Pagi hari sebelum kedatangan nenek Xion.Rachel baru saja keluar dari kamar yang sebelumnya ditempati oleh Radhis.“Selamat pagi.” Suara Vivian yang ternyata pada saat yang sama baru saja keluar dari kamar asli milik Rachel.“Oh pagi …” jawab Rachel yang saat ini sedang menutup pintu kamar. Pagi hari yang hanya masih di lalui dengan cuci muka oleh mereka berdua.Rachel menatap ke arah Vivian. Dengan memikirkan beberapa hal. Utamanya adalah kenapa Vivian justru tinggal di kamar Rachel.“Aku tidak akan biarkan kamu tinggal di tempat tidur yang pernah ditempati Radhis.” Ucap Rachel dalam hatinya saat dia kini berjalan menuju tangga.Kini dengan saling tersenyum mereka menuruni tangga dari lantai dua menuju ke lantai satu.“Selamat pagi Nona,” sapa dua orang pelayan wanita. Yang satu adalah pelayan Wanita yang sebelumnya diminta oleh Tania ke manajer properti yang bertanggung jawab atas kepengurusan Villa. Tapi yang satu baru saja mereka lihat pagi ini.Rachel dan Vivian saling menatap.
“Tapi–?” Vivian yang penasaran menanyakan kelanjutan penjelasan dari Rachel.“Benar juga apa yang kamu bicarakan.” “Kenapa?!” Tanya Vivian dengan sangat antusias.Untuk setelahnya, Rachel mulai bercerita kepada Vivian tanpa rasa ragu sedikitpun.Rachel bercerita jika dia sendiri juga merasa aneh, kenapa seorang Ed Ackerley bisa begitu memperhatikan keluarganya.“Eh salah. Aku merasa jika tuan Ed itu seperti sangat memperhatikan dan mendukung suamiku.” Ralat Rachel di akhir katanya.“Suami?” Tanya Vivian yang pura-pura tidak menyadari semuanya.Vivian seolah sedang bertekad untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin dari Rachel untuk saat ini. Itu membuat dia selalu menanyakan apa yang dia ingin ketahui tentang Radhis dengan secara tersirat kepada Rachel.“Iya benar.” Ucap Rachel.“Sebelumnya aku merasa memang ada yang aneh dengan suamiku, Dia hanyalah seorang pesuruh bagi Tuan Ed. Tapi sedikit demi sedikit Radhis seolah tampak seperti orang yang sangat penting bagi Tuan Ed.” Tambah
“Oh Rachel, Cucuku…” Nenek Xion kini berdiri dan berjalan mendekat ke arah Rachel yang duduk di kursi direkturnya.“Ib–”Marot dengan satu tangan terangkat seolah ingin menggapai Nenek Xion, mencoba untuk menghentikan laju kaki ibunya yang saat ini mendekat ke Rachel.Satu hal yang di takutkan oleh Marot adalah jika sampai dia harus terlantar di Auckland karena ibunya yang tiba-tiba saja berpihak kepada keluarga adiknya.Dipihak nenek Xion sendiri saat ini, tanpa ada rasa malu, kini nenek Xion memegang bahu sebelah kanan milik Rachel, bagaikan seorang anak kecil kini nenek Xion berbicara seperti sedang merengek kepada cucunya itu.Rachel dengan menarik nafas panjang berbicara dalam hatinya, “Kenapa firasatku tidak enak begini.”“Bagaimana? Apakah kamu akan membawa kami untuk melihat-lihat Villa barumu?” Tanya nenek Xion.Rachel menghembuskan nafasnya, seraya berkata. “Baiklah, lagipula kalian sudah lama pergi, mungkin akan senang bertemu dengan Ayah dan Ibu.” Ucap Rachel kemudian.
Hampir 45 menit menunggu.Nenek Xion seolah hilang akal, dia berdecak dengan kerasnya sambil berkata, "lama sekali!"Setelah berucap seperti itu, nenek Xion menyadari jika dia salah dalam berucap. Seketika nenek Xion menatap ke arah Rachel, dia takut jika dia membuat Rachel merasa terganggu dengan ucapannya. Itu akan membuat dirinya gagal menjalankan aksinya yang sudah direncanakan beberapa saat lalu.“Rachel.” Panggil nenek Xion untuk melihat tanggapan Rachel,“Iya Nek?” tanya Rachel dengan ekspresi biasa bahkan terlihat jika Rachel sedang dalam emosi yang bagus.Nenek Xion tidak tahu, apa yang membuat Rachel merasa senang.Satu yang jelas adalah bahwa nenek Xion kini merasa dia bisa melanjutkan rencananya.“Bagaimana jika kita pulang ke tempatmu sekarang? Kita Sudah menunggu tuan Ed cukup lama. Tapi dia belum datang sampai sekarang.” “Benar, mungkin dia tidak jadi datang kesini.” Marot ikut menghasut Rachel.Rachel terdiam, kini dia melihat ke jam yang ada di tangannya.Setelah it
Kini mereka sudah berada di Villa Rachel.Barisan mobil parkir di depan pintu masuk.Mobil Rachel berada di depan, disusul oleh mobil Ed Ackerley dibelakangnya.Saat itu, Rachel turun dari pintu belakang mobilnya dengan nenek Xion di pintu lainnya.Sedangkan Marot adalah orang yang menyetir mobil milik Rachel.Ini bisa terjadi karena nenek Xion yang meminta untuk Marot yang menyetir dengan maksud untuk menarik simpati Rachel.Alih-alih mencari simpatik, nenek Xion jauh dalam hatinya ingin agar dirinya bisa dekat dan memanfaatkan apa yang sudah dimiliki oleh Rachel saat ini. Saat mendengar Rachel kini tinggal di Villa bersama dengan keluarganya, nenek Xion segera berencana untuk bisa tinggal disana, baginya memang dulu adalah istri dari kakek Wish bahkan dia juga yang menyandang nama kepala keluarga Wish. Tapi meskipun begitu dia belum pernah menempati villa kelas A, mungkin dia juga akan merasa sangat depresi jika tahu Radhis saat ini juga memiliki sebuah mansion di Consolatoria Hill.
