Seorang pria berdiri di depan pintu utama bandara. Tampilannya tidaklah begitu mewah. Bahkan wajahnya tampak begitu tua. “Nyonya. Saya adalah orang yang diminta untuk menjemput anda Nyonya.” Ucap laki-laki tua itu saat dia melihat kehadiran nenek Xion di luar bandara.“Dimana mobil jemputannya?” Ucap nenek Xion dengan begitu arogan.Dia merasa jika dirinya kembali ke Auckland dengan status yang lebih besar dari sebelumnya. Tidak pernah dia bayangkan jika saat ini dia tetap bukanlah siapa-siapa di hadapan Radhis. “Marot. Apa kau sudah memastikan barang-barang kita terjual habis di beberapa negara besar?” Tanya nenek Xion seolah mencoba untuk memastikan sesuatu untuk melakukan sesuatu.“Benar Bu. Produk itu kini sungguh laris di pasar.” Jawab Marot dengan tersenyum licik.Barang? Produk? untuk sebagian orang memang itu adalah suatu kebingungan, dan mengetahui hal apa yang mereka bicarakan adalah suatu keinginan laki-laki tua yang kini menjadi penjemput mereka.Untuk nenek Xion sendi
Dengan menahan malu dan perasaan emosi, kini nenek Xiond dan Marot berada di dalam mobil minivan tadi.“Kemana kita pergi Nyonya?” Tanya laki-laki tua yang kini sedang menyetir mobil yang dinaiki nenek Xiond dan Marot.Nenek Xion segera memerintahkan kepada laki-laki tua itu agar mengendarai mobilnya ke biro properti dimana dulu nenek Xion menyerahkan rumahnya untuk di sewakan.“Nyonya Wish~”Seorang wanita menyapa nenek Xion dengan nada seperti orang yang sedang bersenandung.“Oh Nona manajer. Lama tidak bertemu …” MArot membalas sapaan yang ditujukan kepada nenek Xion.“Oh … Tuan Marot.” ucap Manajer itu yang kini mendekat ke arah Marot melewati nenek Xion yang berdiri di depan Marot.“Anda masih saja tampak tampan seperti sebelumnya.” Tambah manajer biro properti itu dengan mengedipkan satu matanya kepada Marot.“Nona Manajer.. Aku datang kesini untuk membicarakan tentang rumahku.” Nenek Xion memotong perbincangan seru antara Marot dan manajer biro Properti.Setelah itu manajer tad
Pagi hari sebelum kedatangan nenek Xion.Rachel baru saja keluar dari kamar yang sebelumnya ditempati oleh Radhis.“Selamat pagi.” Suara Vivian yang ternyata pada saat yang sama baru saja keluar dari kamar asli milik Rachel.“Oh pagi …” jawab Rachel yang saat ini sedang menutup pintu kamar. Pagi hari yang hanya masih di lalui dengan cuci muka oleh mereka berdua.Rachel menatap ke arah Vivian. Dengan memikirkan beberapa hal. Utamanya adalah kenapa Vivian justru tinggal di kamar Rachel.“Aku tidak akan biarkan kamu tinggal di tempat tidur yang pernah ditempati Radhis.” Ucap Rachel dalam hatinya saat dia kini berjalan menuju tangga.Kini dengan saling tersenyum mereka menuruni tangga dari lantai dua menuju ke lantai satu.“Selamat pagi Nona,” sapa dua orang pelayan wanita. Yang satu adalah pelayan Wanita yang sebelumnya diminta oleh Tania ke manajer properti yang bertanggung jawab atas kepengurusan Villa. Tapi yang satu baru saja mereka lihat pagi ini.Rachel dan Vivian saling menatap.
