Diwaktu yang sama kini di Auckland.Rachel sedang pergi untuk menemui orang yang sudah menghubungi dirinya sebelumnya.Mereka bertemu di sebuah restoran cina dengan makanan yang cukup terkenal.Tempat itu tidak begitu jauh dari pusat kota.Rachel berangkat kesana dengan mengendarai mobil miliknya, tentunya di antarkan oleh Boas dan juga ditemani oleh Nanny sebagai asistennya, sekaligus pengawal pribadinya.“Nona, selamat datang.” Ucap laki-laki yang tidak diketahui namanya itu.Yang jelas dia adalah orang yang pernah menjalin kerja sama dengan Wish Corp sewaktu posisi direktur masih dijabat oleh Rachel.“Rachel… Kamu disini?” terdengar sebuah yang menyebut nama Rachel.Ternyata sewaktu Rachel melihat ke arah sumber suara, dia melihat adanya Deon disana.Deon berada disana dengan anggota keluarganya yang lain.Sepertinya mereka sedang makan malam bersama.“Sudah cukup lama kita tidak berjumpa.” Ucap Deon yang sepertinya tangannya sudah sembuh total, dari cederanya akibat insiden di Vil
Nanny yang berdiri di dekat Rachel kini melihat jelas senyum dari bibir laki-laki brengsek itu.Nanny sendiri sebenarnya sudah di suruh duduk oleh mereka.Akan tetapi, dia tidak mau karena alasannya sendiri.Nanny memilih untuk berdiri karena dia merasa jika berdiri bisa membuat dirinya jauh lebih bebas untuk bergerak jika ada apa-apa yang terjadi kepada Rachel.Seperti biasanya, saat ini sebenarnya di luar restoran beberapa orang juga sudah mengawasi, atau menjaga mereka.Radhis sudah berpesan kepada orang-orang nya termasuk Rocky untuk mengawasi dan menjaga sang istri saat dirinya tidak berada di Auckland.Hal itu membuat keselamatan Rachel menjadi sebuah prioritas.“Pergi kemana dia?” Tanya Sandra dengan nadanya yang masih saja terdengar ketus karena ketidaksukaan dirinya kepada Radhis.Alih-alih tidak suka, Sandra sebenarnya sangat menggilai uang.Dari awal dirinya hanya ingin memasuki keluarga Wish karena tahu juga keluarga Wish sebenarnya memiliki masa depan yang bagus.Belum la
***Diluar restauran.Nanny sedang membukakan pintu mobil untuk Rachel.Disaat seperti itu, akhirnya Nanny tak bisa menahan rasa penasaran dirinya dengan apa yang sudah banyak diucapkan oleh Rachel disaat dirinya berada di dalam restoran, sebelumnya.“Maaf jika saya lancang Nona.” Ucap Nanny yang terang saja membuat Rachel menghentikan gerakannya pas sebelum dirinya masuk ke dalam mobil.“Kenapa, Nanny?” Tanya Rachel dengan wajahnya yang tampak kalem.Nanny kembali bertanya kepada Rachel.“Bukan Kah uang itu…” Nanny tampak ragu untuk melanjutkan pertanyaannya.Tapi ternyata, Rachel paham akan maksud dari pertanyaan Nanny.“Aku tahu apa yang ingin kamu tanyakan.” Ucap Rachel.Itu membuat Nanny tersenyum sendiri.Saat dalam perjalanan pulang barula Rachel lanjut menjelaskan kepada Nanny.Dari awal sebenarnya dirinya tidak ingin membahas perihal uang atau cek yang baru diterima oleh dirinya.Namun, menurut Rachel, dirinya dengan penuh kesadaran berbohong karena dia tidak ingin suaminya t
“Bisakah Anda diam?” Ucap Kimy yang merasa jika Laki–laki yang tidak dia kenal itu mulai kelewatan, kata-katanya.Laki-laki itu tertawa sebelum akhirnya dia mulai kembali berbicara,“ayolah, Nona… kamu itu masih muda, hati-hati tertipu tampangnya.”Kimy tidak menjawabnya.Hal itu membuat laki-laki tadi berbicara kembali, “daripada Nona membela laki-laki seperti dia. Lebih baik Nona bergabung bersama dengan saya dan juga Nona Vivian.”“Ayo, Radhis.” Ucap Kimy yang justru seolah akan menarik tangan Radhis.“Hey… Mau kemana kamu?” Ucap laki-laki itu yang seolah semakin tidak tahu diri.Laki-laki itu berkata seperti itu dengan menghadang tepat di depan Kimy.Sungguh sebuah tindakan yang lebih terlihat kampungan daripada sikap dingin yang selalu ditampilkan oleh Radhis.“Bisa tolong kamu menyingkir dari jalanku?” Tanya Kimy dengan tatapan matanya yang terlihat tajam.“Uihsss… Sabar dulu Nona manis.” Ucap laki-laki itu yang merasa jika usianya sudah melebihi mereka dan juga memiliki pekerja