Kembali pada saat ini, di Villa A1.Dimana sekarang sedang ada nenek Xion dan Marot yang baru pulang dari China dengan naitan membalas dendam kepada Radhis. Tapi sepertinya beberapa hal tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh mereka.Selain itu, seperti sebelumnya, saat ini disana juga ada Ed yang sedang memberitahukan sesuatu kepada Rachel tentang suaminya.Kepergian Radhis yang diberitahukan oleh Ed kepada Rachel membuatnya merasa sedikit sedih.“Kalau boleh tahu, memangnya kemana dia pergi saat ini?” Tanya Rachel yang masih menunduk.“Untuk itu saya mohon maaf, Saya tidak bisa memberitahu kemana dia pergi. Yang jelas, saat ini dia sedang berada di luar negeri. Tapi saya berjanji. tidak akan ada hal buruk yang terjadi kepadanya. Saya dapat menjamin keselamatannya. Hanya itu yang bisa saya sampaikan saat ini.” Ed kembali mencoba untuk menjelaskan sekaligus menenangkan Rachel.“Luar negeri?” Sebuah suara menyambar dari arah pintu Villa.“Vivian … kamu baru datang?” Sapa Rachel
Nenek Xion tidak mengenal Vivian, dia dengan cepat memperkenalkan dirinya dengan tujuan dia ingin tahu siapa Vivian dan untuk apa dia berada disana.“Saya adalah Xion Wish.”“Gadis muda, siapa namamu?” tanya nenek Xion seolah menganggap Vivian adalah gadis muda biasa.“Gadis muda?” Vivian bertanya dengan tawanya yang renyah.“Perkenalkan, saya adalah Vivian Smith.”“Smith?” nenek Xion bertanya.Marot memang bodoh tapi bagaimanapun juga dia cukup mengerti dunia bisnis karena dulunya sering ikut kemanapun nenek Xion pergi. “Sepertinya aku pernah mendengar nama Smith.”“Bukankah itu adalah keluarga pemilik Mighty Mall?” nenek Xion berceletuk.“Benar, dan saya ada di Auckland saat ini untuk mebangun Mighty Mall.” Jelas Vivian.Ed membiarkan Vivian dan nenek Xion berbincang terlebih dahulu. Saat ini Ed hanya menatap ke arah Rachel yang sedari tadi tertunduk karena dia merasa sedih jika harus jauh dari suaminya untuk waktu yang lama. Pertengkaran di antara mereka bahkan belum benar-benar
“Nyonya Wish! Oh maaf– Nyonya Xion.” panggil Ed dengan sengaja memprovokasi.“Apa maksud anda?” Bentak nenek Xion kepada Ed.Untuk sejenak, Ed hanya diam.Setelah itu, Ed kembali berbicara dengan mata yang menatap tajam ke arah nenek Xion.“Jika keluarga Wish memiliki bisnis utama yaitu perusahaan Wish Corp. Lantas apa masih bisa anda disebut kepala keluarga Wish jika Wish Corp Sudah tidak lagi menjadi milik anda?”Ucapan Ed itu seolah membuat nenek Xion tersambar listrik tegangan tinggi.bagaimana mungkin dia lupa menyadari hal itu.Bisa dibilang identitas keluarga Wish Adalah Wish Corp dan rumah utama.Tapi untuk saat ini nenek Xion bahkan sudah tidak lagi menempati keduanya. Bahkan dengan bodohnya, saat itu dengan berpikir akan untung besar jika menjadi keluarga Adney. Nenek Xion menarik sisa saham yang dia punya di Wish Corp untuk membuat pesta pernikahan yang megah, hal itu tentu saja semakin membuat dirinya tidak punya pengaruh apa-apa lagi di Wish Corp.Selain tidak punya apa-