“Tapi–?” Vivian yang penasaran menanyakan kelanjutan penjelasan dari Rachel.“Benar juga apa yang kamu bicarakan.” “Kenapa?!” Tanya Vivian dengan sangat antusias.Untuk setelahnya, Rachel mulai bercerita kepada Vivian tanpa rasa ragu sedikitpun.Rachel bercerita jika dia sendiri juga merasa aneh, kenapa seorang Ed Ackerley bisa begitu memperhatikan keluarganya.“Eh salah. Aku merasa jika tuan Ed itu seperti sangat memperhatikan dan mendukung suamiku.” Ralat Rachel di akhir katanya.“Suami?” Tanya Vivian yang pura-pura tidak menyadari semuanya.Vivian seolah sedang bertekad untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin dari Rachel untuk saat ini. Itu membuat dia selalu menanyakan apa yang dia ingin ketahui tentang Radhis dengan secara tersirat kepada Rachel.“Iya benar.” Ucap Rachel.“Sebelumnya aku merasa memang ada yang aneh dengan suamiku, Dia hanyalah seorang pesuruh bagi Tuan Ed. Tapi sedikit demi sedikit Radhis seolah tampak seperti orang yang sangat penting bagi Tuan Ed.” Tambah
“Oh Rachel, Cucuku…” Nenek Xion kini berdiri dan berjalan mendekat ke arah Rachel yang duduk di kursi direkturnya.“Ib–”Marot dengan satu tangan terangkat seolah ingin menggapai Nenek Xion, mencoba untuk menghentikan laju kaki ibunya yang saat ini mendekat ke Rachel.Satu hal yang di takutkan oleh Marot adalah jika sampai dia harus terlantar di Auckland karena ibunya yang tiba-tiba saja berpihak kepada keluarga adiknya.Dipihak nenek Xion sendiri saat ini, tanpa ada rasa malu, kini nenek Xion memegang bahu sebelah kanan milik Rachel, bagaikan seorang anak kecil kini nenek Xion berbicara seperti sedang merengek kepada cucunya itu.Rachel dengan menarik nafas panjang berbicara dalam hatinya, “Kenapa firasatku tidak enak begini.”“Bagaimana? Apakah kamu akan membawa kami untuk melihat-lihat Villa barumu?” Tanya nenek Xion.Rachel menghembuskan nafasnya, seraya berkata. “Baiklah, lagipula kalian sudah lama pergi, mungkin akan senang bertemu dengan Ayah dan Ibu.” Ucap Rachel kemudian.
Hampir 45 menit menunggu.Nenek Xion seolah hilang akal, dia berdecak dengan kerasnya sambil berkata, "lama sekali!"Setelah berucap seperti itu, nenek Xion menyadari jika dia salah dalam berucap. Seketika nenek Xion menatap ke arah Rachel, dia takut jika dia membuat Rachel merasa terganggu dengan ucapannya. Itu akan membuat dirinya gagal menjalankan aksinya yang sudah direncanakan beberapa saat lalu.“Rachel.” Panggil nenek Xion untuk melihat tanggapan Rachel,“Iya Nek?” tanya Rachel dengan ekspresi biasa bahkan terlihat jika Rachel sedang dalam emosi yang bagus.Nenek Xion tidak tahu, apa yang membuat Rachel merasa senang.Satu yang jelas adalah bahwa nenek Xion kini merasa dia bisa melanjutkan rencananya.“Bagaimana jika kita pulang ke tempatmu sekarang? Kita Sudah menunggu tuan Ed cukup lama. Tapi dia belum datang sampai sekarang.” “Benar, mungkin dia tidak jadi datang kesini.” Marot ikut menghasut Rachel.Rachel terdiam, kini dia melihat ke jam yang ada di tangannya.Setelah it
Kini mereka sudah berada di Villa Rachel.Barisan mobil parkir di depan pintu masuk.Mobil Rachel berada di depan, disusul oleh mobil Ed Ackerley dibelakangnya.Saat itu, Rachel turun dari pintu belakang mobilnya dengan nenek Xion di pintu lainnya.Sedangkan Marot adalah orang yang menyetir mobil milik Rachel.Ini bisa terjadi karena nenek Xion yang meminta untuk Marot yang menyetir dengan maksud untuk menarik simpati Rachel.Alih-alih mencari simpatik, nenek Xion jauh dalam hatinya ingin agar dirinya bisa dekat dan memanfaatkan apa yang sudah dimiliki oleh Rachel saat ini. Saat mendengar Rachel kini tinggal di Villa bersama dengan keluarganya, nenek Xion segera berencana untuk bisa tinggal disana, baginya memang dulu adalah istri dari kakek Wish bahkan dia juga yang menyandang nama kepala keluarga Wish. Tapi meskipun begitu dia belum pernah menempati villa kelas A, mungkin dia juga akan merasa sangat depresi jika tahu Radhis saat ini juga memiliki sebuah mansion di Consolatoria Hill.