Radhis sudah merasa geram, tapi dia masih mencoba untuk sedikit mentolerir laki-laki itu. Akhirnya Radhis melepaskan tangan laki-laki itu. Vivian sebenarnya malas mengurusi laki-laki itu,“Saya sudah bilang, demi kebaikan anda. Dan benar, bukan?” Ucap Vivian kepada laki-laki itu saat tangannya di lepaskan oleh Radhis. Dengan memegangi tangannya yang masih sedikit merasa sakit.Laki-laki itu kini mencoba untuk kembali berteriak kepada Radhis. “Apa yang kamu lakukan kepada tanganku, bajingan!” Teriaknya. Laki-laki itu kini mundur beberapa langkah dengan tetap memegangi tangannya yang dirasa sakit. “Dan, Kamu!” Ucap laki-laki itu dengan nada yang sedikit keras kepada Vivian.“Kenapa kamu selalu membelah pecundang sepertinya?” Ucap laki-laki itu menambahkan. Vivian sebenarnya sudah mulai geram.Namun dengan menarik nafas panjang dia mencoba untuk kembali berbicara kepada laki-laki itu. “Saya tidak bermaksud membela dia.” Ucap Vivian. “Ah!! Dasar wanita muna–” “Plakk!!” Sebelum s
***Keesokan harinya.Kini Radhis berdiri di depan sebuah gedung perusahaan, yang ternyata tidak terlalu besar.Hal itu bisa terjadi karena semalam, tepat setelah dirinya makan malam bersama dengan Kimy dan Vivian, dirinya mendapatkan sebuah telepon dari salah satu orang kepercayaan keluarga Zond. Lebih tepatnya orang yang pro terhadap Matty.Laki-laki itu bilang kepada Radhis jika dirinya di minta untuk mulai bekerja besok di tempat yang sudah di tentukan oleh Kakek Zond.Radhis berusaha untuk mengiyakan apa yang dibilang oleh orang itu.Meskipun dia yakin jika semua ini adalah rencana Matty.Hal itu memanglah benar adanya.Matty memang sudah merencanakan hal-hal ini.Dia ingin agar Radhis mundur dari tes yang akan diberikan oleh anggota keluarga itu, untuk menjadi salah satu dari mereka.Setelah kepergian Radhis dari kediaman Zond, Matty dan anak-anaknya melakukan rapat kecil tanpa ada kakek Zond.Alhasil keputusan mereka akhirnya bulat, memberikan sebuah tes yaitu, membuat Radhis u
“Bagaimana jika itu benar-benar Huang, Nek?” tanya Sea kepada nenek Xion.Nenek Xion tertawa.“Aku akan menemuinya jika memang itu dia…” ucap nenek Xion dengan begitu sombongnya.“Dia bukan siapa-siapa di auckland sekarang.” tambahnya.Hal itu cukup membuat Sea merasa tenang dan ikut santai seperti neneknya.“Jika bukan Huang, lantas siapa yang mengirimkan ini?” tanya Marot yang kemudian memungut boneka dalam kotak sebelumya.Nenek tua itu, dengan penuh akan rasa ketidak percayaan diri di raut wajahnya, hanya bisa menjawab, “sejujurnya aku tidak tahu, dan juga tidak punya dugaan, ke siapapun itu.”***Di Motherland.Radhis kini sudah berada resepsionis perusahaan, kantor baru tempat dia bekerja.Meskipun tempat itu tidak seramai Geneve. Tapi tetap saja ada beberapa pasang mata yang melihat adanya Radhis.Mereka semua melihat ke arah Radhis dengan tatapan yang seolah merendahkan.Seperti biasanya itu karena gaya berpakaiannya yang masih saja mengenakkan pakaian kasual.Dia berada di de
“Siapa berani menyentuhku?” Ucap Radhis dengan dingin dan tatapan matanya yang teramat tajam.Tatapan Radhis itu seolah mengintimidasi penjaga keamanan di sana.Membuat penjaga keamanan itu terdiam terpaku tidak berani mendekatkan dirinya ke Radhis.Manajer Sdm tadi dengan mendengus berbicara kepada beberapa orang yang melihat mereka.“Lihatlah, betapa sombongnya pria ini.”“Plak!!” Sebuah tamparan mendarat di pipi Radhis.Radhis sengaja tidak menghindari tamparan itu karena beberapa hal.Termasuk ini akan dia jadikan bahan bukti atas kurangnya etika di kantor ini.Radhis kemudian menatap tajam kepada manajer SDM itu, namun dengan mulut yang tertutup rapat.Berbeda dengan Xuxu yang seketika berteriak kepada manajer SDM itu dengan lantang, “apa yang kamu lakukan?!”“Apa?!” BEntak manajer SDM.“Jangan ikut berbicara karena aku tidak mau bertindak kasar kepada perempuan!” Teriak manajer SDM itu dengan kerasnya.Wanita yang dari tadi memegangi lengan sang manajer kini mulai melepaskan gen