besar kepala kalau sudah menghasilkan uang sendiri. Apakah kamu tidak takut aku menjadi seperti itu?" Jonathan hanya tersenyum tipis dan melangkah pergi, "Lakukan dan tunjukkan sifat aslimu secepat mungkin, Meena. Mungkin suatu hari nanti aku akan mengerti dan memutuskan apakah aku bisa bertahan atau tidak, seperti yang sudah lewat

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Lima

    Ruangan itu sungguh diluar ekspektasinya. Bisa dibilang ruangan yang ditata begitu estetik dengan berbagai macam peralatan mewah. Ada satu meja besar dengan berbagai macam peralatan dan juga manekin dalam berbagai pose. Ada dua buah perangkat laptop dan juga monitor dinding yang besar. Meena bahkan tidak tau kapan ruangan ini di desain dan diubah menjadi seperti ini. "Apakah ini sungguh ruangan milikku?" Meena berbicara sendiri. "Tentu saja, ini adalah hadiah dariku. Kamu suka?" "Tapi... kenapa kau memberikan hadiah semahal ini? Aku...." "Apa yang harus ku berikan untuk wanita yang begitu spesial di hatiku? Aku juga tidak tau apakah ini cukup spesial. Selain itu... kau mungkin sangat kesal kepadaku akhir-akhir ini." "Jadi maksudmu?' "Kamu tidak akan melihatku dari sini, kau bisa fokus bekerja. Haruskah aku membuat area bermain untuk anak kita?" Meena tentu saja sangat terperangah, "Jangan keterlaluan, apa yang akan mereka katakan nantinya?" "Jangan perdulikan merek

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Empat

    Meena menghempaskan dirinya di pembaringan. Ia teringat dengan bagaimana Jonathan bersikeras untuk menikahinya. Egonya setinggi ini untuk menolak tawaran yang dulu begitu ia inginkan. "Aku merasa sangat marah, aku juga bingung harus bagaimana," lirihnya mematut dirinya di cermin. Wajahnya... ia teringat dengan Laila yang begitu dicintai Jonathan. Ia sedikit terganggu karena bisa jadi Jonathan hanya ingin mengabadikan wajahnya demi Laila di sisinya. "Kenapa semua ini membuatku semakin bodoh dan takut?" gumamnya lagi. Adapun Jonathan melakukan hal yang sama di kamarnya. Ia melihat dirinya di cermin dan berkata, "Aku ingin tau dan penasaran, apakah kamu hanya mengoleksi banyak sekali fotoku tanpa tujuan? Seharusnya kau menerimaku karena aku yakin kau membutuhkanku," ujarnya pelan. "Tapi baiklah, kita lihat nanti apa yang akan kau lakukan," ujarnya kemudian. Keesokan harinya Jonathan berangkat bekerja tanpa menjemput Meena. Pria itu bahkan tidak menjenguk Juan pagi ini. "J

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Tiga

    "Kau masih tak mengerti? Aku bilang aku akan menjalani hidup ini bersamamu sampai akhir, kenapa kau masih berkeras menolakku?" "Tapi Jonathan..." "Kau menyukaiku, aku ingat sekarang bahwa Wiliam pernah mengatakan padaku bahwa kau menyukaiku. Sayangnya aku tidak pernah memikirkannya." Meena sedikit terkejut. Ia tak menyangka Wiliam mengatakan hal bodoh semacam itu pada Jonathan. "Maafkan aku karena keadaan tidak memungkinkan bagiku pada waktu itu. Kau tau aku menyimpan rasa bersalah karena Laila juga tidak pernah mendapatkan cinta dariku saat dia menjadi istriku. Aku hanya seorang lelaki dingin dan bodoh." "Aku membuatnya menderita dan pergi dari rumahku, sehingga dia sangat terpuruk sendirian." "Jadi kau menikah karena penyesalan?" tanya Meena penasaran. "Begitulah, dia sebenarnya menyukaiku sebelum ingatannya hilang," ujarnya. "Tapi pada akhirnya saat dia menemukan cinta itu, semuanya sudah terlambat." Meena terdiam memikirkannya, akan tetapi hatinya masih dipenuhi ke

DMCA.com Protection Status