Kembali pada saat ini, di Villa A1.Dimana sekarang sedang ada nenek Xion dan Marot yang baru pulang dari China dengan naitan membalas dendam kepada Radhis. Tapi sepertinya beberapa hal tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh mereka.Selain itu, seperti sebelumnya, saat ini disana juga ada Ed yang sedang memberitahukan sesuatu kepada Rachel tentang suaminya.Kepergian Radhis yang diberitahukan oleh Ed kepada Rachel membuatnya merasa sedikit sedih.“Kalau boleh tahu, memangnya kemana dia pergi saat ini?” Tanya Rachel yang masih menunduk.“Untuk itu saya mohon maaf, Saya tidak bisa memberitahu kemana dia pergi. Yang jelas, saat ini dia sedang berada di luar negeri. Tapi saya berjanji. tidak akan ada hal buruk yang terjadi kepadanya. Saya dapat menjamin keselamatannya. Hanya itu yang bisa saya sampaikan saat ini.” Ed kembali mencoba untuk menjelaskan sekaligus menenangkan Rachel.“Luar negeri?” Sebuah suara menyambar dari arah pintu Villa.“Vivian … kamu baru datang?” Sapa Rachel
Kali ini semua orang yang hanya bisa berdiri dengan menjadikan Radhis yang duduk di sofa utama sebagai titik pandangan.Mereka semua mulai merasa sedikit penasaran, karena Radhis masih terpaku terdiam melihat ke arah Gun.“Apa yang kau mau bangs*at?” Teriak Gun.“Cepat katakan!” Imbuhnya.“Oh… Bukankah Anda terlalu terburu-buru Tuan.” Kalimat Radhis mungkin cukup sopan, namun nada dan ekspresi wajahnya seolah Radhis sangat meremehkan Gun.“Cepat katakan! Apa maumu?”Gun terdiam sejenak, melihat Radhis, entah apa yang ada dipikirannya, sampai akhirnya Dia lanjut berbicara.“Berapa yang kau inginkan?”Pertanyaan Gun jelas ditanggapi dengan ekspresi senyum oleh beberapa orang, termasuk nenek Xion, Marot, dan juga Tania.Mereka berpikir jika Radhis akan mendapatkan uang yang cukup banyak dari Gun, dan setelah itu mereka akan memintanya.Berbeda dengan Radhis, pada saat ini Dia justru tertawa dengan begitu keras.Radhis merasa lucu, karena bagaimanapun juga aset yang dimiliki oleh Radhis
“Apa yang sedang kau pikirkan?” Tanya Radhis yang mulai melihat Gun bingung.“T–tidak.”“Tolong lepaskan Aku.”Gun mulai pucat karena merasa takut. Selain itu, tangannya mulai sedikit membiru karena begitu erat cengkraman tangan Radhis membuat peredaran darah di tangannya sedikit terganggu.Tangan kiri Radhis masih tetap memegang pergelangan tangan Gun, tangan kanannya yang bebas kini mulai melayang menampar pipi pria itu kiri-kanan berulang-ulang secara bergantian.“Tolong maafkan A–aku.” Gun merasakan panas di pipinya kanan dan kiri.“Tolong lepaskan Aku…” Gun mulai merengek karena dirinya kini merasa sakit di pergelangan tangannya dan juga panas di pipinya.“Bagaimanapun Aku adalah keturunan keluarga Esfor!”Teriak Gun yang saat ini masih tak henti-hentinya mendapatkan tamparan dari Radhis.“R–radhis, lepaskan Dia.”Nenek Xion kembali berbicara saat dirinya masih merasakan panas di pipinya, bekas tamparan tangan Radhis.Radhis yang sedari tadi masih menampar pipi Gun mulai merasa
