Di Ruangan direktur Geneve, Radhis, Ester dan Ed sedang berada di dalam sana bertiga.
Radhis duduk di kursi direkturnya, sedangkan Ed dan Ester duduk di sofa yang tersedia disana.
"Maaf Tuan Muda." Ucap Ed.
Setelah meminta maaf yang entah kenapa, Ed kembali bertanya. "Bukannya mengampuni nyawa Gienis itu terlalu ringan, mengingat apa apa yang sudah dilakukan olehnya?"
Radhis berdiri dan berjalan mendekati Ed. Radhis duduk di sofa yang berbeda dengan Ed dan Ester. Jika yang diduduki oleh Ed adalah sofa panjang yang tentunya berbagi dengan Ester, Radhis duduk di sofa tunggal yang diduduki sendiri sebagai bentuk kuasanya di ruangan itu.
"Tidak. Aku sendiri sudah memperhitungkan segala sesuatunya," Radhis tersen
“Nenek, Ayah, Bukankah kita lebih baik pergi ke Auckland disaat Sea sudah melahirkan?” Ucap Huang.Kepergian keluarga nenek Xion ke China baru memasuki hitungan beberapa bulan. Namun kini kandungan Sea sudah hendak menginjak sembilan bulan. yang menandakan tidak lama lagiMeskipun nenek Xion sudah menjadi mertua dari Huang tapi, Huang tetaplah orang yang berkuasa disana. Itu karena Huang adalah orang yang sudah menanggung dan membangun usaha yang baru ini. Hal itu tentu saja membuat nenek Xion seperti kerbau yang dicocok hidungnya.“Kalau memang kamu mau seperti itu, baiklah.” Ucap nenek Xion menuruti.“Marot, kita undur dulu kepulangan kita. Huang, benar lebih baik kita menunggu sampai Sea melahirkan, dan itu juga termasuk tambahan wa
Selang beberapa hari, setelah Radhis mendapatkan 60% saham dari perusahaan Gienis.Dan juga, Rachel kini sedang menunggu untuk menandatangani surat kontrak terkait pembangunan pabrik baru milik keluarga Jiang, yang mereka bicarakan di hotel pada hari minggu kemarin.Sekarang, sudah hari rabu pagi.Radhis sedang duduk di balkon kamarnya yang berada di lantai dua Mansion-nya, Radhis sedang menikmati secangkir Teh, yaitu Teh Li-Mung Di.Teh Li-Mung Di, sendiri adalah teh termahal di dunia. Teh ini merupakan varietas yang berasal dari China. Satu kilogram teh dijual den
Pada saat itu, diwaktu yang sama di tempat lain, Rachel sudah berada di kantornya,Dikantor, Rachel menjadi lebih sering melamun, dan tampak sedang memikirkan sesuatu.Dia seolah melihat bayang-bayang ingatan disaat sang suami menarik koper berisi pakaiannya pergi dari rumah.“Apa aku sudah keterlaluan kepadanya?” Gumam Rachel.Rachel sebenarnya merasa sangat senang saat melihat Radhis datang, tapi bagaimanapun juga Rachel juga merasa marah kepadanya.Bagaimana tidak, waktu itu Rachel melihat sendiri Radhis menggendong Ester di depan seperti seorang Ratu.Suara dering ponsel menyadarkannya dari lamunan.
“Mari Nona silahkan.” Manajer tempat pelelangan hunian itu mengagetkan Rachel.“Hm. Iya,” jawab Rachel dengan menganggukan kepalanya dengan ekspresi manis.Keempat orang itu kini memasuki Villa baru milik Radhis. Saat mereka berjalan Tania masih mencoba untuk berbicara dengan Sang manajer itu, tanpa rasa malu sedikitpun Tania bertanya, “Untuk surat-surat dari Villa ini apa bisa di atas namakan Sa- maksud saya di atas namakan anak Saya.”“Mohon maaf nyonya, dikarenakan tuan Ed ataupun nona Ester tidak ada yang memberikan instruksi, jadi untuk nama pemilik Villa ini adalah tetap tuan Radhis.” Jawab manajer tempat pelelangan Hunian. 
“Sebenarnya aku baru tahu kemarin saat aku mengambil pakaian di rumah lama kami, jika wanita yang aku temui di Tempat Pelelangan Hunian waktu itu adalah ibu dari Deon nyonya dari keluarga Dodge.” ucap Radhis.Ed yang mendengar ucapan Radhis kembali bercerita, lebih tepatnya Ed memberikan informasi tambahan kepada Radhis, “Benar tuan, dan menurut informasi yang saya dapat sebelumnya Sandra sempat beradu nominal untuk mendapatkan Villa A1 yang sekarang ditempati oleh keluarga nona Rachel.”“Sudah biarkan saja,” ucap Radhis cuek.“Maksud saya, jika Tuan Muda merasa mereka mengganggu, saya bisa membuat keluarga Dodge itu pergi dari sana, lagi pula mereka membeli Villa A2 itu dengan mencicil.” Tambah Ed menjelaskan kepada Radhis.
Radhis kini di kediamannya sedang menyambut kedatangan kakeknya, Kakek Zond.Dia ditemani Ed kini sedang berada di ruang tamu, sembari membaca beberapa buku, sungguh hari yang tak mungkin dia lalui jika dirinya berada dirumah lamanya,atau masih tinggal bersama dengan keluarga Rachel.Disaat itu secara kebetulan Knox datang dari luar dan segera memberikan laporan kepada Radhis. “Tuan Muda!” Ucap Knox dengan berlari kecil ke arah Radhis.“Ada apa?” Tanya Radhis.“Saya mau melaporkan, mobil Tuan Besar baru saja memasuki gerbang luar.” Jelas Knox.“Aku mengerti.”
Setelah mendengar ucapan Radhis, kakek Zond menjadi penasaran dan akhirnya bertanya.“Sebelum mereka datang, Kakek ingin bertanya kepadamu.” ucap Kakek Zond.“Silahkan kakek,” jawab Radhis sambil mengambil cangkir Teh yang dibawakan oleh Loren untuk sang kakek. Bagaimanapun juga kakeknya adalah orang yang spesial itu membuat Radhis sedikit banyak berusaha untuk melayani kakeknya sendiri. sedangkan cangkir teh yang lain disuguhkan oleh pelayan yang lain.Kakek Zond melanjutkan berbincang dengan Radhis sambil minum teh yang tadi disuguhkan.“Kakek merasa penasaran, kenapa kamu lebih memilih untuk membeli saham mereka,” tanya Kakek Zond.“Jadi k
Setelah meletakkan cangkir teh nya di atas meja yang sangat terlihat kemewahannya itu, Kakek Zond kembali melanjutkan perkataanya yang sempat dia potong.Dalam perkataannya kini kakek Zond menjelaskan jika dia hanya ingin agar kepala keluarga Gienis menyadari lagi kesalahannya dan menimbang apakah pantas untuk mendapatkan pengampunan dari Radhis atas nyawanya.Mendengar hal itu kepala keluarga Gienis hanya bisa kembali meminta maaf kepada kakek Zond dan juga Radhis. Bahkan kini dengan penuh rasa hormat, ayah dari Jolly Gienis itu bersujud di hadapan Radhis hanya untuk sekedar mengucapkan terimakasih karena nyawanya masih di ampuni, mengingat semua yang sudah dia lakukan sebelumnya.“Apa kalian sudah mengerti?” Tanya kakek Zond di penghujung perkataannya.&ldq