Suara tawa riang Alin terdengar ringan di telepon itu.
Itu karena Alin merasa jika Rachel, direktur dari Wish Corp memiliki satu sikap yang lucu menurutnya.“Sebenarnya saya sekarang sedang berada di Auckland, saya berencana untuk bertemu dengan Nona besok. Apakah Nona bisa?” tanya Alin.
"Bagaimana kalau sekarang saja? Kebetulan aku tidak sibuk hari ini. Kalau besok, Saya tidak bisa memastikan kapan ada waktu luang, jadi sebaiknya–sekarang saja!"
“Sekarang?” Tanya Alin yang tampaknya sedikit keberatan, itu terdengar dari nada bertanya-nnya.
“Nona, Sebenarnya …” Rachel sepertinya ragu-ragu untuk berbicara.
Kini Saryn sudah sampai di depan hotel tempat Alin berada, begitu cepat Rachel berkendara , sampai dirinya tidak menyadari jika tempat yang di tujuh olehnya adalah hotel Emperor-Lux.Awalnya Rachel tidak begitu memperdulikannya, tapi, beberapa langkah Rachel mendekat ke hotel itu, dia mengingat bahwa sebenarnya ini adalah Hotel Ed. Dimana yang dia tahu Ed adalah orang yang sudah bertanggung jawab atas suaminya. Bahkan yang diketahui oleh Rachel dan keluarganya adalah Radhis bekerja untuk menjadi bawahan Ed.Rachel merenung, dia hanya bisa berdiri mematung dan menunduk sambil melihat ke arah dua kakinya yang yang kini sejajar tertutup rapat-rapat. “Apa – Radhis ada di dalam?” Rachel bergumam pelan untuk dirinya sendiri.
“Tuan, tolong jangan libatkan Anak Saya dalam urusan ini!” Gienis masih mencoba untuk berbicara kepada Ed.Sampai sekarang Gienis masih meragukan status Radhis di hadapannya, dia sama sekali tidak tahu jika Radhis adalah keluarga Zond dan direktur dari Geneve. Gienis hanya bisa berpikir bahwa cara satu-satunya agar Jolly tidak mendapatkan masalah adalah dengan memohon kepada Ed, tanpa dia sadari jika Radhis adalah orang yang paling berpengaruh disini.“Bukan hak ku untuk menentukan keselamatanmu dan juga anakmu.” ucap Ed dengan dingin.“Lantas kepada siapa saya harus memohon agar dibiarkan hidup? Haruskah saya memohon kepada menantu Wish ini?” ucap Gienis yang berusaha menunjuk Radhis dengan
“Nona Ester!” Panggil Radhis.“Saya disini, Tuan Muda!” Jawab Ester dengan mendekat ke arah Radhis.“Tetap dekat ku, catat semuanya.” Ucap Radhis lagi, yang tentu saja disanggupi oleh Ester.Kini Radhis sedang mencoba untuk berunding dengan Gienis.Radhis tampak memang sudah menyiapkan semuanya, itu terbukti dari Hadirnya Ester disana.“Tuan Gienis, apa kau benar-benar ingin melakukan apapun agar aku mengampuni nyawamu?” Tanya Radhis.“Tentu saja Tuan!”“Jika memang begitu,” Radhis menahan sebentar perkataannya. Sampai akh
Di Ruangan direktur Geneve, Radhis, Ester dan Ed sedang berada di dalam sana bertiga.Radhis duduk di kursi direkturnya, sedangkan Ed dan Ester duduk di sofa yang tersedia disana."Maaf Tuan Muda." Ucap Ed.Setelah meminta maaf yang entah kenapa, Ed kembali bertanya. "Bukannya mengampuni nyawa Gienis itu terlalu ringan, mengingat apa apa yang sudah dilakukan olehnya?"Radhis berdiri dan berjalan mendekati Ed. Radhis duduk di sofa yang berbeda dengan Ed dan Ester. Jika yang diduduki oleh Ed adalah sofa panjang yang tentunya berbagi dengan Ester, Radhis duduk di sofa tunggal yang diduduki sendiri sebagai bentuk kuasanya di ruangan itu."Tidak. Aku sendiri sudah memperhitungkan segala sesuatunya," Radhis tersen
“Nenek, Ayah, Bukankah kita lebih baik pergi ke Auckland disaat Sea sudah melahirkan?” Ucap Huang.Kepergian keluarga nenek Xion ke China baru memasuki hitungan beberapa bulan. Namun kini kandungan Sea sudah hendak menginjak sembilan bulan. yang menandakan tidak lama lagiMeskipun nenek Xion sudah menjadi mertua dari Huang tapi, Huang tetaplah orang yang berkuasa disana. Itu karena Huang adalah orang yang sudah menanggung dan membangun usaha yang baru ini. Hal itu tentu saja membuat nenek Xion seperti kerbau yang dicocok hidungnya.“Kalau memang kamu mau seperti itu, baiklah.” Ucap nenek Xion menuruti.“Marot, kita undur dulu kepulangan kita. Huang, benar lebih baik kita menunggu sampai Sea melahirkan, dan itu juga termasuk tambahan wa
Selang beberapa hari, setelah Radhis mendapatkan 60% saham dari perusahaan Gienis.Dan juga, Rachel kini sedang menunggu untuk menandatangani surat kontrak terkait pembangunan pabrik baru milik keluarga Jiang, yang mereka bicarakan di hotel pada hari minggu kemarin.Sekarang, sudah hari rabu pagi.Radhis sedang duduk di balkon kamarnya yang berada di lantai dua Mansion-nya, Radhis sedang menikmati secangkir Teh, yaitu Teh Li-Mung Di.Teh Li-Mung Di, sendiri adalah teh termahal di dunia. Teh ini merupakan varietas yang berasal dari China. Satu kilogram teh dijual den
Pada saat itu, diwaktu yang sama di tempat lain, Rachel sudah berada di kantornya,Dikantor, Rachel menjadi lebih sering melamun, dan tampak sedang memikirkan sesuatu.Dia seolah melihat bayang-bayang ingatan disaat sang suami menarik koper berisi pakaiannya pergi dari rumah.“Apa aku sudah keterlaluan kepadanya?” Gumam Rachel.Rachel sebenarnya merasa sangat senang saat melihat Radhis datang, tapi bagaimanapun juga Rachel juga merasa marah kepadanya.Bagaimana tidak, waktu itu Rachel melihat sendiri Radhis menggendong Ester di depan seperti seorang Ratu.Suara dering ponsel menyadarkannya dari lamunan.
“Mari Nona silahkan.” Manajer tempat pelelangan hunian itu mengagetkan Rachel.“Hm. Iya,” jawab Rachel dengan menganggukan kepalanya dengan ekspresi manis.Keempat orang itu kini memasuki Villa baru milik Radhis. Saat mereka berjalan Tania masih mencoba untuk berbicara dengan Sang manajer itu, tanpa rasa malu sedikitpun Tania bertanya, “Untuk surat-surat dari Villa ini apa bisa di atas namakan Sa- maksud saya di atas namakan anak Saya.”“Mohon maaf nyonya, dikarenakan tuan Ed ataupun nona Ester tidak ada yang memberikan instruksi, jadi untuk nama pemilik Villa ini adalah tetap tuan Radhis.” Jawab manajer tempat pelelangan Hunian.