“Dere bilang kepada Menantumu, agar Dia menjauh dariku!”Teriak nene Xion kepada Dere.Dere melihat ke arah Radhis.Dia memandangi menantunya yang sepertinya sudah sangat marah.Ingat seberapa sayang Radhis kepada Rachel, Dere justru memilih untuk diam, Dirinya tidak ingin terlalu ikut campur dengan apa yang di lakukan oleh suami anaknya itu.Tania juga sama, Dia haya melihat apa yang akan terjadi.Sejujurnya Ia ingin jika Radhis dan Rachel bercerai, agar supaya Tania bisa bebas menguasai Villa kelas atas yang kini mereka tempati, setelah itu untuk selanjutnya akan menjodohkan putrinya, Rachel dengan Deon, lelaki yang jelas di matanya mempunyai perusahaan. Selain itu, menurut dirinya Deon jauh lebih baik daripada Radhis karena Deon bisa dengan mudah ia kendalikan.Namun, meskipun Tania berpikiran seperti itu, sebenci apapun dirinya kepada Radhis, Dia jauh lebih benci kepada Xion, ibu mertuanya yang gila harta dan tidak penah bersikap adil, dimana dirinya selalu merasa di anak tirikan
“Berhenti.”Radhis kini mulai berbicara saat Gun sudah semakin memperpendek jarak nya dengan Rachel.Gun untuk sejenak berhenti mendekat, Dia menoleh ke arah Radhis.Dengan sikapnya yang masih terlihat angkuh Gun berbicara kepada Radhis.“Ternyata berani juga Dirimu untuk berbicara kepadaku, bahkan melarangku.”“Kenapa aku tidak berani?”Radhis mulai berbicara dengan masih tidak melihat ke arah Gun sama sekali.Saat ini yang ada di pikiran Radhis adalah emosi, amarah dirinya kepada Gun.Mungkin semuanya tidak merasakan bahkan Rachel.Tapi untuk Nanny yang sudah sedikit banyak mengenal sisi lain Radhis, mulai merasa perasaan mencekam. Seolah Radhis sedang mengeluarkan hawa membunuh yang sangat kental.“Tuan…”Nanny mencoba untuk berbicara kepada Tuan nya.“Tenang saja, tidak apa-apa. Biar Aku yang mengurus.” Radhis berbicara kepada Nanny yang bahkan masih tidak berniat menatap Nanny.Entah kemana pandangan Radhis saat ini, tatapannya seolah kosong.Untuk Nanny yang sudah sering berhada
***Beberapa jam telah berlalu.Kini sepasang suami istri itu sedang berpelukan merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja mereka berdua tapaki.“Terimakasih, Suamiku.” ucap Rachel dengan menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Radhis.“Tidak Sayang… seharusnya aku yang berkata seperti itu.”Jawab Radhis seraya mencium kening istrinya.“Sebenarnya kemana kamu beberapa minggu ini?” Tanya Rachel yang masih dalam posisi memeluk Radhis.“Ada yang harus Aku lakukan. Itu kenapa Aku sibuk beberapa minggu ini.” JAwab Radhis dengan mengelus rambut lembut milik sang istri.“Sebenarnya apa yang terjadi padaku semalam?”Kini Rachel membuka pertanyaan untuk agar mereka bisa berbincang.Radhis tidak tahu harus mulai darimana.Dia mulai menjelaskan apa yang Dia tahu kepada istrinya.Rachel bertanya seperti itu, karena samar-samar ingatan nya hanya sampai Dia makan malam bersama Adams dan Gun.Rachel juga menjelaskan jika sebenarnya semalam Dia mengira bahwa acara makan malam itu akan dihadir
***Keesokan harinya.Kini hari telah pagi. Matahari mulai bersinar disaat Rachel membuka matanya.Satu hal yang berbeda untuk hari ini adalah dimana saat ini dia sedang terbangun dengan satu tangan yang sedang memeluk seorang pria.Pria yang dia kenal.Radhis, suami yang beberapa minggu terakhir sedang pergi ke Motherland untuk mengurus beberapa pekerjaan.Rachel hampir tidak bisa menahan air matanya.Wanita muda itu kini mengusap matanya, sebelum akhirnya dia memeluk sang suami dengan erat.“Kamu sudah bangun?” Suara lembut Radhis terdengar di telinganya.Menyeruak ke dalam telinga mungilnya, di iringi hembusan hangat nafas sang suami.Alih-alih menjawab Rachel kini justru membenamkan wajahnya di dada sang suami.Dengan tangannya yang masih memeluk erat, Rachel diam untuk beberapa saat.Seolah sedang menikmati waktu kebersamaan mereka berdua.Radhis yang mendapat perlakuan manja sang istri kini justru paham dan memeluk tubuh istrinya erat-erat.Mereka berdua saling melepas rindu s
Dere sadar akan kesalahan dirinya dalam menanggapi kalimat-kalimat yang sudah diucapkan oleh mereka.“Oh.. Tidak.. aku tidak bermaksud–”Belum selesai Dere berkata-kata, ucapannya sudah dipotong oleh nenek Xion.“Sepertinya kamu memang sengaja membela menantumu yang kurang ajar itu!” Tuding nenek Xion.“Bukan begitu Bu–”“Ahh Sudahlah!” Lagi-lagi sebelum selesai Dere berbicara, nenek Xion sudah memotong ucapannya.“Apa kamu tahu, apa yang akan terjadi jika sampai Tuan Gun menggunakan kekuasaannya untuk membuat perhitungan dengan kita?”Saat ini giliran Marot yang berbicara kepada Dere.Kalimat yang diucapkan oleh Marrot senada dengan sebuah ancaman.Kata-katanya seolah Marot sedang memperingatkan kepada Dere jika pada saat ini menantu Dere, “Radhis” telah melakukan sesuatu yang dapat mengancam keluarga besar mereka.“Apa kamu Tahu sekuat apa, kekuasaan Tuan Gun?” Marrot masih mengintimidasi Dere.“Mungkin menantumu itu bekerja untuk Ed Ackerley.”“Tapi tetap saja, pekerja rendahan s
Nenek Xion dan Marrot kini mulai paham jika sepertinya Radhis pulang.Mereka terkadang berpikir jika Radhis adalah sebuah penghalang besar dalam setiap rencana mereka, apalagi disaat ini mereka masih menumpang di Villa milik Rachel yang pernah dibilang oleh Rachel jika Villa ini diberikan oleh Radhis kepada dirinya.“Bu… Si brengsek itu pulang. Apa yang harus kita lakukan?” Marot bertanya dengan berbisik kepada Nenek Xion.“Kamu tenang saja…”Ucap nenek Xion berbisik balik kepada Marrot.“Kamu tidak perlu khawatir, sebentar lagi saat Wish Corp bangkit kita akan pergi dari sini…” Tambah nenek Xion yang masih dengan berbisik kepada Marrot.“Benar Bu…” Ucap Marrot mulai menyeringai.Kini mereka kembali fokus kepada Adams.Ibu dan Ana itu kini mulai bertanya, untuk memastikan.Apakah benar jika tadi rencana Adams diganggu oleh Radhis?“Apa benar dia suami Rachel?” Adams menjelaskan kepada nenek Xion jika Sea sendiri yang berkata jika laki-laki yang mengganggu rencananya tadi kemungkinan b
*** Beberapa saat sebelumnya disaat Radhis dan yang yang lain nya berbicara.Gun sedang berada di suatu tempat dengan Adams, serta Sea.Posisi mereka sangat aneh untuk orang yang mengerti hubungan di antara ketiganya.Dimana Adams berdiri dengan kepala menunduk.Sementara Gun sedang duduk dengan ditemani oleh Sea di pangkuannya.Bukan hanya itu, dapat terlihat jelas jika pada saat ini tangan Gun sedang meraba-raba pinggul wanita itu.“Sial benar!” Ucap Gun yang merasa kesal.Dia merasa jika baru kali ini ada yang berani untuk mengganggu dirinya.Bahkan Gun merasa jika laki-laki tadi dengan terang-terangan mengintimidasi dirinya.Sea sekilas mendengar apa yang mereka bicarakan, hanya bisa menduga jika laki-laki yang dimaksud oleh mereka itu tentu adalah Radhis.“Sepertinya pecundang itu ini telah kembali…” Ucap Sea.“Dia adalah suami Rachel yang tidak berguna.” Ucap Sea memberitahu Gun.“Jadi Dia…”Gun mencoba untuk berpikir sejenak.Sejujurnya Gun tidak tahu siapa laki-laki tadi. Dia